Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

KEANEKARAGAMAN HEWAN 1
Judul Praktikum :Filum Cnidaria

Prodi/Kelas : Pendidikan Biologi/B

KoordinatorAsisten : Regina Valentine Aydalina, S.Pd, M.Sc


Asisten Lab. : Jumadil
Kelompok : VI (enam)

AnggotaKelompok : Intan Permatasari (431420016)


Najwa Chahyani Umar (431420014)
Putri Regina Mursali (431420002)
Diva Nur’aida Maghfira Pautina (431420053)
Nur Alisa H. Kadir (431420006)
Johan Gaspel Mofu (431420058)
Delsi Usman (431420045)
Menanti (431420039)

Nilai Paraf

LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
A. JUDUL
Identifikasi dan Deskripsi Spesimen Cnidaria
B. TUJUAN
1. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa untuk mengenal
metoda yang benar dalam melakukan koleksi spesimen Cnidaria, Arthropoda, Mollusca
dan Echinodermata.
2. Memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa dalam mengidentifikasi
dan membuat deskripsi dianostik dari beberapa spesimen Cnidaria, Arthropoda,
Mollusca dan Echinodermata yang telah dikoleksi dari lapangan.
C. DASAR TEORI
Hakim, (2010) menyatakan bahwa kata “identifikasi” berasal dari bahasa asing, yaitu
bahasa Inggris. Asal kata to identify sebagai kata kerja, dan identification sebagai benda.
To identify secara sederhana artinya adalah mengenali. Hubungannya jika dikaitkan
dengan “identifikasi kebutuhan belajar” artinya ialah mengenali kebutuhan belajar
seseorang atau masyarakat atau kelompok orang tertentu yang akan menjadi sasaran
didik atau peserta didik.
Sasrawan, (2011) mengartikan kata identifikasi sebagai tanda kenal diri, bukti dari
penentu atau penetapan identitas seseorang, sehingga mengidentifikasi memiliki arti
upaya menentukan atau menetapkan identitas seseorang.
Menurut Chaplin dalam Kartono (2008:8) menyatakan bahwa identifikasi adalah
proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu kelas sesuai dengan
karakteristik tertentu.
Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum
Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria (Nybakken, 1992). Filum Coelenterata
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur-ubur dan anthozoa yang meliputi
karang lunak, anemon laut dan karang batu (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Karang
Acropora aspera merupakan karang yang tersebar di dataran terumbu. Karang jenis
tersebut berfungsi sebagai pelindung pantai dari gempa, ombak dan juga berfungsi
sebagai tempat hidup serta mencari makan berbagai jenis ikan. Karang ini merupakan
karang yang bisa ditemukan di perairan Pulau Panjang dengan keadaan yang melimpah
(Munasik et al., 2006).
Meningkatnya aktivitas manusia dalam memanfaatkan ekosistem yang ada di
kawasan pantai untuk kehidupan sehari-hari seringkali menghasilkan limbah bahan
pencemar. Pulau Panjang merupakan daerah yang dipenuhi berbagai aktivitas berupa
pelayaran, penangkapan ikan (Supriharyono, 2000).
Akibatnya menimbulkan berbagai permasalahan diperairan. Salah satunya adalah
pencemaran logam berat yang berasal dari aktivitas industri yang secara tidak langsung
membuang limbah cairnya ke perairan laut. pembuangan limbah dapat mencemari
lingkungan perairan dan organisme yang hidup di dalamnya (Hutagalung, 1990), maupun
yang berasosiasi dengannya (Ambariyanto, 2011a). Terjadinya kontaminasi zat beracun
pada organisme perairan dapat melalui respirasi dan pengambilan makanan (zooplankton,
phitoplankton) yang mengandung bahan pencemar kimia (Jardin, 1993).
Cnidaria dalam baasa Yunani Chnidos yang berarti jarum penyengat adalah suatu
hewan sederhana yang terdiri atas 10.000 spesies hewan sederhana yang ditemukan di
perairan, kebanyak di lingkungan laut. Tubuh simetri radial, dipoblastik dan memiliki
knidosit atau sel-sel penyengat yang terdapat pada epidermisnya. Cnidaria juga disebut
Choelentarata choilos berarti berongga dan enteron berarti usus, karena mempunyai
rongga besar di tengah-tengah tubuh, memiliki du fase kehidupan sebagai medusa
