Makalah Filsafat Pendidikan Teori Humanisme
Makalah Filsafat Pendidikan Teori Humanisme
Disusun Oleh :
Nana Andriyana ( 1202050084 )
Rahmatia Prihantiny Putri ( 1202050096 )
Siti Aifah A’isyah Fitri ( 1202050141 )
1
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim,
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak
kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun akan kami terima untuk meningkatkan kualitas dan
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu filsafat humanisme juga merupakan aliran yang membentuk basis
untuk filsafat pendidikan khususnya dalam pengajaran bagian psikologi, teori-
teori psikologi merupakan pandangan-pandangan dunia yang komprehensif yang
berfungsi sebagai basis bagi guru dalam pendekatan praktek pengajaran.
Orientasi-orientasi pengajaran pada umumnya berhubungan dengan pemahaman
kondisi-kondisi yang diasosiakan dengan pengajaran efektif, yang paling utama
yaitu orientasi-orientasi psikologis yang telah mempengaruhi filsafat-filsafat
pengajaran terutama psikologi humanistik.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan humanisme ?
2. Siapakah tokoh filsafat humanisme ?
3. Ada berapakah tipologi filsafat humanisme ?
4. Apa implikasi filsafat humanisme dalam pendidikan ?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian humanisme
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh humanisme
3. Untuk mengetahui tipologi humanisme
4. Untuk mengetahui implikasi humanisme dalam pendidikan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
martabat manusia sebagai makhluk rohani. Etika rohani mendasari manusia
untuk bertangungjawab dalam kehidupan di dunia.
2. Arthur W. Combs
6
Guru harus mengerti siswanya dimana mencoba menguasai dunia
presepsinya dan berusaha untuk mengubah pandangan tersebut. Combs
memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti 2 lingkaran
yang bertitik pusat satu: Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri
dan lingkungan besar. Lingkaran besar adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya
terhadap perilakunya. Jadi aktivitas yang sedikit pengaruhnya bagi orang
tersebut mudah terlupakan. Arthur Combs mengatakan bahwa tingkah laku
manusia dilihat dari sudut pandangnya. Hal ini berasal dari inner atau dalam
yang membedakan seseorang dengan yang lain.
Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan
wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers tidak
memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk
kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku
petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University
of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang
psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di
dibidang psikologi klinis pada tahun 1931. Pada tahun 1931, Rogers bekerja
di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to
Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan
tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk
membantu anak-anak bermasalah atau nakal dengan menggunakan metode-
metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The
Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan
tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University.
Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American
Psychological Society
7
manusia murni tanpa ada yang lain dan humanisme yang menambahkan unsur
ketuhanan sebagai bagian dari manusia itu sendiri.
a. Humanisme Sekuler
Istilah “sekular” berasal dari bahasa Latin “seaculum” yang mempunyai
makna ganda, yakni abad dan dunia. Kemudian muncul istilah sekularisme
sebagai cara pandang yang membatasi diri pada yang temporal dan duniawi
saja. Secara ringkas, sekularisme merupakan gerakan yang dalam mengurus
dan mengelola kehidupan ini tidak mau mengaitkannya dengan urusan-urusan
religius, adikodrati dan keakhiratan, melainkan mengarahkan diri pada
konteks duniawi ini saja.
Gerakan sekularisme yang cikal bakalnya mulai eksplisit pada zaman
Renaisans, pada awalnya lebih merupakan suatu sisem etika yang
berlandaskan prinsip-prinsip moral yang tidak berpijak pada wahyu, bebas
dari agama maupun urusan kepercayaan ghaib. Dasar pemikirannya adalah
kebebasan berpikir sebagai hak seorang manusia, sehingga manusia bebas
berpikir dan bertindak.Gerakan Renaisans membuka jalan bagi eksplorasi
kemampuan akal budi manusia yang kemudian berkembang dalam gerakan
Pencerahan (Aufklarung) dan Revolusi Prancis pada abad 18. Kemudian
pasca Pencerahan pada abad 19, yang sering disebut zaman Romantik,
tendensi sekular tersebut semakin memuncak.
