Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK VI

“ANAKKU BERBEDA TAPI TETAP SEMPURNA”

Kelompok 3
Dosen pembimbing :dr .Mitayani M.Si, Med

Rizki Oktar ina 702019014


Lutfiah Hafidzah 702019019
Zahr atu Fania Etamal Putr i 702019029
Sylvia Salsabilla Saputr i 702019060
Lidya Zalfa Nabila 702019063
Fathia Azzahr ah 702019067
Ognesia Putr i Wage 702019077
M. Ikshan Nugr oho 702019082
Khofifah Alqiftiyah 702019088
Muhammad Adipati Diwa 702019095
Tsaqif Novindr a Putr a 702019101

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi s
egala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tutorial berjudul “Laporan Tutorial Kasus Skenario A Blok VI” sebagai tug
as kompetensi kelompok 3. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat
dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantu
an, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil dan spiritual.
3. dr.Mitayani M.Si, Med selaku dosen tutor kelompok 3
4. Teman-teman seperjuangan.
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga l
aporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahua
n. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang, 16 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................1
Daftar isi...............................................................................................................2
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................4
1.2 Maksud dan tujuan ....................................................................... .......5
BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial ..........................................................................................6
2.2 Skenario ..................................................................................................6
2.3 Klarifikasi Masalah .................................................................................7
2.4 Identifikasi Masalah ................................................................................8
2.5 Prioritas Masalah .....................................................................................9
2.6 Analisis Masalah .....................................................................................9
2.7 Kesimpulan..............................................................................................31
2.8 Kerangka konsep ....................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Genetika dan Biologi Molekuler adalah blok kedua pada semester
II dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning
(PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based
Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok
kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator
untuk memecahkan kasus yang ada.Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial
studi kasus skenario A yang memaparkan kasus konseling genetik karena
memiliki ciri fisik yang tidasetujk sama dengan teman sebayanya. Ukuran otot
tubuhnya kecil, pertumbuhannya terhambat, serta tangan dan kakinya bengkok
sejak 2 tahun yang lalu.
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan sequencing DNA pada S, Tn.
A, Ny. A, dan kedua kakak S. Dokter menemukan mutasi non-synonymous pada
gen TGF-B3 milik S, yaitu terjadi perubahan basa nukleotida Guanin pada kodon
UGU di mRNA menjadi basa nukleotida Adenin sehingga terjadi perubahan
protein yang dibentuk. Dokter menyatakan bahwa mutasi tersebut adalah mutasi
de novo karena dokter tidak menemukan mutasi tersebut pada DNA orang tua dan
kedua saudara S.

4
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data tutor ial


Tutor : dr.Mitayani M.Si, Med
Moderator : M. Ikshan Nugroho
Sekretaris meja : Sylvia Salsabilla Saputri
Waktu : 1. Rabu, 15 april 2019
2. Jumat, 17 april 2020
Pukul : 1. 08.00 – 10.30 WIB
2. 08.00 – 10.30 WIB
Peraturan :
1) Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
2) Meminta izin kepada moderator terlebih dahulu saat
mengeluarkan pendapat
3) Menyebutkan nama ketika menyampaikan pendapat
4) Sopan dan penuh tata krama dalam mengemukakan pendapat

2.2 Skenar io A Blok 6

“Anakku Ber beda tapi Tetap Sempur na”


Tn. A membawa putri ketiganya, bernama S berusia 5 tahun, ke klinik
dokter anak untuk konseling genetik karena memiliki ciri fisik yang tidasetujk
sama dengan teman sebayanya. Ukuran otot tubuhnya kecil, pertumbuhannya
terhambat, serta tangan dan kakinya bengkok sejak 2 tahun yang lalu.

6
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan sequencing DNA pada S, Tn. A,
Ny. A, dan kedua kakak S. Dokter menemukan mutasi non-synonymous pada gen
TGF-B3 milik S, yaitu terjadi perubahan basa nukleotida Guanin pada kodon
UGU di mRNA menjadi basa nukleotida Adenin sehingga terjadi perubahan
protein yang dibentuk. Dokter menyatakan bahwa mutasi tersebut adalah mutasi
de novo karena dokter tidak menemukan mutasi tersebut pada DNA orang tua dan
kedua saudara S.

2.3 Klar ifikasi istilah


1. Konseling genetik layanan komunikasi antara ahli genetika medik
dengan penyandang cacat herediter atau
keluarganya. Konsultasi tersebut menyangkut
informasi dan nasihat mengenai berbagai
kondisi kelainan untuk membantu yang
berkepentingan dalam mengambil keputusan
2. Sequencing DNA proses atau teknik penentuan urutan basa
nukleotida pada suatu molekul DNA
3. Mutasi mutasi titik di mana perubahan nukleotida
non synonymous tunggal menghasilkan kodon yang mengkode
asam amino yang berbeda dan menyebabkan
perubahan asam amino
4. Kodon kode genetik, urutan nukleotida yang terdiri atas
3 nukleotida berurutan (sering disebut sebagai
triple codon) yang menyandi suatu asam amino
tertentu
5. gen segmen molekul DNA yang mengandung semua
informasi yang diperlukan untuk menyintesis

7
suatu produk. Gen merupakan unit biologis
keturunan, sanggup memperbanyak diri sendiri
6. TGF-B3 Transforming growth factor - Beta 3,
merupakan sitokin multifungsional yang
berperan penting dalam regulasi beberapa proses
termasuk self renewal dan diferensiasi sel
7. Mutasi de novo Mutasi yang terjadi bukan karena kondisi
keturunan melainkan mucul sendiri dalam gen
seseorang
8. DNA asam nukleat dengan gugus gulanya adalah
deoksiribosa; terdiri dari asam fosfat dan basa
adenin, guanin, sitosin, dan timin

2.4 Identifikasi masalah


1. Tn. A membawa putri ketiganya, bernama S berusia 5 tahun, ke klinik dokter
anak untuk konseling genetik karena memiliki ciri fisik yang tidak sama
dengan teman sebayanya. Ukuran otot tubuhnya kecil, pertumbuhannya
terhambat, serta tangan dan kakinya bengkok sejak 2 tahun yang lalu.

2. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan sequencing DNA pada S, Tn. A,


Ny. A, dan kedua kakak S. Dokter menemukan mutasi non-synonymous pada
gen TGF-B3 milik S, yaitu terjadi perubahan basa nukleotida Guanin pada
kodon UGU di mRNA menjadi basa nukleotida Adenin sehingga terjadi
perubahan protein yang dibentuk. Dokter menyatakan bahwa mutasi tersebut
adalah mutasi de novo karena dokter tidak menemukan mutasi tersebut
pada DNA orang tua dan kedua saudara S.

8
2.5 Pr ior itas masalah
1. Tn. A membawa putri ketiganya, bernama S berusia 5 tahun, ke klinik dokter
anak untuk konseling genetik karena memiliki ciri fisik yang tidak sama
dengan teman sebayanya. Ukuran otot tubuhnya kecil, pertumbuhannya
terhambat, serta tangan dan kakinya bengkok sejak 2 tahun yang lalu.
Alasan:
Karena merupakan masalah yg mengganggu, yg menyebabkan S dan orang
tua nya datang kedokter serta masalah ini harus diselidiki mengapa S ngeidap
penyakit tersebut

2.7 Analisis masalah


1.Tn. A membawa putri ketiganya, bernama S berusia 5 tahun, ke klinik dokter
anak untuk konseling genetik karena memiliki ciri fisik yang tidak sama dengan
teman sebayanya. Ukuran otot tubuhnya kecil, pertumbuhannya terhambat, serta
tangan dan kakinya bengkok sejak 2 tahun yang lalu.

A. Apa makna Tn.a membawa putri ketiganya, bernama s berusia 5 tahun, ke


klinik dokter anak untuk konseling genetik karena memiki ciri fisik yang tidak
sama dengan teman sebayanya. Ukuran otot tubuhnya kecil, pertumbuhan
terhambat, serta tangan dan kaki bengkok sejak umur 2 tahun yang lalu ?
Maknanya Tn. A ingin mengetahui penyebab perbedaan ciri fisik pada
putrinya Nn. S yang berhubungan dengan kejadian atau risiko kekambuhan
penyakit genetik dalam suatu keluarga. Konseling genetik adalah proses
komunikasi menyangkut masalah kesehatan manusia yang berhubungan dengan
kejadian atau risiko kekambuhan penyakit genetik dalam suatu keluarga.
(Muthuswamy, 2011)

9
Berdasarkan ciri fisik Nn. S ukuran otot tubuhnya kecil, pertumbuhan
terhambat, serta tangan dan kaki bengkok ciri tersebut memiliki kecenderungan
terhadap penyakit Loeys Dietz-Syndrome-5 terutama ciri fisik kaki bengkok pada
Nn. S. adapun Loeys Dietz-Syndrome memiliki ciri fisik seperti craniosynostosis,
skoliosis, pectus excavatum, pectus carinatum, kaki ke arah dalam dan ke atas
(kaki pengkor), kaki rata (pes planus), atau anggota tubuh memanjang dengan
kelainan bentuk sendi yang disebut kontraktur yang membatasi pergerakan sendi
tertentu. dibedakan berdasarkan penyebab genetiknya: mutasi gen TGFBR1
menyebabkan tipe I, mutasi gen TGFBR2 menyebabkan tipe II, mutasi SMAD3g
menyebabkan tipe III, mutasi gen TGFB2 menyebabkan tipe IV, dan genemutasi
TGFB3 menyebabkan tipe V.
Kelima gen ini memainkan peran dalam jalur pensinyalan sel yang disebut
faktor pertumbuhan beta (TGF-β) ) jalur, yang mengarahkan fungsi sel-sel
seseorang selama pertumbuhan dan perkembangan.Sindrom Loeyz-Dietz
memiliki pola pewarisan autosom dominan, yang berarti satu salinan gen yang
diubah di setiap sel sudah cukup untuk menyebabkan gangguan. Pada sekitar 75
persen kasus, kelainan ini terjadi akibat mutasi gen baru dan terjadi pada orang
yang tidak memiliki riwayat kelainan dalam keluarga mereka (Genetics Home
Reference, 2017)

B. Bagaimana ciri fisik normal anak saat umur 5 tahun ?


Ciri fisik normal anak umur 5 tahun:
a. Tinggi: Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata-rata tiga inci. Pada
usia enam tahun tinggi anak rata-rata 46,6 inchi;
b. Berat: Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata-rata tiga sampai lima
pon. Pada usia enam tahun kurang lebih tujuh kali berat pada waktu lahir.
Anak perempuan rata-rata 48,5 pon dan laki-laki 49 pon

10
c. Perbandingan tubuh: Penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil
tetapi dagu tampak jelas dan leher lebih memanjang. Gumpalan tubuh
berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata
dan dada yang lebih bidang, bahu lebih luas dan persegi, lengan dan kaki
lebih panjang dan lurus, tangan dan kaki lebih besar
d. Postur tubuh: Perbedaan dalam tubuh pertama kali tampak jelas pada awal
masa kanak-kanak, ada yang postur tubuhnya gemuk lembek (endomorfik),
ada yang kuat berotot (mesomorfik) dan ada yang relatif kurus (ektomorfik)
e. Tulang dan otot: Tingkat pergeseran otot bervariasi pada bagian tubuh
mengikuti hukum perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, berat dan
kuat, sehingga anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah
f. Lemak: Anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan
lemaknya dari pada jaringan ototnya sedangkan mesomorfik sebaliknya dan
yang bertubuh ektomorfik mempunyai otot yang kecil dan sedikit jaringan
lemak
g. Gigi: Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa
kanak-kanak, empat gigi bayi terakhir geraham belakang muncul. Selama
setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal digantikan oleh gigi tetap.
Yang pertama lepas adalah gigi bayi yang pertama kali tumbuh yaitu gigi
seri tengah. Bila masa kanak-kanak berakhir, pada umumnya bayi
memiliki satu atau dua gigi tetap di depan dan beberapa celah di mana
gigi tetap akan muncul (Hurlock, 2011)

