Ajeng Revisi Semhas
Ajeng Revisi Semhas
NIM. 21116100
Literatur Review
NIM. 21116100
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Literatur review ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.
NIM : 21116100
Tanda Tangan :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Literatur review dengan judul ” Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Komik
Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesiapsiagaan Bencana Banjir” telah mendapat
persetujuan dari pembimbing.
Mahasiswa yang mengajukan
NIM : 21116100
Pembimbing I Pembimbing II
Disetujui
iii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Palembang
Tanggal 22 Juni 2020
Ketua STIKes MP
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
vi
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Palembang.
6. Teristimewa Kedua orang tua saya, Ayahanda Hulman, Ibunda Sri Muryani
(almrh) dan ibu sambungku Nilawati, saudara laki-laki (Eko Saputra & Rio
Saputra) saudara perempuan saya (Octiara Shaela Putri) dan kakak iparku
(Wella Kurnia) dan seluruh keluarga tercinta terima kasih telah membesarkan
dan mendidik saya serta selalu mendoakan dan mendukung untuk terus maju
menjadi orang yang sukses.
7. Terima kasih teman sejawat PSIK A dan B angkatan tahun 2016.
8. Terima kasih juga untuk para sahabatku “Sisters”yang telah memberikan
semangat dan masukan serta menjadi teman yang terbaik selama kuliah ini
yaitu Annisa Afianria Yoja Cindona, Cyndilia Fatriada Suci, Nandita Eka
Putri dan Ulia Ulan Dari
9. Terima kasih juga sahabat dari awal masuk kuliah yang telah memberikan
semangat yaitu Weka Patriana dan Citra Ratu
10. Terima kasih untuk Bayu Aldio yang selalu memberikan semangat dalam
penulisan literature review ini.
11. Terima kasih semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam
penyusunan literature review ini.
Wassalamualaiku m Wr. Wb
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI LITERATURE
REVIEWUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : Palembang
Pada tanggal : Juni 2020
Yang menyatakan
Materai 6000
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
E-mail : ajeng.rindaniputri@gmail.com
Riwayat Pendidikan
SD Negeri 1 Tanjung Agung 2010
SMP Negeri 1 Tanjung Agung 2013
SMA Negeri 1 Tanjung Agung 2016
STIKes Muhammadiyah Palembang 2020
viii
ABSTRAK
Latar belakang: BNPB menyebutkan pada tahun 2019 terjadi 2.829 bencana di
seluruh Indonesia. BNPB mencatat puting beliung 880 kejadian, banjir 657
kejadian, tanah longsor 621 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 508 kejadian,
kekeringan 118 kejadian, gempa bumi 34 kejadian, gelombang pasang/abrasi 14
kejadian, serta letusan gunung api 7 kejadian. bencana banjir paling banyak
menelan korban jiwa yakni mencapai 253 jiwa. Disusul oleh bencana longsor
sebanyak 106 jiwa. Sementara gempa bumi dan putting beliung masing-masing
nenelan korban sebanyak 57 dan 15 orang. Banjir merupakan ancaman bencana
dengan resiko tinggi di Indonesia, terutama terhadap harta benda dan infrastruktur
yang sangat mengancam roda perekonomian masyarakat. Bencana sering terjadi
tanpa peringatan sehingga membutuhkan pengetahuan untuk menghadapinya.
Salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menghadapi bencana adalah
penanggulangan terhadap dampak bencana. kegiatan yang dapat dilakukan yaitu
pemberian pendidikan kesehatan dengan media komik. Tujuan: Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Komik
Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesiapsiagaan Bencana Banjir. Sumber
dari database Google Scholar tahun 2018-2020 dengan 5 artikel yang didapat.
