Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

PADA
SURAT-SURAT DINAS DI KANTOR DESA TANJUNGPURA, KECAMATAN
RAJAPOLAH, KABUPATEN TASIKMALAYA
TAHUN 2019

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


pada Semester Satu di Program Studi Kebidanan
Universitas Galuh

Disusun oleh:

1. R.A Nurul Insani Fauziah / NIM 1540121025


2. Dewi Amanda Liesthiani / NIM 1540121029
3. Kiki Lestari / NIM 1540121030
4. Ayu Anita / NIM 1540121003
5. Nia Pitriasari / NIM 1540121032

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji hak Allah SWT yang telah memberikan kemudahan bagi peneliti untuk dapat

menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat dan

rahmat Allah SWT tidak mungkin peneliti dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan

tepat pada waktunya.

Terlebih peneliti ingin mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang mendukung dan

membantu peneliti untuk menyelesaikan makalah yang merupakan tugas dari mata kuliah Bahasa

Indonesia berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat-Surat Dinas di Kantor Desa

Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya”.

Peneliti menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari

itu peneliti sangat mengharapkan partisipasi pembaca untuk memberikan masukan baik berupa

kritikan maupun saran yang bersifat membangun untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik

dari segi isi baik segi yang lainnya. Akhir kata, peneliti berharap semoga makalah yang

sederhana ini dapat berguna bagi peneliti dan seluruh pembaca untuk meningkatkan kualitas dan

mutu dalam keilmuan.

Tasikmalaya, 26 Oktober 2021

Peneliti

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian......................................................................................................1

1.2 Masalah Penelitian.................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................................2

1.4 Metode Penelitian..................................................................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Bahasa .....................................................................................................................5

2.2 Arti Kesalahan Berbahasa......................................................................................................6

2.3 Objek Analisis Kesalahan Berbahasa....................................................................................7

2.4 Ruang Lingkup Analisisi Kesalahan Berbahasa....................................................................8

2.5 Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa...................................................................................8

2.6 Jenis Kesalahan Berbahasa....................................................................................................9

2.7 Daerah dan Sifat Kesalahan Berbahasa..............................................................................14

2.7.1 Daerah Kesalahan Fonologi.....................................................................................14

2.7.2 Daerah Kesalahan Morfologi...................................................................................16

2.7.3 Daerah Kesalahan Sintaksis......................................................................................21

2.7.4 Daerah Kesalahan Semantik.....................................................................................22

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ii
3.1 Analisis................................................................................................................................27

3.2 Daerah Kesalahan..............................................................................................................28

3.3 Pembetulan Kesalahan.......................................................................................................29

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan..............................................................................................................................36

4.2 Saran....................................................................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................38

LAMPIRAN..........................................................................................................................40

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kesalahan berbahasa merupakan kesalahan yang berhubungan dengan unsur kebahasaan

yang terjadi karena tulisan tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa baku. Kesalahan berbahasa

diketahui karena adanya suatu langkah atau prosedur kerja yang dilakukan oleh seorang peneliti

yang ahli dalam bidang bahasa, dengan langkah melakukan identifikasi kesalahan yang

berhubungan dengan kebahasaan. Unsur kebahasaan dalam kesalahan ini adalah fonologi,

morfologi, sintaksis, maupun semantik. Masing-masing bidang dalam kebahasaan mempunyai

berbagai jenis kesalahan yang muncul. Kesalahan-kesalahan itu muncul dalam penggunaan

bahasa terutama secara tertulis. Kesalahan berbahasa biasa terdapat dalam penulisan berbagai

dokumen resmi, salah satunya adalah surat dinas.

Surat dinas merupakan segala bentuk surat yang digunakan dalam hubungannya dengan

kegiatan kedinasan (Saraswati, 2015:11). Penulisan surat dinas menggunakan format baku serta

penulisan yang baik dan benar dengan memperhatikan ejaan yang disempurnakan. Penulisan

surat dinas tidak bisa ditulis dengan semena-mena, karena menyalahi kaidah penulisan surat.

Surat dinas yang baik dan benar adalah surat yang penulisannya sesuai dengan aturan. Ada

aturan penulisan yang mesti diikuti baik secara struktur urutan penulisan surat maupun

kebahasaan. Struktur surat dinas dimulai dari kop surat hingga tembusan. Penulisan surat juga

harus memperhatikan kaidah tata bahasa baku. Oleh karena itu, penulisannya bersifat resmi.

Penulisan surat tidak bisa dibuat oleh pihak sembarangan, karena tidak semua orang bisa

membuat surat dinas yang benar.

1
Kantor Desa Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya adalah salah satu

lembaga pemerintahan yang di dalam surat dinasnya masih ditemukan kesalahan. Peneliti

mengetahui hal tersebut berdasarkan temuan peneliti pada beberapa surat dinas lembaga

pemerintahan tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti lebih mendalam dan

menyeluruh surat-surat dinas yang dikeluarkan oleh Kantor Desa Tanjungpura, Kecamatan

Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya. Hal tersebut bertujuan agar diketahui kesalahan-kesalahan

berbahasa, khususnya kesalahan berbahasa pada bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis.

Kesalahan bidang fonologi adalah kesalahan yang muncul berhubungan dengan fonem atau ejaan

kata. Kesalahan morfologi adalah kesalahan yang muncul berhubungan dengan tata bentuk suatu

kata yang mungkin saja tidak disadari oleh penulis surat dinas. Sedangkan, kesalahan sintaksis

adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan

pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata,

kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil masalah penelitian yang akan dibahas yaitu:

Bagaimanakah kesalahan-kesalahan berbahasa yang terdapat pada surat-surat dinas di Kantor

Desa Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya tahun 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam makalah ini untuk mendeskripsikan kesalahan-kesalahan

berbahasa yang terdapat pada surat-surat dinas di Kantor Desa Tanjungpura, Kecamatan

Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya tahun 2019.

2
1.4 Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif.

Menurut Wati (2009:16) penelitian deskriptif bertujuan untuk meneliti dan menemukan

informasi sebanyak-banyaknya dari suatu fenomena. Sedangkan menurut Malik (2010:3)

penelitian deskriptif adalah pengkajian ilmiah yang dilakukan untuk memperoleh informasi

tentang suatu gejala pada saat penelitian itu dilakukan sehingga dapat diberikan secara

sistematis, baik dengan maupun tanpa menguji hipotesis, dan tanpa mengadakan perlakuan

terhadap variabel-variabel yang diamati.

Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Metode ini digunakan untuk memecahkan masalah dan menjawab permasalahan yang dihadapi

sekarang. Metode ini menempuh beberapa langkah-langkah yaitu pengumpulan data berupa arsip

surat-surat dinas Kantor Desa Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya

tahun 2019, menganalisis data, dan membuat simpulan.

Dari hasil penelitian ini akan diuraikan beberapa data yang didapat sebagai hasil penelitian.