11
C. Apa penyebab penyakit genetik ?
Faktor penyebab terjadinya penyakit genetika adalah:
a. Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (Autosomal Dominan). Di antara
kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum mendel biasa, tetapi dapat
pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan (dominant
traits) atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini
sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu
keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutnya.
b. Faktor Teratogenik
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa
Yunani yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik
berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari selselama kehamilan yang
menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ
berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan
Menteri Pertanian nomor 434.1, teratogenik adalah sifat bahan kimia yang
dapat menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran. Teratogenik adalah
perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari
perubahan fisiologi dan biokimia.
Senyawa teratogen akan berefek teratogenik pada suatu organisme, bila
diberikan pada saat organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah
terbentuknya sel jaringan, sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek
teratogenik tidak akan terjadi. Teratogenesis merupakan pembentukan cacat
bawaan. Malformasi (kelainan bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat
kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen atau teratogenik.
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam
pembentukan sel, jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan

12
fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase organogenesis.Umumnya bahan
teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongan nya yakni bahan
teratogenik fisik, kimia dan biologis.
c. Faktor teratogenik fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari
unsur-unsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar
rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau
terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai
kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu
hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik
karena mengganggu berbagai macam organ.
Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya
menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen
yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu
dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.
d. Faktor teratogenik kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa
kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan
organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut.
Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang
digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek
teratogenik. Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi
terutama di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi
Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama di
trisemester pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan
terjadinya kelainan yang dikenal dengan fetal alkoholic syndrome. Konsumsi
alkohol ibu dapat turut masuk kedalam plasenta dan memperngaruhi janin

13
sehingga pertumbuhan otak terganggu dan terjadi penurunan
kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi
mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi
begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapikanker umumnya juga
bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa
karbon dan berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat
menimbulkan efek teratogenik.
e. Faktor teratogenik biologis
Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh
ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan
herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu
hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai
kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu,
beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga
dapat memberikan efek teratogenik (Starr, 2010)

D. Apa saja macam macan penyakit genetik ?


Berdasaran empat model pewarisan, macam macam penyakit yaitu:
A. Autosomal Dominan
1. Polidaktili
2. Kemampuan mengecap phenilthiocarbomida (PTC)
3. Thalasemia
4. Dentinogenesis imperfect (gigi opaselen)
5. Anonychia
6. Retinal Aplasia
7. Katarak
8. Lekuk Pipih

14
9.Daun telinga yang bebas
10. Rambut hitam
B. Autosomal Resesif
1. Mata Biru
2. “Cystic fibrosis” (disingkat CF)
3. Penyakit Tay-Sachs
C. Terpaut kromosom X
1. Hemofilia
2. Buta warna
3. Distrofi otot
4. Sindrom Fragile X
5. Sindrom Lesch – Nyhan
D. Terpaut kromosom Y
1. Hypertrichosis
2. Weebed Toes
3. Hystrixgravier (Campbell, 2008)

E. Apa tujuan dan fungsi dari konseling genetik ?


Membantu keluarga atau individu dalam hal memahami fakta medis termasuk
diagnosis, prognosis penyakit, serta manajemen penyakit genetik. Memberikan
pemahaman tentang jalur dan penyebab penyakit tersebut dan risiko penurunan
dalam keluarga, memberikan penjelasan terkait dengan risiko kambuh, pemilihan
tindakan yang optimal dalam mengatasi penyakit, faktor risiko sesuai dengan
tujuan keluarga, etika agama, dan standar nilai yang berlaku. Seorang konselor
genetik juga mempunyai tugas menuntun bertindak arif sesuai dengan keputusan
yang diambil oleh keluarga yang terkena penyakit atau yang berisiko terkena
penyakit genetik (Muthuswamy ,2011)

15
Ahli genetik merekomendasikan bahwa tes genetik perlu dilakukan dalam situasi
sebagai berikut:
• Orang yang memiliki individu atau sejarah keluarga yang terindikasi adanya
kelainan genetik
• Tes kondisi genetik dapat ditafsirkan secara memadai sesuai dengan gejala
yang ada
• Hasil uji genetik akan membantu dengan diagnosis, pengobatan, dan
pengelolaan pasien dan anggota keluarga yang memiliki kelainan genetik
(Suryo, 2011)

F. Apa saja langkah-langkah dalam melakukan konseling genetik ?


1. Menyusun riwayat dan silsilah keluarga
Melakukan wawancara dengan penyandang gangguan genetik atau dengan
keluarganya lalu membuat silsilah penyakit dalam keluarga
2. Pemeriksaan medis
Pemeriksaan medis dilakukan dengan cermat untuk menjelaskan
kelainan yang dijumpai kepada yang membutuhkan konsultasi
3. Diagnosis
Diagnosis dilakukan untuk tindakan selanjutnya, karena tanpa diagnosis yang
tepat dapat memberikan solusi yang menyesatkan
4. Diskusi, nasihat dan saran
5. Tindak lanjut (Kresnowidjojo, 2018)

G. Bagaimana cara konseling genetik ?


Konseling Genetik memiliki 2 cara yang sering digunakan yaitu secara
langsung(directiveness) dan tidak langsung (non directiveness)

