1
DAFATR ISI
Bab II .........................................................................................................................6
2
KATA PENGANTAR
yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari hal-hal yang
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing kami dan semua pihak yang telah membantu dalam
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
DNA merupakan materi genetik yang akan membawa informasi genetik. Informasi tidak
hanya mencakup bentuk, tetapi juga pola perilaku jaringan-jaringan ; sel-sel pada manusia
sebagai jawaban atas perintah inti sel. Untuk semua itu hanya diperlukan 6 pikogram, 6 x 10 2
g, asam deoksiribonukleat (DNA) yang mengandung informasi, baik untuk struktur maupun
untuk fungsinya.
Tidak ada satu kemampuan pun sepanjang sejarah kehidupan manusia yang dapat
silikon yang cukup canggih dengan ukuran panjang 5 mm dan tebal 0,2 mm dapat memiliki
rangkaian elemen listrik sebanyak 100.000 buah. Dengan ukuran sekecil ini, ruangan yang
ditempati oleh 200 elemen seperti itu cukup untuk dapat menampung DNA yang diperlukan
4
Bagaimana reaksi-reaksi dalam replikasi DNA?
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Sel DNA” ini adalah untuk
memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan DNA seperti
letak DNA didalam tubuh, proses terjadinya mutasi genetik, dan lain sebagainya.
Metode yang penulis gunakan dalam menyusun makalah yang berjudul “Sel DNA” ini
pengetauhuan lebih lanjut mengenai DNA baik untuk penulis maupun untuk pembacanya.
Sistematika dari penulisan makalah ini terdiri atas 3 bab, yaitu bab I yang memuat
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, metode, manfaat,
dan sistematika penulisan ; bab 2 merupakan pembahasan ; bab 3 memuat penutup yang
5
BAB II
2.1 Definisi
DNA adalah singkatan dari Deoxyribonucleic Acid. DNA adalah perintah genetik,
sistematika keturunan, manual regenerasi, peta biologis, cetak-biru individu dari setiap
makhluk hidup secara unik. DNA merupakan cetak biru individu karena DNA memiliki
instruksi genetik yang membentuk sel-sel dalam organisme. Peran utama molekul DNA
DNA adalah suatu polinukleotida. Asam nukleat adalah polimer nukleotida, dan
nukleotida disusun dari cincin heterosiklik yang mengandung N, gula dan gugus fosfat
(turunan ion dari asam ortofosfat, H3PO4). Komponan heterosikliknya disebut basa
nukleotida.
DNA terdapat dalam bentuk Heliks Ganda. DNA yang terdapat dalam sel terdiri dari dua
rantai polinukleotida yang berbeda tetapi sejenis. Kedua rantai tersebut saling terpilin
6
membentuk heliks ganda sedemikian rupa sehingga basa-basa kedua rantai terletak di dalam
dan saling berikatan. Dalam struktur yang stabil ini, basa-basa heterosiklik kedua rantai
disusun menumpuk berpasangan yang dapat diibaratkan seperti papan yang terbentuk dari
atom-atom cincin heterosiklik, dihubungkan dengan 2 tali yang terdiri dari rantai utama gula-
fosfat. Informasi yang terdapat dalam DNA terdiri dari urutan nukleotida dengan berbagai
pasangan basa yang terletak di bagian tengah molekul. Panjang molekul DNA pada berbagai
variasinya cukup besar. Hampir semua DNA dalam inti sel telur manusia yang telah dibuahi
molekul lebih kecil terdapat dalam mitokondria dan sentriol). Bila molekul-molekul DNA
besar yang terdapat dalam inti sel tersebut direntangkan dan disambung, panjangnya akan
menyamai tinggi seorang manusia yang jangkung, hampir 2 meter. Meskipun demikian,
mereka dapat dilipat sampai kecil sekali sehingga dapat ditempatkan dalam inti sel, karena
garis tengahnya hanya 2 nanometer saja. Karena tiap pasangan basa membentuk lempeng
setebal 0,34 nanometer (ukuran tebal satu atom), maka jumlah lempeng yang tertumpuk
Urutan basa pada DNA menentukan urutan asam amino pada polipeptida. Karena bentuk
dan fungsi protein tergantung pada urutan-urutan asam aminonya, sedangkan konstruksi dan
pengendalian konstituen sel lain juga termasuk salah satu fungsi protein, maka DNA
molekul yaitu :
Fosfat (PO4-)
7
Basa nitrogen yang terdiri dari:
Ciri penting senyawa-senyawa heterosiklik ini adalah bahwa pada posisi tertentu
mereka dapat membentuk ikatan hidrogen. Dalam konfigurasi ini, adenin berpasangan
dengan timin dengan 2 ikatan hidrogen (gambar sebelah kanan), sedangkan guanin
berpasangan dengan sitosin dengan 3 ikatan hidrogen (gambar sebelah kiri). Oleh sebab itu,
adenin dengan timin dan guanin dengan sitosin dikatakan sebagai basa komplementer.
