24628-Article Text-75332-1-10-20181220
24628-Article Text-75332-1-10-20181220
Makalah: Diterima 16 November 2017; Diperbaiki 9 Mei 2018; Disetujui 20 Mei 2018
ABSTRACT
Intentional contamination threats to food supply chain has increased. Risk management can be used to
handle such threats. Risk management methods such as International Organization for Standardization (ISO)
22000, Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) can only be applied for unintentional
contamination threats. The objectives of this research was to develop a model of risk management for intentional
contamination threat on pasteurized milk supply chain in Indonesia. A case study using Threat Assessment
Critical Control Point (TACCP) was conducted in PT XYZ to apply the model. The results showed that the
threats can be divided into food fraud risk and food defense risk. The threat to this pasteurized product from this
company could be classified as low risk by applying actions, such as prevention, detection, and deterrence.
Keywords : food defense, food fraud, intentional contamination, pasteurized milk
ABSTRAK
Ancaman terjadinya kontaminasi yang disengaja pada rantai pasok pangan cenderung meningkat.
Manajemen risiko dapat digunakan untuk menangani ancaman tersebut. Metode manajemen risiko seperti ISO
22000, Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) hanya dapat diterapkan untuk menangani
ancaman kontaminasi tidak disengaja. Tujuan penelitian ini adalah membuat model manajemen risiko
kontaminasi yang disengaja pada rantai pasok susu pasteurisasi di Indonesia. Studi kasus menggunakan Threat
Assessment Critical Control Point (TACCP) dilakukan di PT. XYZ untuk mengaplikasikan model. Hasil
menunjukkan bahwa ancaman kontaminasi yang disengaja terdiri dari risiko food fraud dan risiko food defense.
Ancaman pada produk susu pasteurisasi pada perusahaan ini dapat dikategorikan low risk dengan menerapkan
tindakan preventif, deteksi, dan menghalangi.
Keywords: food defense, food fraud, kontaminasi disengaja, susu pasteurisasi
PENDAHULUAN penambahan adulterant dengan bertujuan
meningkatkan nilai suatu produk pangan sehingga
Kejadian keracunan akibat konsumsi mendapatkan keuntungan ekonomi. Kejadian terkait
pangan di Indonesia masih cukup tinggi. Data dari food fraud di Indonesia antara lain daging
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada gelonggongan, madu palsu, biskuit dan cokelat yang
tahun 2016 menunjukkan bahwa terdapat Kejadian mengandung ganja, serta bakso daging sapi yang
Luar Biasa (KLB) keracunan pangan sebanyak 60 diganti dengan daging celeng (Hariyadi, 2015a).
kejadian dengan jumlah orang terpapar sebanyak Selain itu, adanya penggunaan yang salah (misuse)
3.351 orang sakit dan 7 orang meninggal dunia sejumlah bahan kimia berbahaya pada pangan
(BPOM, 2016). Keracunan pangan umumnya terjadi seperti boraks, formalin, rhodamin B, dan kuning
karena adanya kontaminasi oleh kontaminan yang metanil (Dewanti-Hariyadi dan Hariyadi, 2012).
secara tidak sengaja. World Health Organization (WHO)
Pada perkembangannya, ancaman mengeluarkan resolusi pada tahun 2002 mengenai
kontaminasi pada pangan dapat terjadi karena adanya ancaman nyata penyebaran agen kontaminan
tindakan yang disengaja. Spink dan Moyer (2011) fisik, kimia, atau radioaktif melalui makanan yang
menjelaskan bahwa risiko pada pangan akibat ditujukan untuk membahayakan masyarakat (WHO,
tindakan yang disengaja adalah risiko food fraud dan 2002). Contoh kejadian terkait food defense adalah
risiko food defense. Food fraud terdiri dari beberapa kontaminasi menggunakan kultur Salmonella
subtipe, salah satunya adalah economically typhimurium pada restoran salad bar yang
motivated adulteration (EMA) yaitu adanya mengakibatkan 751 orang terkena salmonellosis
*Penulis Korespodensi
162 Jurnal Teknologi Industri Pertanian 28 (2):162-170
Nindya Malvins Trimadya, Hartrisari Hardjomidjojo dan Elisa Anggraeni
Mulai
Penilaian Ancaman
(Threat Assesment)
Analisis
Penilaian Kerentanan
(Vulnerability Assesment)
Tindakan Pengendalian
Selesai
Selesai
Studi Kasus Manajemen Risiko Kontaminasi disertai dengan identifikasi personel yang memiliki
Disengaja akses, tindakan preventif atau mitigasi yang
Identifikasi Aliran Produk Susu Pasteurisasi diterapkan, jenis adulterant atau kontaminan yang
Identifikasi dilakukan melalui observasi digunakan, dan kemungkinan terdeteksi oleh metode
lapang ke salah satu koperasi pengumpul susu dan QA/QC yang diterapkan.