16
1. Directiveness
Metode langsung banyak digunakan diinstansi social. Misalnya: Sekolah,
penasehat hukum yang mencoba untuk mempengaruhi sikap dan kebiasaan
dan kita menerimanya. Walaupun demikian, ini adalah bentuk komunikasi
persuasif yang dimana kemampuan kita untuk memilih dan individual serta
otonomi kita akan tertekan.
2. Non directiveness
Metode tidak langsung memperlihatkan murni dari psikoanalisis dan
psikodinamis terapi. Yang menggambarkan pendekatan dalam psikoterapi.
Pendekatan ini membuat pasien bebas menentukan keputusan atau biasa
dikenal “client-centered therapy” (Corey, 2005)

H. Siapa yang berhak melakukan konseling genetik ?


Konseling genetik diberikan oleh tim profesional multidisiplin yang termasuk
di dalamnya :
1. Ahli genetik klinik dan spesialis medis lainnya dengan keahlian dalam hal-hal
yang berkaitandengan genetic di bidang mereka seperti : ahli onkologi dan
ahli saraf.
2. Konselor genetik yaitu mereka yang telah menyelesaikan pendidikan kesehatan
professional dengan pelatihan khusus dan diberi sertifikat oleh HGSA (Human
Genetic Sosiety Australia).
3. Pekerja sosial yang memiliki ketertarikan terhadap genetik, bekerja sangat
dekat dengan klinik genetik, konselor genetik dan kelompok-kelompok yang
mendukungnya (Resta, 2006 )

17
I. Apa saja indikasi untuk konsultasi genetik ?
1. Anak sebelumnya dilahirkan dengan kelainan kongenital multipel,
kemunduran mental atau kerusakan organ ( bibir sumbing, celah langit -
langit dan kerusakan tuba neuralis)
2. Riwayat keluarga dengan kondisi herediter ( diabetes, sindrom kromosom
fragil, cystic fibrosis)
3. Wanita umur lanjut yang membutuhkan diagnosis prenatal/ indikasi lain
4. Perkawinan antar kerabat
5. Orang yang dihadapkan pada resiko pajangan terhadap teratogen
6. Wanita yang mengalami kegagalan kehamilan terulang atau kemandulan
7. Wanita yang didiagnosis menyandang abnormalitas atau kondisi genetik
berisiko
8. Pasangan yang belum menjalani uji genetik dan kondisi genetik beresiko
khusunya mengenai kemungkinan tertundanya manifestasi gangguan seperti
kanker (Kresnowidjojo, 2018)

J. Apa saja prinsip konseling genetik ?


1. Autonomy
yaitu menghormati hak otonomi pasien untuk mendapatkan informasi
mengenai penyakitnya, hak pasien untuk menentukan langkah yang akan
ditempuhnya terkait penyakit genetiknya.
2. Non-maleficent,
yaitu mengurangi kemungkinan timbulnya bahaya/kerugian bagi pasien
maupun keluarganya
3. Beneficence,
yaitu mengambil langkah untuk menolong dan mencegah terjadinya
bahaya/kerugian bagi pasien dan keluarganya

18
4. Veracity,
yaitu kejujuran menyampaikan informasi terkait kelainan
5. Confidenciality,
yaitu menjaga rahasia pasien (Yang, 2018)

2. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan sequencing DNA pada S, Tn. A, Ny.


A, dan kedua kakak S. Dokter menemukan mutasi non-synonymous pada gen
TGF-B3 milik S, yaitu terjadi perubahan basa nukleotida Guanin pada kodon
UGU di mRNA menjadi basa nukleotida Adenin sehingga terjadi perubahan
protein yang dibentuk. Dokter menyatakan bahwa mutasi tersebut adalah mutasi
de novo karena dokter tidak menemukan mutasi tersebut pada DNA orang tua dan
kedua saudara S.

A. Apa tujuan dari pemeriksaan sequencing DNA ?


Sequencing DNA bertujuan untuk menentukan urutan basa nitrogen ( adenin,
guanin, sitosin, dan timin) suatu sampel DNA. Salah satu contoh aplikasi
ambisius teknologi sequencing DNA yaitu pengurutan genom manusia melalui
proyek yang dikenal Human Genome Project. Dalam ilmu pengobatan,
sequensing DNA digunakan untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, dan
mengembangkan pengobatan penyakit genetik (Tasma, 2015)

B. Apa manfaat dari sequencing DNA ?


Sequencing DNA memiliki kemampuan dengan bacaan hingga 1200
pasangan basa, urutan fluoresensi disediakan jauh lebih tinggi resolusinya
daripada menggunakan pendekatan tradisional radioisotop. Selain itu, menjadi
lebih mudah dilakukan mengurutkan dengan mentransfer data secara langsung ke
komputer.

19
Sequensing DNA memberikan set data yang sangat kuat, dapat direproduksi,
dan informatif, dan dapat disesuaikan dengan berbagai tingkat potensi
diskriminatif dengan memilih wilayah target genomik yang sesuai. Selama dekade
terakhir, dengan perkembangan protokol sequensing DNA yang tinggi dan metode
analisis komputasi canggih, telah mungkin untuk menghasilkan kumpulan urutan
sebagian besar genom manusia (Mehla, 2011)

C. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari pemeriksaan sequencing DNA ?


