Anda di halaman 1dari 2

TEMPO.

CO, Jakarta - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)


Said Iqbal menilai pemutusan hubungan kerja terhadap 430 orang
pekerja Gojek melanggar Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Pasalnya, para pekerja yang di-PHK bukanlah mitra, tetapi sebagai karyawan
di perusahaan. "Oleh karena itu, PHK yang dilakukan perusahaan harus
tunduk pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, khususnya yang terkait
dengan pasal mengenai PHK," kata Said Iqbal dalam keterangan tertulis,
Jumat, 26 Juni 2020.

Berdasarkan beleid tersebut, Said Iqbal menuturkan Pasal 151 Ayat (1)
menyebutkan, pengusaha, pekerja, dan pemerintah, dengan segala upaya
harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.
Sedangkan menurut dia, manajemen hanya melakukan sosialisasi dan
pemberitahuan bahwa Gojek melakukan PHK, karena adanya penutupan
layanan GoLife dan GoFood Festival.

Selain itu, Iqbal juga menilai perseroan tidak melakukan perundingan dengan
karyawan dan meminta izin kepada lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial. Padahal, menurut undang-undang, PHK yang dilakukan
tanpa izin dari lembaga penyelesaian hubungan industrial batal demi hukum.

Selanjutnya, dalam Pasal 156 UU No 13 Tahun 2003 diatur, apabila PHK


tidak dapat dihindari, maka pengusaha wajib membayar uang pesangon,
uang penghargaan masa kerja, dan uang ganti rugi yang nilainya sebesar 15
persen dari uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja.

Co-CEO Go-Jek Andre Soelistyo dalam surat elektronik menyampaikan,


karyawan yang terdampak akan menerima pesangon yang ditetapkan
minimum gaji empat pekan, ditambah tambahan empat pekan gaji untuk
setiap tahun lamanya bekerja

Menurut Said Iqbal, apa yang dilakukan manajemen hanya memberikan


kompensasi dalam bentuk empat pekan adalah pelanggaran serius. Karena
itu, KSPI mendesak pihak Gojek untuk membatalkan PHK sepihak terhadap
430 pekerja.
Iqbal pun mengatakan bahwa sebelum melakukan PHK, Gojek harus terlebih
dahulu mengurangi jumlah shift, libur bergilir dengan upah penuh, dan
merumahkan karyawan dengan upah penuh. "Apabila langkah di atas sudah
dilakukan dan PHK tidak bisa dihindari, maka maksud PHK mau wajib
dirundingkan terlebih dahulu dengan pihak pekerja dan sudah mendapatkan
izin dari lembaga penyelesaian hubungan industrial," kata Said Iqbal.

Sebelumnya Perusahaan teknologi Gojek melakukan pemutusan hubungan


kerja (PHK) terhadap 430 karyawannya atau 9 persen dari total pegawai
perseroan sebagai imbas dari strategi perseroan menghadapi pandemi
Covid-19.
PHK tersebut dilakukan menyusul kebijakan perseroan menghentikan
sejumlah layanan non-inti yang terdampak pandemi dan perampingan
struktur perusahaan secara menyeluruh untuk mengoptimalisasi
pertumbuhan yang berkesinambungan di masa mendatang.

"Perjalanan menjadi semakin sulit karena kita harus berpisah dengan 430
karyawan, yang selama ini menjadi rekan kerja sehari-hari yang dekat dengan
kita, lalu juga adanya penutupan GoLife dan GoFood Festival - bisnis yang
memiliki peran penting dalam sejarah Gojek," ujar Co-CEO Gojek Indonesia
Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi dalam keterangan resmi, Selasa, 23 Juni
2020.

Menanggapi pernyataan KSPI, Chief Corporate Affairs Gojek, Nila Marita


memastikan apa yang dilakukan perusahaannya tak melanggar hukum di
Indonesia. "Seluruh hak karyawan Gojek di Indonesia yang akan
meninggalkan perusahaan dipenuhi sesuai dengan peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia, antara lain Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan," kata dia melalui
pernyataan resmi, Sabtu 27 Juni 2020.

CAESAR AKBAR I EKO WAHYUDI

Anda mungkin juga menyukai