Berdasarkan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa analisis terhadap

kesalahan-kesalahan berbahasa pada surat-surat dinas khususnya tentang kesalahan pada bidang

fonologi, morfologi, dan sintaksis.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teori merupakan manfaat yang berkaitan dengan perkembangan ilmu, dalam hal

ini adalah ilmu kebahasaan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu

kebahasaan, terutama pada kajian dalam hal pembuatan surat dinas yang baik dan benar

3
dengan memperhatikan kesalahan dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Sehingga bagi

peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan penelitian

mengenai kajian kesalahan berbahasa pada penelitian selanjutnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan tentang kajian

kesalahan berbahasa yang terdapat dalam surat dinas.

4
5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Bahasa

Dalam buku pesona Bahasa : Langkah Awal memahami Linguistik (2005) karya Untung

Yuwono, pengertian berbahasa adalah alat komunikasi yang dimiliki manusia berupa sistem

lambang bunyi yang berasal dari alat ucap atau mulut manusia. Bahasa juga merupakan dari

kumpulan kata dimana masing-masing kata memiliki makna dan hubungan abstrak dengan suatu

konsep.

Berikut definisi bahasa menurut beberapa ahli:

2.1.1 Plato

Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantara onomata (nama benda)

dan rhemata (ucapan) yang merupakan cerminan dari ide seseorang dalam arus udara lewat

mulut.

2.1.2 Ferdinand De Saussure

Bahasa merupakan ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap

kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.

2.1.3 Bill Adams

Definsi bahasa adalah suatu sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah

konteks inter-subyektif.

5
2.1.4 Wahyu Wibowo

Dalam bukunya Otonomi Bahasa 7 Strategi Tulis Pragmatik Bagi Praktisi Bisnis dan

Mahasiswa (2001), bahasa merupakan sistem simbol bunyi yang bermakna dan

berartikulasi yang bersifat arbiter dan konvensional.

2.2 Arti Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit

kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah

bahasa Indonesia yang baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang

dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam

buku Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. S. Piet Corder dalam bukunya

Introducing Applied Linguit dalam skripsi Ratna Puspita Sari dijelaskan bahwa kesalahan

berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa. Kesalahan berbahasa bukan masalah

yang sederhana. Oleh karena itu, kita harus mengetahui terlebih dahulu dasar dan

pengertian kesalahan bahasa. Tidak mungkin kita akan mengetahui jika bahasa itu salah

apabila tidak memiliki pengetahuan atau teori landasan tentang kesalahan berbahasa

apabila kita tidak pernah mempelajarinya.

Untuk itu pengertian kesalahan berbahasa perlu diketahui lebih awal sebelum kita

membahas tentang kesalahan bahasa. Tiga kesalahan untuk membatasi kesalahan

berbahasa : Lapes, Error, Mistake. Kita perlu mengetahui pengertian istilah-istilah

tersebut. Lapses, Error, dan Mistake adalah istilah- istilah dalam wilayah kesalahan

berbahasa.

Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda dalam memandang kesalahan

bahasa. Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan

6
sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Error adalah

kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa. Mistake

adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan

untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu pada kesalahan akibat penutur tidak

dapat menggunakan kaidah yang diketahui benar.

2.3 Objek Analisis Kesalahan Berbahasa

Objek kesalahan berbahasa pada surat dinas nampaknya masih sering terjadi. Dan

surat dinas setiap desa tentunya berbeda-beda dan memiliki pemahaman kaidah yang

berbeda juga. Menurut Jack Richard dalam Parera (1997:139), sumber kesalahan ini

biasanya:

2.3.1 Penerapan kaidah secara tidak lengkap

Pembelajar cenderung tidak lengkap menerapkan kaidah apabila suatu saat pembelajar

menerapkan kaidah secara berlebihan. Pada umumnya, hal ini disebabkan menghindari

beban linguistik yang terlalu besar.

2.3.2 Generalisasi berlebihan

Maksud dari generalisasi berlebihan yaitu fakta dan kebiasaan dari pembelajar bahasa

membentuk-bentuk sama yang diketahui oleh pembelajar dalam bahasa yang sedang

dipelajari.

2.3.3 Ketidaktahuan akan batasan-batasan suatu aturan berbahasa

Kesalahan ini hampir sama dengan generalisasi. Namun perbedaan keduanya bertolak

dari ketidaktahuan, sedangkan generalisasi berlebihan disebabkan perasaan serba tahu

menempatkan sesuatu.

7
Dalam penulisan surat dinas tentunya ada aturan yang harus diikuti. Mulai dari kaidah dan

aturan yang lainnya seperti penempatan alamat, kop surat dll.

2.4 Ruang Lingkup Analisis Kesalahan Berbahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi, bekerja sama, dan mengidentifikasikan diri

manusia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa berdasarkan

pemakaiannya dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan

adalah bahasa yang digunakan dalam sehari-hari secara langsung yang keluar dari lisan

untuk berkomunikasi. Bahasa tulis adalah bahasa dalam bentuk lambang bunyi atau

tulisan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Bahasa tulis lebih dibutuhkan

kesempurnaan dalam struktur hingga kepada sasaran secara visual daripada bahasa lisan.

Contoh dari penggunaan bahasa tulis terdapat pada surat. Surat adalah alat komunikasi

tertulis yang digunakan sebagai alat komunikasi. Surat dibuat secara tertulis untuk

menyampaikan berita/informasi dari seseorang/lembaga/instansi kepada

seseorang/lembaga/instansi dengan mengikuti aturan dan bentuk tertentu dan mempunyai

peranan lebih penting terutama dalam surat resmi/surat dinas. Surat resmi adalah alat

komunikasi tertulis yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik perseorangan,

instansi, maupun organisasi; misalnya undangan, surat edaran, dan surat pemberitahuan.

Dalam penulisan surat resmi masih banyak ditemukan berbagai macam kesalahan berupa

kesalahan ejaan dan kesalahan kalimat yang ditinjau dari keefektifan dalam bahasa tulis.

2.5 Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa

Seperti disebutkan oleh Hendrickson; Richard; Corder dalam Nurhadi

(1990), bahwa kesalahan atau kekhilafan berbahasa bukanlah semata-mata harus

8
dihindari, melainkan fenomena yang dapat dipelajari. Oleh karena itu, analisis

kesalahan berbahasa memiliki tujuan yang mulia, antara lain:

2.5.1 Sebagai umpan balik (feedback) bagi guru dalam menentukan tujuan, bahan

ajar, prosedur pengajaran serta penilaian yang sudah dilaksanakannya.

2.5.2 Sebagai bukti bagi peneliti (penelitian) dalam mengetahui anak (siswa)

memperoleh dan mempelajari bahasa.

2.5.3 Sebagai input (masukan) penentuan sumber atau tataran unsur-unsur

kesalahan berbahasa pada anak (siswa) dalam proses pemerolehan dan

pembelajaran bahasa.

Dengan demikian para guru pengajar bahasa seharusnya melaksanakan

analisis kesalahan berbahasa. Dengan hal tersebut, tujuan analisis kesalahan

berbahasa dapat dicapai secara optimal dan pengajaran bahasa dapat memprediksi

kesulitan dan kesalahan siswa dalam berbahasa.

2.6 Jenis Kesalahan Berbahasa

2.6.1 Kesalahan Acuan

Di dalam bidang makna, disinggung pula apa yang disebut makna acuan (Pateda, 1986).