PT. XYZ. Wawancara dilakukan dengan responden
untuk mendapatkan data aktor dan aliran rantai Penilaian Risiko (Risk Assesment)
pasok yang dilalui produk susu pasteurisasi. Penilaian risiko dilakukan melalui FGD
dengan memberikan skor peluang (likelihood) (Tabel
Penilaian Ancaman (Threat Assesment) 2) dan dampak (impact) (Tabel 3) pada tiap ancaman
Penilaian ancaman dilakukan untuk yang teridentifikasi. Kategori risiko dan tipe
mendapatkan tipe pelaku dan ancaman terkait ancaman didapat sesuai matriks risiko pada Tabel 4.
kontaminasi disengaja melalui studi literatur,
wawancara, dan FGD. Responden yang terlibat. Penentuan Tindakan Pengendalian
FGD dilakukan untuk menentukan tindakan
Penilaian Kerentanan (Vulnerability Assesment) pengendalian bagi masing-masing ancaman.
Identifikasi dilakukan pada tiap tahapan Tindakan pengendalian dapat dipilih terdiri dari
produksi susu pasteurisasi untuk menilai adanya tindakan yang sudah diterapkan atau tindakan
kelemahan yang dapat meningkatkan peluang pengendalian tambahan bila belum diterapkan.
terjadinya ancaman kontaminasi disengaja. Penilaian
Penilaian Kerentanan
Penilaian kerentanan dilakukan untuk
mengidentifikasi tahapan yang memiliki kelemahan
pengumpul susu kepada peternak melalui tenaga sumberdaya untuk memastikan susu yang dipasok
penyuluh atau training, sertifikasi FSSC 22000 Food sesuai persyaratan, pemasok terikat kontrak
Safety System Certification dan penggunaan Threat memasok susu sesuai persyaratan yang ditetapkan
Assessment Critical Control Point (TACCP), oleh IPS dan adanya mekanisme penentuan harga,
peningkatan awareness melalui training dan PT. XYZ memberikan bantuan dana dan peralatan
penyusunan TACCP oleh masing-masing serta melakukan pembinaan, koperasi
Departemen, penerapan standar ISO 9001:2008, ISO memperhatikan jarak yang harus ditempuh ke IPS,
22000:2005, dan ISO 17025:2005, pelaksanaan dan persyaratan yang ditetapkan pada pelanggan
mock recall untuk penarikan produk, dan terkait penanganan dan penyimpanan produk
pemeriksaan kondisi product display harian.
Van Ruth et al. (2017) menyatakan bahwa Model Manajemen Risiko Kontaminasi Disengaja
sistem monitoring untuk pengendalian incoming Rantai Pasok Susu Pasteurisasi
material termasuk rencana sampling sistematis, Model manajemen risiko kontaminasi yang
metode deteksi pemalsuan yang spesifik dan akurat, disengaja dilakukan melalui penilaian ancaman dan
dokumentasi dan monitoring pemalsuan yang jelas pelaku yang dapat melakukan tindakan kontaminasi,
akan meningkatkan kemungkinan dalam mendeteksi penilaian kerentanan pada aliran produk susu
produk yang dipalsukan. Ketersediaan atau pasteurisasi, penilaian risiko, dan penentuan
ketiadaan metode deteksi mempengaruhi kerentanan tindakan pengendalian. Model manajemen risiko
terhadap pemalsuan. Tindakan deteksi antara lain kontaminasi disengaja dapat dilihat pada Gambar 3.
pemeriksaan awal di TPK (milk can, visual, berat Tindakan preventif yang dapat dilakukan
jenis, suhu, dan uji alkohol), pengujian di koperasi antara lain pembinaan ke peternak oleh koperasi
(uji pemalsuan (karbonat), uji antibiotik, uji kualitas, susu, pembinaan ke pemasok oleh IPS, penerapan
dan uji mikroba), uji pemalsuan susu di IPS (lemak standar terkait food fraud dan food defense,
nabati, pati/tepung, glukosa, sukrosa, karbonat, peningkatan awareness terkait food fraud dan food
boraks, peroksida, formalin, urea, melamin, dan defense, penerapan standar terkait kualitas dan
antibiotik), dan pengujian pada IPS pada tahap keamanan pangan, peningkatan kemampuan
penerimaan raw material, work in process dan finish ketertelusuran dan penarikan produk, pemeriksaan
goods. oleh SPG, dan pemeriksaan chiller secara periodik.
