Kelompok 3
Dosen pembimbing :dr .Mitayani M.Si, Med
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi s
egala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tutorial berjudul “Laporan Tutorial Kasus Skenario A Blok VI” sebagai tug
as kompetensi kelompok 3. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat
dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantu
an, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil dan spiritual.
3. dr.Mitayani M.Si, Med selaku dosen tutor kelompok 3
4. Teman-teman seperjuangan.
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga l
aporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahua
n. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang, 16 April 2020
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................1
Daftar isi...............................................................................................................2
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................4
1.2 Maksud dan tujuan ....................................................................... .......5
BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial ..........................................................................................6
2.2 Skenario ..................................................................................................6
2.3 Klarifikasi Masalah .................................................................................7
2.4 Identifikasi Masalah ................................................................................8
2.5 Prioritas Masalah .....................................................................................9
2.6 Analisis Masalah .....................................................................................9
2.7 Kesimpulan..............................................................................................31
2.8 Kerangka konsep ....................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan sequencing DNA pada S, Tn. A,
Ny. A, dan kedua kakak S. Dokter menemukan mutasi non-synonymous pada gen
TGF-B3 milik S, yaitu terjadi perubahan basa nukleotida Guanin pada kodon
UGU di mRNA menjadi basa nukleotida Adenin sehingga terjadi perubahan
protein yang dibentuk. Dokter menyatakan bahwa mutasi tersebut adalah mutasi
de novo karena dokter tidak menemukan mutasi tersebut pada DNA orang tua dan
kedua saudara S.
7
suatu produk. Gen merupakan unit biologis
keturunan, sanggup memperbanyak diri sendiri
6. TGF-B3 Transforming growth factor - Beta 3,
merupakan sitokin multifungsional yang
berperan penting dalam regulasi beberapa proses
termasuk self renewal dan diferensiasi sel
7. Mutasi de novo Mutasi yang terjadi bukan karena kondisi
keturunan melainkan mucul sendiri dalam gen
seseorang
8. DNA asam nukleat dengan gugus gulanya adalah
deoksiribosa; terdiri dari asam fosfat dan basa
adenin, guanin, sitosin, dan timin
8
2.5 Pr ior itas masalah
1. Tn. A membawa putri ketiganya, bernama S berusia 5 tahun, ke klinik dokter
anak untuk konseling genetik karena memiliki ciri fisik yang tidak sama
dengan teman sebayanya. Ukuran otot tubuhnya kecil, pertumbuhannya
terhambat, serta tangan dan kakinya bengkok sejak 2 tahun yang lalu.
Alasan:
Karena merupakan masalah yg mengganggu, yg menyebabkan S dan orang
tua nya datang kedokter serta masalah ini harus diselidiki mengapa S ngeidap
penyakit tersebut
9
Berdasarkan ciri fisik Nn. S ukuran otot tubuhnya kecil, pertumbuhan
terhambat, serta tangan dan kaki bengkok ciri tersebut memiliki kecenderungan
terhadap penyakit Loeys Dietz-Syndrome-5 terutama ciri fisik kaki bengkok pada
Nn. S. adapun Loeys Dietz-Syndrome memiliki ciri fisik seperti craniosynostosis,
skoliosis, pectus excavatum, pectus carinatum, kaki ke arah dalam dan ke atas
(kaki pengkor), kaki rata (pes planus), atau anggota tubuh memanjang dengan
kelainan bentuk sendi yang disebut kontraktur yang membatasi pergerakan sendi
tertentu. dibedakan berdasarkan penyebab genetiknya: mutasi gen TGFBR1
menyebabkan tipe I, mutasi gen TGFBR2 menyebabkan tipe II, mutasi SMAD3g
menyebabkan tipe III, mutasi gen TGFB2 menyebabkan tipe IV, dan genemutasi
TGFB3 menyebabkan tipe V.