Metode: Penelitian menggunakan literature review dengan cara memilih artikel-
artikel terkait dengan penelitian. Hasil: Terdapat pengaruh penggunaan media
komik terhadap pengetahuan siswa tentang banjir. Kesimpulan: Hasil analisis
artikel ilmiah menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media komik
terhadap pengetahuan siswa tentang banjir
ix
Kata kunci : Media Komik, Pengetahuan, Kesiapsiagaan Bencana Banjir
dan Anak Sekolah Dasar
Daftar Pustaka:
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................v
HALAMAN PUBLIKASI............................................................................vii
ABSTRAK.....................................................................................................ix
DAFTAR ISI..................................................................................................x
DAFTAR TABEL........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penelitian..................................................................................
D. Manfaat Penelitian................................................................................
E. Ruang Lingkup.....................................................................................
A. Tinjauan Teori......................................................................................
B. Kerangka Teori.....................................................................................
A. Kerangka Konsep..................................................................................
B. Definisi Operasional.............................................................................
xi
BAB IV METODELOGI..................................................................................
A. Pertanyaan panduan..............................................................................
B. Kriteria Inklusi dan Eksklusi................................................................
C. Data/ Jurnal...........................................................................................
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................
A. Pembahasan..........................................................................................
B. Keterbatasan.........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR BAGAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan
pada tahun 2019 telah terjadi 2.829 bencana di seluruh Indonesia,
Bencana tersebut didominasi oleh bencana hidrometeorologi. BNPB
mencatat puting beliung 880 kejadian, banjir 657 kejadian, tanah longsor
621 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 508 kejadian, kekeringan 118
kejadian, gempa bumi 34 kejadian, gelombang pasang/abrasi 14 kejadian,
serta letusan gunung api 7 kejadian. Dari kejadian-kejadian tersebut,
bencana banjir paling banyak menelan korban jiwa, yakni mencapai 253
jiwa. Disusul oleh bencana longsor sebanyak 106 jiwa. Sementara gempa
bumi dan putting beliung masing-masing nenelan korban sebanyak 57 dan
15 orang (kompas.com).
Berdasarkan data BPBD Sumatera Selatan wilayah terparah
terdampak banjir selama 2019 ada di Kecamatan Karang Dapo, Kabupaten
Musi Rawas Utara yang terjadi pada 17 februari yang mengakbitkan 2.835
rumah terendam air. Dan terjadi di Kecamatan Rawas Ilir yang merendam
2.572 rumah. Bencana banjir juga menggenangi 1.391,5 ha sawah di
lampuing, Kabupaten OKI pada 20 februari dan 1.000 ha wilayah
perkebunan Banyuasin. Banjir bandang juga menerjang kawasan
kecamatan Ulu Musi,Kabupaten Empat Lawang pada 27 April, yang
menyapu 50 rumah, 20 terdampak rusak parah, 7 unit hanyut dan
menyebabkan 1 jembatan putus (IDN Times).
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta, pada 3 januari 2020 atau
tiga hari setelah banjir besar melandan ibu kota terdapat setidaknya 5.025
jiwa yang mendapatkan layanan kesehatan di posko pengungsian.
Sebagaian besar pasien menderita muskuloskeletal atau pegal-pegal.
Angkanya sebanyak 1.401 (27,9 %), kemudian diikuti ISPA sebanyak
1.226 (24,4 %), penyakit kulit sebanyak 673 ( 13,4 %), hipertensi 571
(11,4 %), gastritis atau peradangan pada dinding lambung 377 ( 7,5 %),
demam 260 (5,2 %) dan ada pula yang mengalami diare akut sebanyak
146 (2,9 %), luka atau trauma 116 (2,3 %), sakit gigi 48 (1 %), diabetes
militus 36 (0,7 %), asma 18 (0,4 %), konjungtivitis atau mata merah akibat
peradangan 17 (0,3 %), ISK 5 (0,1 %), pneumonia atau infeksi paru 5 (0,1
%), TBC 1 ( 0,02 %) serta katagori lain-lain sebanyak 125 orang (2,6 %)
(Tirto.id)
Banjir merupakan ancaman bencana dengan resiko tinggi di
Indonesia, terutama terhadap harta benda dan infrastruktur yang sangat
mengancam roda perekonomian masyarakat. Banjir dapat disebabkan oleh
kondisi alam yang statis (seperti geografis, topografis, dan geometri alur
sungai), dan dinamis (seperti curah hujan yang tinggi, pembendungan dari
laut/pasang dari sungai induk, amblesan tanah dan pendangkalan akibat
sedimentasi) (BNPB 2012 dalam Rencana Nasional Penanggulangan
Bencana 2015-2019). Penyebab banjir disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi di atas normal, sehingga sungai dan anak sungai alamiah serta
saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu
menampung akumulasi air hujan sehingga meluap, kemampuan pengaliran
air tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi,penyempitan
sungai akibat penomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta
hambatan lainnya (Pusponegoro,2016). Bencana sering terjadi tanpa
peringatan sehingga membutuhkan pengetahuan untuk menghadapinya.
