Oleh :
ASTIROH P25202110001
ENNY RUSLIKAWATI P25202110002
GEVI FEBRIANTIKA P25202110003
MARTHA ADE ERMAYANI P25202110004
FIKY NOFIKA RISMAYANTY P25202110005
ASHFERINE MARBAH ABDULLAH P25202110006
LELI RATNA KARIN W P25202110007
NURUL AFIDAH P25202110008
MALINA SETIYANI P25202110009
NUR MASILLAH P25202110010
ERNI SURYAWATI P25202110011
SRI RAHAYU P25202110012
SITI MUSHOFFAH P252021100013
hal
1.2 Tujuan
2.1 Menopause
B. Perimenopause
Perimenopause adalah masa sebelum, selama dan sesudah menopause.
Perimenopause terjadi karena menyesuaikan diri menuju menopause. Biasanya
terjadi sekitar 2-8 tahun sebelum menopause dan 1 tahun setelah periode
berakhirnya menstruasi. Perimenopause terjadi karena turunnya jumlah folikel
pada indung telur sehingga estrogen mengalami penurunan jumlah produksi.
Akibat dari penurunan estrogen terjadi gejala- gejala seperti timbul misalnya rasa
panas membakar di wajah yang sering timbul pada malam hari, kekeringan pada
vagina, siklus menstruasi tidak teratur dan tanda perubahan lainnya. Usia
perimenopause wanita biasanya 45 tahun sampai terjadinya menopause. Atau 5
tahun sebelum terjadinya menopause.
• Patofisiologi Sindroma Perimenopause
Sindrom perimenopause adalah sekumpulan gejala dan tanda yang terjadi pada
masa perimenopause. Kurang lebih 70% wanita usia peri dan pascamenopause
mengalami keluhan vasomotor, keluhan psikis, depresi, dan keluhan lainnya
dengan derajat berat-ringan yang berbeda- beda pada setiap individu. Keluhan
tersebut akan mencapai puncaknya pada saat menjelang dan setelah menopause
kemuadian berangsur-angsur berkurang seiring dengan bartambahnya usia dan
tecapainya keseimbangan hormon pada masa senium.
C. Menopause
Menopause merupakan waktu penghentian menstruasi secara permanen yang
terjadi setelah hilangnya aktivitas ovarium. Pada tahun sebelum menopause
yang mencakup perubahan dari siklus ovulasi normal penghentian menstruasi
dikenal sebagai tahun transisi perimenopause yang ditandai dengan
ketidakteraturan siklus menstruasi (William, 2008). Morbiditas dan mortalitas
wanita menopause lebih tinggi dibandingkan wanita premenopause. Risiko
penyakit jantung koroner pada wanita menopause sebesar 50% dan 31%
diantaranya akan mengakibatkan kematian. Wanita menopause juga memiliki
risiko tinggi mengalami osteoporosis. Pada wanita usia ≥ 50 tahun terdapat 30%
yang mengalami osteoporosis.
Terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan usia terjadinya menopause.
Salah satunya adalah paritas. Paritas merupakan keadaan seorang wanita
sehubungan dengan kelahiran anak yang dapat hidup. Dalam sebuah penelitian
kohort, pengaruh paritas terhadap usia menopause dikaitkan dgn aktivitas
progesteron dan pengaruhnya terhadap reseptor Anti-Mullerian Hormone (AMH).
Seiring dengan perubahan hormonal saat hamil, kadar progesteron yang sangat
tinggi terbukti meningkatkan ekspresi reseptor AMH tersebut di jaringan.
Tingginya jumlah reseptor AMH ini pada akhirnya akan memperkuat efek inhibisi
proses initial recruitment dari folikel perimordial sehingga memperlambat
kejadian menopause. Seorang wanita yang sering melahirkan akan semakin
banyak terjadi peningkatan progesteron yang signifikan sehingga akan semakin
sering terjadi inhibisi pelepasan folikel. Semakin sering wanita melahirkan maka
makin lama (lambat) ia mengalami menopause, sebuah studi kohort lainnya
menyatakan bahwa perbedaan usia menopause yang terjadi antara nullipara
dengan multipara berkisar 0,4 – 4,8 tahun lebih cepat untuk perempuan nullipara
(Goarga, 2016).
