Oleh:
Musrifah Tahar
H311 13 035
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Tiada untaian kata yang lebih indah selain ucapan syukur ke hadirat Allah
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa pula senantiasa kita
panjatkan salawat serta salam kepada junjungan dan panutan kita Muhammad
penyusunan. Namun berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, sehingga
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen mata kuliah, teman-
teman, serta pihak – pihak lainnya yang telah membantu dalam menyelesaikan
Dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan. Walau demikian, saya
Amin.
PENYUSUN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………i
KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………..……….iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan………………………………………………………….....................3
3.1 Kesimpulan………………………………………………………...………13
3.2 Saran……………………………………………………………...………..13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….....……...14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DNA merupakan suatu materi genetik yang terbentuk dari dua kelompok
basa yang berbeda yang mengandung nitrogen, yaitu purin dan pirimdin.
Dua purin yang paling banyak terdapat dalam DNA adalah adenin dan guanin,
dan pirimidin yang umum adalah sitosin dan timin. Purin dan pirimidin
berisi ikatan demikian itu mempunyai potensi untuk hadir dalam sejumlah
hutan tropis berlangsung sangat lambat, disebabkan oleh banyak kesulitan yang
jauh sering menginduksi senyawa fenol dan polisakarida pada jenis tumbuhan
berkualitas tinggi merupakan satu kaidah dasar yang harus dipenuhi dalam
(PCR) membutuhkan DNA dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik.
Oleh karena kandungan senyawa sekunder dalam sel tanaman berbeda-beda, maka
setiap tanaman membutuhkan prosedur isolasi yang optimum agar diperoleh DNA
genom yang dapat digunakan sebagai bahan dalam analisis molekuler. Optimasi
ataupun teknik penanganan fisik dalam pemisahan DNA genom dari senyawa lain.
Pada prinsipnya optimasi prosedur ini bertujuan melindungi DNA genom dari
degradasi akibat senyawa sekunder yang dilepaskan ketika sel dihancurkan atau
Antara lain teknik isolasi dan pemurnian DNA, penemuan enzim restriksi
endonuklease, enzim DNA polimerase dan DNA ligase, penemuan DNA plasmid
dan teknik transfer DNA, teknik deteksi DNA, teknik pemetaan gen, dan teknik
Pada dasarnya isolasi DNA dapat dilakukan dari berbagai sumber, antara
lain organ manusia, darah, daun, daging buah, serangga, kalus, akar batang,
daging dan sisik ikan. Pada individu yang sama DNA yang diperoleh dari
berbagai sumber akan memiliki jenis jumlah dan ukuran yang sama.Isolasi DNA
merupakan langkah tepat untuk mempelajari DNA. Prinsipnya ada dua, yaitu
C. Tujuan
PEMBAHASAN
asam yang mengandung nitrogen dan fosfat pada inti sel dari sel darah
putih. Senyawa ini diberi nama nuklein, namun pada tahun 1889 muridnya
oleh Miescher adalah alkalyne lysis untuk memecahkan sel dan mengisolasi
proses untuk mendapatkan DNA murni yang dapat digunakan untuk keperluan
DNA yang mencakup gen tertentu dapat dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu:
yang dapat digunakan untuk keperluan pemeriksaan atau diagnosa. DNA dapat di
isolasi dari berbagai sal yang memiliki inti sel, karena DNA terletak di dalam inti
sel. beberapa sumber DNA yang dapat dipergunakan dalam isolasi DNA adalah
Pada sel eukariotik termasuk tanaman dan hewan bagian terbesar dari
DNA berada pada nukleus yaitu organel yang dipisahkan dari sitoplasma dengan
membran. Nukleus terdiri dari 90 % keseluruhan DNA seluler. Sisa DNA adalah
organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Karena DNA terdapat pada
nukleus, maka perlu adanya metode pelisisan sel sampai pemanenan sel. Dimana
metode tersebut merupakan bagian dari metode isolasi DNA (Elrod, 2007).
adalah DNA plasmid dan DNA genom yang berasal dari sel bakteri. Pada
DNA merupakan pemisahan molekul DNA dari molekul lain seperti dinding sel,
membran sel, dan membran inti sehingga dapat dilihat strukturnya. Molekul DNA
dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam keperluan
dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan DNA dari bahan lain seperti protein,
Prinsip utama dalam isolasi DNA ada tiga yakni penghancuran (lisis),
ektraksi atau pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta
pemurnian DNA. Menurut Surzycki (2000), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses isolasi DNA antara lain harus menghasilkan DNA
tanpa adanya kontaminan seperti protein dan RNA; metodenya harus efektif dan
bisa dilakukan untuk semua spesies metode yang dilakukan tidak boleh mengubah
struktur dan fungsi molekul DNA; dan metodenya harus sederhana dan cepat.
adalah DNA plasmid dan DNA genom yang berasal dari sel bakteri.
Pada dasarnya isolasi DNA genom total dari sel bakteri terdiri dari beberapa
tahap yaitu:
4.Purifikasi DNA
dengan cara sonikasi, maupun dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan
enzim lisozim, etilen diamin tetra asetat (EDTA), atau kombinasi dari
dengan lisozim dan EDTA, akan tetapi sering ditambahkan bahan lain yang
dapat melisiskan dinding sel antara lain deterjen triton X-100 atau sodium
dedosil sulfat (SDS). Setelah sel mengalami lisis, tahap selanjutnya adalah
memisahkan debris sel dengan cara sentrifugasi. Komponen sel yang tidak
larut diendapkan dengan sentrifugasi sehingga meninggalkan ekstrak sel dalam
Tahap akhir dari isolasi DNA adalah proses pemurnian DNA. Disamping
DNA, ekstrak sel mengandung protein dan RNA dalam jumlah yang cukup
fenol atau campuran fenol dan kloroform dengan perbandingan 1:1, untuk
enzimatis dengan proteinase. DNA yang telah dibersihkan dari protein masih
DNA dari RNA. Molekul DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian
(kation monovalen seperti Na+), pada suhu -20oC etanol absolut dapat
Pada isolasi dan purifikasi DNA sel total yang berasal dari sel eukariot,
misalnya sel tanaman atau sel hewan, walaupun pada dasarnya tahapan isolasi dan
dengan sifat-sifat khusus dari sel yang digunakan. Modifikasi yang sering
dilakukan adalah pada proses pemecahan sel eukariot. Senyawa kimia yang
digunakan untuk memecah sel bakteri tidak selalu dapat digunakan untuk
memecah sel tanaman maupun sel hewan. Untuk memecah sel tanaman
cara pemecahan dinding sel secara fisik antara lain menggunakan butiran-butiran
gelas. Sedangkan untuk mengisolasi DNA total dari sel hewan yang tidak
memiliki dinding sel umumnya hanya digunakan deterjen untuk memecah
Isolasi dan purifikasi DNA plasmid dari sel bakteri pada dasarnya
sama dengan cara isolasi DNA genom. Sel bakteri yang mengandung DNA
deterjen dan enzim lisozim, kemudian disentrifugasi untuk memisahkan debris sel
dengan ekstraksel.
keberadaan DNA genom yang berasal dari sel bakteri. Pemisahan antara DNA
plasmid dengan DNA genom sangat penting untuk dilakukan apabila DNA
DNA genom bakteri dalam jumlah kecil pun dapat mempengaruhi keberhasilan
plasmid telah banyak dikembangkan. Cara pemisahan DNA plasmid dengan DNA
plasmid sangat kecil bila dibandingkan dengan ukuran DNA genom. Ukuran
DNA plasmid yang terbesar, kurang dari 8% ukuran DNA genom bakteri, dan
sebagaian besar DNA plasmid berukuran lebih kecil daripada ukuran tersebut.
Dengan demikian teknik yang dapat memisahkan molekul DNA yang kecil
dengan DNA yang berukuran besar akan sangat efektif untuk memisahkan DNA
Salah satu cara yang lazim digunakan untuk memisahkan DNA plasmid
yang berkecepatan tinggi, merupakan cara yang sangat efektif untuk memperoleh
DNA plasmid murni. Dengan teknik tersebut DNA plasmid akan membentuk pita
pada titik tertentu yang terpisah dengan pita genom, dimana protein akan
mengapung pada permukaan gradient, dan RNA akan berada pada dasar tabung.
Posisi pita-pita DNA dalam tabung bisa terlihat melalui pendaran etidium bromida
yang disinari dengan ultra violet. DNA plasmid dapat diambil dengan
menusukkan jarum suntik pada dinding tabung dimana pita DNA plasmid terlihat
dan menyedotnya. Sedangkan etidium bromida yang terikat pada DNA plasmid
dapat diekstraksi dengan n-butanol, dan CsCl dihilangkan dengan cara dialisis.
Teknik pemisahan ini dapat memperoleh DNA plasmid murni yang dapat
kontaminasi protein dan garam yang terdapat pada DNA/RNA yang diisolasi.
1. Elektroforesis
listrik dialirkan pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan
dipisahkan. Teknik ini dapat digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang
ada pada makromolekul, misalnya DNA yang bermuatan negatif. Jika molekul
yang bermuatan negatif dilewatkan melalui suatu medium, kemudian dialiri arus
listrik dari suatu kutub ke kutub yang berlawanan muatannya maka molekul
tersebut akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan gerak
tergantung pula pada bentuk molekulnya. Pergerakan ini dapat dijelaskan dengan
gaya Lorentz, yang terkait dengan sifat-sifat dasar elektris bahan yang diamati dan
elektroforesis yaitu :
a. Elektroforesis kertas
sebagai fase diam dan partikel bermuatan yang terlarut sebagai fase gerak,
terutama ialah ion-ion kompleks. Pemisahan ini terjadi akibat adanya gradasi
tergantung pada muatan atau valensi zat terlarut, luas penampang, tegangan yang
zat terlarut.
b. Elektroforesis gel
dilakukan dengan medium gel kanji (sebagai fase diam) untuk memisahkan
2. Spektrofotometri
cahaya UV. Pita ganda DNA dapat menyerap cahaya UV pada λ 260 nm, sedang
kontaminan protein atau phenol dapat menyerap cahaya pada λ 280 nm. Dengan
absorbansi λ 280 (Å260/Å280), dan nilai kemurnian DNA berkisar antara 1.8-2.0
(Fatchiyah, 2011). Jika nilai melebihi 2,0 maka larutan yang diuji masih
DNA plasmid yang didapat belum murni. Jika kurang dari 1,8 maka ddH2O yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
yaitu ekstraksi sel, pemurnian, dan pemekatan yang kemurniannya dapat dilihat
B. Saran
Juwita, Sinaga, R. N., 2012, Laporan Praktikum Isolasi DNA dan Teknik PCR,
Milligan, B.G. 1992. Plant DNA Isolation. In: A.R. Hoelzel (Ed). Molecular
Genetic Analysis of Populations. A Practical Approach. Oxford University
Press. New York:
Restu, M., Mukrimin, Gusmiati, 2012, Optimalisasi Teknik Ekstraksi dan Isolasi
DNA Tanaman Suren (Toona Sureni Merr.) untuk Analisis Keragaman
Genetik berdasarkan Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD),
Jurnal Natur Indonesia, 14 (2); 138-142.