Berdasarkan Thermal Cycle Sequencing, ada beberapa kelebihan dibanding
metode yang konvesional :
1. Prosedur lebih sederhana dan cepat
2. Kuantitas template DNA yang dibutuhkan lebih sedikit untuk reaksi
sequencing
3. Tidak diperlukan lagi tahap tersendiri primer-template annealing step
4. Tidak diperlukan lagi tahap denaturasi template dsDNA sebelum reaksi
sequencing
5. Dengan digunakannya polimerase yang sangat termostabil pada sequencing ini,
maka dapat dilakukan sequencing langsung terhadap produk PCR dan juga DNA
langsung dari koloni bakteri dan phage plaques
6. Analisis sekwens nukelotida secara otomatis lebih praktis daripada secara
manual
Adapun kekurangannya, yaitu :
Karna membutuhkan peralatan yang lebih canggih, sehingga membutuhkan
biaya yang lebih mahal juga (Putra, 2012)

20
D. Mengapa pelaksanaan sequencing DNA harus di tes semua anggota keluarga ?
Hal itu dilakukan karena untuk mengetahui jenis mutasinya apakah termasuk
mutasi de novo atau mutasi dari bawaan orang tua. Sequencing DNA dapat
digunakan untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengembangkan
pengobatan penyakit genetik (Tasma, 2015)

E. Bagaimana prosedur pemeriksaan sequencing DNA ?


Pada prinsipnya ada 2 teknik sequencing, yaitu:
1. Metode degradasi kimia dari maxam & gilberlt ( 1977)
2. Metode ensimatik dari sanger, dkk (1977)
Keduanya menggunakan radiolabeled oligonucleotide, yang dimulai dari titik
tertentu dan berakhir secara random pada residu tertentu atau kombinasi
tertentu. Kini telah dikembangkan beberapa macam teknik sequencing, thermal
cycle sequencing merupakan cara baru.
Analisis nukleotida dapat dilakukan secara manual dan otomatis
1. Manual
Digunakan 4 tabung terpisah, masing masing berisi ke 4 dNTPs dan salah
satu dari ddNTPs. Reaksi ini menghasilkan 4 set fragmen dna setelah
siklus PCR berulang ( denaturasi, anneling dan perpanjangan rantai). Karena
menggunakan primers yang dilabel dengan radioaktif, maka dari
autoradiogram yang diperoleh dapat diketahui urutan nukleotida yang dicari
2. Otomatis
Satu tabung dimasukkan DNA polimerase dan dNTPs dge terminator mix
( yang akan memberikan 4 macam warna fluoresensi yang berbeda untuk
masing masing basa A, T,G,C). Warna inilah yang mantinya terdeteksi oleh
mesin DNA sequencer. Setelah proses kompurerisasi, urutan basa nukleotida
akan tercetak (Putra, 2012)

21
F. Bagaimana struktur dan fungsi DNA dan RNA ?
1. DNA
A. Struktur
DNA terdiri dari sebuah gula lima-karbon (deoksiribosa), sebuah gugus fosfat,
dan satu dari empat tipe basa nitrogenosa. Basa-basa nitrogenosa
dikelompokkan menjadi dua kategori : a) pirimidin terdiri dari satu cincin
karbon : Cyitosin (C) dan Timin (T) b) purin terdiri dari satu cincin karbon
ganda : Adenin (A) dan Guanin (G). Strukturnya double heliks atau double
strand, strand satu dengan strand kedua bersifat komplementer atau
berpasangan.
B. Fungsi :
a) Sebagai pembawa informasi genetik dari satu generasi ke generasi lainnya
b) Mengontrol aktifitas dalam sel, secara langsung maupun tidak langsung
c) Menentukan proses pembentukan protein (sintesis protein)

2. RNA
A. Struktur
RNA terdiri dari sebuah gula ribose, sebuah gugus fosfat,dan satu dari empat
tipe basa nitrogenosa. Basa-basa nitrogenosa dikelompokkan menjadi dua
kategori :
a) pirimidin terdiri dari satu cincin karbon : Cyitosin (C) dan Urasil (U)
b) purin terdiri dari satu cincin karbon ganda : Adenin (A) dan Guanin (G)

B. Fungsi
a. messenger RNA , menerima informasi genetik dari DNA, prosesnya
dinamakan transkripsi, berlangsung didalam inti sel
b. transfer RNA , mengikat asam amino yang ada di sitoplasma

22
c.ribosomal RNA, mensintesa protein dengan menggunakan bahan asam
amino, proses ini berlangsung di ribosom dan hasil akhir berupa
polipeptida (Guyton, 2014)

G. Apa saja basa nukleotida yang ada di DNA ?


Basa nitrogen, terdiri dari 2 kelompok yaitu basa Purin dan Pirimidin. Basa
Purin terdiri dari Adenin (A) dan Guanin (G). Basa Pirimidin terdiri dari: Timin
(T), Uracil (U) dan Citosin (C) (Coady, 2010)

H. Apa saja jenis-jenis mutasi ?


1. Berdasarkan perubahan asam amino yang menyusun protein yang dibentuknya
● Silent mutation : perubahan basa nukleotida pada DNA perubahan asama
amino pada protein
● Missense mutation : perubahan basa nukleotida pada DNA mengubah asam
amino pada protein
● Nonsense mutation : perubahan basa nukleotida pada DNA mengakibatkan
muncul nya titik stop prematur, yang akhirnya menyebabkan terciptanya
protein yang jauh lebih pendek dibandingkan protein normal karena
hilangnya sejumlah asam amino (Faried dkk, 2019)

23
● Frameshift mutation : mutasi ini merupakan akibat penambahan atau
kehilangan satu atau lebih nukleotida di dalam suatu gen. Hal ini
mengakibatkan bergesernya kerangka pembacaan (Warmadewi, 2017)

2. Berdasarkan perubahan komposisi basa nukleotida


● Substitusi : perubahan basa nukleotida secara substitusi dapat berarti
perubahan basa nukleotida purin ( Adenin atau Guanin ) menjadi basa
nukleotida pirimidin ( Sitosin atau Timin ) ataupun perubahan menjadi basa
nukleotida yang berbda meskipun segolongan. Perubahan basa nukleotida
purin menjadi pirimidin atau sebaliknya disebut tranversi. Perubahan basa
nukleotida segolongan disebut transisi.
● Delesi : delesi gen berarti bekurangnya ≥1 basa nukelotida dari rantai DNA
yang menyusunnya.
● Insersi : bertambahnya ≥1 basa nukelotida pada rantai DNA
● Inversi : pada inversi, jumlah total serta jenis basa nukleotida yang tersusun
pada rantai DNA tidak berubah, namun bila diperhatikan secara seksama,
terdapat sejumlah basa nukleotida yang bertukar posisi satu sama lain (Faried,
2019)