Kelima gen ini memainkan peran dalam jalur pensinyalan sel yang disebut
faktor pertumbuhan beta (TGF-β) ) jalur, yang mengarahkan fungsi sel-sel
seseorang selama pertumbuhan dan perkembangan.Sindrom Loeyz-Dietz
memiliki pola pewarisan autosom dominan, yang berarti satu salinan gen yang
diubah di setiap sel sudah cukup untuk menyebabkan gangguan. Pada sekitar 75
persen kasus, kelainan ini terjadi akibat mutasi gen baru dan terjadi pada orang
yang tidak memiliki riwayat kelainan dalam keluarga mereka (Genetics Home
Reference, 2017)
10
c. Perbandingan tubuh: Penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah tetap kecil
tetapi dagu tampak jelas dan leher lebih memanjang. Gumpalan tubuh
berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata
dan dada yang lebih bidang, bahu lebih luas dan persegi, lengan dan kaki
lebih panjang dan lurus, tangan dan kaki lebih besar
d. Postur tubuh: Perbedaan dalam tubuh pertama kali tampak jelas pada awal
masa kanak-kanak, ada yang postur tubuhnya gemuk lembek (endomorfik),
ada yang kuat berotot (mesomorfik) dan ada yang relatif kurus (ektomorfik)
e. Tulang dan otot: Tingkat pergeseran otot bervariasi pada bagian tubuh
mengikuti hukum perkembangan arah. Otot menjadi lebih besar, berat dan
kuat, sehingga anak tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah
f. Lemak: Anak yang cenderung bertubuh endomorfik lebih banyak jaringan
lemaknya dari pada jaringan ototnya sedangkan mesomorfik sebaliknya dan
yang bertubuh ektomorfik mempunyai otot yang kecil dan sedikit jaringan
lemak
g. Gigi: Selama empat sampai enam bulan pertama dari awal masa
kanak-kanak, empat gigi bayi terakhir geraham belakang muncul. Selama
setengah tahun terakhir gigi bayi mulai tanggal digantikan oleh gigi tetap.
Yang pertama lepas adalah gigi bayi yang pertama kali tumbuh yaitu gigi
seri tengah. Bila masa kanak-kanak berakhir, pada umumnya bayi
memiliki satu atau dua gigi tetap di depan dan beberapa celah di mana
gigi tetap akan muncul (Hurlock, 2011)
11
C. Apa penyebab penyakit genetik ?
Faktor penyebab terjadinya penyakit genetika adalah:
a. Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (Autosomal Dominan). Di antara
kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum mendel biasa, tetapi dapat
pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan (dominant
traits) atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini
sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu
keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutnya.
b. Faktor Teratogenik
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa
Yunani yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik
berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari selselama kehamilan yang
menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ
berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan
Menteri Pertanian nomor 434.1, teratogenik adalah sifat bahan kimia yang
dapat menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran. Teratogenik adalah
perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang dihasilkan dari
perubahan fisiologi dan biokimia.
Senyawa teratogen akan berefek teratogenik pada suatu organisme, bila
diberikan pada saat organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah
terbentuknya sel jaringan, sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek
teratogenik tidak akan terjadi. Teratogenesis merupakan pembentukan cacat
bawaan. Malformasi (kelainan bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat
kimia yang menimbulkan terata disebut zat teratogen atau teratogenik.
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam
pembentukan sel, jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan
12
fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase organogenesis.Umumnya bahan
teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongan nya yakni bahan
teratogenik fisik, kimia dan biologis.
c. Faktor teratogenik fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari
unsur-unsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar
rontgen). Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau
terpajan dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai
kecacatan fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu
hamil dengan radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik
karena mengganggu berbagai macam organ.
Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya
menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen
yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu
dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.
d. Faktor teratogenik kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa
kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan
organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut.
Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang
digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek
teratogenik. Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi
terutama di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi
Konsumsi alkohol pada ibu hamil selama kehamilannya terutama di
trisemester pertama, dapat menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan
terjadinya kelainan yang dikenal dengan fetal alkoholic syndrome. Konsumsi
alkohol ibu dapat turut masuk kedalam plasenta dan memperngaruhi janin
13
sehingga pertumbuhan otak terganggu dan terjadi penurunan
kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi
mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi
begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapikanker umumnya juga
bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa
karbon dan berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat
menimbulkan efek teratogenik.
e. Faktor teratogenik biologis
Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh
ibu hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan
herpes merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu
hamil dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai
kecacatan lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu,
beberapa infeksi virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga
dapat memberikan efek teratogenik (Starr, 2010)
14
9.Daun telinga yang bebas
10. Rambut hitam
B. Autosomal Resesif
1. Mata Biru
2. “Cystic fibrosis” (disingkat CF)
3. Penyakit Tay-Sachs
C. Terpaut kromosom X
1. Hemofilia
2. Buta warna
3. Distrofi otot
4. Sindrom Fragile X
5. Sindrom Lesch – Nyhan
D. Terpaut kromosom Y
1. Hypertrichosis
2. Weebed Toes
3. Hystrixgravier (Campbell, 2008)
15
Ahli genetik merekomendasikan bahwa tes genetik perlu dilakukan dalam situasi
sebagai berikut:
• Orang yang memiliki individu atau sejarah keluarga yang terindikasi adanya
kelainan genetik
• Tes kondisi genetik dapat ditafsirkan secara memadai sesuai dengan gejala
yang ada
• Hasil uji genetik akan membantu dengan diagnosis, pengobatan, dan
pengelolaan pasien dan anggota keluarga yang memiliki kelainan genetik
(Suryo, 2011)
16
1. Directiveness
Metode langsung banyak digunakan diinstansi social. Misalnya: Sekolah,
penasehat hukum yang mencoba untuk mempengaruhi sikap dan kebiasaan
dan kita menerimanya. Walaupun demikian, ini adalah bentuk komunikasi
persuasif yang dimana kemampuan kita untuk memilih dan individual serta
otonomi kita akan tertekan.
2. Non directiveness
Metode tidak langsung memperlihatkan murni dari psikoanalisis dan
psikodinamis terapi. Yang menggambarkan pendekatan dalam psikoterapi.
Pendekatan ini membuat pasien bebas menentukan keputusan atau biasa
dikenal “client-centered therapy” (Corey, 2005)
17
I. Apa saja indikasi untuk konsultasi genetik ?
1. Anak sebelumnya dilahirkan dengan kelainan kongenital multipel,
kemunduran mental atau kerusakan organ ( bibir sumbing, celah langit -
langit dan kerusakan tuba neuralis)
2. Riwayat keluarga dengan kondisi herediter ( diabetes, sindrom kromosom
fragil, cystic fibrosis)
3. Wanita umur lanjut yang membutuhkan diagnosis prenatal/ indikasi lain
4. Perkawinan antar kerabat
5. Orang yang dihadapkan pada resiko pajangan terhadap teratogen
6. Wanita yang mengalami kegagalan kehamilan terulang atau kemandulan
7. Wanita yang didiagnosis menyandang abnormalitas atau kondisi genetik
berisiko
8. Pasangan yang belum menjalani uji genetik dan kondisi genetik beresiko
khusunya mengenai kemungkinan tertundanya manifestasi gangguan seperti
kanker (Kresnowidjojo, 2018)
18
4. Veracity,
yaitu kejujuran menyampaikan informasi terkait kelainan
5. Confidenciality,
yaitu menjaga rahasia pasien (Yang, 2018)
19
Sequensing DNA memberikan set data yang sangat kuat, dapat direproduksi,
dan informatif, dan dapat disesuaikan dengan berbagai tingkat potensi
diskriminatif dengan memilih wilayah target genomik yang sesuai. Selama dekade
terakhir, dengan perkembangan protokol sequensing DNA yang tinggi dan metode
analisis komputasi canggih, telah mungkin untuk menghasilkan kumpulan urutan
sebagian besar genom manusia (Mehla, 2011)
20
D. Mengapa pelaksanaan sequencing DNA harus di tes semua anggota keluarga ?
Hal itu dilakukan karena untuk mengetahui jenis mutasinya apakah termasuk
mutasi de novo atau mutasi dari bawaan orang tua. Sequencing DNA dapat
digunakan untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, dan mengembangkan
pengobatan penyakit genetik (Tasma, 2015)
21
F. Bagaimana struktur dan fungsi DNA dan RNA ?
1. DNA
A. Struktur
DNA terdiri dari sebuah gula lima-karbon (deoksiribosa), sebuah gugus fosfat,
dan satu dari empat tipe basa nitrogenosa. Basa-basa nitrogenosa
dikelompokkan menjadi dua kategori : a) pirimidin terdiri dari satu cincin
karbon : Cyitosin (C) dan Timin (T) b) purin terdiri dari satu cincin karbon
ganda : Adenin (A) dan Guanin (G). Strukturnya double heliks atau double
strand, strand satu dengan strand kedua bersifat komplementer atau
berpasangan.