Basa-basa yang tertumpuk di tengah heliks ganda DNA akan membentuk pasangan-pasangan
berikut:
adenin = timin
sitosin = guanin
Rantai DNA tidak akan bergabung membentuk heliks ganda bila urutan basa pada
satu rantai bukan merupakan basa komplementer rantai yang lain. Pembentukan pasangan-
8
DNA Mengandung Purin Dan Pirimidin Dalam Jumlah Yang Sama. Karena DNA
berutas ganda mengandung basa-basa yang merupakan komplemen satu dengan yang lain,
maka sebagai akibatnya jumlah adenin akan sama dengan jumlah timin, dan jumlah guanin
sama dengan jumlah sitosin. Jumlah keseluruhan gugusan purin sama dengan jumlah
keseluruhan gugusan pirimidin. Hal ini berlaku baik pada DNA secara keseluruhan yang ada
di dalam sel, maupun sebagian saja dari heliks ganda tersebut. Ini merupakan ciri khas DNA
ikatan dari ujung 5' ke ujung 3' berjalan dengan arah berlawanan. Dengan demikian kedua
9
2.4 Ciri-Ciri Heliks Ganda
Beberapa jenis heliks ganda dapat dibentuk dengan model DNA. Dengan teknik
kristalografi dan cara-cara pengukuran fisik lain dapat diketahui adanya 2 jenis bentuk
heliks dengan putaran ke kanan, yang disebut sebagai heliks A dan heliks B. Di samping itu
terdapat pula heliks berputaran ke kiri dengan urutan basa tertentu. Bentuk ini dinamakan
heliks Z. Kebanyakan DNA mempunyai bentuk heliks B. Meskipun demikian perlu diingat
bahwa bentuk molekul tersebut tidak terpaku pada satu bentuk saja, melainkan dapat
berubah-ubah ke dalam bentuk lain. Sejauh mana perubahan bentuk tersebut terjadi, tidaklah
Bagian Luar Polar dan Bagian Dalam Nonpolar. Gambar di atas menunjukkan model
molekul DNA dipandang dari berbagai sudut. Dari gambar tersebut terlihat bahwa semua
gugus fosfat terletak di luar. Diester asam fosfat adalah asam kuat dan DNA mengion
sempurna, sehingga sisi-sisinya diselimuti oleh muatan negatif yang harus dinetralkan
dengan kation. Seluruh basanya tertumpuk di bagian dalam sehingga permukaannya yang
hidrofobik dihindarkan dari air. Dengan demikian ikatan hidrogen antar pasangan basa
10
terjadi dalam lingkungan non polar, sehingga kekuatannya hampir maksimal. Nukleosida
yang terlarut dalam air, tidak akan mem-bentuk ikatan yang kuat dengan komplemennya,
karena permukaan cincinnya tak dilindungi dari molekul air. Sebaliknya dalam larutan non
polar, senyawa tersebut dapat membentuk ikatan yang kuat dengan pasangannya. Hal inilah
yang terjadi pada bagian dalam heliks ganda. Kekuatan tersebut lebih besar bila
dibandingkan dengan kekuatan ikatan antara basa yang bukan merupakan pasangannya.
dan tataletak yang rapat dari cincin-cincin yang berdekatan. Keadaan ini menambah
Cekungan Lebar dan Cekungan Sempit. Ciri yang menonjol pada bentuk heliks ganda
ialah terdapatnya cekungan yang dalam di antara rantai utama gula-fosfat. Lebar cekungan-
cekungan tersebut dalam DNA tidak sama. Untuk membedakannya diberi nama cekungan
besar dan cekungan kecil. Nama-nama tersebut tidak menggambarkan besar kecilnya
fungsi, dan cekungan kecil bukan berarti hanya merupakan lekukan kecil saja pada,
permukaan.
