Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN TEORI HUMANISME


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: H. Yudi Irfan Daniel, S.Sos.I., M.Ag.
Dr. Irawan, S.Pd., M.Hum.

Disusun Oleh :
Nana Andriyana ( 1202050084 )
Rahmatia Prihantiny Putri ( 1202050096 )
Siti Aifah A’isyah Fitri ( 1202050141 )

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN AJARAN
2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah Swt., karena telah memberikan kesempatan


kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ HUMANISME ” tepat
waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam

Dengan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak


Yudi Irfan Daniel, S.Sos.I.,H.M.Ag. Selaku dosen mata kulah Filsafat Pendidikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami
pribadi maupun pihak yang membaca.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak
kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun akan kami terima untuk meningkatkan kualitas dan
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI .................................................................................................................... 4
BAB I .................................................................................. Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Makalah ................................................................................................... 4
BAB II .............................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 5
2.1 Pengertian Filsafat Humanisme ........................................................................... 5
2.2 Tokoh-Tokoh Humanisme ................................................................................... 8
2.3 Tipologi Humanisme ........................................................................................... 8
2.4 Implikasi Filsafat Humanisme dalam Pendidikan ................................................... 9
BAB III ........................................................................................................................... 12
PENUTUP ...................................................................................................................... 12
3.1. Simpulan ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Filsafat humanisme adalah sebuah aliran filsafat yang menempatkan


kebebasan manusia baik berfikir, bertindak dan bekerja sebagai segala-galanya,
berpengaruh secara signifikan terhadap munculnya peradaban modern.

Selain itu filsafat humanisme juga merupakan aliran yang membentuk basis
untuk filsafat pendidikan khususnya dalam pengajaran bagian psikologi, teori-
teori psikologi merupakan pandangan-pandangan dunia yang komprehensif yang
berfungsi sebagai basis bagi guru dalam pendekatan praktek pengajaran.
Orientasi-orientasi pengajaran pada umumnya berhubungan dengan pemahaman
kondisi-kondisi yang diasosiakan dengan pengajaran efektif, yang paling utama
yaitu orientasi-orientasi psikologis yang telah mempengaruhi filsafat-filsafat
pengajaran terutama psikologi humanistik.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan humanisme ?
2. Siapakah tokoh filsafat humanisme ?
3. Ada berapakah tipologi filsafat humanisme ?
4. Apa implikasi filsafat humanisme dalam pendidikan ?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian humanisme
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh humanisme
3. Untuk mengetahui tipologi humanisme
4. Untuk mengetahui implikasi humanisme dalam pendidikan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Humanisme


Kata humanisme secara etimologi erat kaitannya dengan bahasa Latin
Klasik, yakni humus,yang berarti tanah atau bumi. Dari istilah tersebut
muncul kata homo yang berarti manusia (makhluk bumi) dan humanas yang
lebih menunjukkan sifat “membumi” dan “munusiawi”. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, humanisme diartikan sebagai aliran yang bertujuan
menghidupkan rasa perkemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup
yang lebih baik.

Franzs Magnis Suseno mengemukakan bahwa humanisme berarti


martabat (dignitiy) dan nilai (value) dari setiap manusia, dan semua upaya
untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya (fisik atau non
fisik) secara penuh; suatu sikap spiritual ynag diarahkan kepada
humanitarianisme (Brockhaus). Humanisme adalah suatu doktrin yang
menekan kepentingan-kepentingan kemanusiaan dan ideal (humanisme pada
zaman Renaisans didasarkan atas peradaban Yunani Purba sedangkan
humanisme modern menekankan manusia secara eksklusif).

Menurut Ali Shari’ati, humanisme adalah alilran filsafat yang menyatakan


bahwa tujuan pokok yang dimilikinya adalah untuk keselamatan dan
kesempurnaan manusia. Ia memandang manusia sebagai makhluk mulia, dan
prinsip-prinsip yang disarankannya didasarkan atas pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan pokok yang bisa membentuk spesies kemanusiaan.