Dalam kaitannya dengan jenis kesalahan, terdapat pula istilah kesalahan acuan ‘referential

errors’. Corder (dalam Allen dan Corder, Ed. 1974:123) mengatakan:

“... where the speaker uses a term with the intention of refering to some feature of the world

to which it is conventionally inaplicalbe”.

Kesalahan acuan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pada kesempatan

tertentu kita meminta ini, yang dibawa itu, kita meminta dibelikan celana panjang yang dibeli

celana pendek. Singkatnya, kesalahan acuan berkaitan dengan realisasi benda, proses, atau

9
peristiwa yang tidak sesuai dengan acuan yang dikehendaki pembicara atau penulis. Untuk

menghindari kesalahan acuan tidak terjadi, sebaiknya pesan yang kita sampaikan harus jelas

dan tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Misalnya, kalau kita mengatakan kursi kuliah akan

berbeda realisasinya kalau kita hanya mengatakan kursi, karena kata kursi bersifat umum.

Dapat kita katakan, makin khusus yang dikatakan makin jelas pesan yang disampaikan dan

makin kecil kesalahan yang dibuat si pendengar.

2.6.2 Kesalahan Register

Kesalahan register berhubungan dengan variasi bahasa yang berkaitan dengan pekerjaan

seseorang. Dengan demikian kesalahan register, register error adalah kesalahan yang

berhubungan dengan bidang pekerjaan seseorang. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata

operasi. Bagi seorang dokter, kata operasi selalu dihubungkan dengan usaha menyelamatkan

nyawa seseorang dengan jalan membedah tubuh atau bagian tubuh. Misalnya, kita dengar dari

kalimat dokter yang berbunyi “operasi usus buntu anak Bapak, insyallah akan dilaksanakan

besok”, terdengar pula kalimat, “operasi jantung Pak Koko berjalan lancar ”. Bagi seorang

petugas pemerintahan, kata operasi biasanya dihubungkan dengan pemungutan pajak,

penertiban keamanan, ajakan membersihkan selokan, sehingga muncul kalimat “operasi

IPEDA akan dilaksanakan hari Sabtu”. Adapula kalimat, “operasi pembersihan sampah

berhasil dengan baik karena ada partisipasi para pegawai”. Bagi seorang militer, kata operasi

selalu dikaitkan dengan usaha penumpasan musuh sehingga munculah kalimat, “operasi kami

kelambung pertahanan musuh berhasil baik”.

2.6.3 Kesalahan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak mungkin hidup sendiri dalam kenyataan seperti

itu, ia harus berkomunikasi dengan orang lain. Dalam sosial linguistik dikenal variasi bahasa

10
yang dikaitkan dengan latar belakang sosial pembicara dan pendengar. Yang dimaksud

dengan latar belakang sosial disini, misalnya yang berhubungan dengan jenis kelamin,

pendidikan, umur, tempat tinggal, dan jabatan. Latar belakang sosial ini mengharuskan kita

untuk pandai-pandai memilih kata kalimat yang sesuai dengan latar belakang orang yang

diajak bicara. Kesalahan memilih kata yang dikaitkan dengan status sosial dengan orang yang

diajak berbicara menimbulkan kesalahan yang disebut kesalahan sosial, ‘social errors’

(Pateda, 1989:41).

2.6.4 Kesalahan Tekstual

Kesalahan tekstual, ‘textual errors’ muncul sebagai akibat salah menafsirkan pesan yang

tersirat dalam kalimat atau wacana (Pateda, 1989:42). Jelas disini bahwa kesalahan tekstual

mengacu pada jenis kesalahan yang disebabkan oleh tafsiran yang keliru terhadap kalimat

atau wacana yang kita dengar atau yang kita baca. Misalnya kalimat “anak dokter Ahmad Ali

sakit” memperlihatkan berbagai kemungkinan tafsiran. Seandainya yang dimaksud ada dua

orang yang sakit dan orang lain berpendapat bahwa ada empat orang yang sakit maka tafsiran

orang lain itu dapat digolongkan ke dalam kesalahan tekstual.

2.6.5 Kesalahan Penerimaan

Kesalahan penerimaan, ‘receptive errors’, biasanya berhubungan dengan keterampilan

menyimak atau membaca. Dihubungkan dengan menyimak kesalahan penerimaan disebabkan

oleh, (1) pendengar yang kurang memperhatikan pesan yang disampaikan oleh pembicara, (2)

alat dengar pendengar, (3) suasana hati pendengar, (4) lingkungan pendengar, misalnya

kebisingan, (5) ujaran yang disampaikan tidak jelas, (6) kata atau kalimat yang digunakan

pembicara menggunakan makna ganda, (7) antara pembicara dan pendengar tidak saling

11
mengerti, dan (8) terlalu banyak pesan yang disampaikan sehingga sulit diingat oleh si

pendengar.

2.6.6 Kesalahan Pengungkapan

Kesalahan pengungkapan, ‘expressive errors’, berkaitan dengan pembicara. Pembicara

atau penulis salah mengungkapkan atau menyampaikan apa yang dipikirkannya,

dirasakannya, atau yang diinginkannya. Misalnya petugas bandar udara mengungkapkan

fifteen, padahal yang dimaksud fifty. Akibat salah pengungkapan itu pilot segera menukikkan

pesawatnya dan tentu saja kecelakaan tidak dapat dihindari.

2.6.7 Kesalahan Perorangan

Kesalahan perorangan, ‘errors of individuals’, jelas menggambarkan yang dibuat oleh

seseorang dan diantara kawan-kawannya sekelas. Kalau kita mengajar, pelajaran yang kita

berikan tentunya ditunjukan untuk sekelompok terdidik yang terdapat dalam sebuah kelas

namun yang belajar sesungguhnya individu-individu itu sendiri. Misalnya, semuanya menulis

huruf kapital diawal kalimat dan hanya seorang yang tidak. Kesalahan seperti ini disebut

kesalahan perorangan. Memperbaiki kesalahan perorangan tentu bersifat perorangan pula.

2.6.8 Kesalahan Kelompok

Mempelajari kesalahan kelompok, ‘errors of group’, hanya berarti apabila kelompok itu

homogen, misalnya menggunakan bahasa ibu yang sama dan semuanya mempunyai latar

belakang yang sama, baik intelektual maupun sosial. Murid yang menggunakan bahasa yang

berbeda-beda, kesalahannya lebih banyak daripada murid-murid yang homogen. Guru yang

12
menyuruh si terdidik berbicara, membaca atau menulis pasti akan menemukan kesalahan.

Kesalahan itu, ada yang berulang-ulang dibuat oleh kelompok. Kesalahan seperti itu, disebut

kesalahan kelompok.

2.6.9 Kesalahan Menganalogi

Kesalahan menganalogi, ‘errors of overgeneralisation or analogycal errors’ adalah

sejenis kesalahan pada si terdidik yang menguasasi suatu bentuk bahasa yang dipelajari lalu

menerapkannya dalam konteks, padahal bentuk itu tidak dapat diterapkan. Si terdidik

melakukan proses pemukulrataan, tetapi proses pemukulrataan yang berlebihan. Si terdidik

menggunakan kata atau kalimat yang berpola pada kata atau kalimat yang didengarnya

padahal bentuk itu tidak dapat diterapkan. Kesalahan dengan jalan menganggap kata anggota,

sentosa, teladan berubah menjadi anggauta, sentausa, tauladan, termasuk kesalahan

menganalogi.