B. Fungsi :
a) Sebagai pembawa informasi genetik dari satu generasi ke generasi lainnya
b) Mengontrol aktifitas dalam sel, secara langsung maupun tidak langsung
c) Menentukan proses pembentukan protein (sintesis protein)
2. RNA
A. Struktur
RNA terdiri dari sebuah gula ribose, sebuah gugus fosfat,dan satu dari empat
tipe basa nitrogenosa. Basa-basa nitrogenosa dikelompokkan menjadi dua
kategori :
a) pirimidin terdiri dari satu cincin karbon : Cyitosin (C) dan Urasil (U)
b) purin terdiri dari satu cincin karbon ganda : Adenin (A) dan Guanin (G)
B. Fungsi
a. messenger RNA , menerima informasi genetik dari DNA, prosesnya
dinamakan transkripsi, berlangsung didalam inti sel
b. transfer RNA , mengikat asam amino yang ada di sitoplasma
22
c.ribosomal RNA, mensintesa protein dengan menggunakan bahan asam
amino, proses ini berlangsung di ribosom dan hasil akhir berupa
polipeptida (Guyton, 2014)
23
● Frameshift mutation : mutasi ini merupakan akibat penambahan atau
kehilangan satu atau lebih nukleotida di dalam suatu gen. Hal ini
mengakibatkan bergesernya kerangka pembacaan (Warmadewi, 2017)
24
gamet, maka akan diwariskan oleh keturunannya. Mutasi gametik disebut
mutasi germinal. Bila mutasi tersebut menghasilkan sifat dominan, akan
terekspresi pada keturunannya. Bila resesif maka ekspresinya akan
tersembunyi
4. Mutasi Kromosom
Mutasi kromosom, sering juga disebut dengan mutasi besar/gross mutation
atau aberasi kromosom adalah perubahan jumlah kromosom dan struktur (susunan
atau urutan) gen dalam kromosom. Mutasi kromosom sering terjadi karena
kesalahan meiosis dan sedikit dalam mitosis.
Jenis-jenis mutasi kromosom pada sel gamet:
● Mutasi autosomal
Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom autosom. Mutasi jenis ini
menghasilkan mutasi yang dominan dan mutasi yang resesif.
● Mutasi tertaut kelamin
Mutasi sel kelamin yang terjadi pada kromosom seks (kromosom kelamin),
berupa tertautnya beberapa gen dalam kromosom kelamin (Warmadewi,
2017)
● Mutasi Kromosom Akibat Perubahan Jumlah Kromosom
Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom (ploid)
melibatkan kehilangan atau penambahan perangkat kromosom (genom)
disebut euploid, sedang yang hanya terjadi pada salah satu kromosom dari
genom disebut aneuploid.
● Mutasi Kromosom Akibat Perubahan Struktur Kromosom
Mutasi karena perubahan struktur kromosom atau kerusakan pada bentuk
kromosom. Mutasi ini disebut juga dengan istilah aberasi (kerusakan) pada
bentuk kromosom (Warmadewi, 2017)
25
I. Apa saja penyakit yang disebabkan oleh mutasi ?
Mutasi missense/ mutasi non-synonymous adalah substitusi nukleotida
tunggal (atau mutasi titik) dalam urutan gen, dapat mengubah kode dalam triplet
basa dan menyebabkan penggantian asam amino
Berikut beberapa contoh penyakit genetik akibat mutasi non-synonymous :
● Gen SLC35A3 : Arthrogryposis, mental retardation, and seizures (AMRS)
Penyakit yang ditandai oleh arthrogryposis, retardasi mental, gangguan
spektrum autisme, dan epilepsi. Fitur tambahan termasuk malformasi tungkai,
keterlibatan sendi distal, mikrosefali, retromikrognatia, dan hipotonia otot
umum.