Berbagai definisi diatas mengenai humanisme di atas, mengarah pada satu


aspek yakni kemanusiaan. Sehingga heumanisme dapat dipahami sebagai
upaya untuk meneguhkan sisi atau aspek kemanusiaan guna mewujudkan
pergaulan hidup yang lebih baik (sejahtera) dalam bermasyarakat. Menurut
humanisme manusia mempunyai kedudukan yang istimewa dan
berkemampuan lebih dari makhluk lainya karena mempunyai rohani.
Pandangan humanisme membuat manusia sadar kembali tentang harkat dan

5
martabat manusia sebagai makhluk rohani. Etika rohani mendasari manusia
untuk bertangungjawab dalam kehidupan di dunia.

2.2 Tokoh-Tokoh Humanisme

1. Abraham Harold Maslow

Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, tahun 1908


dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow keturunan Yahudi
dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Masa muda Maslow tidak
semulus yang ia harapkan. Maslow memiliki hubungan buruk terhadap orang
tuanya, terutama ibunya. Keluarganya berharap ia sukses dalam bidang
pendidikan. Abraham Harold Maslow terkenal sebagai aliran psiklogi
humanistik. Teori belajar humanisme menurut Maslow didasarkan pada
asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal, yaitu suatu usaha yang
positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak
perkembangan itu.

Dia menganggap bahwa manusia dengan sebisa mungkin untuk memahami


dan menerima dirinya sendiri. Abraham Harold Maslow terkenal dengan teori
Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Pendapatnya bahwa manusia
mengikuti apa yang hidupnya butuhkan atau kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan mulai dari yang terendah
fisiologis, safety and security needs, kasih sayang, harga diri, dan yang
tertinggi self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).

2. Arthur W. Combs

Arthur W. Combs adalah seorang pendidik / psikolog yang memulai karir


akademis sebagai profesor ilmu biologi dan psikolog sekolah di sekolah
umum di Alliance, Ohio (1935-1941). Ia bergelar MA dalam Konseling,
sekolah di The Ohio State University (1941) dan pada saat itu Carl Rogers
tercatat sebagai mentor atau guru. Arthur Combs beranggapan bahwa guru
tidak dapat memakasakan pembelajaran yang siswanya tidak suka dengan
kehidupan mereka. Seorang siswa yang tidak pintar dalam pembelajaran sains
bukan karena mereka bodoh tetapi mereka memiliki sudut pandang bahwa
mereka tidak memiliki alasan penting untuk mempelajarinya.

6
Guru harus mengerti siswanya dimana mencoba menguasai dunia
presepsinya dan berusaha untuk mengubah pandangan tersebut. Combs
memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti 2 lingkaran
yang bertitik pusat satu: Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri
dan lingkungan besar. Lingkaran besar adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya
terhadap perilakunya. Jadi aktivitas yang sedikit pengaruhnya bagi orang
tersebut mudah terlupakan. Arthur Combs mengatakan bahwa tingkah laku
manusia dilihat dari sudut pandangnya. Hal ini berasal dari inner atau dalam
yang membedakan seseorang dengan yang lain.

3. Carl Ransom Rogers

Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan
wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers tidak
memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk
kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku
petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University
of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang
psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di
dibidang psikologi klinis pada tahun 1931. Pada tahun 1931, Rogers bekerja
di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to
Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan
tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk
membantu anak-anak bermasalah atau nakal dengan menggunakan metode-
metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The
Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan
tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University.
Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American
Psychological Society

2.3 Tipologi Humanisme

Seiring berjalannya waktu pengertian dan konsep humanisme mengalami


perkembangan, diantaranya pembedaan antara humanisme yang berlandaskan

7
manusia murni tanpa ada yang lain dan humanisme yang menambahkan unsur
ketuhanan sebagai bagian dari manusia itu sendiri.

a. Humanisme Sekuler
Istilah “sekular” berasal dari bahasa Latin “seaculum” yang mempunyai
makna ganda, yakni abad dan dunia. Kemudian muncul istilah sekularisme
sebagai cara pandang yang membatasi diri pada yang temporal dan duniawi
saja. Secara ringkas, sekularisme merupakan gerakan yang dalam mengurus
dan mengelola kehidupan ini tidak mau mengaitkannya dengan urusan-urusan
religius, adikodrati dan keakhiratan, melainkan mengarahkan diri pada
konteks duniawi ini saja.
Gerakan sekularisme yang cikal bakalnya mulai eksplisit pada zaman
Renaisans, pada awalnya lebih merupakan suatu sisem etika yang
berlandaskan prinsip-prinsip moral yang tidak berpijak pada wahyu, bebas
dari agama maupun urusan kepercayaan ghaib. Dasar pemikirannya adalah
kebebasan berpikir sebagai hak seorang manusia, sehingga manusia bebas
berpikir dan bertindak.Gerakan Renaisans membuka jalan bagi eksplorasi
kemampuan akal budi manusia yang kemudian berkembang dalam gerakan
Pencerahan (Aufklarung) dan Revolusi Prancis pada abad 18. Kemudian
pasca Pencerahan pada abad 19, yang sering disebut zaman Romantik,
tendensi sekular tersebut semakin memuncak.
Dalam perkembangan pemikiran selanjutnya, penekanan pada aspek-aspek
manusiawi dan keduniawian berkembang semakin kuat hingga lahirlah
humanisme sekular (secularhumanism). Humanisme sekular mirip
humanisme yang diinspirasikan oleh Nietzsche serta komitmen etis-estetis
untuk mewujudkan ideal yang nyata. Pendek kata, humanisme sekular
melihat manusia dan masyarakat atas dasar rasionalitas.
Anis Malik Thoha dalam bukunya Tren Pluralisme Agama: Tinjauan
Kritis menyebutkan bahwa secara umum humanisme sekular bercirikan
antroposentris, yakni menganggap manusia sebagai hakikat sentral kosmos
atau menempatkannya di titik sentral.26 Menurutnya humanisme sekular
adalah suatu sistem etika (ethical system) yang mengukuhkan dan
mengagungkan nilai-nilai humanis, seperti toleransi, kasih sayang dan
kehormatan tanpa adanya ketergantungan pada aqidah-aqidah dan ajaran-
ajaran agama.

8
b. Humanisme Religius

Sebagai respon dari humanisme sekuler muncul humanisme religius yang


bercorak teosentris (Tuhan sebagai pusat segalanya). Setiap agama
mempunyai konsep humanisme sendiri, tak terkecuali Islam. Menurut Marcel,
humanisme Islam berpusat pada ketauhidan yang membentuk transendensi
lebih dari sekedarideologi, transendensi inin akhirnya membentuk sebuah
aturan dan tatanan lengkap bagi hidup manusia untuk selalum menghormati
sesama manusia dan selalu berbuat kebajikan. Harun Nasution
mengemukakan berbagai pengertian tentang agama yang dikemukakan
sejumlah ahli, yaitu:

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib


yang harus dipatuhi;

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia;

3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan


pada suatu sumber yang berada di luar manusia dan yang mempengaruhi
perbuatan-perbuatan manusia;

4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup


tertentu;

5. Suatu sistem tingkah-laku (code of conduct) yang berasal dari suatu


kekuatan gaib;

6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber


pada kekuatan gaib;

7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah


danperasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat di alam
sekitar manusia;

8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang


Rasul.

Dari pendapat diatas kita bisa mengerti pentingnya agama bagi kehidupan
kita, tidak hanya sebagai penuntun spiritual kita tapi juga meliputi aspek

9
moral, sosial. Sehingga humanisme religius memandang manusia tidak hanya
dari aspek lahiriah manusia tapi juga spiritual.