terletak di bagian dalam dari heliks ganda untuk bereaksi dengan molekul yang berasal dari
luar. Orientasi letak basa-basa tersebut terhadap poros heliks adalah sedemikian rupa
sehingga pada setiap dasar cekungan terletak atom yang sama. Misalnya pada dasar
cekungan besar selalu terdapat atom-atom C-6.N-7 dan C-8 dari cincin purin, serta C-4.C-5
dan C-6 dari cincin pirimidin. Pada dasar cekungan kecil selalu terdapat atom-atom C-2 dan
N-3 cincin purin, serta C-2 cincin pirimidin. Dengan demikian terbuka kemungkinan bagi
protein-protein tertentu untuk berikatan dengan heliks DNA melalui atom-atom yang
11
terpapar di dasar cekungan tersebut tanpa merusak heliks. Keadaan seperti ini memang telah
terjadi, dan dimanfaatkan sebagai cara pengendalian informasi yang akan dialihkan.
meningkatkan suhu larutan. Suhu yang menyebabkan setengah dari molekul DNA
mengalami denaturasi dinamakan tiiik lebur DNA. Istilah ini juga mempunyai arti fisiologis.
Misalnya : pengalihan informasi dari DNA juga terjadi karena adanya pemisahan kedua
rantai DNA, sehingga faktor-faktor yang diperlukan dalam pemisahan kedua rantai tersebut
dapat dikatakan menurunkan titik lebur di bawah suhu sel. Titik lebur DNA sendiri dalam
kondisi eksperimental terletak di sekitar 85°C. Nilai sebenarnya tergantung dari komposisi
basanya, karena untuk melepaskan tiga ikatan hidrogen pada pasangan G-C diperlukan
energi lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk memisahkan dua ikatan yang sama
Dari sekian banyak sifat DNA, yang sering dipakai sebagai ukuran pertambahan ataupun
pengurangan struktur heliks ganda adalah absorpsi spektrum ultra violet. Baik nukleosida
maupun nukleotida menunjukkan spektrum ultra violet yang khas. Sifat ini ditimbulkan oleh
adanya ikatan konjugasi pada gugus purin dan pirimidin. Absorbansi akan berkurang dengan
adanya ikatan hidrogen pada heliks ganda. Pengurangan atau hipokromisitas ini dapat
Bila suhu suatu larutan DNA yang terdenaturasi (tetapi komplementer) dipertahankan di
bawah titik lebur, heliks ganda akan terbentuk kembali. Proses ini dinamakan penggabungan
(annealing) DNA. Kecepatan proses tersebut tergantung pada fraksi molekul DNA yang tepat
berpasangan. Makin besar fraksi demikian, makin besar pula proporsi benturan antar
12
Kepadatan Terapung, ρ (rho) dari DNA dalam larutan garam pekat akan meningkat
Perbedaan yang ditimbulkan cukup besar untuk dapat memisahkan molekul-molekul DNA-
nya ke dalam golongan-golongan dengan kandungan basa yang sama. Keadaan ini
didapatkan dengan cara memusingkannya melalui gradien larutan garam dengan kadar yang
makin meningkat (yang sering digunakan adalah larutan Sesium Klorida, CsCl). Molekul-
molekul dengan komponen G-C lebih banyak atau komponen A-T lebih sedikit, akan
mengendap lebih jauh sebelum mencapai larutan dengan kepadatan yang sama.
Pada dasarnya urutan nukleotida dapat dibagi menjadi urutan berulang (repetitif) dan
Pada DNA eukariota fraksi tak berulang, yaitu fraksi yang mengandung urutan
tunggal atau beberapa kembaran, pada umumnya berisi sandi ( code ) untuk menentukan
urutan asam amino dalam rantai suatu polipeptida. Pada eukariota, kebanyakan gen yang
menyandi rantai polipetida ternyata terpecah, yaitu urutan nukleotida yang merupakan sandi
diselingi oleh urutan yang bukan penyandi. Gen semacam itu disebut sebagai gen terpecah
(split genes). Pada gen demikian, urutan penyandi disebut ekson, sedangkan urutan bukan
penyandi disebut intron. Jumlah intron dalam satu gen dapat mencapai 40 buah. Panjang
Fraksi yang berulang dibagi menjadi fraksi berulang sedang (moderately repetitive)
dan fraksi berulang tinggi (highly repetitive). Fraksi berulang sedang berisi gen-gen yang
13
memang didapatkan dalam banyak kembaran beserta urutan-urutan sisipan yang di
dalamnya terdapat banyak urutan nukleotida yang sangat mirip, membentuk satu keluarga.