Salah satu kebutuhan yang diperlukan untuk menghadapi bencana adalah
kesiapsiagaan bencana banjir.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan maupun upaya yang
dilakukan untuk menghadapi kondisi darurat serta meminimalisir dampak
negatif yang ditimbulkan dari bencana. (Havwina,et.al. 2016). Faktor
utama yang dapat mengakibatkan bencana tersebut menimbulkan korban
dan kerugian besar yaitu kurangnya pemahaman tentang karakteristik
bahaya, sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan sumber daya
alam, kurangnya informasi peringatan dini yang mengakibatkan
ketidaksiapan, dan ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam
menghadapi bencana (Bakornas,2007).
Masih banyak sekolah yang memiliki kesiapsiagaan yang rendah
dalam menghadapi bencana, ditambah lagi perhatian pemerintah terhadap
penanggulangan belum maksimal. Umumnya pemerintah hanya
memusatkan perhatian pada upaya tanggap darurat sedangkan perhatian
pada tahap sebelum bencana (pra-bencana) sangat kurang. Anak
bergantung pada orang dewasa dalam upaya perlindungan dan dukungan
terutama dalam bencana atau situasi darurat. Peristiwa bencana
menimbulkan tantangan bagi anak-anak. Mereka berada pada resiko yang
lebih besar untuk mengembangkan pengetahuan dan perilaku terhadap
bencana (Saparwati,et.,al.2019).
Pengetahuan tentang bencana sudah seharusnya diberikan kepada
masyarakat terutama anak-anak. Karena korban bencana tidak memandang
usia baik itu anak-anak, remaja,maupun orang tua, maka sosialisai cara
penanganan bencana harus juga melibatkan anak-anak. Anak-anak harus
sejak dini diberi pemahaman yang tepat tentang bentuk-bentuk bencana
yang mungkin menimpa daerahnya dan cara-cara menghadapi bencana
jika hal itu datang tiba-tiba. Kesiapsiagaan pengurangan risiko bencana
sangat diperlukan untuk menghadapi bencana banjir disebabkan siswa
tingkat sekolah memiliki resiko jika terkena banjir, karena kelompok ini
masih dalam proses penggalian ilmu pengetahuan. Siswa yang tidak
dipersiapkan secara dini maka akan menjadai masalah dan tidak boleh
diabaikan begitu saja (Rosyda,et.,al. 2017). Untuk memperkenalkan
bencana dan cara mengatasinya, anak-anak membutuhkan media untuk
menerima informasi dan pengetahuan tentang manajemen bencana
(solfiah,et,.al. 2020).
Penggunaan media akan mempermudahkan siswa memahami
pembelajaran, karena pembelajaran menggunakan media dapat didesain
menjadi sebuah pembelajaran yang menarik, menyenangkan sehingga
siswa tidak cepat bosan dan dapat memotivasi serta merangsang siswa
untuk semangat dalam belajar. Media pembelajaran dapat berupa media
visual dan audiovisual, salah satu media visual yang dapat digunakan
adalah gambar dalam bentuk komik (Pritandari,2016). Anak sekolah dasar
rentang usia 7-12 tahun pada dasarnya lebih tertarik untuk membaca buku
dengan gambar-gambar yang menarik dan berwarna, Ada kecendrungan
siswa tidak tertarik terhadap buku-buku teks apalagi yang tidak disertai
dengan gambar dan ilustrasi yang menarik. Siswa lebih menyukai buku
yang bergambar, yang penuh dengan warna dalam bentuk realistis maupun
kartun. Sehingga dengan menggunakan komik bergambar pembelajaran
diharapkan mampu meningkatkan minat siswa untuk membaca sehingga
pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa tersebut
(Daryanto,2015).
Komik merupakan salah satu bentuk belajar yang dapat membantu
siswa dalam kegiatan pembelajaran baik dikelas maupun diluar kelas,
media komik dapat digunakan dalam proses pembelajaran dua arah yaitu
sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang dapat
digunakan sendiri. Dan penggunaan komik sebagai media pembelajaran
mempunyai peran yang penting yaitu komik memiliki kemampuan dalam
menciptakan minat belajar siswa serta membantu memahami materi
pelajaran yang telah disampaikan (Saputro, 2015). Kelebihan komik
adalah mampu meningkatkan efektifitas dan minat peserta didik dalam
proses pembelajaran khususnya dalam membaca, karena didalam komik
dengan adanya gambar-gambar yang menarik serta cerita yang kuat akan
membuat peserta didik berkeinginan untuk membacanya (Kristanti,et,.al,
2015).
Penenitian yang dilakukan oleh Yunanto (2020) tentang
Pengembangan Media Komik Sebagai Dasar Pengetahuan Bencana Banjir
Di SMP Negeri 1 Ngemplak Kabupaten Boyolali di dapatkan bahwa ada
perbedaan yang sugnifikan antara pre-test dan post-test baik dikelas
kontrol maupun eksperimen. Akan tetapi peningkatan lebih besar terjadi
pada kelas eksperimen di banding dengan kelas kontrol. Dan penelitian
yang dilakukan Niviana,et,.al. (2019) tentang Why Do Primary School
Students Need Disaster Mitigation Knowledge?(Study Of The Use Of
Koase Comics In Primary Schools) Bahwa penggunaan media komik
dalam pembelajaran mitigasi bencana dapat meniningkatkan pengetahuan
siswa tentang mitigasi bencana.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan Literature Review tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan
dengan Media Komik Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang
Kesiapsiagaan Bencana Banjir.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, Rumusan masalah dalam
literature review ini adalah bagaimana pengaruh Pendidikan Kesehatan
dengan Media Komik Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang
Kesiapsiagaan Bencana Banjir?.
D. Ruang Lingkup
Jurnal review ini termasuk dalam area Keperawatan Gawatdarurat
yaitu Disaster (Bencana), yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh
Pendidikan Kesehatan dengan Media Komik Terhadap Pengetahuan Siswa
Tentang Kesiapsiagaan Bencana Banjir. artikel Literature Review
didapatkan dari database Google Scholar diambil 5 artikel dari artikel
tersebut diantaranya 4 artikel yang diambil dari artikel nasional dan 1
artikel dari internasional. Untuk mencari artikel ini peneliti menggunakan
database lain seperti Perpusnas, Pubmed, Ebsco dan Sciendirect tetapi
karena sedikitnya penelitian yang membehas sesuai dengan tujuan peneliti
maka tidak di temukan artikel yang sesuai dengan kriteria Inklusi. Kriteria
Inklusi : artikel yang memiliki judul dan isi yang sesuai dengan tujuan,
responden yang termasuk dalam artikel secara umum dengan usia anak
sekolah, berbahasa Indonesia, berbahasa inggris dan fulltext. Kriteria
ekslusi: artikel yang tidak memiliki struktur lengkap dan tidak sesuai
dengan tujuan penelitian. Artikel yang dipublikasi pada tahun 2018-2020.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Bencana
a. Definisi Bencana
Undang-Undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana dikemukakan bahwa bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh fakor alam dan atau faktor non alam maupun
faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
Menurut United Nation Development Program bencana
adalah suatu kejadian yang ekstrem dalam lingkungan alam atau
manusia yang secara merugikan mempengaruhi kebutuhan
manusia, harta benda atau aktivitas serta pada tingkat
menimbulkan bencana. Bencana adalah kejadian dimana sumber
daya, personal atau material yang tersedia di daerah bencana tidak
dapat mengendalikan kejadian luar biasa yang dapat mengancam
nyawa atau sumber daya fisik dan lingkungan (Ramli, 2010).
b. Macam-macam Bencana
Menurut UU No 24 Tahun 2007 bencana dapat digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu:
1) Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam diantara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjr, kekeringan, angina topan dan tanah longso
2) Bencana Non Alam
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa
kegagalan teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit. Bencana non alam termasuk terorisme biologi dan
biokimia, tumpahan bahan kimia, radiasi nuklir, kebakaran,
ledakan, kecelakaan transportasi, konflik bersenjata, dan
tindkan perang.
3) Bencana Sosial
Bencana karena peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas. Misalnya konflik sosial antar
suku dan agama.
4) Siklus Manajemen Bencana
2. Konsep Banjir
a. Definisi Banjir
Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu
wilayah yang biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu
tertentu. Bajir biasanya terjadai karena curah hujan turun terus
menerus dan mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut atau
drainase karena jumlah air yang melebihi daya tampung media
penopang air dari curah hujan tadi. Selain disebabkan faktor alami,
yaitu curah hujan yang tinggi, banjir juga terjadi karena ulah
manusia (Addiarto & Rizka,2019).
b. Faktor Penyebab Banjir
Pada umumnya banjir disebabkan oleh curahan hujan yang
tinggi di atas normal, sehingga system pengaliran air yang terjadi
dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem seluruh drainase
dank anal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu
menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap.
Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak
selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan
sungai akibat fenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah
serta hambatan lainnya (Pusponegoro,2016).
Faktor penyebab banjir menurut (Yula elawati 2008, dalam
Gultom,2014), dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) faktor yaitu:
1) Pengaruh aktivitas manusia, seperti:
a. Pemanfaatan daratan banjir yang digunakan untuk
permukiman dan industri.
b. Pengundulan hutan yang kemudian mengurangi resapan
pada tanah dan menyebabkan larian tanah permukaan. Erosi
yang terjadi kemudian bisa menyebabkan sedimentasi di
aliran sungai yang kemudian mengganggu jalannya air.
c. Permukiman di daratan banjir dan pembagunan di daerah
daratan banjir dengana mengubah saluran salurn air yang
tidak direncanakan dengan baik. Bahkan tidak jarang aliran
sungai di alih funsikan untuk dijadikan permukiman.
Kondisi demikian banyak terjadi di perkotaan di Indonesia.
Akibatnya adlah aliran sungai saat musim hujan menjadi
tidak lancer dan menimbulkan banjir.
d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat
saluran-salurn air terutama diperumahan-perumahan.
2) Kondisi alam yang bersifat tetap (statis),seperti:
a. Kondisi geografi yang beradada didareah yang sering
terkena badai, misalnya beberapa kawasan di Bangladesh
kondisi topografi yang cekung, yang merupakan daratan
banjr, seperti kota bandung yang berkembang pada
cekungan bandung.
b. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang
datar, berkelok-kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk
seperti botol (bottle neck), dan adanya sedimentasi sungai
mementuk sebuah pulau.
3) Peristiwa alam yang bersifat dinamis , yaitu:
a. Curah hujan yang tinggi.
b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering
terjadi di muara sungai atau pertemuan sungai besar.
Penurunan muka tanah, misal di sekitar Pantai Utara
Jakarta yang mengalami penurunan setiap tahun akibat
pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga
menimbulkan muka tanah menjadi lebih rendah
c. Pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup
tinggi.
c. Karakteristik Banjir
1) Dapat berlangsung lambat, cepat/tanpa peringatan (banjir
bandang).