2.4 Implikasi Filsafat Humanisme dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan tempat yang sangat ideal untuk menanamkan nilai-


nilai kemanusiaan dan untuk mengangkat harkat serta martabat manusia
ketempat yang lebih mulia, selain itu dengan pendidikan manusia dapat
memiliki kemampuan kognitif, dan kesiapan mental yang sempurna dan
berkesadaran maju yang berguna bagi mereka untuk terjun kemasyarakat,
menjalin hubungan sosial, dan memikul tanggung jawab mereka sebagai
individu maupun sebagai makhluk sosial.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kemakmuran dan kejayaan suatu


masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada sejauh mana keberhasilan
dalam bidang pendidikan. Filsafat humanisme ini berusaha memahami
prilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya. Selain itu Filsafat humanisme lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang
positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi
manusia dan para pendidik yang mengikuti filsafat humanisme biasanya
memfokuskan pembelajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi


positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakteristik yang
sangat kuat yang tampak dari para pendidik yang mengikuti filsafat
humanisme. Filsafat humanisme juga memiliki tujuan belajar yaitu untuk
memanusiakan manusia, proses belajar di anggap berhasil jika anak
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.

Penekanan dalam filsafat humanisme ini adalah penyelidikan efek emosi


dan hubungan interpersonal terhadap terbentuknya prilaku belajar, yang
melibatkan intelektual dan emosi sehingga tujuan akhir belajarnya adalah
mengembangkan kepribadian peserta didik, nilai-nilai yang di anut,
kemampuan sosial, dan konsep diri yang berkaitan dengan pencapaian
prestasi akademik. Bertitik tolak dari latar belakang itu, maka fokus dalam

10
pembahasan ini adalah membahas bagaimana aplikasi teori humanism itu di
terapkan dalam proses pembelajaran.

Untuk melihat implikasi humanisme lebih lanjut, makka berikut iniakan


ditelaah aspek-aspek pendidikan dalan tinjauan filsafat humanisme, meliputi
pendidik, peserta didik, kurikulum, dan metode pendidikan.

a. Tujuan pendidikan
Dari abad ke-16 sampai ke-17 filsafat pendidikan aliran Humanisme,
penekanan pada pendidikan bebas seperti gagasan orang-orang Yunani dan
Romawi. Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan harus terdiri dari suatu
susunan mata-mata pelajaran yang terbatasi, tetapi yang harus dikuasai
dengan sebaik-baiknya. Matapelajaran itu harus memiliki kekuatan untuk
melatih dan mengembangkan tubuh dan akal budi manusia.

Tujuan pendidikan dari fillsafat humanisme adalah membantu anak untuk


mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Guru yang
berperan sebagai orangtua kedua disekolah mengharapkan siswanya untuk
dapat memahami dir secara mandiri, mengembangkan potensi dirinya yang
bersifat positif dan meminimalisir potensi yang bersifat negatif. Dua
pandangan mengenai tujuan pendidikan dari aliran humanisme ini, yaitu:

1) Pengetahuan harus menjadi tujuan pendidikan. Maksud pendidikan


adalah mengorganisir segala pengetahuan;

2) Disiplin mental adalah tujuan pendidikan. Maksud pendidikan terutama


Sastra Yunani dan Romawi adalah disiplin pikiran dan untuk
mengembangkan otak (kemampuan kognitif) yang merupakan daya penyerap
pengetahuan, termasuk daya ingat dan daya pikir. Pikiran sehat dalam tubuh
yang sehat bersama-sama dengan perilaku moral. Kemudia atas desakan John
Locke, matematika dalam kurikulum disamping sastra kuno.Walaupun saat
ini pandangan ini ditolak oleh sebagian besar dari para pendidik sekuler,
tetapi beberapa neo humanis tetap menganggap penting bahwa daftar “buku-
buku terkenal” dapat membentuk dasar yang cukup bagi pendidikan.