2.6.10 Kesalahan Transfer

Kesalahan transfer, ‘transfer errors’ terjadi apabila kebiasaan-kebiasaan pada bahasa

pertama diterapkan pada bahasa yang dipelajari. Misalnya, dalam bahasa Indonesia tidak

mempunyai bunyi /Ѳ/ seperti dalam kata inggris “Thank, think”. Orang Indonesia sering

menggantikan bunyi tadi dengan /t/ atau /s/. Proses penggantian semacam ini yang disebut

transfer (Pateda, 1989:45).

2.6.11 Kesalahan Lokal

Kesalahan lokal, ‘local errors’ adalah kesalahan yang tidak menghambat komunikasi

yang pesannya diungkapkan dalam sebuah kalimat. Menurut Valdman (1975) yang dikutip

13
oleh Ruru dan Ruru (1985:2), kesalahan lokal adalah suatu kesalahan linguistis, ‘linguistic

errors’ yang menyebabkan suatu bentuk ‘form’ atau struktur dalam sebuah kalimat tampak

canggung, tetapi bagi seorang penutur yang mahir bahasa asing hampir tidak ada kesulitan

untuk mengerti apa yang dimaksud dalam kalimat itu.

2.6.12 Kesalahan Global

Kesalahan global, ‘global errors’ adalah kesalahan karena efek makna seluruh kalimat

(Norrish, 1983:127). Kesalahan jenis ini menyebabkan pendengar atau pembaca salah

mengerti suatu pesan atau menganggap bahwa suatu kalimat tidak dapat dimengerti.

Valdman (1975) yang dikutip Ruru dan Ruru (1985:2) mengadakan modifikasi terhadap

batasan yang dikemukakan diatas. Valdman mendefinisikan kesalahan global sebagai

kesalahan komunikatif yang menyebabkan seorang penutur yang mahir dalam suatu bahasa

asing, salah tafsir terhadap pesan lisan atau yang tertulis.

2.7 Daerah dan Sifat Kesalahan Berbahasa

2.7.1 Daerah Kesalahan Fonologi

Fonologi dalam bahasa adalah salah satu bidang dalam linguistik yang menyelidiki

tentang bunyi-bunyi dalam bahasa menurut fungsinya. Kesalahan berbahasa dari segi fonologi

adalah kesalahan berbahasa yang diperoleh dari kesalahan pengucapan bunyi-bunyi bahasa

yang dihasilkan dari alat ucap manusia, serta kesalahan yang diperoleh dari perbedaan

penangkapan makna.

Kesalahan berbahasa yang dihasilkan karena kesalahan pengucapan manusia, jika dilihat

dari ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi 2

kelompok, yaitu vokal dan konsonan. Pada pembentukan vokal bunyi bahasa yang arus

udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: tinggi

14
rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan

vokal itu. Kesalahan pengucapan pada vokal biasanya teerdapat pada perbedaan cara

pengucapan oleh penutur bahasa antar daerah (logat/dialek) yang sudah menjadi kebiasaan

dengan ciri khasnya masing-masing, baik dari tekanan, intonasi, serta panjang pendeknya

bunyi yang membangun aksen yang berbeda-beda.

Pada konsonan kesalahan pengucapan sesuai dengan aslinya, konsonan dalam bahasa

Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan 3 faktor, yaitu: keadaan pita suara, daerah

artikulasi, dan cara artikulasi.

Dan ada sumber lainnya pada kesalahan fonologi bahasa Indonesia antara lain: fonem,

diftong, kluster, dan pemenggalan kata. Sumber kesalahan itu terdapat pada tataran berikut.

1. Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/.

2. Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/.

3. Fonem /u/ diucapkan menjadi/o/.

4. Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/.

5. Fonem /f/ diucapakan menjadi /p/.

6. Fonem /k/ diucapakan menjadi /?/ bunyi hambat glottal.

7. Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/

8. Fonem /z/ diucapakan menjadi /j/.

9. Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/.

10. Fonem /kh/ diucapakan menjadi /k/.

11. Fonem /u/ diucapakan/ dituliskan menjadi /w/.

12. Fonem /sy/ diucapakan menjadi /s/.

13. Kluster /sy/ diucapakan menjadi /s/.

15
14. Penghilangan fonem /k/.

15. Penyimpangan pemenggalan kata.

2.7.2 Daerah Kesalahan Morfologi

Kesalahan morfologi adalah kesalahan yang disebabkan salah memilih afiks, salah

menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata

(Tarigan, 1988;195). Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan

dengan bahasa tulis.

Kesalahan berbahasa dari segi morfologi adalah kesalahan berbahasa yang terletak pada

ketidaktepatan pada bentuk-bentuk kata.

Ada beberapa segi kesalahan dan memerlukan pembenaran, diantaranya:

2.7.2.1 Kesalahan pada diksi (pemilihan kata)

Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah kalimat/tuturan karena arti

atau makna sebuah kalimat dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi

kesalahan pemilihan kata maka akan terjadi pergeseran arti atau makna kalimat.

Kesalahan yang dilakukan pada pemilihan kata meliputi, (1) penggunaan kata yang

benar-benar tidak tepat untuk suatu konteks kalimat tertentu, (2) penggunaan kata yang tidak

lazim dalam konteks masyarakat Indonesia, (3) penggunaan sinonim kata yang tidak benar-

benar tepat sebagaimana dituntut konteks kalimat tertentu, (4) kerancuan dalam penggunaan

kata-kata yang mirip, seperti penggunaan ada dan adalah, mudah dan murah, (5) penggunaan

kata-kata yang merupakan hasil terjemahan secara harfiah, dan (6) kesalahan penggunaan kata

terjemahan yang bersinonim, seperti to leave yang terjemahan bahasa Indonesianya

16
meninggalkan dan berangkat. Pasangan kata seperti inilah yang sering dikacaukan dalam

penggunaannya.

Beberapa kata yang kesalahan pemakaiannya cukup sering adalah kata ada yang

dikacaukan dengan kata adalah; penggunaan pronim kita dengan kami (yang dalam bahasa

inggris ‘us’). Kata berangkat dengan kata meninggalkan, kata cara dengan kata secara, kata

tidak dengan kata bukan, kata ada dengan mempunyai.

Contoh kesalahan pemilihan kata:

a) Situasi ini pusing untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.

b) Saya berbicara dengan sopir sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.

c) Adalah banyak penjual dan pembeli dalam pasar.

d) Kami berangkat SMA kira-kira pada jam sepuluh malam.

e) Jam empat kami berangkat hotel Radisson pergi ke Prambanan Temple.

Alternatif pembenarannya:

a) Situasi ini membingungkan anak-anak dan sangat mempengaruhi mereka.

b) Saya berbicara dengan sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama

enam tahun.

c) Ada banyak penjual dan pembeli di pasar itu.

d) Kami meninggalkan SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.

e) Pada jam empat, kami berangkat dari Hotel Radisson dan pergi ke Candi Prambanan.