3. Berdasarkan jenis sel yang bermutasi


● Mutasi somatik
Mutasi yang terjadi pada sel-sel somatik. Mutasi somatik dapat diturunkan
dan dapat pula tidak diturunkan. Mutasi somatik dapat dialami oleh
embrio/janin maupun orang dewasa. Mutasi somatik pada embrio/janin
menyebabkan cacat bawaan, mutasi somatik pada orang dewasa cenderung
menyebabkan kanker.
● Mutasi gametik : mutasi yang terjadi pada sel gamet. Karena terjadinya di sel

24
gamet, maka akan diwariskan oleh keturunannya. Mutasi gametik disebut
mutasi germinal. Bila mutasi tersebut menghasilkan sifat dominan, akan
terekspresi pada keturunannya. Bila resesif maka ekspresinya akan
tersembunyi

4. Mutasi Kromosom
Mutasi kromosom, sering juga disebut dengan mutasi besar/gross mutation
atau aberasi kromosom adalah perubahan jumlah kromosom dan struktur (susunan
atau urutan) gen dalam kromosom. Mutasi kromosom sering terjadi karena
kesalahan meiosis dan sedikit dalam mitosis.
Jenis-jenis mutasi kromosom pada sel gamet:
● Mutasi autosomal
Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom autosom. Mutasi jenis ini
menghasilkan mutasi yang dominan dan mutasi yang resesif.
● Mutasi tertaut kelamin
Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom seks (kromosom kelamin),
berupa tertautnya beberapa gen dalam kromosom kelamin (Warmadewi,
2017)
● Mutasi Kromosom Akibat Perubahan Jumlah Kromosom
Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom (ploid)
melibatkan kehilangan atau penambahan perangkat kromosom (genom)
disebut euploid, sedang yang hanya terjadi pada salah satu kromosom dari
genom disebut aneuploid.
● Mutasi Kromosom Akibat Perubahan Struktur Kromosom
Mutasi karena perubahan struktur kromosom atau kerusakan pada bentuk
kromosom. Mutasi ini disebut juga dengan istilah aberasi (kerusakan) pada
bentuk kromosom (Warmadewi, 2017)

25
I. Apa saja penyakit yang disebabkan oleh mutasi ?
Mutasi missense/ mutasi non-synonymous adalah substitusi nukleotida
tunggal (atau mutasi titik) dalam urutan gen, dapat mengubah kode dalam triplet
basa dan menyebabkan penggantian asam amino
Berikut beberapa contoh penyakit genetik akibat mutasi non-synonymous :
● Gen SLC35A3 : Arthrogryposis, mental retardation, and seizures (AMRS)
Penyakit yang ditandai oleh arthrogryposis, retardasi mental, gangguan
spektrum autisme, dan epilepsi. Fitur tambahan termasuk malformasi tungkai,
keterlibatan sendi distal, mikrosefali, retromikrognatia, dan hipotonia otot
umum.
● TMEM98 : Nanophthalmos 4 (NNO4), Gangguan perkembangan mata yang
jarang ditandai dengan hiperopia ekstrem (rabun jauh) dan mata fungsional
kecil. Kornea dan lensa dalam ukuran dan bentuk normal. Hiperopia terjadi
karena pertumbuhan yang tidak memadai di sepanjang sumbu visual
menempatkan komponen-komponen lensa ini terlalu dekat dengan retina.
Mata nanophthalmic menunjukkan penebalan yang cukup besar baik dari
tempat vaskular koroid dan mantel scleral, yang memberikan dukungan
nutrisi dan struktural untuk retina.
● LYZ gen : Amyloidosis 8 (AMYL8), Suatu bentuk amiloidosis umum turun
temurun. Gambaran klinis meliputi endapan amiloid visceral yang luas,
amiloidosis ginjal yang mengakibatkan sindrom nefrotik, hipertensi arteri,
hepatosplenomegali, kolestasis, ruam kulit petekia. Tidak ada keterlibatan
sistem saraf
● UNC45B : Cataract 43 (CTRCT43): Kekeruhan lensa kristal mata yang
sering mengakibatkan gangguan penglihatan atau kebutaan. Opasitas
bervariasi dalam morfologi, sering terbatas pada bagian lensa, dan mungkin
statis atau progresif. Secara umum, semakin posterior ditempatkan dan padat

26
opacity, semakin besar dampaknya pada fungsi visual.
● THOC6 : Beaulieu-Boycott-Innes syndrome (BBIS), Gangguan
perkembangan saraf resesif autosom yang ditandai dengan keterlambatan
perkembangan, kecacatan intelektual sedang, dan fitur wajah dysmorphic.
Anomali perkembangan lainnya, seperti defek jantung dan ginjal, juga dapat
terjadi (Nussbaum, 2004)
● Hyperphenylalanineamia pada mutasi gen PAH
● Hypercholesterolemia pada mutasi gen LDLR
● Cystic fibrosis pada mutasi gen CFTR
● hemophilia A and B, respectively pada mutasi gen F8 dan F9 (Růžička, 2017)

J. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya mutasi ?


A. Faktor dari dalam :
Terjadi karena DNA gagal mengcopy dirinya secara akurat, perbedaan kecil
saja antara urutan DNA asli dengan urutan DNA copy-an disebut mutasi
B. Faktor dari luar :
1.Radiasi
2. Virus
3. Bahan kimia
4. Mutasi yang terjadi di dalam proses pembelahan sel pada sel sel somatic
dapat menyebabkan kanker (Nussbaum, 2004)
Terdapat juga beberapa faktor lain, seperti:
A. Mutasi terjadi karena adanya perubahan lingkungan yang luar biasa.
B. Mutagen bahan kimia = Penyebab mutasi dalam lingkungan yang bersifat
kimiawi disebut juga mutagen kimiawi. Mutagen-mutagen kimiawi tersebut
dapat dipilah menjadi 3 kelompok, yaitu analog basa, agen pengubah basa,
agen penyela.

