Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN 14:

PEMBAGIAN GOLONGAN TRANSFORMATOR


D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan jenis-jenis transformator. Anda harus mampu:
- Menjelaskan perbandingan transformasi tegangan pada transformator
- Menyebutkanperbandingan transformasi pada transformator.
.
URAIAN MATERI
PEMBAGIAN GOLONGAN PADA TRANSFORMATOR ARUS PUTAR
Seperti telah kita ketahui bahwa Transformator arus putar itu pada dasarnya serta
azasnya terdiri dari : tiga buat trafo fasa tunggal dengan tiga buah inti ( Kern ) besi yang
dipasang pada satu rangka atau rumah trafo.
Pada tiap inti, yaitu pada inti ke satu, inti ke dua dan inti ke tiga ditempatkan
sepasang lilitan yakni lilitan primer dan lilitan skunder, dengan demikian pada seluruhnya
akan terdapat tiga buah lilitan primer dan lilitan skunder ( lihat gambar 1 ).
Sedangkan gambar 1 a menunjukan kepada kita cara-cara pemasangan gulungan-
gulungan tadi yang mana gulungan kawatnya telah dilindungi dengan isolasi ( penyekat )
guna mencegah persinggungan dengan rangka.

( gambar 1 )

Pada teori Arus Putar ini tidak banyak berbeda dengan teori Generator arus
putar, yaitu tentang ujung-ujung pada lilitan harus diberi huruf-huruf sebagai
berikut :

55
Untuk lilitan fasa yang pertama U - X atau U1 - U2

Untuk lilitan fasa yang ke dua V - Y atau V1 - V2

Untuk lilitan fasa yang ke tiga W - Z atau W1 - W2

Untuk dapat membedakan antara lilitan fasa yang bertegangan tinggi dan
lilitan fasa yang bertegangan rendah, maka dipergunakan huruf-huruf besar dan
huruf-huruf kecil.

Pada tegangan tinggi huruf-hurufnya adalah : U - X; V - Y; W - Z; Sedang untuk


tegangan yang rendah memakai huruf-huruf ; u - x; v - y dan w - z.

Didalam pelaksanaannya, bahwa tiga buah lilitan fasa pada primer dapat
dihubungkan dalam berbagai macam hubungan yaitu : hubungan segitiga atau
hubungan bintang, demikian juga halnya pada lilitan skunder. Bahkan lilitan-lilitan
fasa pada skunder dapat juga dihubungkan dalam hubungan yang berliku-liku atau
dengan istilah asingnya “ zig-zag” ( baca : hubungan zig-zag ).

Dengan adanya hubungan sigitiga atau bintang atau zig-zag, maka akan
mendapatkan banyak sekali kemungkinan-kemungkinan hubungan seperti di bawah
:

Primer dalam hubungan segitiga ( Δ ), skunder dalam hubungan segitiga ( Δ )

Primer dalam hubungan segitiga ( Δ ), skunder dalam hubungan bintang ( Y )

Primer dalam hubungan segitiga ( Δ ), skunder dalam hubungan zig-zag ( Z )

Primer dalam hubungan bintang ( Y ), skunder dalam hubungan bintang ( Y )

Dengan banyaknya hubungan-hubungan itu maka diadakan pembagian-


pembagian golongan-golongan.

Menurut normalisasi Jerman, maka trafo-trafo arus putar tadi dibagi


dalam 4 golongan, yaitu : golongan A, B, C dan D. Tiap golongan masih dibagi
lagi menurut 3 jenis, dengan demikian akan terdapat : 4 x 3 = 12 macam
hubungan, yang normal yaitu : A1 : A2 dan A3.

Golongan A1 > D . d . 0

Y . y . 0

D . z . 0

B1, B2, B3 dari golongan B > D . d . 6

Y . y . 6

D . z . 6

C1, C2, C3 dari golongan C.