2.7.2.2 Kesalahan penggunaan afiks

Kesalahan penggunaan afiks me-, yang dapat dikacaukan dengan penggunaan afiks di-.

Hal ini juga berkaitan dengan bentuk aktif dan pasif yang akan diuraikan tersendiri.

Kesalahan lainnya yang intensitasnya juga cukup sering dilakukan adalah penggunaan afiks

17
me- yang dikacaukan pemakainnya dengan afiks ber-, afiks me- yang dikacaukan dengan

penggunaan verba bentuk dasar dan verba bentuh dasar + -i,. kesalahan lain yang

intensitasnya terjadinya relatif sering adalah penggunaan afiks me- yang dikacaukan dengan

afiks me-….-kan, afiks me-…-kan yang dikacaukan penggunaanya dengan afiks ber-, dan

penggunaan verba bentuk dasar yang dikacaukan pemakainya dengan afiks ber-.

Contoh kesalahan penggunaan afiks:

a) Saya nikmat perjalan di Indonesia.

b) Kalau orang tua perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.

c) Ketika saya membaca tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan

d) Kain batik paling terkenal di Australia dan sekarang saya tahu bagaimana batik membuat

menggunakan dua cara, batik cap dan batik tulis tangan.

e) Di inggris guru-guru harus beruniversitas untuk tiga tahun kemudian mereka harus pergi

mengajar TCC (teacher training college) untuk satu tahun.

Altenatif pembenarannya:

a) Saya menikmati perjalanan di Indonesia.

b) Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.

c) Ketika saya membaca berita tentang perkelahian pelajar, saya heran

d) Kain batik paling terkenal di Australia dan sekarang saya mengetahui cara membuat batik

yang menghasilkan dua jenis batik, batik cap dan batik tulis tangan.

e) Di Inggris, guru-guru harus belajar di universitas selama tiga tahun kemudian mereka

harus belajar di TCC (Teacher Training College) selama satu tahun.

2.7.2.3 Kesalahan urutan kata

18
Urutan kata dimaksudkan sebagai susunan kata untuk membentuk tataran yang lebih

tinggi. Contoh kesalahan dalam urutan kata:

a) Hari ini, menarik hari.

b) Keluarga adalah sosial kesatuan yang paling penting bagi orang batak toba

c) Bernama ini ‘Ngelangkahi’.

d) Kadang-kadang orang yang datang baru menjadi terkejut, mereka harap memenuhi mimpi

mereka.

e) Jamu saset belum komplit harus dicampur dengan lain bahan-bahan seperti beras kencur,

anggur merah, madu, dan lain-lain.

Alternatif pembenarannya:

a) Hari ini adalah hari yang menarik.

b) Keluarga adalah kesatuan sosial yang paling penting bagi orang batak toba.

c) Ini bernama ‘Ngelangkahi’.

d) Kadang-kadang, orang yang baru datang menjadi terkejut karena mereka berharap mimpi

mereka terpenuhi.

e) Jamu saset yang belum komplit harus dicampur dengan bahan-bahan lain seperti beras

kencur, anggur merah, madu, dan lain-lain.

2.7.2.4 Kesalahan penulisan ejaan

Kesalahan ejaan berupa kesalahan pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda

baca, ketidak efektifan dan penulisan unsur serapan.

Dan ada juga kesalahan berbahasa morfologi lainnya antara lain:

2.7.2.1 Salah penentuan bentuk asal

2.7.2.2 Fonem yang tidak dilulukan

19
2.7.2.3 Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n, ny, ng dan nge-.

2.7.2.4 Perubahan morfem ber-, per-, dan ter- menjadi be-, pe-, dan te-

2.7.2.5 Penulisan morfem yang salah

2.7.2.6 Pengulangan yang salah

2.7.2.7 Penulisan kata majemuk serangkai

2.7.2.8 Pemajemukan berafiksasi

2.7.2.9 Pemajemukan dengan afiks dan sufiks

2.7.2.10 Pengulangan kata majemuk.

Proses pembentukan kata hendaknya benar-benar dapat mengikuti kaidah yang ada

dan lazim. Beberapa kaidah dalam bidang morfologi antara lain proses morfologi,

pengulangan, dan proses pemajemukan. Proses morfofonemik adalah proses

pembentukan kata-kata yang berasal dari bentuk dasar. Proses pengulangan adalah proses

pemebentukan kata menjadi kata ulang baik sebagian, seluruhnya, variasi, maupun tidak

variasi. Proses pemajemukan adalah proses pembentukan kata-kata menjadi kata

majemuk. Beberapa kaidah morfologi yang lain adalah sebagai berikut:

1) Fonem /N/ akan luluh jika bertemu dengan morfem yang berawal dengan fonem

/L,R,Y,W, dan Nasal itu sendiri. Imbuhan yang mengandung Nasal, contoh: Pe-N + Laris

a` Pelaris bukan a` penglaris.

2) Morfem ber- berubah menjadi be- apabila melekat pada morfem yang berfonem awal r

atau yang suku pertamanya berakhir dengan fonem /er/.

3) Fonem /N/ pada morfem me-N dan pe-N, dan pe-N, tidak luluh jika melekat pada

morfem yang berawal dengan fonem /K,P,T,S/ tetapi yang luluh justru fonem / K,P,T,S/

20
nya, contoh: Me- + komando a` mengomando, me-N + pasang a` memasang, me-N +

tulis a` menulis, me-N + sapu a` menyapu.

2.7.3 Daerah Kesalahan Sintaksis

Menurut Sofa (2008) bahwa kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan

struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis

kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase,

kepaduan kalimat, dan logika kalimat (Lubis Grafura :2008). Bidang tata kalimat

menyangkut urutan kata dan frase dikaitkan dengan hukum-hukumnya (DM, MD)

(Mahasiswa:2009). Disisi yang lain Samsuri dalam mahasiswi (2009) mengungkapkan

bahwa dalam berbahasa mengucapkan kalimat-kalimat, untuk dapat berbahasa dengan baik,

kita harus dapat menyusun kalimat yang baik, kita harus menguasai kaidah tata kalimat

(sintaksis). Hal ini disebabkan tata kalimat menduduki posisi penting dalam ilmu bahasa.

Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang

berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif lengkap

(Werdiningsih, 2006:77-79) dalam (Budi Santoso).

Kesatuan kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal

kalimat dan diakhiri dengan penggunaan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru pada akhir

kalimat.

(Werdiningsih, 2006:78) dalam (Budi Santoso) mengungkapkan bahwa sebuah kalimat

dikatakan efektif jika dapat mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi yang efektif.

21
Maksudnya bahwa kalimat tersebut mampu mengungkapkan gagasan, pikiran, dan gagasan

secara jelas sehingga terungkap oleh pembaca sebagaimana diinginkan.

Menurut Arifin (2001: 116) sebuah kalimat hendaknya berisikan suatu gagasan atau ide.

Agar gagasan atau ide sebuah kalimat dapat dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang

meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan harus tampak dengan jelas (eksplisit). Di

samping unsur eksplisit kalimat harus dirakit secara logis dan teratur.

Pateda (1989 : 58) menyatakan bahwa kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan erat

dengan kesalahan pada morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu sebabnya daerah

kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang berstruktur tidak baku,

kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat yang menbentuk

kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di dalam kalimat dan logika kalimat.

Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau

kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata

kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika

kalimat. Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan

kaidah yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif

lengkap. Sebuah kalimat hendaknya berisikan suatu gagasan atau ide. Agar gagasan atau ide

sebuah kalimat dapt dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang meliputi subjek,

predikat, objek, dan keterangan harus tampak dengan jelas (eksplisit).

2.7.4 Daerah Kesalahan Semantik

Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik dapat berkaitan dengan bahasa tulis maupun

bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonologi, morfologi, dan

22
sintaksis. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekanannya pada

penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis.

Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari

makna yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.

2.7.4.1 Kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip

Kata-kata yang bermiripan tersebut dapat digolongkan kedalam tiga kelompok, yakni (i)

pasangan yang seasal, contoh: korban dan kurban; (ii) pasangan yang berasing, contoh:

kualitatif dan kwalitatif ; dan (iii) pasangan yang terancukan, contoh : sah dan syah ( Alwi,

1991:21-22). Banyaknya kata yang mempunyai kemiripan menuntut banyak ketelitian.

Menurut penulis, dari tiga jenis kemiripan tersebut yang berkaitan dengan makna yang

berbeda terdapat pada jenis pasangan yang seasal dan pasangan yang terancukan.

2.7.4.1.1 Kesalahan karena Pasangan yang Seasal

Pasangan yang seasal adalah pasangan kata yang memiliki bentuk asal yang sama dan

maknanya pun berdekatan (Alwi, 1991 : 21). Dalam hal ini kita tidak menentukan bentuk

mana yang benar, tetapi bentuk mana yang maknanya tepat untuk menyatakan gagasan kita.

Dengan kata lain, masing- masing adalah bentuk yang benar. Kita dapat mengamati contoh-

contoh pemakaian pasangan yang seasal.

Contohnya:

1) Penggunaan kata korban dan kurban

Bentuk Tidak Baku

a. Daging korban itu akan dibagikan kepada yang berhak menerimanya

b. Jumlah kurban tanah longsor yang tewas sudah bisa dipastikan.

23
Pengertian pertama kata qurban adalah persembahan kepada Tuhan (seperti kambing,

sapi, dan unta yang disembelih pada hari lebaran haji) atau pemberian untuk menyatakan

kesetiaan atau kebaktian, yang kemudian dieja menjadi kurban. Makna yang kedua adalah

orang atau binatang yang menderita atau mati akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan

sebagainya; yang dieja menjadi korban.

Berdasarkan perbedaan makna kedua kata tersebut, maka kita dapat memperbaiki kalimat

diatas menjadi :

Bentuk Baku

a. Daging kurban itu akan dibagikan kepada yang berhak menerimanya.

b. Jumlah korban tanah longsor yang tewas sudah bisa dipastikan.

2.7.4.1.2 Kesalahan karena Pasangan yang Terancukan

Jenis lain kesalahan karena kemiripan adalah pasangan yang terancukan. Pasangan yang

terancukan terjadi jika orang yang tidak mengetahui secara pasti bentuk kata yang benar lalu

terkacaukan oleh bentuk yang dianggapnya benar. Dalam hal ini kedua anggota pasangan itu

memang bentuk yang benar, tatapi harus diperhatikan perbedaan maknanya. Akibatnya,

kadang-kadang ditemukan penggunaan bentuk yang salah. Contoh-contoh kesalahan

pemakaian jenis ini.

1) Penggunaan kata sah dan syah

Kata sah dan syah merupakan dua kata yang berbeda dari segi makna. Kemiripan

bentuk dan lafal memang dimiliki kedua kata tersebut. Tidak mengherankan jika pemakai

bahasa yang tidak cermat, sering mengacaukan pemakaiannya. Perhatikan pemakain

berikut ini.

Bentuk Tidak Baku

24
a. Sah iran sudah pernah berkunjung ke indonesia.

b. Dia sekarang telah syah menjadi suami saya.

Kata sah dan syah merupakan contoh pasangan terancukan. Makna kedua kata itu jelas

berbeda. Sah berarti sudah sesuai dengan hukum, sedangkan syah berarti raja. Kesalahan

pada kedua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:

a. Syah Iran sudah pernah berkunjung ke Indonesia.

b. Dia sekarang telah sah menjadi suami saya.

2) Penggunakan kata kafan dan kapan

Bentuk Tidak Baku

a. Mayat itu sudah dibungkus kain kapan.

b. Kafan kamu akan berangkat ke bali?

Jika dilihat dari maknanya, kata kafan bermakna kain (putih) pembungkus mayat,

sedangkan kapan bermakna kata tanya untuk menyatakan waktu perbedaan makna kedua

kata tersebut jelas terlihat. Dengan demikian perbaikan kalimat diatas adalah:

Bentuk Baku

a. Mayat itu sudah dibungkus kain kafan.

b. Kapan kamu akan berangkat ke Bali?

2.7.4.1.3 Kesalahan karena Pilihan Kata yang Tidak Tepat

Ada dua istilah yang berkaitan dengan masalah subjudul ini, yaitu istilah pemilihan

kata dan pilihan kata. Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang

dapat mengungkapkan gagasan secara tepat, sedangkan pilihan kata adalah hasil proses

atas tindakan tersebut.

Berikut ini akan dipaparkan beberapa contoh wujud kesalahan pilihan kata.

25
1) Penggunaan kata pukul dan jam

Bentuk Tidak Baku

a. Hari ini akan kita bicarakan masalah kata majemuk dalam bahasa Indonesia hingga

kira-kira jam 14.00.

b. Beberapa dokter mengoperasi pasien penyakit jantung koroner selama 3 jam, yaitu jam

13.00 s.d 16.00.

c. Selama dua pukul aku menunggumu disini, tetapi kamu tidak datang juga.

Penggunaan kata pukul dan jam harus dilakukan dengan tepat. Kata pukul

menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu. Kata jam pada

kalimat diatas tidak tepat karena untuk menyatakan waktu digunakan kata pukul.

Ketidaktepatan penggunaan kata pukul karena untuk menyatakan jangka waktu

digunakan kata jam. Perbaikan kalimat tersebut adalah:

Bentuk Baku

a. Hari ini akan kita bicarakan masalah kata majemuk dalam bahasa Indonesia hingga

kira-kira pukul 14.00.

b. Beberapa dokter mengoperasi pasien penyakit jantung koroner selama 3 jam, yaitu

pukul 13.00 s.d 16.00.

c. Selama dua jam aku menunggumu di sini, tetapi kamu tidak datang juga.

2.7.4.2 Kesalahan pilihan kata atau diksi

Penggunaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksakan akan menimbulkan

perubahan makna kalimat bahkan merusak struktur kalimat, jika tidak disesuaikan dengan

makna atau maksud kalimat yang sebenarnya. Pilihan kata yang tidak tepat sering

penggunaannya divariasikan secara bebas, sehingga menimbulkan kesalahan. Kalimat

26
seperti tidak bermasalah, jika hanya dicermati sekilas saja. Contoh: mantan dan bekas,

busana dan baju, jam dan pukul dan lain-lain.