(berenang bebas) dan polip (menetap). Cnidaria diklasifikasikan menjadi 3 kelas
Anthozoa (anemon dan koral), Cubuzoa (ubur-ubur), Hydrozoa (hydra). (Mackie, 2002;
Dali et al., 2007; Solomon et al., 2008).
Filum Cnidaria memiliki organ intraselular yang unik dalam jaringan tubuh
ektoderemnya, yaitu cnidae yang akan dilepaskan keluar tubuhnya jika ada rangsangan
dari lingkungan dimana fauna ini tinggal. Cnidae digunakan untuk menangkap mangsa,
melawan predator, menyerang Cnidaria lainnya yang berada di sekitarnya, atau untuk me-
lekatkan tubuhnya pada substrat yang cocok selama proses setelmen (Watson dan Wood
1988; Fautin 2009).
Cnidae ini, terkandung dalam sebuah sel yang disebut cnidocyte. Cnidae dibagi ke
dalam tiga kategori utama, yaitu nematosit, spirosit dan ptikosit (Mariscal 1984; Watson
dan Wood 1988). Nematosit terdapat di seluruh anggota filum Cnidaria, sedangkan
spirosit dan ptikosit hanya dibatasi padabeberapa anggota ini (Fautin 2009).
Tipe-tipe nematosit yang berbeda umum-nya sudah dianggap sebagai salah satu
karakter yang berguna dalam taksonomi dari perbedaan ordo-ordo Cnidaria (Pires dan
Pitombo 1992).
Fautin menyatakan bahwa salah satu masalah dalam penggunaan sel nematosit untuk
taksonomi karang adalah komposisi nematosit berbeda di antara organ-organ tubuh yang
berbeda tergantung pada fase-fase pertumbuhan atau kondisi fisiologisnya. Tentakel
memiliki komposisi nematosit yang berbeda dari pada mesenterial filamen atau bagian-
bagian tubuh polip yang lain (Schmidt 1974; Thomason dan Brown 1986; Song 1988).
Tentakel-tentakel penyapu dari polip sudah dianggap sebagai organ-organ agresif dari
karang, yang memiliki komposisi nematosit berbeda dari pada tentakel-tentakel biasadari
polip (den Hartog 1977; Hidaka dan Yamazato 1984; Hidaka et al. 1987; Peach dan
Guldberg 1999). Paruntu (1996) dan Paruntu et al. (2000) telah memperlihatkan bahwa
komposisi cnidae berubah selama fase-fase perkembangannya, yaitu mulai dari fase
planulae sampai pada polip dewasa dari Pocillopora damicornis. Planulae Pocillopora
damicornis mempunyai tipe holotrichous isorhizas (HI) besar yang mana itu tidak hadir
pada polip dewasa (Hidaka 1991; Paruntu 1996, Paruntu et al. 2000).
Perbedaan komposisi dan dimensi nematosit pada empat spesies karang Scleractinia,
baik pada spesies-spesies karang dalam satu genus maupun yang berbeda genus sudah
diteliti oleh Wafar (1974). Selanjutnya Wafar (1974) mengusulkan bahwa perbedaan-
perbedaan nematosit dapat digunakan untuk klasifikasi karang. Wewengkang et.al. (2007)
memperlihatkan bahwa perbedaan komposisi nematosit dari perbedaan morfotipe H dan S
serta perpaduan komposisi nematosit dalam morfotipe M dari Galaxea fascicularis dan
tetap mengusulkan bahwa perbedaan morfotipe dari G.
Fascicularis hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan mereka masih merupakan
spesies yang sama. Pada studi pendahuluan, peneliti menemukan komposisi nematosit
dari P. eydouxi berbeda dari P. damicornis yang ditemukan oleh Paruntu (1996) dan
Paruntu et al. (2000). Terdapat sekitar 25–30 tipe nematosit utama yang sudah
diperkenalkan dalam filum Cnidaria (Weill 1930, 1934a,b; Mariscal 1974; Fautin 2009).
Studi sekarang ini akan meneliti tentang tipe, komposisi dan dimensi nematosit dan
membandingkanya di antara tiga spesies karang Scleractinia, yaitu P. eydouxi, P.
woodjonesi dan P. verrucosa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan informasi
tentang tipe, komposisi dan dimensi nematosit dan membandingkannya dengan tiga
spesies karang Scleractinia, yaitu P. eydouxi, P. woodjonesi dan P. verrucosa.
D. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Format catatan lapangan
2. Format identifikasi dan deskripsi spesimen
3. Pensil, bolpoin dan penggaris, alat ukur
4. Kaca Lup
5. Ember
6. Headlem
7. Pinset
8. Kotak Penyimpanan Spesimen (Toples)
9. Penjepit bambu
10. Jaring (Sibu-sibu)
11. Tali plastik
12. Jergen
b. Bahan
1. Alkohol
E. Prosedur Kerja
1. Ubur-ubur (Aurelia aurita)