56
D1, D2, D3 dari golongan D.

Pembagian hubungan pada tiap-tiap arus putar menurut normalisasi


Belanda adalah lebih jelas yaitu sekaligus menyatakan juga bagaimana
hubungan primer ( bagian untuk tegangan tinggi ) dan hubungan skunder (
bagian untuk tegangan rendah ).

Selain dari pada itu dalam pembagian hubungan-hubungan itu


dinyatakan juga bagaimana keadaan sudut pergeseran fasanya antara
tegangan tinggi dan tegagangan rendah.

Umumnya normalisasi Belanda menggunakan huruf singkatan sebagai


berikut :

D = Untuk hubungan sigitiga pada lilitan tegangan tinggi ( primer )

d = Untuk suatu hubungan segitiga pada lilitan tegangan rendah ( skunder )

Y = Untuk suatu hubungan bintang pada lilitan tegangan tinggi ( primer )

y = Untuk suatu hubungan bintang pada lilitan tegangan rendah ( skunder )

sedangkan :

z = Untuk suatu hubungan zig-zag ( liku-liku ) pada lilitan tegangan rendah (


skunder )

Hubungan zig-zag tidak diselenggarakan pada lilitan tegangan tinggi (


primer ) tetapi diselenggarakan pada lilitan tegangan rendah ( skunder ).

Menurut normalisasi Jerman suatu trafo arus putar umumnya


dinyatakan dengan huruf A, tetapi lain halnya untuk normalisasi Belanda
dengan huruf D.d.0 yang artinya : Bahwa tegangan tinggi ( primer ) dalam
hubungan segitiga ( Δ ) untuk lilitan tegangan rendahnya ( skunder ) dalam
hubungan segitiga ( Δ ) sedangkan yang dimaksud angka 0 (nol) ini
menunjukan besarnya sudut pergeseran fasanya.

Pernyataan angka 0 (nol) tersebut diatas yang sebenarnya adalah pernyataan


dari penunjukan jarum jam. Jarum yang panjang dapat dipandang sebagai
vektor yang bertegangan tinggi dan jarum yang pendek sebagai vektor
tegangan rendah.

Cara membacanya :

57
12

9 3

Apabila kedua jarum jam tadi tepat menunjukan pada angka 12 (


berimpit, antara jarum panjang dan jarum pendek ), maka kita selalu
mengadakan pembacaan bahwa penunjukan ini adalah nol (0). ( lihat gambar
diatas )

Untuk hubungan A2 menurut normalisasi Jerman adalah sama dengan


Y.y.0.

Menurut normalisasi dari Belanda yang artinya :

1. Lilitan teangan tinggi ( primer ) dalam keadaan hubungan bintang ( Y )


2. Lilitan tegangan rendah ( skunder ) dalam keadaan hubungan bintang (
Y)
Dan sudut pergeseran fasanya adalah nol (0).
Hubungan A3 adalah sama dengan D.Z.0 dan artinya :

Lilitan tegangan tingginya dalam hubungan segitiga (Δ), untuk lilitan tegangan
rendahnya dalam hubungan zig-zag dan sudut pergeseran fasanya adalah nol
(0).

Perhatikan gambar 2a + b di bawah sekaligus menunjukan sistem hubungan


gulungan kawat pada teras ( inti 0 dan disamping itu menunjukan pula vektor
diagram dari D.d.0.

Klem-klem untuk hubungan dengan jaring-jaring tegangan tinggi adalah


U, V dan W. sedangkan klem-klem untuk hubungan denga jaring-jaring
tegangan rendah ditandai dengan huruf-huruf u, v, w. Peraturan normalisasi
ini menyatakan bahwa urutan-urutannya dari pada huruf klem untuk tegangan
tinggi harus berurutan yang berdasarkan susunan alfabet.

Gambar 2 c, d dan e menunjukan hubungan dari sebuah trafo yang


bergolongan A2 atau Y. Y. O.

Gambar 2.

58
59

Anda mungkin juga menyukai