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis

Pada surat-surat dinas di kantor Desa Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten

Tasikmalaya terdapat kesalahan-kesalahan berbahasa baik dalam bidang fonologi maupun

morfologi sesuai penjelasan berikut ini:

3.1.1 Surat Keterangan

1) Terdapat kesalahan pada kata “bertandatangan” (alinea pertama baris pertama)

2) Terdapat kesalahan pada kata “saya Kepala Desa Tanjungpura” (alinea pertama baris

pertama)

3) Terdapat kesalahan pada kalimat “Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga” (alinea pertama

baris keenam)

4) Terdapat kesalahan pada penggunaan huruf kapital “tidak dalam Proses” (alinea ketiga

baris pertama)

5) Terdapat kesalahan pada penggunaan huruf kapital “tidak dalam Keadaan” (alinea ketiga

baris kedua)

6) Terdapat kesalahan pada kalimat “di – agunkan Pada” (alinea keempat baris pertama)

7) Terdapat kesalahan pada penulisan tempat dan waktu “Tanjungpura, 3 Agustus 2019”

(tanggal pembuatan surat)

27
3.1.2 Surat Permohonan

1) Terdapat kesalahan pada kalimat “Tanjungpura, Agustus 2019” (tempat dan tanggal

pembuatan surat)

2) Terdapat kesalahan pada kalimat “Yth. Bapak Bupati Tasikmalaya” (tujuan surat)

3) Terdapat kesalahan penulisan pada tabel “no. 4,5,6” (tabel)

3.1.3 Surat Tugas

1) Terdapat kesalahan pada kalimat “Dengan ini kami tugaskan kepada” (alinea kedua

sebelum tabel)

2) Terdapat kesalahan pada gelar “Nama: AGUS HIDAYAT,S.Sos” (alinea pertama baris

kedua)

3) Terdapat kesalahan pada penulisan kata “Senin s/d Selasa” (Hari/ tanggal)

4) Terdapat kesalahan pada kata “di laksanakan” (alinea terakhir)

5) Terdapat kesalahan pada penulisan tempat dan waktu “Tanjungpura,27 Juli 2019”

(tanggal pembuatan surat)

3.1.4 Surat Keputusan

1) Terdapat kesalahan pada penggunaan huruf kapital “tentang Pengangkatan dan

pemberhentian Perangkat Desa” (alinea pertama poin a baris kedua)

2) Terdapat kesalahan pada kata “Propinsi” (alinea kedua poin 1 baris terakhir)

3) Terdapat kesalahan pada kalimat “Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Masing –

masing” (alinea terakhir poin ketiga baris kedua)

3.2 Daerah Kesalahan

3.2.1 Kesalahan Berbahasa Bidang Fonologi dalam Penulisan Surat-Surat Dinas di Kantor Desa

Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya

28
Kesalahan berbahasa bidang fonologi dalam penulisan surat-surat dinas di Kantor

Desa Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya berjumlah enam.

Kesalahan ini terdiri dari kesalahan penulisan huruf kapital, kesalahan penulisan kata

depan, dan kesalahan penulisan tanda baca.

3.2.2 Kesalahan Berbahasa Bidang Morfologi dalam Penulisan Surat-Surat Dinas di Kantor Desa

Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya

Kesalahan berbahasa bidang morfologi dalam penulisan surat-surat dinas di Kantor

Desa Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya berjumlah lima.

Kesalahan ini terdiri dari kesalahan afiksasi, kesalahan penggunaan kata tidak baku, dan

kesalahan tata bentuk kata.

3.2.3 Kesalahan Berbahasa Bidang Sintaksis dalam Penulisan Surat-Surat Dinas di Kantor Desa

Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya

Kesalahan berbahasa bidang sintaksis dalam penulisan surat-surat dinas di Kantor

Desa Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya berjumlah tujuh.

Kesalahan ini terdiri dari kesalahan pemakaian partikel tata kalimat.

3.3 Pembetulan Kesalahan

3.3.1 Kesalahan Berbahasa Bidang Fonologi

1) Kesalahan penggunaan huruf kapital

a. Surat Keterangan

a) Kesalahan :

“tidak dalam Proses” (alinea ketiga baris pertama)

Pembetulan :

“tidak dalam proses”

29
Kata “proses” berada ditengah kalimat sehingga penulisan huruf pertamanya

menggunakan huruf kecil.

b) Kesalahan :

“tidak dalam Keadaan” (alinea ketiga baris kedua)

Pembetulan :

“tidak dalam keadaan”

Kata “keadaan” berada ditengah kalimat sehingga penulisa huruf

pertamanya menggunakan huruf kecil.

b. Surat Keputusan

a) Kesalahan :

“tentang Pengangkatan dan pemberhentian Perangkat Desa” (alinea pertama

poin a baris kedua)

Pembetulan :

“tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa”

Kata “Pemberhentian” termasuk dalam kalimat yang dijelaskan dalam

peraturan yang disebutkan pada konteks kalimatnya sehingga huruf pertamanya

menggnakan huruf kapital.

2) Kesalahan penulisan kata depan

a. Surat Keputusan

a) Kesalahan :

“Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Masing – masing” (alinea terakhir poin

ketiga baris kedua)

Pembetulan :

30
“Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa masing-masing”

Kata “masing-masing” berada ditengah kalimat sehingga penulisannya

menggunakan huruf kecil.

3) Kesalahan penulisan tanda baca

a. Surat Tugas

a) Kesalahan :

“Nama : AGUS HIDAYAT,S.Sos” (alinea pertama baris kedua)

Pembetulan :

“Nama : AGUS HIDAYAT, S.Sos”

Penggunaan tanda baca sebelum gelar adalah tanda koma, setelah itu

menggunakan spasi kemudian gelar.

b) Kesalahan :

“Senin s/d Selasa” (Hari/ tanggal)

Pembetulan :

“Senin s.d Selasa”

Penulisan “s/d” kurang tepat karena tidak sesuai PUEBI sehingga

perbaikannya adalah “s.d”.

3.3.2 Kesalahan Berbahasa Bidang Morfologi

1) Kesalahan afiksasi

a. Surat Tugas

a) Kesalahan :

“Dengan ini kami tugaskan kepada” (alinea kedua sebelum tabel)

31
Pembetulan :

“Dengan ini kami menugaskan kepada”

Kata “tugaskan” kurang tepat karena diperlukan konfiks (awalan + akhiran)

bukan sufiks (akhiran).

2) Kesalahan penggunaan kata tidak baku

a. Surat Keputusan

a) Kesalahan

“Propinsi” (alinea kedua poin 1 baris terakhir)

Pembetulan :

“Provinsi”

Sesuai dengan PUEBI, kata “Propinsi” termasuk kata tidak baku sedangkan

kata bakunya adalah “Provinsi”.