● TMEM98 : Nanophthalmos 4 (NNO4), Gangguan perkembangan mata yang
jarang ditandai dengan hiperopia ekstrem (rabun jauh) dan mata fungsional
kecil. Kornea dan lensa dalam ukuran dan bentuk normal. Hiperopia terjadi
karena pertumbuhan yang tidak memadai di sepanjang sumbu visual
menempatkan komponen-komponen lensa ini terlalu dekat dengan retina.
Mata nanophthalmic menunjukkan penebalan yang cukup besar baik dari
tempat vaskular koroid dan mantel scleral, yang memberikan dukungan
nutrisi dan struktural untuk retina.
● LYZ gen : Amyloidosis 8 (AMYL8), Suatu bentuk amiloidosis umum turun
temurun. Gambaran klinis meliputi endapan amiloid visceral yang luas,
amiloidosis ginjal yang mengakibatkan sindrom nefrotik, hipertensi arteri,
hepatosplenomegali, kolestasis, ruam kulit petekia. Tidak ada keterlibatan
sistem saraf
● UNC45B : Cataract 43 (CTRCT43): Kekeruhan lensa kristal mata yang
sering mengakibatkan gangguan penglihatan atau kebutaan. Opasitas
bervariasi dalam morfologi, sering terbatas pada bagian lensa, dan mungkin
statis atau progresif. Secara umum, semakin posterior ditempatkan dan padat
26
opacity, semakin besar dampaknya pada fungsi visual.
● THOC6 : Beaulieu-Boycott-Innes syndrome (BBIS), Gangguan
perkembangan saraf resesif autosom yang ditandai dengan keterlambatan
perkembangan, kecacatan intelektual sedang, dan fitur wajah dysmorphic.
Anomali perkembangan lainnya, seperti defek jantung dan ginjal, juga dapat
terjadi (Nussbaum, 2004)
● Hyperphenylalanineamia pada mutasi gen PAH
● Hypercholesterolemia pada mutasi gen LDLR
● Cystic fibrosis pada mutasi gen CFTR
● hemophilia A and B, respectively pada mutasi gen F8 dan F9 (Růžička, 2017)
27
● Senyawa yang merupakan contoh analog basa adalah 5Bromourasil (5BU).
5-BU adalah analog timin. Dalam hubungan ini posisi karbon ke-5 ditempati
oleh gugus brom padahal posisi itu sebelumnya ditempati oleh gugus metil.
Keberadaan gugus brom mengubah distribusi muatan serta meningkatkan
peluang terjadinya tautomerik.
● Senyawa yang tergolong agen pengubah basa adalah mutagen yang secara
langsung mengubah struktur maupun sifat kimia dari basa.
● Senyawa yang tergolong agen interkalasi akan melakukan insersi antara
basa-basa yang berdekatan pada satu atau kedua untai DNA.
C. Mutagen bahan fisika = Radiasi sebagai penyebab mutasi dibedakan menjadi
radiasi pengion dan radiasi bukan pengion. Radiasi pengion adalah radiasi
berenergi tinggi yang mampu menembus jaringan atau tubuh makhluk
hidup sedangkan radiasi bukan pengion adalah radiasi berenergi rendah
yang hanya dapat menembus lapisan sel-sel permukaan.
D. Mutagen bahan biologi = virus dan bakteri diperkirakan dapat menyebabkan
terjadinya mutasi. Bagian virus yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi
adalah DNA-nya (Warmadewi, 2017)
28
TFG-B3 juga dikenal untuk mengatur pertumbuhan otot rangka (Reinhoff et Al,
2013) oleh karena itu saat terjadi mutasi pada gen tersebut pertumbuhan otot akan
terhambat seperti pada kasus. Mutasi pada gen TGF-B3 menyebabkan gangguan
aneurisma dan diseksi, atau dikenal dengan nama arrhythmogenic right ventricular
dysplasia (Loeys-Dietz syndrome). Jadi, mutasi non synonymous mengubah asam
amino pada TGF B3 sehingga terjadi perubahan protein yang dibentuk.