11
b. Peranan Siswa

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai


proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi
diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran terhadap siswa lebih
kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.

c. Peran Guru
Peran guru dalam pembelajaran filsafat humanisme adalah menjadi
fasilitator bagi para siswa yaitu guru memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh
tujuan pembelajaran.
Psikolog humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yaitu
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan menjelaskan tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna .
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah untuk dimanfaatkan para siswa untuk membantu
mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas
dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok.
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-
angsur dapat berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi,

12
seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandanganya sebagai
seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaanya
dan juga pikiranya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksanakan,
tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau
ditolak oleh siswa.

d. Kurikulum
Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi
(personalized education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J
Rousseau (Romantic education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama
kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah
yang utama dan pertama dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa
mempunyai potensi, punya kemampuan dan kekuatan untuk berkembang.
Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu
atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh.

Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang


lebih menekankan segi intelektual dengan peran utama di pegang oleh guru.
Pendidikan humanistik menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan
suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks dan akrab. Berkat
situasi tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Tugas
guru adalah menciptakan situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk
mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri. Pendidikan mereka lebih
menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa) dan bagaimana
merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah
memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan
keterasingan dari lingkungan. Ada beberapa aliran yang termasuk dalam
pendidikan humanistik yaitu pendidikan konfluen, kritikisme radikal dan
mistikisme modern.
Pendidikan konfluen menekankan keutuhan pribadi, individu harus
merespon secara utuh (baik segi pikiran, perasaan maupun tindakan) terhadap
kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan.Kritikisme radikal bersumber dari

13
aliran naturalisme atau romantisme Rousseau. Mereka memandang
pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan
mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.Mistikisme modern
adalah aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaan
perasaan, kehalusan dan budi pekerti (Sukmadinata,1997:87).

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aliran ini memandang kepada satu aspek yaitu kemanusiaan. manusia


mempuyai kedudukan yang istimewa dan berkemampuan lebih dari mahluk
lainnya. Humanisme memiliki tipologi yaitu humanisme sekular yang fokus
terhadap duniawi dan humanisme religious yang fokus terhadap akhirat.

Humanisme juga memiliki 3 tokoh yang terkenal yaitu Abraham Harold


Maslow, Arthur W. Combs, dan . Carl Ransom Rogers.

Tujuan pendidikan dari fillsafat humanisme adalah membantu anak untuk


mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Guru
menjadi fasilitator bagi para siswa dalam proses mereka mengembangkan
kemampuannya yaitu dengan memberikan motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan siswa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bartolomeus Samho, “Humanisme Yunani Klasik dan Abad Pertengahan” dalam


Humanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan (Yogyakarta:
Jalasutra,2008),2.

Tim penyusun kamusn pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , edisi ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 412.

Franzs Magnis Suseno, “Humanisme Religious VS Humanisme Sekuler” dalam


Islam dan Humanisme

Ali Shari’ati, Humanisme Antara Islam dan Mazhab Barat, terj.Afif Muhammad
(Bandung: Pustaka Hidayah,

https://www.kompasiana.com/trinitautari/tokoh-
humanistik_59291ef2f196734e2c163af3

http://jintut-nocturna.blogspot.com/2011/04/tokoh-tokoh-humanisme.html?m=1

https://safnowandi.wordpress.com/2012/02/16/landasan-filosofis-belajar-
humanisme/

https://www.kompasiana.com/afifaainin1234567/humanisme-dalam-
pendidikan_59292940537b618f21b8c819

http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jli/article/download/327/258/

https://www.kompasiana.com/amirazhar/aplikasi-teori-humanisme-dalam-
kegiatan-pembelajaran_5528f7cbf17e6188258b4581

http://tugaspengembangankurikulum.blogspot.com/2015/12/kurikulum-
humanistik-makalah-ini-d.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai