DI BANGSAL CEMPAKA
RS TK III SLAMET RIYADI SURAKARTA
Disusun Oleh :
NAMA : Danar Fauzan Adi Prayitno
NIM : 14901211249
Hari : Rabu
A. Keluhan utama
Pasien mengatakan mengeluh nyeri kepala pusing gliyer sudah sejak 1 minggu yang lalu
B. Diagnosis medis
Chepalgia
C. Diagnosis keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
E. Dasar pemikiran
Cephalgia atau nyeri kepala merupakan salah satu gejala gangguan neurologis yang
paling umum. Gejala tersebut juga dikaitkan dengan banyak penyakit dan gangguan lain.
Sakit kepala bukan penyakit, melainkan gangguan yang mendasari adanya masalah di
kranioserebri1 . World Health Organization (WHO) mengungkapkan secara global, telah
diperkirakan bahwa prevalensi orang dewasa yang mengalami sakit kepala saat ini (gejala
setidaknya satu kali dalam setahun terakhir) adalah sekitar 50%. Setengah hingga tiga
perempat orang dewasa berusia 18-65 tahun di dunia menderita sakit kepala pada tahun lalu
dan 30% atau lebih penderita melaporkan cephalgia2 . Berdasarkan penelitian multisenter
berbasis rumah sakit pada 5 rumah sakit besar di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita
nyeri kepala sebagai berikut: cephalgia tanpa aura 10%, cephalgia dengan aura 1,8%,
Episodik tension type headache 31%, chronic tension type headache 24%, cluster headache
0,5%, mixed headache 14%3 . Hasil laporan Yankesdas Kota Metro, tentang sepuluh
penyakit terbanyak di Kota Metro Tahun 2018. Nyeri kepala (sakit kepala) menempati
urutan 7 atau 6,01% dengan jumlah penderita 46174 .
Berdasarkan data medical record di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jend.
Ahmad Yani Metro ruang Saraf pada tahun 2019 cephalgia tidak masuk dalam 10 besar
diagnosa penyakit yang ada di ruang Saraf, namum cephalgia merupakan masalah kesehatan
yang harus diperhatikan dan ditangani untuk memberikan rasa nyaman pada pasien dengan
cephalgia5 . Cephalgia atatu nyeri kepala biasanya bersifat unilateral, umumnya disertai
anoreksia, mual dan muntah (Budiman, 2013). Menurut National Institute of Neurological
Disorders and Stroke, cephalgia terjadi karena dilatasi dan kontraksi pembuluh darah bagian
kepala. Berdasarkan letaknya, nyeri cephalgia dapat terjadi pada bagian depan, samping,
atau belakang kepala6 . Dampak cephalgia atau nyeri kepala apabila tidak diatasi
mengakibatkan terjadinya respons fight or fligh (peningkatan tekanan darah, frekuensi
jantung, dan curah jantung, penurunan motilitas lambung dan usus), dan dapat mengalami
efek yang merugikan pada kesehatan pasien. Nyeri kepala dapat menggangu kuantitas dan
kualitas tidur sehingga menyebabkan keletihan, aktivitas sehari-hari terganggu, nafsu makan
menurun yang menyebabkan fungsi imun tertekan atau menurun sehingga mempermudah
penyakit lain masuk ke tubuh sehingga perlunya tindakan untuk menurunkan nyeri7 .
F. Prinsip tindakan keperawatan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Prosedur Persiapan
(Fase 1) Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang
Kerja) tenang dan sunyi.
2) Persiapan klien
a) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan
terapi kepada klien;
b) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata
tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di
kursi dengan kepala di topang, hindari posisi berdiri;
c) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu
d) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat.
Langkah-langkah
1) Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan
dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
Klien diminta membuat kepalan ini semakin kuat (gambar 2.1), sambil
merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan
dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan rileks selama 10 detik.
Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang
dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
Gambar 2.1 Gerakan 1 mengepalkan tangan bagian bawah
Gambar 2.5 Gerakan melatih otot leher, punggung dan otot dada
G. Analisis tindakan
Penatalaksanaan nyeri terbagi menjadi dua, yaitu dengan pendekatan farmakologis
dan nonfarmakologis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi
masalah keperawatan nyeri yaitu dengan penatalaksanaan nonfarmakologis antara lain
menggunakan teknik stimulasi kutaneus (stimulasi kulit), pijat, kompres panas dan dingin,
akupuntur, akupressur, nafas dalam, nafas ritmik, mendengarkan musik, distraksi, terapi
sentuhan, meditasi dan relaksasi progresif. Teknik relaksasi otot progresif bermanfaat untuk
mengatasi masalahmasalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, insomnia,
dan sakit atau nyeri kepala yang dapat menggangu rasa nyaman penderita atau pasien yang
dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Teknik relaksasi otot progresif merupakan
salah satu teknik untuk menurunkan stress dan nyeri kepala. Tujuan penerapan relaksasi otot
progresif adalah untuk membantu menurunkan skala nyeri pada pasien cephalgia.
K. Evaluasi diri
Dalam memberikan tindakan relaksasi otot progresif, mahasiswa praktik hanya
melanjutkan terapi non farmakologi dari intervensi sebelumnya sambil melakukan observasi.
L. Daftar Pustaka
1. Rosdahl, C.B & Kowalski, M.T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar Edisi 10.
Jakarta : EGC.
2. WHO. (2016). Headache disorders. diunduh pada tanggal 19 Maret 2020 pukul 21.00
WIB, dalam website: https://www.who. int/news-room/fact-sheets/detail/ headache-
disorders.
3. Inayati, D., dkk. (2018). Perbedaan Efek Relaksasi Stretching dan Aromaterapi terhadap
Keluhan Nyeri Kepala Primer Karyawan PT X. Cendekia Eksata, 3(2).
4. Dinkes Kota Metro. (2019). Sepuluh Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Kota Metro. Kota Metro: Dinas Kesehatan Kota Metro.
5. Medical Record RSUD Jend. Ahmad Yani Metro. (2019). 10 Besar Penyakit di Ruang
Saraf RSUD Jend. Ahmad Yani Metro tahun 2019.
6. Hartono, R.I.W. (2012). Akupresur untuk Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Rapha.
7. LeMone, P., Burke, KM & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 5 Gangguan Neurologi. alih Bahasa: Subekti, B N. Jakarta: EGC.
8. Black, J M & Hawks, J H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Buku 1.
Jakarta : Salemba Medika.
9. Saleh., L.M., dkk. (2019). Teknik Relaksasi Otot Progresif pada Air Traffic Controller
(ATC). Yogyakarta: ISBN Elektronik.
10. Potter, P A & Perry, A G. (2010). Fundamentals of Nursing Fundamental Keperawatan
Buku 3 Edisi 7. alih Bahasa: Nggie, A F & Albar, M. Jakarta: Salemba Medika.
11. Mubarak, W H., Indrawati, L & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar
Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
12. Rahmasari, I. (2015). Relaksasi Otot Progresif Dapat Menurunkan Nyeri Kepala Di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Progressive Muscle Relaxation Can Reduce Headache
In General Hospital Dr. Moewardi Surakarta). IJMS-Indonesian Journal on Medical
Science, 2 (2).
13. Meyer, B., et al. (2016). Progressive Muscle Relaxation Reduces Migraine Frequency
and Normalizes Amplituder of Contingent Negative Variation (CNV). The Jurnal of
Headache and Pain. DOI 10.1186/s10194- 016-0630-0.