Ubur-ubur (Aurelia aurita)

Menentukan Kelompok hewan filum


yang akan di identifikasi

Mencatat seluruh informasi baik


lingkungan/habitat asli, serta bentuk,
warna dan ukuran hewan

Melakukan dokumentasi berupa


mengambil gambar dari spesimen yang
akan di identifikasi

Menentukan Kelompok Filum Hewan


yang akan dikoleksi

Menyimpan spesimen tersebut ke dalam


kotak penyimpanan berdasarkan filum

F. Terminologi
1. Coelenterata adalah istilah yang mencakup filum hewan Cnidaria dan Ctenophora.

2. Hydroit adalah Tumbuhan air juga disebut hidrofit adalah tumbuhan yang telah
menyesuaikan diri untuk hidup pada lingkungan perairan, baik terbenam sebagian atau
seluruh tubuhnya.

3. Anthozoa adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam
filum Cnidaria.

4. Enemon laut adalah hewan dari kelas Anthozoa yang sekilas terlihat seperti tumbuhan,
tetapi jika diamati lebih jauh, anemon laut merupakan jenis hewan.

5. Zooplankton adalah plankton heterotrofik (kadang-kadang detritivorous).

6. Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton.

7. Cubuzoaadalah Ubur-ubur kotak adalah hewan invertebrata dari filum Cnidaria yang
memiliki medusa yang berbentuk kubus.

8. Hydrozoa adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam
filum Cnidaria.

9. Intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh

10. Substrat adalah permukaan dimana sebuah organisme hidup.

11. Nematosid merupakan salah satu jenis pestisida yang berfungsi untuk memberantas
nematoda atau hama cacing.

12. Mesenterial filament adalah Jaringan mesenterial filamen berfungsi sebagai alat
pencernaan yang sebagian besar selnya berisi sel mucus yang berisi enzim untuk
mencerna makanan.

11. Scelaractinia juga disebut sebagai karang batu atau karang keras.

G. Hasil Identifikasi
1. Ubur-ubur (Aurelia aurita)
Foto Gambar Tangan

Deskripsi Keterangan
a. Ukuran tubuh 11 cm
b. Permukaan tubuh Lembut dan halus
c. Warna tubuh Transparan
d. Bentuk tubuh Polip (mirip seperti cangkir terbalik)
e. Habitat Perairan laut
H. Pembahasan

Ubur-ubur atau Scyphozoa merupakan koelenterata yang hidup di laut baik dalam
bentuk polip yang melekat di dasar ataupun yang berenang bebas dalam bentuk medusa.
Tubuhnya lunak seperti gelatin, transparan, dan mengandung banyak air. Bentuk tubuhnya
unik sehingga dengan mudah dapat dibedakan dari jenis koelenterata lainnya.

