Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KISTA

OVARIUM COKLAT DI RSUP DR SARDJITO


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Praktik Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh:
TUBAGUS LAKA ATRINDA WIBAWA
21/469766/KU/22704

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
A. PENGERTIAN
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium
yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang
dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi (Bobak,
Lowdermilk & Jensen, 2011).
Kista coklat atau yang biasa dikenal dengan kista endometriosis merupakan
kista yang tumbuh pada permukaan ovarium. Kista coklat ini menyerang bagian
dalam ovarium dan membentuk kantung yang berisi darah. Kista ini disebut sebagai
kista coklat karena terdapat penumpukan darah berwarna merah kecoklatan hingga
gelap. Ukuran kista coklat sebesar kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah
anggur Masjoer,2013)

B. ETIOLOGI
Berdasarkan (Smelzer & Bare, 2012), penyebab dari kista belum
diketahui secara pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan
pembentukan hormon dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi
dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista
granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang fungsional
dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein
biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami.
Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium,
misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.

Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh gangguan


(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium.
Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan karsinogen
seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang, bahan-bahan
tambang.
Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kista terdahulu
2. Siklus haid tidak teratur
3. Perut buncit
4. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
5. Sulit hamil
6. Penderita hipotiroid

C. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan Smeltzer & Bare (2012) menyatakan bahwa fungsi ovarium
yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan kegagalan salah satu
pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium tersebut. Ovarium
tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan
hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat
menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan, gagal berinvolusi, gagal
mereabsorbsi cairan dan gagal melepaskan sel telur, sehingga menyebabkan
folikel tersebut menjadi kista.
Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm
dengan kista di tenga-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan luteal yang kadang-kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuik FSH dan HCG.
D. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI
Satu-satunya komplikasi potensial adalah anemia, jumlah sel darah merah
yang rendah. Gejala anemia meliputi kelelahan, lemas, tangan dan / atau kaki
dingin, detak jantung tidak teratur, sakit kepala, sesak napas, kulit pucat atau
kuning, nyeri dada, dan rasa pusing.
E. PENATALKSANAAN MEDIS
Tes untuk mendiagnosis kanker rahim meliputi:
1. Pemeriksaan fisik
Dokter mungkin memeriksa perut untuk melihat adanya pembengkakkan.
Untuk memeriksa rahim, dokter akan menempatkan dua jari di dalam
vagina sambil menekan perut, atau mereka mungkin menggunakan alat
(spekulum) yang memisahkan dinding vagina (mirip dengan tes skrining
serviks).
2. USG transvaginal
Menggunakan USG dengan alat yang disebut transduser, dokter dapat
melihat ukuran ovarium, rahim, dan ketebalan endometrium. Jika ada
sesuatu yang tidak biasa, dokter mungkin menyarankan biopsi.
3. Biopsi
Sebuah tabung panjang dan tipis (pipelle) dimasukkan ke dalam vagina
untuk menyedot sel-sel dari lapisan rahim. Sel-sel tersebut dikirim ke ahli
patologi yang memeriksanya di bawah mikroskop. Mungkin ada beberapa
ketidaknyamanan yang mirip dengan kram menstruasi sehingga dokter
mungkin menyarankan untuk mengonsumsi obat antiinflamasi non steroid
seperti ibuprofen, sebelum prosedur.
4. Histeroskopi dan biopsi
Histeroskop adalah alat serupa teleskop yang dimasukkan melalui vagina
ke dalam rahim dan memungkinkan dokter kandungan atau ahli onkologi
ginekologi untuk melihat ke dalam rahim. Selama prosedur ini, jaringan
juga dapat diangkat (biopsi) dan dikirim untuk pengujian lebih lanjut di
laboratorium.  
5. Tes darah dan urine
Tes darah dan urine dapat digunakan untuk menilai kesehatan umum dan
menginformasikan keputusan pengobatan.
6. Tes lain
Jika kanker terdeteksi di rahim, pasien mungkin menjalani pemindaian lain
untuk melihat apakah kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti
rontgen, CT scan atau MRI scan. Untuk jenis kanker rahim tertentu, seperti
sarkoma, pemindaian PET dapat digunakan.
Berdasarkan Hamylton (2011); Bobak, Lowdermilk, & Jensen (2011);
Winkjosastro (2010) bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
kliendengan kista ovarium sebagai berikut:
1) Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi,
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan
pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi).
2) Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3) Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi
abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita
abdomen sebagai penyangga.
4) Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik atau tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda-
tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
5) Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau
infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital, asupan dan
keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik
biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman,
perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan
emosional Ibu.
6) Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena
kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda-
tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus
mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan,
berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak
boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkan mengangkat
benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti
darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah
operasi, kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA KASUS
Pengkajian :
1. Identitas pasien
2. Identitas penanggung jawab
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
4. Keadaan psikososial
5. Data khusus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
 Riwayat haid
 Riwayat kehamilan dan persalinan
 Riwayat perdarahan
b. Aktivitas dan Istirahat
c. Integritas Ego
d. Eleminasi
e. Makan dan Minum
f. Neurosensori
g. Nyeri dna Kenyamanan
h. Keamanan
i. Seksualitas
j. Integritas Sosial
k. Pemeriksaan penunjang
l. Pemeriksaan fisik
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri kronis
2. Gangguan pola tidur
3. Hambatan rasa nyaman
4. Kecemasan bd perubahan status kesehatan
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri : Kronik
selama waktu yang ditentukan,  Melakukan pengkajian nyeri komprehensif
Definisi : pengalaman sensorik dan
diharapakan nyeri berkurang dengan yang meliputi lokasi, karakteristik,
emosional tidak menyenangkan berkaitan kriteria: onset/durasi, frekuensi dan kualitas,
Kontrol Nyeri 
dengan kerusakan jaringan aktual atau intensitas serta apa yang mengurangi nyeri
- Mengenal faktor penyebab
potensial, atau yang digambarkan sebagai - Mengenal kapan nyeri dan faktor yang memicu
- Menggunakan strategi koping yang  Mengeksplorasi pengetahuan dan
kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau
efektif kepercayan mengenai nyeri meliputi
lambat dengan intensitas ringan hingga - Melaporkan nyei yang terkontrol pengaruh budaya
berat, dengan berakhirnya dapat  Mendukung pasien untuk memonitor
Keterangan Penilaian NOC
nyerinya sendiri dan untuk menggunakan
diantisipasi atau diprediksi, dan dengan 1. tidak pernah dilakukan
2. jarang menunjukkan pendekatan manajemen mandiri
durasi kurang dari 3 bulan.  Mengkolaborasikan dengan pasien,
3. kadang-kadang menunjukkan
4. sering menunjukan keluarga, dan profesi kesehatan lain untuk
5. secara konsisten menunjukkan memilih dan mengimplementasikan
tindakan mengontrol nyeri
Tingkat Nyeri
 Mengawasi tanda-tanda dari depresi
- Nyeri yang diaporkan
- Panjangnya episode nyeri
Manajemen Obat
- Ekspresi nyeri wajah
 Menentukan obat yang diperlukan dan
- Mengeluarkan keringat
- Mengerenyit mengelola menurut resep atau protokol
 Menentukan kemampuan pasien untuk
Keterangan Penilaian NOC mengobati diri sendiri dengan cara yang
1. berat tepat
2. cukup berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan keperawatan Peningkatan Tidur
Definisi: interupsi jumlah waktu tidur dan selama waktu yang ditentukan,  Menentukan efek samping dan
kualitas tidur akibat factor eksternal. diharapakan gangguan pola tidur pengobatan pada pola tidur pasien
Batasan karakteristik. berkurang dengan kriteria:  Mengajarkan pasien dan keluarga
tentang faktor-faktor yang dapat
Tidur meningkatkan tidur
- Jam tidur  Memfasilitasi untuk mempertahankan
- Kualitas tidur rutinitas tidur
- Efisiensi tidur  Membantu pasien untk membatasi tidur
- Perasaan segar setelah tidur siang dengan menyediakan aktivitas
yang meningkatkan kondisi terjaga
Keterangan Penilaian NOC dengan tepat
1. sangat terganggu  Membantu meningkatkan jumlah jam
2. banyak terganggu tidur
3. cukup terganggu
4. sedikit terganggu
5. tidak terganggu

- Kesulitan memulai tidur


- Mimpi buruk
- Tidur yang terputus

Keterangan Penilaian NOC


1. berat
2. cukup berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada
3. Hambatan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Lingkungan : Kenyamanan
Definisi : merasaa kurang nyaman, lega, selama waktu yang ditentukan,
dan sempurna dalam dimensi fisik, diharapakan hambatan rasa nyaman  Menentukan tujuan pasien dan keluarga
psikospiritual, ligkungan, dan/atau sosial. berkurang dengan kriteria: dalam mengelola llingkungan dan
kenyamanan yang optimal
Status Kenyamanan  Memudahkan transisi pasien dan
-Kesejahteraan fisik keluarga dengan adanya sambutan
-Kontrol terhadap gejala hangat di lingkungan yang baru
-Kesejahteraan psikologis  Cepat ertindak apabila ada panggilan
-Lingkungan fisik bel, yang harus selalu dalam jangkauan
-Suhu ruangan  Menyediakan lingkungan yang aman
dan bersih
Keterangan Penilaian NOC  Memberikan lingkungan yang tenang
1. sangat terganggu dan mendukung
2. banyak terganggu  Memfasilitasi tindakan-tindakan
3. cukup terganggu kebersihan untuk menjaga kenyamanan
4. sedikit terganggu individu
5. tidak terganggu
4. Kecemasan b.d perubahan peran dan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen cemas
status kesehatan selama waktu yang ditentukan,  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
diharapakan ketidakefektifan perfusi dirasakan
jaringan perifer berkurang dengan selama prosedur
kriteria:
 Temani pasien untuk memberikan
 Mengidentifikasi, mengungkapkan
keamanan dan mengurangi takut
dan menunjukkan gejala cemas
 Berikan informasi faktual mengenai
 Mengidentifikasi, mengungkapkan
diagnosis, indakan prognosis
dan menunjukkan tehnik untuk
 Libatkan keluarga untuk mendampingi
mengontol cemas
klien
 Vital sign dalambatas normal  Instruksikan pada pasien untuk
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa menggunakan, tehnik relaksasi
tubuh dan tingkat aktivitas  Dengarkan dengan penuh
menunjukkan berkurangnya perhatian
kecemasan  Identifikasi tingkat
Keterangan Penilaian NOC kecemasan
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2.Deviasi cukup berat dari kisaran normal  Bantu pasien mengenal situasi yang
3. Deviasi sedang dari kisaran normal menimbulkan
4. Deviasi ringan dari kisaran normal kecemasan
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal  Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
(4–6)
I. DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa
Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC. Dwi (2013).
Mengenali Keadaan Patologis pada Organ Reproduksi Wanita. Jakarta: Kapita
Selecta

Hanifa (2011). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya medika.


Hummel (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta EGC. Manuaba (2010). Ilmu
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Saifuddin (2013). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Sanders
(2007). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II. Jakarta : EMS, Erlangga Medical
Series.
Sarwono (2009). Ilmu Kesehatan dan Penyakit dalam. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai