Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari struktur
materi, sifat-sifat meteri, perubahan suatau materi menjadi materi lain, serta energi
yang menyertai perubahan materi. Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan
menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahtraan umat manusia
belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk
memahami bagaimana peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menenamkan metode imiah,
mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk
ketekunan serta ketelitian bekerja
Analisa volumetri (titrasi) merupakan salah satu cara untuk mengetahui kadar
suatu senyawa/unsur dalam sampel. Pada titrasi yang berdasarkan reaksi netralisasi
asam basa, biasanya titik ekivalen ditentukan menggunakan suatu indikator asam
basa, yaitu zat yang mempunyai warna tertentu pada range pH tertentu sehingga pada
saat tercapai titik ekivalen akan timbul perubahan warna. Proses mengenal sifat-sifat
fisika dan kimia bahan obat ini disebut dengan identifikasi atau sering juga disebut
analisa, sehingga ilmu kimia farmasi lebih cenderung disebut dengan ilmu kimia
farmasi analisa atau kimia analisa farmasi. Secara garis besar, analisa farmasi dibagi
menjadi 2 bagian yaitu analisa farmasi kualitatif dan analisa farmasi kuantitatif.
Analisa farmasi kualitatif ini meliputi analisa secara: Fisika Identifikasi secara
organoleptis (bentuk, warna, bau, rasa dan lainnya), kelarutan, tetapan fisika (titik
lebur, titik beku, titik didih, berat jenis, viskositas, dan lainnya), mikroskopis (melihat
partikel obat menggunakan mikroskop).
Analisa farmasi kuantitatif ini meliputi analisa secara: Gravimetri Analisa dengan
cara memisahkan senyawa atau campuran menjadi unsur tertentu dalam bentuk murni
dan dihitung jumlah/kadar zat yang akan diperiksa berdasarkan penimbangan/ berat.
Volumetri yaitu analisa kadar suatu unsur/senyawa kimia dalam suatu larutan yang

1
berasal dari bahan obat/obat dengan cara direaksikan dengan zat lain yang
kadar/konsentrasinya telah diketahui.
Potensiometri merupakan suatu pengukuran potensial atau voltagedari suatu sel
elektrokimia yang terdiri dari elektroda dan larutan. Metode inidigunakan untuk
mengukur potensial, pH suatu larutan, menentukan titik akhir titrasi dan menentukan
konsentrasi ion-ion tertentu dengan menggunakanelektroda selektif ion.
Potensiometri merupakan suatu metode analisis kimia yang berdasarkan pada
pengukuran beda potensial sel dari suatu sel elektrokimia. Dengan cara ini indikator
untuk menentukan titik akivalen pada titrasi netralisasi dapat diketahui dari
perubahan potensial pada setiap penambahan volume titran.
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator
dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang
diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang
ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik
itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Elektroda indikator adalah elektroda yang
potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan dipilih
berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan. Sedangkan elektroda
pembanding adalah elektroda yang potensialnya diketahui dan selama pengukuran
tetap konstan. Elektroda pembanding yang banyak digunakan adalah elektroda
kalomel karena konstannya potensial yang dihasilkan. Antara elekroda pengukur
(elektroda indikator) dan elektroda pembanding terdapat jembatan arus atau garam
dengan larutan elektrolit yang di dalamnya terdapat transport ion arus (Widjaja dkk.,
2008).
1.2 Maksud Percobaan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan potensiometri
2. Untuk mengetahui manfaat dari pengggunaan metode potensiometri
3. Menentukan kadar suatu senyawa dalam sampel UC 1000, Hemaviton, Green
sand, Mylanta, Promagh, dan polysilane dengan metode potensiometri
berdasarkan reaksi netralisasi (asam-basa)