Ubur-ubur ini dikenal sebagai binatang pengganggu di perairan dekat pantai terutama
pada tempat-tempat rekreasi, karena dapat menyebabkan rasa gatal pada kulit bila tersentuh.
Hal ini disebabkan oleh sel-sel penyengat atau nematosis yang terdapat di dalam jaringan
epidermisnya, baik pada tentakel maupun di bagian lain tubuhnya.Dengan berkembangnya
dunia perikanan, pengolahan binatang laut non ikan sudah banyak digalakkan. Ubur-ubur
meru-pakan salah satu sumberdaya laut yang dapat diekspor, dan di lain pihak dapat
menambah penghasilan kaum nelayan. Dibeberapa nega-ra di Asia Tenggara, Jepang,
Hongkong dan Korea, ubur-ubur telah dikenal sebagai salah satu bahan makanan bergizi
karena mengandung kadar protein yang cukup tinggi.

Di India terutama di daerah Tamil, ubur-ubur dari marga Rhizostoma dengan nama
populernya "Muttai Chori" ditangkap dalam jumlah besar terutama pada bulan Januari sampai
bulan Juni untuk diolah. Jenis-jenis dari marga ini diameter medusa-nya yang berbentuk
payung dapat mencapai 80 cm (CHIDAMBARAM 1984).

Pengolahan ubur-ubur dari bentuk segar menjadi bahan makanan yang siap untuk di
ekspor secara garis besarnya sama. Di Indonesia metode pengolahan meliputi pengeluaran
cairan dari tubuh dengan cara pengga-raman bertahap dan perlahan-lahan, dan memakan
waktu cukup lama. Proses ini di-ikuti dengan pengeringan sehingga mencapai kadar air yang
paling rendah, kemudian di-kemas. Tulisan ini mengetengahkan jenis ubur-ubur yang
umumnya ditemukan di perairan tropis yang dapat diolah, serta cara-cara pengolahannya
sampai siap untuk ekspor.

Scyphozoa berasal dari kata Skyphos (bahasa Gerika) yang artinya cawan atau
mangkok dan zoon yang artinya binatang. Selama puluhan tahun yang lalu pada pakar
memperdebatkan nama Scyphozoa atau Scyphomedusae. HAECKEL dan LANKES-TER
(dalam HARRINGTON & MOORE1956) menyatakan nama umum untuk ubur-ubur adalah
Scyphozoa yang meliputi jenis-jenis yang berbentuk polip dan bentuk medusa. Sedangkan
nama Scyphomedusae hanya untuk yang berbentuk medusa. Ubur-ubur yang biasanya
diusahan untuk diekspor misalnya dari India, Indonesia dan negara-negara lain di Asia
termasuk dalam bangsa Rhizostomeae, suku Rhizostomatidae dan bangsa Semaeostomeae,
suku Pelagilidae, Ulmaridae dan Cyaneidae.

Secara garis besar bentuk tubuh Scyphomedusae dibagi atas bentuk payung dan
lengan atau kaki-kaki yang menggantung bebas. Tekstur tubuh seperti gelatin dan
mengandung banyak air. Bentuk payung bervariasi, ada yang seperti lonceng atau genta,
seperti kubah, terompet atau juga seperti kubus, dan bentuk-bentuk ini dapat di bagi menjadi
empat bagian yang sama atau tetramerus simetri. Ukuran atau diameter payung berkisar
antara beberapa cm sampai 50 cm bahkan beberapa jenis dapat mencapai 2 m, dan
merupakan koelenterata terbesar. Bentuk payung sebelah luar atau sebagai atap disebut
exumbrella, sebaliknya sebelah dalam yaitu cekungannya disebut subumbrella. Disekeliling
tepi payung terdapat suatu bentuk lekukan-lekukan kecil seperti kurva, disebut lappet, yang
disokong oleh tentakel dan badan-badan saraf. Dari bagian tengah subumbrella muncul suatu
bagian tubuh yang posisinya menggantung, pendek dan berbentuk saluran persegi empat
disebut manubrium. Pembukaan pada ujung manubrium disebut mulut yang mengandung
beratus-ratus alar penghisap yang kecil-kecil. Pada bangsa Semaeostomeae gian sisi mulut
lebih panjang, menggantung tegak lurus ke bawah dan dikenal sebagai lengan-lengan mulut.
Lanjutan mulut ke arah dalam membentuk rongga dan disebut rongga gastrovaskuler. Rongga
ini berfungsi sebagai gaster atau lambung, disokong oleh empat jaringan lunak yang disebut
septa. Bagian tepi dalam septa yang bebas mengandung jari-jari seperti tentakel atau benang
dan disebut benang-benang gastrik. Pada bangsa semaeostomeae dan rhizostomeae dewasa
tidak dijumpai septa, hanya ada pada stadium larva pada bentuk skipistoma. Bagian tengah
rongga gastro-vaskuler dibagi oleh septa menjadi empat bagian yang sama sehingga terdapat
empat kantong mulut. Dari sini muncul saluran-saluran atau kanal-kanal radial yang banyak
dan bercabang, terdapat disepanjang payung dan berakhir pada tepi payung membentuk
lingkaran yang disebut kanal cincin. Kanal-kanal radial ini terlihat jelas pada marga Aurelia.

Ubur-ubur hidupnya soliter atau berkelom-pok, berenang bebas dengan bantuan kon-
traksi payungnya yang bekerja seperti pompa, beraturan dan berirama. Beberapa jenis juga
tergantung dari arus dan ombak, bila keadaan ombak cukup besar mereka cende-rung
bergerak kepantai. Medusa dari bangsa Semaeostomeae hidup di semua perairan pantai dalam
jumlah besar, terutama di perairan hangat dan sedang. Beberapa jenis dari marga Cyanea
dapat sampai di daerah kutub. Marga Pelagia lebih menyukai perairan terbuka. Marga ini
tidak mempunyai stadium larva yang melekat, dari planula langsung berubah bentuk menjadi
ephyra. Selain perairan terbuka, beberapa jenis ada yang senang berenang dekat ke
permukaan, ada yang lebih menyukai tempat yang dalam. Bangsa Rhizostomeae hidup pada
perairan dangkal di daerah tropis dan sub–tropis, terutama diperairan IndoPasifik. Beberapa
jenis dari marga Rhizostoma (Gambar 3D) dapat mencapai perairan sedang. Secara garis
besarnya dapat dikatakan bahwa ubur-ubur tersebar luas di semua perairan laut.

Pengamatan tentang cara menangkap, menelan, dan mencernakan makanan pada


Scyphozoa belum banyak diteliti. Binatang ini bersifat karnivora. Makanannya berupa
invertebrata kecil dalam ukuran tertentu, telur, larva, dan yang paling digemari adalah ikan-
ikan kecil. Mangsa tersebut ditangkap dengan bantuan tentakel yang mengandung nematosis,
kemudian dibawa ke mulut dan siap untuk ditelan. Di dalam mulut, makanan tadi akan
melalui benang-benang gastrik dan septa yang dapat mengeluarkan enzim yaitu semacam
larutan asam yangakan melarutkan protein dan khitin. Zat-zat makanan yang telah larut tadi
akan diserap oleh sel-sel gastroderm melalui gel embung atau vakuola makanan. Cara ini
disebut pencernaan intraseluler. Selama proses pencernaan berlangsung, dinding sel
gastroderm akan hancur, vakuola makanan akan bergerak sampai ke mesoglea. Makanan
yang telah di cerna sekarang dalam bentuk granula protein, lemak dan glikogen akan
disimpan di dalam suatu kantong yang disebut kan-tong gastrik. Benang gastrik tidak
berperan langsung pada proses pencernaan intraseluler atau dalam hal penyimpanan makan-
an, tetapi hanya berfungsi sebagai penghasil enzim pencernaan. Pada stadium larva yang
disebut ephyra, makanannya adalah protozoa dan pada stadium ini larva sangat rakus.
Makanan ditangkap dengan bantuan lappet yang kemudian dibungkus dengan lendir. Lappet
akan melengkung ke arah mulut selanjutnya makanan tadi akan ditelan. Partikel makanan
yang relatif kecil akan bergerak bersama aliran air karena gerakan flagella exumbrella dari
bagian tengah ke tepi, tetapi masih dapat di jangkau oleh lappet. Sedangkan aliran air dari
subumbrella mengalir dari bagian tepi ke arah mulut atau manubrium.

Marga Aurelia memakan plankton kecil seperti larva moluska, krustasea, tunikata,
kopepoda, rotifera, nematoda, polikhaeta, protozoa, diatom dan telur-telur. Mangsa-mangsa
ini dikumpulkan di bawah permukaan exumbrella, dilapisi dengan lendir yang dihasilkan oleh
exumbrella dan dengan bantuan flagela dan lengan mulut akan dibawa ke tepi payung. Massa
makanan tadi akan terkumpul pada tiap-tiap lappet, dengan bantuan lengan-lengan mulut
makanan akan diteruskan ke mulut unutk selanjutnya ditampung dalam kantong mulut. \

Cara makan seperti ini berlaku juga pada Cyanea. Pada Cyanea jumlah saluran
cincinnya lebih sedikit, aliran air arahnya dari bagian tepi exumbrella ke tengah. Makanan
akan menuju saluran gastrovaskuler dengan bantuan kontraksi payungnya. Marga
Rhizostoma yang memangsa ikan-ikan dalam ukuran sedang, sebelum mangsa dibawa ke
mulut, terlebih dulu dilumpuhkan dengan semacam cairan pencernaan. Kemudian mangsa
tadi dilapisi dengan lendir, dan dengan bantuan tekanan air yang terjadi akibat kontraksi
payung, makanan akan sampai ke dalam mulut. Di dalam gaster atau lambung terjadi proses
pencernaan dengan bantuan ensim protease yang bekerja sama dengan larutan asam yang
dihasilkan oleh benang-benang gastrik. Sisa-sisa makanan yang tidak tercerna akan
dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan lengan mulut.

Reproduksi Scyphozoa adalah sexual pada bentuk dewasa (medusa) dan asexual pada
bentuk polip. Alat kelamin atau gonad jantan maupun betina letaknya terpisah Pada
reproduksi sexual, spermatozoa dari hewan jantan keluar melalui mulut dan berenang menuju
hewan betina, selanjutnya melalui mulut hewan betina akan menuju telur yang dihasilkan
oleh ovarium. Pembuahan terjadi di dalam tubuh hewan betina.

Zygot yang dihasilkan akan keluar melalui mulut dengan bantuan lengan mulut.
Selanjutnya terjadi pembelahan sampai terbentuk larva planula yang bersilia dan dapat
berenang. Planula akan berenang beberapa saat, kemudian akan melekat pada dasar perairan
yang agak keras. Kemudian silia akan hilang, larva akan berubah bentuk menjadi bentuk
seperti terompet dan disebut skipistoma. Dari skipistoma inilah dimulai reproduksi asexual.
Skipistoma akan mulai membentuk mulut, tentakel dan keping basal, mulai menangkap
makanan dan tumbuh sampai mencapai panjang ± 12 mm. Kemu-dian terbentuklah polip
yang bersusun dan antara yang satu dengan yang lainnya mulai memisahkan diri mulai dari
polip yang paling atas. Peristiwa ini disebut strobilasi, dan medusa yang terbentuk disebut
strobila. Tentakel strobila akan memendek dan bentuk ini disebut ephyra. Ephyra mempunyai
delapan lekukan pada tepi payungnya dan masing-masing lekukan dengan satu lappet. Ephyra
akan berenang bebas dan selanjutnya tumbuh menjadi ubur-ubur dewasa.
Ubur-ubur berenang dengan jalan mengemtiang dan mengempiskan payungnya secara
berirama dan dengan interval yang teratur. Frekwensi berenang tergantung pada ukuran
tubuh, kontraksi payung biasanya 20–30 kali per menit unutk hewan yang diameter
payungnya 15 cm. Mereka berenang lebih lama pada siang hari, posisi payung tegak,
bergerak mendatar dekat permukaan, kadang-kadang menyelam sampai ke keda-laman
kurang lebih 2 m kemudian secara perlahan-lahan muncul lagi kepermukaan (PASSANO
1973).

Ada beberapa jenis yang berenang dengan posisi miring mendekati permukaan,
berhenti sejenak kemudian menyelam dengan posisi terbalik. Gerakan seperti ini biasanya
dilakukan pada waktu mengejar mangsa. Ubur-ubur cenderung tidak menyukai intensitas
cahaya matahari yang terlalu tinggi atau sebaliknya yang gelap. Mereka muncul ke
permukaan pada waktu pagi atau sore hari, pada waktu siang atau melam gelap mereka
menghilang ke tempat yang lebih dalam. Bila langit berawan mereka lebih banyak di jumpai
di permukaan. Pada keadaan cuaca buruk seperti angin dan ombak besar, mereka akan
menyelam menjauhi permukaan walaupun pada saat itu keadaan cahaya matahari
memungkinkan mereka bergerak di permukaan seperti biasanya.
I. Kesimpulan

Cnidaria dalam baasa Yunani Chnidos yang berarti jarum penyengat adalah suatu
hewan sederhana yang terdiri atas 10.000 spesies hewan sederhana yang ditemukan di
perairan, kebanyak di lingkungan laut. Tubuh simetri radial, dipoblastik dan memiliki
knidosit atau sel-sel penyengat yang terdapat pada epidermisnya. Cnidaria juga disebut
Choelentarata choilos berarti berongga dan enteron berarti usus, karena mempunyai
rongga besar di tengah-tengah tubuh, memiliki du fase kehidupan sebagai medusa
(berenang bebas) dan polip (menetap). Cnidaria diklasifikasikan menjadi 3 kelas
Anthozoa (anemon dan koral), Cubuzoa (ubur-ubur), Hydrozoa (hydra). (Mackie, 2002;
Dali et al., 2007; Solomon et al., 2008).
Ubur-ubur atau Scyphozoa merupakan koelenterata yang hidup di laut baik dalam
bentuk polip yang melekat di dasar ataupun yang berenang bebas dalam bentuk medusa.
Tubuhnya lunak seperti gelatin, transparan, dan mengandung banyak air. Bentuk
tubuhnya unik sehingga dengan mudah dapat dibedakan dari jenis koelenterata lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

CHIDAMBARAM, L. 1984. Export oriented processing of Indian jelly fish (Muttai chori,
TAMIL) by Indonesian method at Pondicherry region. Mar. Fish. Infor. Serv. 60 : 11–13.

HARRINGTON, H.J and R.C MOORE 1956. Scyphozoa. In : Treatise on inver-tebrate


palaeontology, Part F, Coelente-rata. (R.C. MOORE ed). Univ. of Kansas Press,
Lawrence : 27 -37.

HYMAN, L.H. 1940. The Invertebrates : Protozoa through Ctenophora I. McGraw Hill
London : 726 pp.

PASSANO, L.M. 1973. Behavioral control systems in medusae, a comparison between


Hydro and Scyphomedusae. Seto. Mar. Biol. Lab. Publ. XX : 14–20.

RUSSEL, F.S. 1978. Scyphomedusae of the North Atlantic 2. Fich. Ident. Zooplancton 158 :
4 pp.

STORER, T.I., RL. USINGER, S.C. STEB-BINS and J.W. NYBAKKEN. 1975. General
Zoology. McGraw Hill. Inc. New York : 859 pp.

Anda mungkin juga menyukai