• Patofisiologi Menopause
6. Pemakaian Kontrasepsi
Kontrasepsi yang mempengaruhi menopause seseorang adalah kontrasepsi
hormonal karena cara kerja kontrasepsi hormonal yang menekan kerja ovarium
atau indung telur. Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan
lebih lama atau tua memasuki masa menopause.
7. Status Gizi
Faktor yang mempengaruhi menopause lebih awal biasanya dikarenakan konsumsi
yang sembarangan. Jika ingin mencegah menopause lebih awal dapat dilakukan
dengan menerapkan pola hidup sehat seperti tidak merokok, serta mengkonsumsi
makanan yang baik misalnya sejak masih muda rajin mengkonsumsi makanan
sehat seperti kedelai, kacang merah, bengkoang atau papaya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
a. Identitas
Umur : 50 Th Umur : 42 Th
Agama : Islam Agama : Islam
b. Keluhan Utama
Ibu mengeluh akhir- akhir ini dirinya sering merasakan rasa panas disekitar
wajah dan leher sejak 5 hari yang lalu. Ibu menyatakan bahwa sudah tidak haid
selama 1 tahun terakhir.
c. Riwayat Perkawinan
Status perinakahan : Menikah
Nikah ke 1
Umur saat menikah : 26 tahun
Lama menikah : 24 tahun
d. Riwayat Haid
Menarche umur : 14 tahun
Siklus :-
Teratur/tidak : tidak haid selama 1 tahun terakhir
Lamanya :-
Banyaknya :-
Dismenorhoe : Pernah sebelum menikah
e. Riwayat KB
Ibu tidak menggunakan KB sejak sekitar 8 bulan yang lalu. Sebelumnya ibu
menggunakan kb Implant.
f. Riwayat Kesehatan
• Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi : Nasi, tahu, tempe, ikan, telur, daun
kangkung, wortel, hati ayam
Frekuensi : 3 x sehari
• Eliminasi
BAB
Konsistensi : Lembek
BAK
Bau : Pesing
• Personal Hygiene
Frekuensi mandi : 2 x sehari
Frekuensi gosok gigi : 2 x sehari
Frekuensi ganti pakaian/jenis : 2 x sehari
• Aktifitas
Masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
menyapu, mencuci piring, mencuci pakaian, mengurus anak, memasak
dan mengajar di TK.
• Tidur dan Istirahat
Siang hari : Jarang, terkadang 1-2 jam
Malam hari : 6-7 jam
Masalah : Tidak ada
• Pola Seksual
Frekuensi : 1 x / bulan
Masalah : Sedikit terasa sakit saat berhubungan dan sering kali
tidak ingin melakukan hubungan seksual.
k. Keadaan : Composmentis
l. Keadaan umum
Tanda tanda vital
• Tekanan darah: 130/80 mmHg
• Suhu : 36,0C
• Nadi : 80x/m
• Respirasi : 20x/m BB
: 56kg
TB : 160cm
m. Pemeriksaan fisik
n. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
V. Perencanaan
3. Anjurkan ibu untuk makan – makanan yang bergizi rendah lemak dan
rendah gula
VI. Penatalaksanaan
❖ Sulit tidur
❖ Pusing
❖ Kelelahan
❖ Kerapuhan tulang
❖ Penuaan
6. Menganjurkan ibu untuk balneoterapi (pengaturan diet) dengan cara
sering berolah raga ringan terlebih dahulu atau step by step, misalnya
berjalan kaki, jogging atau lari kecil, bersepeda. Kemudian untuk
makanan yaitu makanan yang kaya akan lignan dan isoflavon, seperti :
kacang kedelai, serta kacang – kacangan. Lignan dapat ditemukan dalam
biji – bijian, serat, buah – buahan, dan berbagai sayuran.