3) Kesalahan tata bentuk kata

a. Surat Keterangan

a) Kesalahan :

“bertandatangan” (alinea pertama baris pertama)

Pembetulan :

“bertanda tangan”

Gabungan kata yang hanya mendapat awalan atau akhiran, awalan atau

akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan saja.

b) Kesalahan :

“di – agunkan Pada” (alinea keempat baris pertama)

Pembetulan :

32
“diagunkan pada”

Kata “di-agunkan” kurang tepat, karena seharusnya disatukan tanpa ada

strip ( - ) menjadi “diagunkan”.

b. Surat Tugas

a) Kesalahan :

“di laksanakan” (alinea terakhir)

Pembetulan :

“dilaksanakan”

Pada kata “di laksanakan”, “di” bukan kata depan tetapi imbuhan sehingga

penulisannya harus disatukan menjadi “dilaksanakan”.

3.3.3 Kesalahan Berbahasa Bidang Sintaksis

1) Kesalahan pemakaian partikel tata kalimat

a. Surat Keterangan

a) Kesalahan :

“saya Kepala Desa Tanjungpura” (alinea pertama baris pertama)

Pembetulan :

“Kepala Desa Tanjungpura”

Kata “saya” dihilangkan karena pada kalimat berikutnya disebutkan “Kepala

Desa Tanjungpura” yang sudah memuat makna yang jelas.

b) Kesalahan :

“Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga” (alinea pertama baris keenam)

Perbaikan :

33
“Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga”

Kalimat “Mengurus Rumah Tangga” pada pekerjaan seseorang kurang

tepat, sehingga perbaikannya menjadi “Ibu Rumah Tangga”.

c) Kesalahan :

“Tanjungpura, 3 Agustus 2019” (tanggal pembuatan surat)

Pembetulan :

“3 Agustus 2019”

Kata “Tanjungpura” boleh dihilangkan karena sudah terdapat pada kop atau

kepala surat sehingga penulisannya tanggal, bulan, dan tahun.

b. Surat Permohonan

a) Kesalahan :

“Tanjungpura, Agustus 2019” (tempat dan tanggal pembuatan surat)

Pembetulan :

“Agustus 2019”

Kata “Tanjungpura” boleh dihilangkan karena sudah terdapat pada kop atau

kepala surat sehingga penulisannya tanggal, bulan, dan tahun.

b) Kesalahan :

“Yth. Bapak Bupati Tasikmalaya” (tujuan surat)

Pembetulan :

“Yth. Bupati Tasikmalaya”

Kata “Bapak” dihilangkan karena penggunaannya diikuti nama bukan

jabatan.

34
c) Kesalahan :

“no. 4, 5, 6” (tabel)

Pembetulan :

Dihilangkan

Baris ke 4, 5, dan 6 pada tabel dihilangkan karena tidak ada isinya.

c. Surat Tugas

a) Kesalahan :

“Tanjungpura,27 Juli 2019” (tanggal pembuatan surat)

Pembetulan :

“27 Juli 2019”

Kata “Tanjungpura” boleh dihilangkan karena sudah terdapat pada kop atau

kepala surat sehingga penulisannya tanggal, bulan, dan tahun.

35
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Kesalahan berbahasa pada surat-surat dinas di Kantor Desa Tanjungpura, Kecamatan

Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya terjadi pada bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis.

Berikut kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan melalui metode deskriptif.

4.1.1 Kesalahan berbahasa pada bidang fonologi, terdiri dari kesalahan penulisan huruf kapital

sebanyak 3 kesalahan, kesalahan penulisan kata depan sebanyak 1 kesalahan, dan

kesalahan penulisan tanda baca sebanyak 2 kesalahan. Sehingga total kesalahan bidang

fonologi pada surat-surat dinas di Kantor Desa Tanjungpura Kecamatan Rajapolah

Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 6 kesalahan.

4.1.2 Kesalahan berbahasa pada bidang morfologi, terdiri dari kesalahan afiksasi sebanyak 1

kesalahan, kesalahan penggunaan kata tidak baku sebanyak 1 kesalahan, dan kesalahan

tata bentuk kata sebanyak 3 kesalahan. Oleh karena itu, jumlah kesalahan berbahasa

bidang morfologi pada surat-surat dinas di Kantor Desa Tanjungpura Kecamatan

Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 5 kesalahan.

4.1.3 Kesalahan berbahasa pada bidang sintaksis, terdiri dari kesalahan pemakaian partikel tata

kalimat sebanyak 7 kesalahan.

36
Sehingga dapat disimpulkan secara umum kesalahan berbahasa pada surat-surat dinas di

Kantor Desa Tanjungpura Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya tahun 2019 lebih

banyak terjadi pada bidang sintaksis.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran yang berkaitan

dengan penelitian ini.

4.2.1 Penelitian mengenai kesalahan berbahsa harus terus dilakukan untuk mengetahui bentuk-

bentuk kesalahan berbahasa. Karena bahasa itu terus berkembang, maka kesalahan dalam

berbahasa pun berkembang seiring dengan masyarakat penutur bahasa itu sendiri.

4.2.2 Pengetahuan kesalahan berbahasa dapat dikembangkan melalui penelitian kesalahan

berbahasa. Maka bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang kesalahan

berbahasa, dapat menggunakan penelitian ini sebagai salah satu referensi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Acehmillano Ganto, 08 Maret 2013, “Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Sintaksis”, 29

Oktober 2021, https://acehmillano.wordpress.com/2013/03/08/analisis-kesalahan-berbahasa-

dalam-sintaksis/.

Dewi Nopitaningrum, 2013, “Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi dalam Surat

Dinas”, 23 Oktober 2021, https://drive.google.com/file/d/11rvFw5vZszil9lOhULJObPJcHsAi-

89mQt/view?usp=drivesdk.

Feby Mutiara Tashyimah, Sabtu 26 Desember 2015, “Jenis Kesalahan Berbahasa”, 28 Oktober

2021, https://diksatb2012untirta.blogspot.com/2015/12/13-jenis-kesalahan-berbahasa-feby.ht-

ml?m=1.

Ika Rostika, Selasa 7 April 2011, “Analisis Kesalahan Berbahasa”, 28 November 2021,

http://ithasartika91.blogspot.com/2011/04/analisis-kesalahan-berbahasa.html?m=1.

Rian Hakim, 16 Desember 2011, “Kesalahan Berbahsa dalam Tatanan Semantik”, 29 Oktober

2021, http://coretanrian.blogspot.com/2011/12/16/kesalahan-berbahasa-dalam-tatanan-seman-

tik.html?m=1.

38
Serafica Gischa, 2020, “Bahasa: Pengertian, Fungsi, dan Manfaatnya”, 20 Oktober 2021,

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/29/060000069/bahasa-pengertian-fungsi-dan-

manfaanya.

Syahroni Ahmad, 18 November 2016, “Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa”, 28 Oktober

2021, https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/78108.

Tiya Agustina, 2017, “Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Mahasiswa Asing dalam Program

BIPA dan Surakarta”, 23 Oktober 2021, https://drive.google.com/file/d/103SwyrhJHW-

AA_UvPG77ruNvA27uMQS_/view?usp=drivesdk.

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2008-2-00336-JP%20Bab%202.pdf. Diakses

pada tanggal 28 Oktober 2021.

39
LAMPIRAN

Lampiran 1

40
Lampiran 2

41
Lampiran 3

42
Lampiran 4

43
44

Anda mungkin juga menyukai