2
1.3 Tujuan percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan potensiometri
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari pengggunaan metode
potensiometri
3. Agar mahasiswa dapat menentukan kadar suatu senyawa dalam sampel UC
1000, Hemaviton, Green sand, Mylanta, Promagh, dan polysilane dengan
metode potensiometri berdasarkan reaksi netralisasi (asam-basa
1.4 Prinsip percobaan
Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara elektroda
indikator dan elektroda yang dicelupkan pada larutan. Untuk mengukur potensial
pada elektroda indikator harus digunakan elektroda standar yaitu berfungsi sebagai
pembanding yang mempunyai potensial tetap selama pengukuran.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Dasar Teori
2.1.1  Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi
diketahui dari hasil standardisasi (Underwood, 1999).
Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi
sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk
diketahui konsentrasi komponen tertentu.Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan
banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies
(atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya
atau strukturnya.Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan.
Dalam titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari
keseluruhan larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (Haryadi,
1990).
2.1.2   Potensiometri
Potensiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari ilmu
pengukuran potensial dari suatu elektroda. Pengukuran potensial elektroda banyak
digunakan untuk dalam ilmu kefarmasian terutama untuk pengukuran pH. Metode

4
analisis potensiometri ini didasarkan pada pengukuran potensial sel
elektrokimia (Basset, 1994).
Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu,
pertama potensiometri langsung yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari
suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH
larutan air. Kedua titrasi langsung, ion dapat dititrasi dan potensialnya  diukur sebagai
fungsi volume titran.  Potensial sel diukur sehingga dapat digunakan untuk
menentukan titik ekuivalen. Suatu potensial sel galvani bergantung pada aktifitas
spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting
dalam banyak analisis kimia (Basset, 1994).
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang
diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang
ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik
itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak
ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal
larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk
penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan
volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan
titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara
berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap
volume titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu
potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas,
maka akan digunakan pH meter khusus.  Karena pH meter ini telah menjadi demikian
biasa, maka pH meter ini digunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila
penggunaannya tidak diwajibkan (Basset, 1994).
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri   yaitu
reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks.

5
Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan
membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam
basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi
harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda
inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO 4, K2Cr2O7,
Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi
secara katoda dalam larutan encer (Khopkar, 1990).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan
sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan
perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda
indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada
macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda
indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan
ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan
klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II))
dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks
(Khopkar, 1990).
2.1.3  Elektroda dalam Potensiometri
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda
indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang
diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang
ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik
itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Elektroda indikator adalah elektroda yang
potensialnya bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan dipilih
berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan. Sedangkan elektroda
pembanding adalah elektroda yang potensialnya diketahui dan selama pengukuran
tetap konstan. Elektroda pembanding yang banyak digunakan adalah elektroda
kalomel karena konstannya potensial yang dihasilkan. Antara elekroda pengukur
(elektroda indikator) dan elektroda pembanding terdapat jembatan arus atau garam

6
dengan larutan elektrolit yang di dalamnya terdapat transport ion arus (Widjaja,
2008). Sedangkan menurut Rivai (1995), cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak
ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal
larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk
penetapan titik akhir titrasi dengan indikator.
1.    Elektoda Pembanding
Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu
elektroda pembanding (refference electrode) yang memiliki syarat harga potensial
setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi
larutan yang sedang selidiki.. Pasangan elektroda pembanding adalah elektroda
indikator disebut juga (working electrode) yang potensialnya bergantung pada
konsentrasi zat yang sedang diselidiki (Rivai, 1995).
2.    Elektroda Indikator
Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang potensial
elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur. Elektroda
indikator harus memenuhi beberapa syarat antara lain harus memenuhi tingkat
kesensitivan yang terhadap konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan
teroksidasi dan tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan
persamaan Nernst. Sehingga adanya perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit,
akan memberikan perbedaan tegangan (Rivai, 1995).
Keuntungan dari metode potensiometri adalah biayanya yang relatif murah
dan sederhana. Voltameter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen
saintifik yang paling modern. Selain itu kelebihan dari metode potensiometri yaitu
pada saat potensial sel dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam larutan (arus
residual tatanan sel dan efek polarisasi dapat diabaikan). Manfaat potensiometri juga
untuk menetapkan tetapan kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil sering
diperoleh dengan cukup cepat dan tegangan yang mudah dicatat sebagai fungsi
waktu, sehingga potensiometri kadang juga bermanfaat untuk pemantauan yang
kontinyu dan tidak diawasi (Skoog, 1998).

7
Potensiometri pada dasarnya bersifat nondestruktif terhadap sampel, dalam
pengertian bahwa penyisipan elektroda tidak megubah komposisi larutan uji (kecuali
untuk sedikit kebocoran elektrolit dari elektroda acuan) (Khopkar, 1990). Sedangkan
menurut Vogel (1994), metode potensiometri merupakan salah satu metode yang
banyak digunakan untuk menentukan kandungan ion-ion tertentu dalam suatu larutan,
titrasi terhadap vitamin c (bersifat asam) mungkin juga bersifat basa. Selain itu,
metode potensiometri dapat juga digunakan dalam penetapan nikel dan kobal dengan
pengkomlekskan denga sianida, penetapan flourida dengan metode titik nol,
penetapan besi (III) dengan EDTA dan standarisasi larutan kalium permanganate
dengan kalium iodide.
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan
volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan
titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara
berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap
volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu
potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas,
maka akan digunakan pH meter khusus.  Karena pH meter ini telah menjadi demikian
biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila
penggunaannya tidak diwajibkan (Basset, 1994).
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri.
Reaksinya harus meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai
dengan jenis elektrodanya. Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil
volume titran secara berturut-turut atau secara kontinyu dengan perangkat automatik.
Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi (Khopkar, 2003).
1.      Reaksi netralisasi: Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda
indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8.
2. Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan: Pembentukan endapan atau
kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Biasanya digunakan
elektroda Ag dan Hg. Berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA.

8
3. Reaksi redoks: Elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi
redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NH3)3) membentuk lapisan logam-
oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer.
2.2 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol
Rumus molekul : C2H6O
Rumus struktur :

Berat molekul : 46,0g/mol


Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap,
dan mudah bergerak bau khas dan rasa panas.
Kelarutan : Dalam wadah tertututp rapat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai desinfektan.
2. Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUADESTILATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :

Berat molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan putih tidak berwarna dan tidak berbau,

9
tidak mem punyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. HCl (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM HIDROCLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
Rumus molekul : HCL
Rumus struktur :
H-CL
Berat molekul : 36,46 g/mol
Pemerian : Larutan tidak berwarna, beasap, bau merangsang
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pereaksi larutan basa.
4. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi                  : NATRIUM HIDROCIDUM
Nama lain                    : Natrium Hidroksida
Rumus molekul          : NaOH
Berat molekul              : 40,00 gr/mol
Struktur molekul         :
Na-O-H
Pemerian                      : Bentuk batang massa hablur air keeping keping,
keras dan rapuh dan menunjukkan susunan
hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis
dan korosif segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan                     : Sangat mudah larut dalam air
Kegunaan                    : Sebagai reagen.
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.

10
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Kimia Farmasi II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28 Maret
2021 pukul 11:00 WITA sampai dengan selesai dengan judul percobaan
“Potensiometri” yang dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analisis, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.

3.2 Alat dan Bahan


3.2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu buret, corong, gelas ukur,
gelas kimia, pipet tetes, dan spatula,
3.2.2 Bahan
Adapun sampel yang digunakan yakni sampel asam UC 1000, Hemaviton
C1000, Yakult dan sampel basa yakni Promagh, Mylanta, Antasida, dan
menggunakan pelarut NaoH, Hcl, Aquadest, Alkohol 70 %
1.3 Cara Kerja
3.3.1 Standarisasi Larutan NaOH
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat menggunakan alcohol 70%
3. Dikalibrasi pH meter Aquadest.
4. Diukur sampel asam (Floridina,Hemaviton Energy dan Hemaviton C1000).
5. Diukur pH awal sampel sebelum dititrasi
6. Diukur NaOH sebanyak 50ml, dimasukan kedalam buret.
7. Dititrasi sampel dengan NaOH sebanyak 2ml.
8. Dicelupkan pH meter yang sudah dikalibrasi tadi kedalam larutan basa dilihat
perubahan pH yang terjadi.
9. Dilakukan secara berulang hingga terjadi lonjakan pH.
1.3.2 Penetapan Kadar HCl

11
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan alat menggunakan alcohol 70%
3. Dikalibrasi pH meter dengan Aquadest
4. Diukur sampel basa (Antasid suspense dan Promag suspense)
5. Diukur HCl sebanyak 50ml, dimasukan kedalam buret.
6. Dititrasi sampel dengan HCl sebanyak 2ml.
7. Dicelupkan pH meter yang sudah dikalibrasi tadi kedalam larutan asam dilihat
perubahan pH yang terjadi.
8. Dilakukan secara berulang hingga terjadi lonjakan pH.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Tabel Hasil Pengamatan
4.1.1 Asam
No. Sampel Volume pH