M. Apa makna perubahan basa nukleotida Guanin pada kodon UGU di mRNA
menjadi basa nukleotida Adenin sehingga terjadi perubahan protein yang
dibentuk ?
Maknanya gen tersebut mengalami Mutasi missense. Mutasi missense adalah
Substitusi nukleotida tunggal (atau mutasi titik) dalam urutan gen, dapat
mengubah kode dalam triplet basa dan menyebabkan penggantian asam amino.
Mutasi yang melibatkan gen penyandi protein telah ditemukan menyebabkan
29
penyakit melalui salah satu dari empat efek berbeda pada fungsi protein. Efek
yang paling umum sejauh ini adalah hilangnya fungsi protein mutan. Namun,
banyak kondisi penting muncul dari mekanisme lain: perolehan fungsi, perolehan
properti baru oleh protein mutan, atau ekspresi gen pada waktu yang salah
(ekspresi heterokronik) dan / atau di tempat yang salah (ektopik ekspresi).
(Nussbaum, 2004)
30
P. Apa saja gejala yang timbul akibat mutasi de novo ?
1. Kecacatan intelektual yang parah dan epilepsi
2. Kelainan spektrum autisme
3. Berbagai penyakit perkembangan
4. Gangguan perkembangan saraf (Hildago, 2016)
3. NNI
"Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu."
(QS Al-Infithar:8)
Pada ayat ini Allah menyebutkan bahwa penciptaan manusia sesuai
kehendak- Nya ada yang berkulit putih, kuning dan lain-lain rambut lurus,
keriting dan lain-lain. berpostur tubuh tunggi, pendek, dll. Namun demikian yang
perlu diingat bahwa manusia memiliki sifat dan bentuk yang secara prinsip sama
tapi tetap ada yang berbeda antara satu yang lain ini adalah bentuk kenikmatan
kepada kita, sehingga kita harus selalu bersyukur atas ciptaan-Nya
2.8 Kesimpulan
Saudari S, 5 tahun, mengalami gangguan enzim DNA polimerase saat
replikasi DNA sehingga terjadi mutasi non synonymous pada TGF-B3
31
2.9. Ker angka Konsep
Terhambatnya poliferasi
otot-otot dan pertumbuhan
otot otot rangka
32
DAFTAR PUSTAKA
Chu, d and Wei, L. 2019. Nonsynonymous, Synonymous and Non Sense Mutations
in Human Cancer - Relates Genes Undergo Stronger Purifying Selections
Than Expentation. Vol 19:359
Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek Dari Konseling dan Psikoterapi.
Terjemahan oleh E. Koeswara. Jakarta: ERESCO
Hildago, R, Veltman, J and Hoischen, A. 2016. New Insights Into The Generation
and Role of De Novo Mutations in Health and Disease. Vol 17:241
33
Kresnowidjojo, s. 2018. Pengantar Genetika Medik. Jakarta: EGC
Lodish H, Berk A, Zipursky SL, et al. 2013. Molecular Cell Biology 7th edition.
Mutations:Types and Causes. New York: W. H. Freeman Section Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK21578/
34
Rienhoff, H. Y. Jr, C. Y. Yeo, R. Morissette, I. Khrebtukova, J. Melnick, S. Luo,
N. Leng,Y. J. Kim, G. Schroth, J. Westwick, H. Vogel, N. McDonnell, J. G.
Hall, & M. Whitman M. 2013. A Mutation in TGFB3 Associated With A
Syndrome Of Low Muscle Mass, Growth Retardation, Distal Arthrogryposis
and Clinical Features Overlapping With Marfan and Loeys-Dietz Syndrome.
Am. J. Med. Genet. A. 161A(8):2040-6. doi: 10.1002/ ajmg.a.36056
Toha AHA, et al. 2015. Sekilas Tentang Mutasi. Kons.Biod. Raja Ampat (7):9-13
35
Yang, M and Kim, J. W. 2018. Principles of Genetic Counseling in the Era of
Next Generation Sequencing. Ann Lab Med ,38:291-295
36