puluhan ribu kembaran atau lebih. Fraksi ini pada pemusingan sering dapat dipisahkan, dan
disebut DNA satelit. Karena fraksi ini memiliki urutan nukleotida yang sangat berbeda
dengan fraksi DNA sisanya, maka kepadatannya berbeda, sehingga pada pemusingan akan
tampak sebagai "pita satelit" yang terpisah dari fraksi DNA yang lain. (Terdapat perbedaan
dalam kcpadatan relatif dan jumlah fraksi satelit antar spesies). Banyak diantara DNA satelit
ini merupakan heterokromatin konstitutif, yaitu fraksi DNA yang bersangkutan dengan
deoksiribonukleosida-5'-trifosfat
(kanan), dan diikatkan kepada rantai yang tumbuh (kiri) pada gugusan hidroksil-3' yang
hidrogen antara gugusan tersebut dengan utas DNA acuan. Ikatan tersebut diperkuat
14
Replikasi DNA berlangsung dengan mekanisme semikonservatif. Pada saat
pembuatan DNA baru, DNA lama yang merupakan acuannya terlebih dahulu melepaskan diri
dari lilitannya, kemudian masing-masing utas bertindak sebagai acuan untuk membentuk utas
Gambar B
Gambar A
Dalam gambar A, DNA yang mengalami replikasi terdiri atas 2 utas komplementer A
(abu-abu) dan B (hitam). Ujung 5' kedua utas terletak pada tempat-tempat yang
berlawanan pada heliks ganda. Bila kedua utas tersebur melepaskan diri dari lilitannya,
B', akan dibuat untuk untuk utas A, sedangkan komplemen baru A' untuk utas B. Bila
replikasi telah usai seluruhnya, masing-masing utas lama akan mendapatkan pasangan
komplemennya yang baru. Kedua pasangan tersebut akan berpilin sehingga terbentuklah
dua molekul heliks ganda baru yang masing-masing terdiri dari satu utas lama dan satu utas
baru (Gambar B). Inilah yang dimaksud dengan replikasi semikonservatif. Karena
replikasi biasanya berjalan sempurna, setiap molekul tersebut akan identik dengan heliks
semikonservatif yang berarti tiap utas DNA yang baru disintesis sebagai komplemen satu
15
utas DNA lama. Setiap molekul turunan pertama mengandung satu utas yang berasal dari
induk (warna putih) dan satu utas yang berasal dari DNA yang baru dibentuk (warna
gelap). Pada generasi berikutnya, kedua utas tersebut mendapat giliran untuk dipisahkan
dan didistribusikan diantara molekul turunan kedua, yang masing-masing mengandung satu
16
BAB III
Kadang-kadang terjadi sesuatu yang salah dalam polimerisasi utas DNA yang
baru seperti peniadaan salah satu nukleotida, atau penyisipan suatu nukleotida
baru, tetapi yang paling sering terjadi adalah disisipkannya suatu nukleotida
Beberapa kesalahan dapat terjadi sebagai akibat adanya basa-basa dalam bentuk
lebih dari satu macam, misalnya: biasanya kita menulis cincin adenin dalam
tautomer keto karena bentuk ini yang lebih sering dijumpai, namun pada setiap
saat sebagian kecil basa-basa tersebut dapat berada dalam bentuk tautomer
hidrogen dengan basa komplementer yang bukan semestinya. Demikian pula bila
nitrogen imida dalam cincin guanin atau timin mengalami ionisasi, basa-basa
17
Modifikasi Kimiawi
kadang-kadang mengalami
basa-deoksiribosa dalam DNA dapat pula putus oleh hidrolisis. Nukleosida purin
Elektron dalam molekul DNA dapat dikeluarkan oleh radiasi tinggi energi
fosfodiester serta terbukanya cincin-cincin basa. Bila ada oksigen, molekul ini
karena rantai polinukleotida yang telah rusak tadi juga mengalami oksidasi.