Tindakan menghalangi antara lain segel Audit yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam
khusus pada pipa dan tutup tangki truk dari memastikan penerapan standar terkait food fraud dan
pemasok, penggunaan CCTV dan pembatasan akses food defense atau standar manajemen mutu dapat
pada peralatan produksi, penggunaan gembok pada digunakan untuk memastikan komitmen manajemen
angkutan distribusi dilakukan disertai pemeriksaan dan penanganan produk susu yang tidak memenuhi
saat keberangkatan dan kedatangan truk, standar agar tidak dicampur dengan produksi produk
pelaksanaan prosedur penerimaan tamu dan berikutnya pada koperasi susu atau IPS.
pengamanan, penerapan segregasi area dengan Tindakan deteksi yang dapat dilakukan antara
prosedur penggunaan seragam tertentu, izin lain uji pemalsuan susu dan uji kualitas susu segar di
memasuki area dan pendampingan, penerapan koperasi susu, serta uji pemalsuan susu saat
teknologi GPS dan data logger, dan kemasan produk penerimaan, uji kualitas produk, dan pemutakhiran
dengan seal pada tutup kemasan atau sistem sobek. jenis adulterant dan metode uji di IPS. Tindakan
Faktor lain yang berpengaruh adalah struktur menghalangi yang dapat dilakukan antara lain
dan manajemen rantai pasok susu pasteurisasi. Chen diterapkannya prosedur dan fasilitas keamanan,
et al. (2014) menyatakan bahwa kasus melamin pada penerapan teknologi (contoh : CCTV), penguncian
susu formula di Tiongkok secara umum disebabkan dan pembatasan area, penggunaan kemasan produk
karena Sanlu Grup selaku industri pengolahan susu yang aman, penggunaan GPS dan data logger, dan
kurang melakukan supervisi dan pengendalian pada penggunaan segel atau penguncian pada truk.
rantai pasoknya seperti kurangnya pelatihan dan Struktur dan manejemen rantai pasok yang
monitoring pemasok, peternak dan pengumpul susu dapat diterapkan antara lain penerapan syarat
yang bekerjasama tidak mendapat pelatihan penerimaan susu, mekanisme penentuan harga susu,
pengetahuan dasar pengendalian mutu dan pemilihan pemasok yang berkomitmen terhadap
pemeriksaan latar belakang, dan pengumpul susu kualitas dan keamanan produk, pemilihan distributor
terorganisasi secara baik serta kurangnya dan pelanggan yang berkomitmen terhadap kualitas
dokumentasi. Dalam mengelola struktur dan dan keamanan produk, dan mendorong penerapan
manajemen rantai pasok, tindakan yang telah tindakan pencegahan terhadap kontaminasi disengaja
dilakukan antara lain adalah PT. XYZ selaku IPS terkait risiko food defense pada distributor dan
melakukan kerjasama dengan pemasok yang pelanggan.
berbadan hukum. PT. XYZ tidak melakukan Ancaman kontaminasi yang disengaja
kerjasama dengan peternak langsung atau pedagang secara umum terdiri dari risiko food fraud dan risiko
pengumpul, IPS dan distributor yang berasal dari food defense. Penanganan ancaman kontaminasi
grup yang sama, Pemasok memiliki organisasi dan yang disengaja dapat diterapkan bersamaan dengan
penanganan ancaman kontaminasi tidak disengaja produksi susu pasteurisasi umumnya berkaitan
sehingga meningkatkan perlindungan produk susu. dengan peralatan yang memiliki akses ke produk
Penerapan tindakan pengendalian tambahan akan seperti tangki yang memiliki manhole atau akses.
menurunkan peluang terjadinya. Penilaian risiko Pencegahan terhadap ancaman kontaminasi
kontaminasi yang disengaja pada susu pasteurisasi disengaja dapat dilakukan dengan menerapkan
pada studi kasus PT. XYZ tergolong aman dengan tindakan preventif, deteksi, dan menghalangi, serta
kategori low risk. penerapan manajemen rantai pasok dapat
menurunkan peluang dan risiko terjadinya ancaman.
KESIMPULAN DAN SARAN Penerapan tindakan pencegahan dapat menurunkan
risiko kontaminasi disengaja pada rantai pasok susu
Kesimpulan pasteurisasi dalam kategori low risk.
Ancaman terkait risiko food fraud berpotensi
dilakukan oleh pemasok susu, baik peternak, Saran
koperasi pengumpul susu, atau perusahaan Model manajemen risiko terbatas pada hasil
peternakan. Peternak memiliki pengetahuan terbatas studi kasus di PT. XYZ. Limitasi penelitian yaitu
dalam penggunaan adulterant. Koperasi pengumpul penilaian kerentanan pada penelitian ini hanya
susu atau perusahaan peternakan diduga memiliki dilakukan pada tahap IPS. Penelitian lanjutan
kemampuan menggunakan adulterant yang lebih diperlukan untuk memetakan tahapan pada masing-
kompleks. Ancaman terkait risiko food defense masing tahapan sehingga titik kerentanan dapat
memiliki potensi lebih besar dilakukan oleh dipetakan secara lengkap sehingga penilaian risiko
karyawan dari pihak internal saat proses produksi dapat dilakukan pada tiap titik kerentanan.
susu pasteurisasi di IPS. Kerentanan pada tahapan