Dalam perkembangan pemikiran selanjutnya, penekanan pada aspek-aspek
manusiawi dan keduniawian berkembang semakin kuat hingga lahirlah
humanisme sekular (secularhumanism). Humanisme sekular mirip
humanisme yang diinspirasikan oleh Nietzsche serta komitmen etis-estetis
untuk mewujudkan ideal yang nyata. Pendek kata, humanisme sekular
melihat manusia dan masyarakat atas dasar rasionalitas.
Anis Malik Thoha dalam bukunya Tren Pluralisme Agama: Tinjauan
Kritis menyebutkan bahwa secara umum humanisme sekular bercirikan
antroposentris, yakni menganggap manusia sebagai hakikat sentral kosmos
atau menempatkannya di titik sentral.26 Menurutnya humanisme sekular
adalah suatu sistem etika (ethical system) yang mengukuhkan dan
mengagungkan nilai-nilai humanis, seperti toleransi, kasih sayang dan
kehormatan tanpa adanya ketergantungan pada aqidah-aqidah dan ajaran-
ajaran agama.
8
b. Humanisme Religius
Dari pendapat diatas kita bisa mengerti pentingnya agama bagi kehidupan
kita, tidak hanya sebagai penuntun spiritual kita tapi juga meliputi aspek
9
moral, sosial. Sehingga humanisme religius memandang manusia tidak hanya
dari aspek lahiriah manusia tapi juga spiritual.
10
pembahasan ini adalah membahas bagaimana aplikasi teori humanism itu di
terapkan dalam proses pembelajaran.
a. Tujuan pendidikan
Dari abad ke-16 sampai ke-17 filsafat pendidikan aliran Humanisme,
penekanan pada pendidikan bebas seperti gagasan orang-orang Yunani dan
Romawi. Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan harus terdiri dari suatu
susunan mata-mata pelajaran yang terbatasi, tetapi yang harus dikuasai
dengan sebaik-baiknya. Matapelajaran itu harus memiliki kekuatan untuk
melatih dan mengembangkan tubuh dan akal budi manusia.
11
b. Peranan Siswa
c. Peran Guru
Peran guru dalam pembelajaran filsafat humanisme adalah menjadi
fasilitator bagi para siswa yaitu guru memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh
tujuan pembelajaran.
Psikolog humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yaitu
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan menjelaskan tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna .
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah untuk dimanfaatkan para siswa untuk membantu
mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas
dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok.
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-
angsur dapat berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi,
12
seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandanganya sebagai
seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaanya
dan juga pikiranya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksanakan,
tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau
ditolak oleh siswa.
d. Kurikulum
Kurikulum Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi
(personalized education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J
Rousseau (Romantic education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama
kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah
yang utama dan pertama dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa
mempunyai potensi, punya kemampuan dan kekuatan untuk berkembang.
Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu
atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh.
13
aliran naturalisme atau romantisme Rousseau. Mereka memandang
pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan
mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya.Mistikisme modern
adalah aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaan
perasaan, kehalusan dan budi pekerti (Sukmadinata,1997:87).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun kamusn pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , edisi ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 412.
Ali Shari’ati, Humanisme Antara Islam dan Mazhab Barat, terj.Afif Muhammad
(Bandung: Pustaka Hidayah,
https://www.kompasiana.com/trinitautari/tokoh-
humanistik_59291ef2f196734e2c163af3
http://jintut-nocturna.blogspot.com/2011/04/tokoh-tokoh-humanisme.html?m=1
https://safnowandi.wordpress.com/2012/02/16/landasan-filosofis-belajar-
humanisme/
https://www.kompasiana.com/afifaainin1234567/humanisme-dalam-
pendidikan_59292940537b618f21b8c819
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jli/article/download/327/258/
https://www.kompasiana.com/amirazhar/aplikasi-teori-humanisme-dalam-
kegiatan-pembelajaran_5528f7cbf17e6188258b4581
http://tugaspengembangankurikulum.blogspot.com/2015/12/kurikulum-
humanistik-makalah-ini-d.html?m=1
16