0 4,9

2 5,0
1. Hemaviton C1000
4 5,0

6 5,0

8 5,0

10 5,1

12 5,1

No. Sampel Volume pH

0 4,8

2 4,9
1. UC 1000
4 4,8

6 4,7

8 4,8

10 4,9

12 4,9

13
No. Sampel Volume pH

0 5,5

2 4,8
1. Greensand
4 4,8

6 4,8

8 4,9

10 5,1

12 5,3

14 5,4

16 5,5

18 5,7

20 5,8

23 6,0

25 6,1

27 6,3
4.1.2 Basa
No. Sampel Volume pH

0 7,6
1. Polysiline
2 2,5

No. Sampel Volume pH

14
0 8,3
1. Promag
2 4,8

No. Sampel Volume pH

0 8,2
1. Mylanta
2 4,3

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan NaOH 0,5 N
Dik : M = 0,5 N
V = 50 mL
Mr = 40 g/mL
Dit : gr ?
Penye :

M =

0,5 =

0,5 =

0,5 =

gr =

= 1 gr

15
4.2.2 Perhitungan HCL 0,5 N
Dik : M = 0,5 N
V = 50 mL
Mr = 36,5 g/mL
Dit : gr ?
Penye :

M =

0,5 =

0,5 =

0,5 =

gr =

= 0,91 gr
4.2.3 Perhitungan kadar asam

% kadar =

16
=

% kadar =

4.2.4 Perhitungan kadar basa

% kadar =

4.3 Kurva Potensio


4.3.1 Asam

17
4.3.2 Basa

18
4.4 Reaksi antara Titran dan Sampel
4.4.1 NaOH
NaOH (natrium hidroksida) + C6H8O6 (asam askorbat) → NaC6H7O6 + H2O
Satu atom hydrogen dari tiap molekul asam askorbat yang cukup kuat untuk
bereaksi dengan basa kuat.
4.4.2 HCL
HCL (asam klorida) + Mg(OH)2 (magnesium hidroksida) → MgCl2 + H2O
Magnesium hidroksida bereaksi dengan asam kemudian menghasilkan
magnesium klorida dan air.
4.5 Pembahasan
Potensiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari ilmu
pengukuran potensial dari suatu elektroda. Pengukuran potensial elektroda banyak
digunakan untuk dalam ilmu kefarmasian terutama untuk pengukuran pH. Metode
analisis potensiometri ini didasarkan pada pengukuran potensial sel
elektrokimia (Basset, 1994). Prinsip potensiometri didasarkan pada pengukuran
potensial listrik antara elektroda indikator dan elektroda yang dicelupkan pada
larutan. Untuk mengukur potensial pada elektroda indikator harus digunakan

19
elektroda standar yaitu berfungsi sebagai pembanding yang mempunyai potensial
tetap selama pengukuran.
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu buret, corong, gelas kimia,
gelas ukur, pH meter, pot salep, statif dan klem. Bahan yang kami gunakan dalam
percobaan ini yaitu Alkohol 70%, Aquadest, NaOH, HCL, larutan asam (UC 1000,
Green sand, Hemaviton) dan larutan basa (Promagh, Polysilane, Mylanta).
Pada percobaan kali ini kami menggunakan metode potensiometri. Tujuan
dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
potensiometri, mengetahui manfaat dari penggunaan metode potensiometri, dan
menentukan kadar suatu senyawa dalam sampel UC 1000, hemaviton, greensand,
mylanta, promagh, dan polysilane dengan metode potensiometri berdasarkan reaksi
netralisasi (asam-basa).
4.5.1 Asam
Hal pertama yang dilakukan yaitu disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70% Menurut
Pratiwi (2008) alkohol 70% berfungsi sebagai desinfektan untuk membunuh
mikroorganisme yang menempel pada alat yang akan digunakan sehingga tidak akan
berpengaruh pada saat melakukan percobaan.
Dikalibrasi pH meter yang akan digunakan Menurut Hindayani
(2016)Kalibrasi merupakan bagian dari pemeliharaan alat, yang bertujuan untuk
memastikan bahwa hasil pengukuran dari alat tersebut dapat diterima dan masuk
dalam rentang validasi yang diperlukan. Menggunakan air karena merupakan larutan
yang bermuatan netral sehingga sering digunakan untuk mengkalibrasi pH meter.
Diukur sampel asam (UC 1000, Greensand, Hemaviton) sebanyak 5 ml
kedalam gelas ukur. Kemudian diukur NaOH sebanyak 50 ml dan dimasukkan
kedalam buret.
Diukur sampel yang bersifat asam (UC 1000, Greensand, Hemaviton) sebanyak
5 mL kedalam gelas ukur. Kemudian diukur NaOH sebanyak 50 mL dan dimasukkan
kedalam buret. Setelah itu, dicek pH dari sampel (UC 1000, Green sand, Hemaviton)

20
dan dicatat nilai pHnya. Kemudian dititrasiNaOH sebanyak 2 mL pada sampel, dan
dicek kembali pH sampel (UC 1000, Greensand, Hemaviton). Dilakukan titrasi dan
pengecekan pH secara terus menerus hingga terjadi lonjakan pH pada sampel (UC
1000, Green sand, Hemaviton).
Data yang kami dapat dari titrasi antara sampel asam (UC 1000, Green sand,
Hemaviton) dan larutan NaOH yaitu, pH sampel UC 10004,8, greensand 5,5,
hemviton 4,9 kemudian dilakukan titrasi pertama pada sampel UC 1000 dengan
penambahan volume NaOH 2 mL nilai pHnya 4,9 ; pada titrasi kedua dengan
penambahan volume NaOH 4 mL nilai pHnya4,8 ;pada titrasi ketiga dengan
penambahan volume NaOH 6 mL nilai pHnya4,7 ; pada titrasi kelima dengan
penambahan volume NaOH 8 mL nilai pHnya4,8 ; pada titrasi keenam dengan
penambahan volume NaOH 10 mL nilai pHnya4,9 ; pada titrasi ketujuh dengan
penambahan volume NaOH 12 mL nilai pHnya4,9.
Pada sampel hemaviton titrasi pertama dengan penambahan volume NaOH 2
mL nilai pHnya5,0 ; pada titrasi kedua dengan penambahan volume NaOH 4 mL
nilai pHnya5,0 ; pada titrasi ketiga dengan penambahan volume NaOH 6 mL nilai
pHnya5,0 ; pada titrasi kelima dengan penambahan volume NaOH 8 mL nilai
pHnya5,0; pada titrasi keenam dengan penambahan volume NaOH 10 mL nilai
pHnya5,1; pada titrasi ketujuh dengan penambahan volume NaOH 12 mL nilai
pHnya5,1.
Pada sampel greensand titrasi pertama dengan penambahan volume NaOH 2
mL nilai pHnya4,8 ; pada titrasi kedua dengan penambahan volume NaOH 4 mL
nilai pHnya4,8 ;pada titrasi ketiga dengan penambahan volume NaOH 6 mL nilai
pHnya4,8 ; pada titrasi kelima dengan penambahan volume NaOH 8 mL nilai
pHnya4,9; pada titrasi keenam dengan penambahan volume NaOH 10 mL nilai
pHnya5,1; pada titrasi ketujuh dengan penambahan volume NaOH 12 mL nilai
pHnya5,3;pada titrasi kedelapan dengan penambahan volume NaOH14 mL nilai
pHnya5,4 ; pada titrasi kesembilan dengan penambahan volume NaOH16 mL nilai
pHnya5,5 ; pada titrasi kesepuluh dengan penambahan volume NaOH 18 mL nilai

21
pHnya5,7 ; pada titrasi kesebelas dengan penambahan volume NaOH20 mL nilai
pHnya5,8 ;pada titrasi keduabelas dengan penambahan volume NaOH23 mL nilai
pHnya6,0 ; pada titrasi ketigabelas dengan penambahan volume NaOH25 mL nilai
pHnya6,1 ; pada titrasi keempatbelas dengan penambahan volume NaOH27 mL nilai
pHnya 6,3. Menurut Rivai (1995), potensiometri terjadi saat terjadi lonjakan pH
terhadap penambahan titran, tidak terdapat lonjakan pH apabila tidak ada indikator
yang cocok untuk menetukan titik akhir titrasi misalnya dalam hal larutan keruh atau
bila daerah kesetaraan sangat pendek.
4.5.2 Basa
Hal pertama yang dilakukan yaitu disiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, kemudian dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70% Menurut
Pratiwi (2008) alkohol 70% berfungsi sebagai desinfektan untuk membunuh
mikroorganisme yang menempel pada alat yang akan digunakan sehingga tidak akan
berpengaruh pada saat melakukan percobaan.
Diukur sampel yang bersifat basa (Promagh, Polysilane, Mylanta) sebanyak 5
mL kedalam gelas ukur. Kemudian diukur HCl sebanyak 50 mL dan dimasukkan
kedalam buret. Setelah itu, dicek pH dari sampel (Promagh, Polysilane, Mylanta) dan
dicatat nilai pHnya. Kemudian dititrasi HCl sebanyak 2 mL pada sampel, dan dicek
kembali pH sampel (Promagh, Polysilane, Mylanta). Dilakukan titrasi dan
pengecekan pH secara terus menerus hingga terjadi lonjakan pH pada sampel
(Promagh, Polysilane, Mylanta).
Data yang kami dapat dari titrasi antara sampel basa (Promagh, Polysilane,
Mylanta) dan larutan HCL yaitu, pH sampel promagh 8,3, polysiline 7,6, Mylanta
8,2, kemudian dilakukan titrasi pertama padasampel promagh dengan penambahan
volume HCl 2 mL nilai pHnya4,8, pada sampel polysiline dengan penambahan
volume HCl 2 ml nilai pHnya 2,5, dan pada sampel Mylanta dengan penambahan
volume HCl 2 ml nilai pHnya 4,3.
Pada sampel (UC 1000, Green sand, Hemaviton) seharusnya menunjukkan
peningkatan atau terjadi lonjakan pH dari asam ke basa saat penambahan volume

22
larutan NaOH, akan tetapi hasil yang didapat adalah naik turun. Menurut Sumar
(1994), lonjakan pH disebabkan terjadinya titik kesetimbangan dimana ion hidrogen
(H+) dari asam asetat telah habis bereaksi dengan ion hidroksida (OH-) dari NaOH.
Adapun kemungkinan kesalahan yang terjadidalam percobaan ini yaitu, pada
saat pengukuran larutan baku, kesalahan pada saat pemilihan sampel, kesalahan pada
alat yang digunakan yaitu pH meter, dan kecepatan pada saat melakukan titrasi.

BAB V
PENUTUP
5.1     Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, kami dapat menarik kesimpulan bahwa:
1. Potensiometri merupakan cara analisis berdasarkan pengukuran beda potensial
sel dari suatu sel elektrokimia.
2. Manfaat dari penggunaan metode potensiometri dapat menentukan titik akhir

23
titrasi pada asam-basa, titrasi Redners, titrasi pengendapan, dan titrasi pembentukan
kompleks dengan cara yang sederhana.
3. Metode yang digunakan dalam penelitian bertujuan untuk menentukan kadar
dari beberapa sampel yang terdiri atas Hemaviton,UC 1000, Yakult, Mylanta,
antasida dan Promag. Penentuan komponen/senyawa yang terkadung dalam bahan
dapat dilakukan dengan proses titrasi, dimana suatu volume larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan. Metode yang digunakan dalam penelitian bertujuan
untuk menentukan kadar dari beberapa sampel yang terdiri atas Hemaviton,UC 1000,
yakult, Mylanta, Antaida dan Promag.
5.2  Saran
5.2.1  Laboratorium
Diharapkan adanya penambahan sarana dan prasarana laboratorium agar lebih
lengkap sehingga jalannya praktikum dapat terlaksana dengan baik dan seseuai
dengan yang di inginkan
5.2.2   Asisten
Diharapkan agar kerja sama antara asisten dan praktikan lebih ditingkatkan
dengan banyak memberi materi atau pengetahuan mengenai apa yang akan
dipraktekan  dilaboratorium kimia farmasi.
5.2.3   Praktikan
          Diharapkan agar lebih teliti dalam mengukur volume sampel yang akan
digunakan dan menjaga kebersihan selama praktikum berlangsung.

24
25

Anda mungkin juga menyukai