2) Biasanya terjadi pada musim hujan.
3) Dampak: merusak tergantung pada tinggi air, luas genangan,
kecepatan aliran, material yang hanyut dan tingkat
kepekatan/endapan lumpur.
d. Dampak Bencana Banjir
Menurut Mistra (2015), dampak banjir akan terjadi pada
beberapa aspek dengan tingkat kerusakan berat pada aspep-aspek
berikut ini:
1) Aspek Penduduk, anatara lain berupa korban jiwa/meninggal.
Hanyut, tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsiang,
wabah penyakit dan penduduk terisolasi.
2) Aspek Pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau
hilangnya dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan kantor
dan terganggunya jalannya pemerintahan.
3) Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata
pencaharian, tidak berfungsinya pasar tradisional, kerusakan,
hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya perekonomian
masyarakat.
4) Aspek Sarana/Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah
penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran,
fasilitas sosial dan fsilitas umum, instalasi listrik, air minum
dan jaringan komunikasi.
5) Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem,
obyek wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih
dan kerusakan tanggul/jaringan irigasi.
3. Konsep Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan
berdaya guna (Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 pasal 1
ayat 7). Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari
jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya
tata kehidupan masyarakat. Kesiapsiagaan adalah tahapan
yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan
anggota masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu
bencana (Ramli, 2010).
1) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi terhadap
pandangan seseorang dalam mendapatkan informasi yang
diterimanya. Semakin tinggi tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka semakin mudah seseorang menerima
informasi yang diperolehnya.
2) Tingkat Sosial
Sosial ekonomi seseorang juga dapat mempengaruhi
pendidikan kesehatan, semakin tinggi tingkat sosial ekomoni,
maka semakin mudah dan cepat seseorang dalam menerima
informasi baru.
3) Kepercayaan
Kepercayaan menjadi faktor yang perlu diperhatikan,
karena sebagian masyarakat lebih mempercayai informasi
yang disampaikan oleh orang yang sudah mereka kenal, dari
hal itu pemberi informasi harus mengambil hati masyarakat
terlebih dahulu sebelum menyampaikan informasi.
4) Ketersediaan Waktu Masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus disesuaikan dengan
kesibukan dan aktifitas masyarakat agar menjamin tingkat
kehadiran masyarakat pada saat dilakukan penyuluhan.
e. Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoadmojo (2012), metode pendidikan kesehatan
berdasarkan pendekatan sasaran digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1) Pendekatan Perorangan
Metode perorangan bersifat individual dan biasanya
digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina
seseorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku.
Pendekatan individual digunakan karena setiap orang
mempunyai masalah yang berbeda baik dalam penerimaan atau
perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatan perorangan dibagi
menjadi dua, yaitu bimbingan dan penyuluhan (Guidance and
Counceling), dan wawancara.
2) Pendekatan Kelompok
Metode penyuluhan dengan sasaran kelompok perlu
memperhatikan besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal dari sasaran dalam penyampaian promosi
kesehatan. Bentuk pendekatan ini dibagi menjadi dua
tergantung besarnya kelompok, yaitu kelompok besar dan
kelompok kecil.
3) Pendekatan Massa
Metode pendekatan massa ini bersifat umum dan ditujukan
kepada masyarakat. Metode ini tidak membedakan golongan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat
pendidikan, kemudian pesan kesehatan yang disampaikan harus
dirancang agar mudah ditangkap oleh masyarakat umum.
f. Media Pendidikan Kesehatan
Media merupakan alat bantu dalam menyampaikan pesan
kesehatan, menurut Notoadmojo (2012) Alat bantu tersebut
memiliki fungsi antara lain:
1) Menimbulkan minat pada sasaran pendidikankesehatan
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak
3) Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam
pemahaman
4) Menstimulasi sasaran untuk meneruskan pesan yang
diterima dari orang lain
5) Mempermudah penyampaian informasi kesehatan
6) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran
7) Mendorong keinginan orang untuk mengetagui,
mendalami, dan mendapatkan pengertian yang lebih
baik lagi.
8) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh
5. Konsep Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang didapatkan dari rasa
keingintahuan melalui proses sensoris mata dan telinga pada objek
tertentu. Pengetahuan termasuk pokok penting dalam pembentukan
perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017).
Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan manusia,
atau hasil seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga). Pengetahuan yang didapatkan pada waktu
pengindraan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
persepsi terhadap obejek, dan sebagaian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan
(Notoadmodjo, 2012).
b. Proses terjadinya pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2012) mengatakan bahwa sebelum
menirukan perilaku baru di dalam diri orang tersebut, terjadi proses
sebagai berikut:
1) Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi.
2) Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek.
3) Menimbang- nimbang (Evaluation), baik tidaknya stimulasi
tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
4) Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan
sesuatu yang menurutnya baik.
5) Penyesuaian (Adaptation), subyek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap
stimulasi.
c. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang mencakup domain kognitif memiliki
enam tingkatan (Notoadmodjo, 2012), yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, mengingat kembali (reccal) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau diterima.
Tingkat ini adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan
kembali secara benar tentang yang diketahui dan dapat
menggambarkan materi secara benar tentang objek yang
dilakukan dengan menjelaskan dan memberikan contoh.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan
kondisi sebenarnya. Aplikasi dalam penggunaan hokum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi
yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menjelaskan suatu
materi atau objek ke dalam komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan ada kaitanya satu sama
lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja yang dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun,
merencanakan, meringkas, dan meyesuaikan terhadap suatu
teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini termasuk dalam kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi berdasarkan suatu criteria
yang telah ditentukan sendiri atau dengan criteria yang sudah
ada.
d. Jenis Pengetahuan
Masyarakat memiliki berbagai cara dalam pemahaman
tentang pengetahuan dalam konteks kesehatan. Pengetahuan
merupakan bagian dari perilaku kesehatan, dalam hal ini
pengetahuan memiliki jenis diantaranya sebagai berikut
(Notoadmodjo, 2012):
1) Pengetahuan implisit
Pengetahaun implisit merupakan pengetahuan yang
masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang
dan berisi faktor yang tidak bersifat nyata, seperti
keyakinan pribadi, persfektif dan prinsip. Biasanya
pengalaman seseorang sulit untuk salurkan ke orang
lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit berisi kebiasaan dan budaya
yang sering tidak disadari, contohnya seseorang yang
mengetahui tentang bahaya merokok bagi kesehatan
tapi tetap saja merokok.
2) Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit merupakan pengetahuan yang
telah tersimpan dalam wujud nyata, bisa juga dalam
wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata
dideskripsikan dalam tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan, contohnya seseorang yang telah
mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan dan dirinya
tidak merokok.
e. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2012), faktor yang mempengaruhi
pengetahuan sebagai berikut:
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam
dan diluar sekolah (formal maupun nonformal), yang
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin mudah menerima informasi. Banyaknya
informasi yang masuk, semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.
Peningkatan pengetahuan tidak hanya diperoleh dari
pendidikan formal, tapi juga dapat diperoleh dari
pendidikan nonformal.
2) Informasi/ media massa
Informasi merupakan suatu hal yang diketahui,
tetapi ada juga yang berpendapat informasi sebagai
transfer pengetahuan. Definisi lain informasi adalah
suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,
menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan
tertentu. Informasi dari pendidikan formal dan
nonformal memberikan pengaruh pengaruh jangka
pendek (immediate impact) sehingga mampu
menghasilkan perubahan atau meningkatkan
pengetahuan.
Hasil dari perkembangan teknologi menyediakan
berbagai macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi
baru. Sarana komunikasi seperti televise, radio, surat
kabar, dan majalah memiliki pengaruh besar terhadap
opini dan kepercayaan orang.
3) Pekerjaan
Seseorang yang memiliki pekerjaan terutama di
sektor formal memiliki berbagai informasi dan akses
yang lebih baik, termasuk informasi tentang kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).
4) Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi seseorang biasanya dilakukan
melalui penalaran membuat orang mengetahui apakah
baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan terjadinya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi
ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang
(Notoatmodjo, 2012).
5) Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu tempat yang ada di
sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, dan
sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses
pengetahuan karena adanya interaksi timbale balik atau
tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap individu (Notoatmodjo, 2012).
6) Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara untuk
mendapatkan kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
akan memberikan pengetahuan dan keterampilan
professional, serta dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja
(Notoatmodjo, 2012).
7) Usia
Usia atau umur dapat mempengaruhi daya tangkap
dan pola pikir seseorang, karena semakin bertambah
usia akan semakin berkembang daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin
membaik. Individu pada usia muda akan lebih berperan
aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, dan lebih
banyak melakukan persiapan sagar sukses dalam
penyesuaian diri menuju usia tua.
f. Cara mengukur pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) Kategori tingkat
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
1) Masyarkat umum
Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 50%
Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤
50%
2) Petugas Kesehatan
Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 75%
Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤
75%
B. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
PENYEBAB BANJIR
Masalah kesehatan
BAB III
A. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah suatu konsep yang dipakai sebagai
landasan dalam suatu penelitian yang menunjukan jenis dan hubungan
antar variabel independen dan variabel dependen.
penelitian dengan literature review pengetahuan siswa tentang
kesiapsiagaan, dengan variable independen adalah pendidikan kesehatan
sedangkan variable dependen pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan.
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi
BAB IV
METODOLOGI
B. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi : artikel yang memiliki judul dan isi yang sesuai
dengan tujuan, responden yang termasuk dalam artikel secara umum
dengan usia anak sekolah, berbahasa Indonesia, berbahasa inggria dan
fulltext. Kriteria ekslusi: artikel yang tidak memiliki struktur lengkap dan
tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Artikel yang dipublikasi pada 2018-
2020.
Gambar 4.1
Proses Literatur Review
Identification
Database Search Strategy
Tabel 5.1
Daftar Literature Review
B. Keterbatasan
Literature Review yang dilakukan saat ini masih memiliki
keterbatasan dan kekurangan yang banyak yaitu pada penelitian ini hanya
mengambil sampel lima artikel, sedikitnya jumlah artikel yang diambil
karena keterbatasan sumber dan keyword yang terkait homogenitas bahasa
dan metode penelitian berbeda.
BAB VII
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari 5 artikel yang telah di analisis,
hasilnya ada pengaruh penggunaan media komik terhadap
pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan bencana banjir, kriteria
pembehasan komik harus singkat dan mudah dipahami, kemudahan
memahami alur cerita, variasi gambar, gambar sesuai dengan
materi, kualitas pemilihan gambar, pemilihan huruf dan warna.
Kriteria materi sebagai sumber belajar dan penambah pengetahuan.
Intervensi diberikan media komik dengan durasi 60 menit dan
media komik berbentuk art paper. Dari hasil penelitian ini bahwa
dalam menyampaikan pembelajaran bisa menggunakan media yang
bisa menarik minat siswa untuk belajar, karena dengan
menggunakan media komik ini siswa lebih tertarik untuk
membaca, tidak mudah jenuh, bahasa yang digunakaan juga mudah
dipahami, cerita yang menarik dan masih banyak lagi.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti
memberikan saran sebagai masukan dan bahan pertimbangan.
Adapun saran yang dapat diberikan peneliti adalah :
1. Bagi Sekolah
diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk menambah
pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan bencana banjir
melalui media komik yang membuat siswa semakin menarik
mempelajari pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana
banjir
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Hasil literature review diharapkan dapat digunakan untuk
mengembangkan keilmuan dan keterampilan khususnya
mengenai Keperawatan Bencana.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Literature review diharapkan untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman mengenai keperawatan bencana
dengan menggunakan pendidikan kesehatan dengan media
komik
DAFTAR PUSTAKA