18
merusak basa-basa pirimidin, tenitama timin, dengan cara mengaktivasi ikatan
dengan pirimidin lain, maka dapat terbentuk ikatan antara kedua molekul
Peristiwa ini dapat terjadi dalam satu utas atau melibatkan kedua utas.
Mutagenesis Kimiawi
Oksidator, umumnya dikenal sebagai radikal bebas, adalah zat yang secara
mengganggu integritas dari heliks DNA dan predisposisi tempat tersebut untuk
insersi dan delesi. Demikian pula, benzo [a] pyrene, karsinogen dikenal dan
P53 gen supresor tumor pada kodon 157, 248, dan 273. Kodon Ini adalah
penting hot spot mutasi terlihat dalam studi klinis kanker paru-paru manusia
(Denissenko et al., 1996). Mutasi seperti ini yang cukup spesifik untuk
mutagen tertentu disebut mutasi signature. Berbagai bahan kimia di luar yang
19
3.1.2 Perbaikan DNA
pendek.
Tahap yang menentukan ialah pengenalan adanya kerusakan. Satu enzim atau lebih akan
bergabung dengan utas DNA yang mengandung dimer pirimidin atau basa abnormal lain, dan
kemudian menghidrolisis rantai utama polinukleotida yang terletak berdekatan dengan bagian
yang rusak. Setelah rantai utama DNA putus enzim eksonuklease akan membuang gugusan
nukleotida yang rusak dan memperlebar tempat yang kosong sampai mencapai 100 gugusan
nukleotida atau lebih. Kekosongan tersebut akan diisi dengan pertolongan DNA polimerase
(polimerase ini mungkin β polimerase dan bukan α polimerase yang bekerja pada proses
replikasi). Akhirnya segmen yang baru dibentuk disambung oleh DNA ligase. Pembentukan
utas DNA dengan cara ini merupakan "sintesis DNA tak terjadwal" karena terjadi tanpa
20
Bila rantai polinukleotida putus karena terkena radiasi, hanya satu atau gugusan nukleotida
saja yang dihidrolisis oleh eksonuklease sebelum tempat yang kosong diisi dan rantai yang
Perbaikan DNA juga dapat dilakukan dengan aktivasi oleh sinar. Pembentukan dimer
pirimidin kadang-kadang dapat diperbaiki dengan suatu cara yang dapat diibaratkan sebagai
"menangkap maling dengan maling." Paling tidak beberapa sel mempunyai protein yang
dapat berikatan dengan dimer yang mengakibatkan perubahan spektrum sinar yang dapat
diabsorpsi dari gelombang pendek ke gelombang yang lebih panjang. Absorpsi cahaya yang
dapat terlihat ini akan mengaktivasi pemecahan dimer pirimidin sehingga kembali ke dalam
bentuk monomer dan fungsinya kembali normal. Karena sel yang dapat mengalami
perubahan dari monomer pirimidin menjadi dimer harus terletak pada tempat yang mudah
terkena cahaya, maka dengan sendirinya cahaya yang dapat mengembalikannya ke bentuk
monomer pun akan tersedia bagi sel tersebut. Tidak hanya itu, cahaya yang dapat terlihat
tersebut bahkan dapat menembus lebih jauh ke dalam kulit daripada sinar ultra violet.
melepas urasil atau hipoxantin dengan menghidrolisis ikatan basa-deoksiribosa, sedangkan AP-
endonuklease mengenali gugusan deoksiribosa yang telanjang ini dan memecah ikatan
21
fosfodiester terdekat dalam rantai utama DNA (AP = apurinik/apirimidinik). Gula tanpa basa
yang terpapar ini kemudian dilepaskan oleh eksonuk lease. Perbaikan DNA dilanjutkan
dengan pelepasan lebih banyak nukleotida dan diakhiri dengan sintesis urutan DNA yang
benar.
Deaminasi sitosin menjadi urasil relatif sering terjadi. Bila urasil merupakan komponen
normal DNA, maka proses seperti itu akan terjadi juga pada setiap gugusan urasil yang terdapat
pada rantai DNA, sehingga akibatnya malah merugikan. Kemungkinan ini merupakan penyebab
22
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, D. A., dkk. 2007 a. Biologi untuk SMA Kelas VI. Jakarta: Erlangga.
23