Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Labirin sebagai reseptor keseimbangan

Nama : Diaz Ferdian Maulana


Nilai
NRM : 3425164824

Kelompok : 2

Email : diazferdian38@gmail.com

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
LAPORAN LABIRIN SEBAGAI RESEPTOR KESEIMBANGAN

A. TUJUAN
- Mengetahui keseimbangan pada manusia
- Mengetahui keseimbangan pada katak
- Mengetahui fungsi Kanalis semisirkularis

B. METODE
1. Alat dan Bahan
Alat: papan bedah, alat bedah, jarum pentul, gelas kimia dan baskom
Bahan: Rana sp. dan praktikan
2. Cara Kerja
1) Keseimbangan pada manusia
a. Kerja Canalis Semikularis Lateral
 Mendudukan praktikan di kursi
 Menendukkan kepala praktikan 30° dan memejamkan mata
 Memutar praktikan ke kanan secara perlahan, dan lama-lama menjadi cepat dan
kemudian menjadi lambat
 Objek mengatakan sensasi saat diputar lambat, agak cepat, dan lambat.
b. Kerja Semisirkularis Anterior dan Posterior
 Mendudukan praktikan di kursi
 Praktikan memegang kedua tangan dengan erat
 Memiringkan kepala 120° ke kanan dan memejamkan mata
 Memutarkan praktikan ke kanan sebanyak 10 putaran searah jarum jam
 Menghentikan praktikan, kemudian menegakkan kepala dengan mata tetap
terpejam, serta mengatakan sensasi yang dirasakan
2) Keseimbangan pada katak
 Meletakkan Rana sp. di papan bedah dan menutupnya dengan gelas kimia
 Mengangkat papan bedah dan menggerakannya ke segala arah
 Mengamati sikap dan posisi katak
 Memutar papan dan mengamati reaksi katak
 Menggerakan naik turun papan dan mengamati reaksi katak
 Meletakkan katak dalam baskom berisi air dan mengamati cara berenang katak
 Memfiksasi rahang atas dan membuka rahang bawah sehingga menempel pada
dada, kemudian menggunting selaput lendir mulai dari pinggir atas sampai
permukaan esophagus dan menjepit keluar sampai tampak pembuluh darah dan os
parabasale
 Mengamati setiap perubahannya

C. HASIL

1. Keseimbangan Pada Katak

Perlakuan Respon Katak 1 Respon Katak 2


Papan Diputar Loncat-loncat,detak Loncat-loncat
jantung cepat
Papan Diangkat Diam saja,detak jantung Diam saja,detak jantung
cepat cepat
Katak dalam baskom Diam dan sesekali loncat Loncat dan berenang
air kearah kiri
Fiksasi Rahang Berenang aktif Berenang aktif
Papan Naik Turun Diam.linglung linglung

Gambar 1. Katak yang diberi 6 perlakuan

2. Keseimbangan Pada Manusia

Perlakuan Arah Putaran Respon wanita Respon laki-


laki
Kerja canalis Diputar ke arah Jatuh ke Kanan Jatuh ke Kiri
semisirkulasi Kanan
lateral

Kerja Canalis Diputar ke arah Jatuh ke Depan Jatuh ke


Semisirkulasi Kanan Kanan
Anterior dan
Posterior (1200)