27
● Senyawa yang merupakan contoh analog basa adalah 5Bromourasil (5BU).
5-BU adalah analog timin. Dalam hubungan ini posisi karbon ke-5 ditempati
oleh gugus brom padahal posisi itu sebelumnya ditempati oleh gugus metil.
Keberadaan gugus brom mengubah distribusi muatan serta meningkatkan
peluang terjadinya tautomerik.
● Senyawa yang tergolong agen pengubah basa adalah mutagen yang secara
langsung mengubah struktur maupun sifat kimia dari basa.
● Senyawa yang tergolong agen interkalasi akan melakukan insersi antara
basa-basa yang berdekatan pada satu atau kedua untai DNA.
C. Mutagen bahan fisika = Radiasi sebagai penyebab mutasi dibedakan menjadi
radiasi pengion dan radiasi bukan pengion. Radiasi pengion adalah radiasi
berenergi tinggi yang mampu menembus jaringan atau tubuh makhluk
hidup sedangkan radiasi bukan pengion adalah radiasi berenergi rendah
yang hanya dapat menembus lapisan sel-sel permukaan.
D. Mutagen bahan biologi = virus dan bakteri diperkirakan dapat menyebabkan
terjadinya mutasi. Bagian virus yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi
adalah DNA-nya (Warmadewi, 2017)

K. Apa makna dokter menemukan mutasi non-synonymous pada gen TGF-B3


milik S?
Mutasi non synonymous adalah mutasi yang mengubah urutan protein atau
tentang perubahan asam amino (Chu, 2019). Sedangkan TGF -B3 Merupakan
sitokin multifungsi yang memodulasi proliferasi, pertumbuhan, diferensiasi, adesi
dan kelangsungan hidup sel, selain itu juga berperan dalam produksi protein
matriks ekstraseluler. TFG B terdiri dari 3 isoform yaitu TGF B1, TGF B2 dan
TGF B3. TGF B3 mengandung 412 asam amino (Hermendy, 2017). Gen TGF-B3
memainkan peran penting dalam poliferasi di otot-otot kaki, pensinyalan gen

28
TFG-B3 juga dikenal untuk mengatur pertumbuhan otot rangka (Reinhoff et Al,
2013) oleh karena itu saat terjadi mutasi pada gen tersebut pertumbuhan otot akan
terhambat seperti pada kasus. Mutasi pada gen TGF-B3 menyebabkan gangguan
aneurisma dan diseksi, atau dikenal dengan nama arrhythmogenic right ventricular
dysplasia (Loeys-Dietz syndrome). Jadi, mutasi non synonymous mengubah asam
amino pada TGF B3 sehingga terjadi perubahan protein yang dibentuk.

L. Apa penyebab terjadinya mutasi non synonimous pada gen TGF-B3 ?


Penyusunan urutan basa nukleotida pada tahap replikasi dna dipengaruhi
aktivitas enzim DNA polimerase, yang berperan membentuk untai baru. Sewaktu
enzim ini bergerak di sepanjang untai cetakan dalam arah 3'-ke'5', terjadi
penambahan nuklotida-nuklotida komplementer ke unit baru DNA yang sedang
terbentuk. Untai baru ini terbentuk dalam arah 5'-ke'3', yang berarti bahwa
nuklotida-nuklotida bebas ditambahkan ke ujung 3' untai yang terbentuk.
DNA polimerase juga memiliki peran mempertahankan tingkat akurasi
replikasi DNA. Enzim ini sedikit banyak mengoreksi untai baru, apabila
ditemukan nukleotida yang salah maka nukleotida tersebut dipotong dan diganti
dengan nukleotida komplementer yang benar. Kesalahan replikasi dapat
menyebabkan mutasi pada untai DNA (Price, 2006).

M. Apa makna perubahan basa nukleotida Guanin pada kodon UGU di mRNA
menjadi basa nukleotida Adenin sehingga terjadi perubahan protein yang
dibentuk ?
Maknanya gen tersebut mengalami Mutasi missense. Mutasi missense adalah
Substitusi nukleotida tunggal (atau mutasi titik) dalam urutan gen, dapat
mengubah kode dalam triplet basa dan menyebabkan penggantian asam amino.
Mutasi yang melibatkan gen penyandi protein telah ditemukan menyebabkan

29
penyakit melalui salah satu dari empat efek berbeda pada fungsi protein. Efek
yang paling umum sejauh ini adalah hilangnya fungsi protein mutan. Namun,
banyak kondisi penting muncul dari mekanisme lain: perolehan fungsi, perolehan
properti baru oleh protein mutan, atau ekspresi gen pada waktu yang salah
(ekspresi heterokronik) dan / atau di tempat yang salah (ektopik ekspresi).
(Nussbaum, 2004)

N. Apa ciri-ciri mutasi de novo ?


1. Disebabkan oleh kondisi alam selama replikasi, perbaikan dan rekombinasi
DNA
2. Spontan (perubahan materi genetik)
3. Terjadi di alam secara alami dan kebetulan (Toha, 2015)

O. Apa faktor penyebab terjadinya mutasi de novo ?


1. Pasangan nukleotida yang salah selama replikasi dna
2. Dapat timbul karena sifat statis genom seperti urutan yang mendasarinya
3.Dapat terjadi dalam kaitannya dengan sifat spesifik sel seperti keadaan
kromatin, status transkripsi dan tingkat ekspresi gen ( Hildago, 2016)
Mutasi muncul secara spontan pada frekuensi rendah karena ketidakstabilan
kimiawi basis purin dan pirimidin dan kesalahan selama replikasi DNA. Paparan
alami suatu organisme terhadap faktor lingkungan tertentu, seperti sinar
ultraviolet dan karsinogen kimia (Aflatoksin B1), juga dapat menyebabkan mutasi
(Lodish, 2013)