VII. Evaluasi
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu bersedia istirahat cukup
3. Ibu bersedia untuk makan – makanan yang bergizi, rendah lemak dan
rendah gulaserta yang banyak mengandung vitamin E
4. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan dirinya
5. Ibu telah mengetahui dan mengerti tentang gejala menopause
6. Ibu bersedia untuk melakukan olahraga ringan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata men yang berarti bulan dan
peuseis yang berarti penghentian sementara. Sebenarnya, secara linguistik kata yang
lebih tepat adalah menocease yang berarti masa berhentinya menstruasi. Dalam
pandangan medis, menopause didefinisikan sebagai masa penghentian haid untuk
selamanya. Tahapan-tahapan menopause terdiri dari pramenopause, perimenopause,
menopause dan pascamenopause. Tanda dan gejala menopause terdiri dari rasa panas
disekitar wajah atau leher, nyeri pada persendian, haid mulai tidak teratur sampai haid
berhenti keluar, pengeluaran keringat berlebih, perubahan warna kulit, dan terjadinya
penuaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menopause bukanlah suatu
yang menakutkan. Kedatangannya tidaklah menakutkan asalkan kita bisa
mensikapinya dengan bijaksana & apabila terjadi keluhan-keluhan, kunjungilah nakes
untuk mendapatkan terapinya.
Pada tinjauan kasus di atas dapat disimpulkan bahwa Ny.S telah mengalami
menopause, Ny.S merasakan rasa panas di sekitar wajah dan leher sehingga sulit tidur
dan tidak mengalami haid kurang lebih 1 tahun. Untuk mengurangi gejala menopause
dapat dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin E, melakukan
olahraga secara teratur istirahat cukup, menjaga kebersihan tubuh, menghindari
makanan berlemak dan mengandung caffein. Untuk menghilangkan rasa khawatir atau
cemas yang dialami ibu menopouse dengan gangguan menopouse, dapat dilakukan
dengan memberikan edukasi terkait tanda gejala, cara penanganan masalah pada
menopouse. Pada kasus di atas, dapat dilihat bahwa ibu telah melakukan hal yang
tepat dengan melakukan kunjungan atau berkonsultasi dengan petugas kesehatan
sehingga hal tersebut dapat juga mengurasi risiko-risiko terjadinya gangguan pada
masa menopause.
4.2 Saran
Menjadi tua dan keriput memang hal yang sering ditakuti oleh para wanita.
Namun, hal ini bukan berarti wanita kehilangan identitas kewanitaannya. Justru
seharusnya sadar bahwa wanita yang mengalami masa menopause memulai fase
kehidupan baru sebagai wanita yang matang dalam berpikir. Namun, memang tidakdapat
dipungkiri bahwa saat memasuki masa menopause akan terjadi perubahan fisik dan
emosi. Oleh karena itu, masa menopause merupakan masa yang membutuhkan
penyesuaian diri dan pengertian dari berbagai pihak, terutama keluarga. Selain hal
tersebut penting diingat bahwa gaya hidup kita semasa muda sangat mempengaruhi
gejala menopause yang akan dirasakan kelak. Ibu yang mengalami menopause harus
senantiasa enerima keadaan tersebut sebagai proses daur hidup seorang wanita. Jikahal
tersebut terjadi, maka akan mengurangi risiko-risiko gangguan psikologis pada masa
menopause.
DAFTAR PUSTAKA
Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I, Danforth's obstetrics and gynecology, Edisi ke-
10. Lippincott Williams & Wilkins.2008. hlm. 967-88.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Ida Bagus Gde Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita, Edisi 2. Jakarta : EGC
Marettih, A.K.E., 2012. Kualitas Hidup Perempuan Menopause. Marwah: Jurnal Perempuan,
Agama dan Gender, 11(2), pp.1-17.
Nirmala. 2003. Hidup Sehat Dengan Menopause. Jakarta: Buku Populer Nirmala.
Robert, Reid.2014. Managing Menopause. Volume 36, Number 9. Journal of Obstetrics and
gynaecology Canada.ON.ISSN 1701- 2163.http://www.jogc.com
Varney, Helen; Kriebs J.M; Gegor C.L. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 4.
Jakarta : EGC.