30
P. Apa saja gejala yang timbul akibat mutasi de novo ?
1. Kecacatan intelektual yang parah dan epilepsi
2. Kelainan spektrum autisme
3. Berbagai penyakit perkembangan
4. Gangguan perkembangan saraf (Hildago, 2016)

3. NNI

"Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu."
(QS Al-Infithar:8)
Pada ayat ini Allah menyebutkan bahwa penciptaan manusia sesuai
kehendak- Nya ada yang berkulit putih, kuning dan lain-lain rambut lurus,
keriting dan lain-lain. berpostur tubuh tunggi, pendek, dll. Namun demikian yang
perlu diingat bahwa manusia memiliki sifat dan bentuk yang secara prinsip sama
tapi tetap ada yang berbeda antara satu yang lain ini adalah bentuk kenikmatan
kepada kita, sehingga kita harus selalu bersyukur atas ciptaan-Nya

2.8 Kesimpulan
Saudari S, 5 tahun, mengalami gangguan enzim DNA polimerase saat
replikasi DNA sehingga terjadi mutasi non synonymous pada TGF-B3

31
2.9. Ker angka Konsep

Gangguan DNA polimerase


pada saat proses replikasi DNA

Mutasi pada gen TGF-B3


(non synonymous)

Perubahan bentuk protein

Terhambatnya poliferasi
otot-otot dan pertumbuhan
otot otot rangka

Tangan Ukuran otot


Pertumbuhan
dan kaki tubuh kecil
terhambat
bengkok

32
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., dan J. B. Reece. 2008. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Chu, d and Wei, L. 2019. Nonsynonymous, Synonymous and Non Sense Mutations
in Human Cancer - Relates Genes Undergo Stronger Purifying Selections
Than Expentation. Vol 19:359

Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Dari Konseling dan Psikoterapi.
Terjemahan oleh E. Koeswara. Jakarta: ERESCO

Faried, dkk. 2019. Biologi Molekuler Dasar. Jakarta : Erlangga

Genetics Home Reference. 2017. Loeys-Dietz-Syndrome. U.S. National Library of


Medicine. Dalam : https://ghr.nlm.nih.gov/condition/loeys-dietz-syndrome
diakses tanggal 15 April 2020.

Guyton, A.C dan Hall, J. E. 2014. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Hermendy, B dan Pawarti, D. 2017. Peran Transforming Growth Factor Beta


( TGF-B) Pada Rinitis Alergi. Vol 10 nomor 1

Hildago, R, Veltman, J and Hoischen, A. 2016. New Insights Into The Generation
and Role of De Novo Mutations in Health and Disease. Vol 17:241

Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

33
Kresnowidjojo, s. 2018. Pengantar Genetika Medik. Jakarta: EGC

Lodish H, Berk A, Zipursky SL, et al. 2013. Molecular Cell Biology 7th edition.
Mutations:Types and Causes. New York: W. H. Freeman Section Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK21578/

Mehla, K. 2011. Advances in DNA sequencing: Challenges and limitations of


Personal Sequencing. African Journal of Agricultural Research Vol. 6(6).
Dalam : http://www.academicjournals.org/AJAR. Diakses tanggal 15 April
2020

Muthuswamy, v. 2011. Ethical Issues in Genetic Counseling With Special


Reference To Haemoglobinupathies. Indian J Med Res. 134(4) : 547-551

Nussbaum, Mclnnes dan Willard. 2004. Thompson & Thompson Genetics in


medicine. Saunders : elseviers.

Price, S. A dan Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta : EGC

Putra, S. 2012. Biologi Molekuler Kedokteran. Surabaya: Airlangga University


Press

34
Rienhoff, H. Y. Jr, C. Y. Yeo, R. Morissette, I. Khrebtukova, J. Melnick, S. Luo,
N. Leng,Y. J. Kim, G. Schroth, J. Westwick, H. Vogel, N. McDonnell, J. G.
Hall, & M. Whitman M. 2013. A Mutation in TGFB3 Associated With A
Syndrome Of Low Muscle Mass, Growth Retardation, Distal Arthrogryposis
and Clinical Features Overlapping With Marfan and Loeys-Dietz Syndrome.
Am. J. Med. Genet. A. 161A(8):2040-6. doi: 10.1002/ ajmg.a.36056

Resta R, Biesecker BB, Bennett R L, et al. 2006. A New Definition of Geneti


Counseling: National Society of Genetic Counselors Task Force Report.
Journal of Genetic Counseling.15(2)

Růžička, M , Kulhánek, P, Radová, L, Čechová, A, dkk. 2017. DNA Mutation


Motifs in The Genes Associated With Inherited Diseases. PLOS ONE 12(8).
doi:10.1371/journal.pone.0182377

Suryo. 2011. Genetika Manusia. Jakarta : Gadjah Mada University Press

Starr, McMillan. 2010. Human Biology Eighth Edition. USA: Brooks/Cole


Cengage Learning

Tasma, M I. 2015. Utilization of Genome Sequencing Technology to Accelerate


Plant Breeding Program. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Vol. 34 No.4

Toha AHA, et al. 2015. Sekilas Tentang Mutasi. Kons.Biod. Raja Ampat (7):9-13

Warmadewi, A. 2017. Buku Ajar Mutasi Genetik. Denpasar: Universitas Udayana

35
Yang, M and Kim, J. W. 2018. Principles of Genetic Counseling in the Era of
Next Generation Sequencing. Ann Lab Med ,38:291-295

36

Anda mungkin juga menyukai