D. PEMBAHASAN
1. Keseimbangan Pada Manusia
Telinga dalam memiliki komponen khusus, yakni apparatus vestibularis, yang
memberikan informasi untuk keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala dengan gerakan
mata dan postur tubuh. Apparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur yang terletak di
dalam tulang temporalis – kanalis semisirkularis dan organ otolit, yaitu utrikulus dan sakulus.
Semua komponen apparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh
perilimfe. Komponen vestibuler masing-masing mengandung sel-sel rambut yang berespons
terhadap perubahan bentuk mekanis. Sel-sel reseptor vestibularis dapat mengalami
depolarisasi atau hiperpolarisasi, bergantung pada arah gerakan cairan. Kanalis semisirkularis
mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler. Rambut-rambut terbenam dalam suatu lapisan
gelatinosa seperti topi di atasnya, yaitu kupula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan cairan.
(Sherwood, 2001)
Salah satu reseptor pengatur keseimbangan rotasi dan gravitasi tubuh manusia adalah
kanalis semisirkularis yang berupa 3 saluran setengah lingkaran, yang terdiri dari kanalis
semisirkularis lateral, anterior, dan posterior. Kanalis semisirkularis memiliki peran untuk
mendeteksi akselerasi atau deselerasi kepala rotasional atau angular. Pada bagian dasar
kanalis semisirkularis terdapat struktur yang disebut ampula. Di dalam ampula terdapat
reseptor sistem vestibular yang disebut krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista atau
stereosilia ini tertanam pada gelatin yang memanjang, disebut kupula. Di dalam ampula
terdapat cairan endolimfe (Ganong, 2003).

Percobaan ini dilakukan dengan cara memutar OP pada kursi putar dengan kondisi OP
menundukkan kepalanya sekitar 300. Hal ini bertujuan agar kanalis semisirkularis superior
berada pada posisi horizontal. Pemejaman mata dilakukan agar refleks pada mata dapat
mempertahankan fiksasi penglihatan di titik-titik yang diam pada saat tubuh berputar atau
berotasi (Ganong, 2003), selain itu mata OP dipejamkan agar kesadaran visual terhadap
kondisinya tidak bekerja sehingga OP hanya dapat mendeteksi kondisi keseimbangannya
tanpa kesadaran indera penglihatannya. Berdasarkan hasil percobaan ketika tubuh dalam
posisi tegak dan kepala dalam posisi menunduk serta mata dipejamkan kemudian tubuh
diputar searah jarum jam (kanan) sebanyak 10 kali, maka kanalis semisirkularis lateral akan
ikut bergerak ke arah kanan. Namun cairan endolimfe di dalamnya akan bergerak sebaliknya
yaitu ke arah kiri. Stereosilia juga akan bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika
stereosilia bergerak ke arah kinosilium. Saat putaran dihentikan, kepala ditegakkan, maka
cairan endolimfe akan bergerak searah jarum jam, yang menyebabkan stereosilia bergerak
searah jarum jam, untuk mempertahankan kelembamannya. Ketika OP membuka matanya
maka OP seperti melihat ruang berputar ke arah kanan dan merasa tubuhnya seperti diputar ke
arah kiri. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi nistagmus pada bola mata OP. Nistagmus
merupakan gerak mata menyentak yang khas pada mata yang tampak pada saat awal dan
akhir rotasi atau putaran(Ganong, 2003). Bola mata OP bergerak cepat ke arah kiri dan
bergerak lambat ke arah kanan. Hal tersebut terjadi karena refleks gerakan mata dan akibat
gangguan fungsi jaras yang melewati flokulonodular serebelum dari kanalis semisirkularis
(Guyton, 2006).
Percobaan kedua yaitu OP diputar dengan kondisi kepala dimiringkan ke kanan
dengan sudut 1200. Posisi ini bertujuan agar kanalis semisirkularis posterior berada pada
posisi horizontal. Proses keseimbangan yang terjadi ketika tubuh dalam posisi tegak dan
kepala dalam posisi miring ke kanan serta mata dipejamkan kemudian tubuh diputar ke arah
kanan sebanyak 10 kali, maka kanalis semisirkularis posterior akan ikut bergerak ke arah
kanan. Namun cairan endolimfe di dalamnya akan bergerak sebaliknya yaitu ke arah kiri.
Stereosilia juga akan bergerak ke kiri karena mengalami depolarisasi ketika stereosilia
bergerak ke arah kinosilium. Pada saat putaran dihentikan, kepala ditegakkan, dan mata masih
dalam keadaan tertutup, maka cairan endolimfe akan bergerak ke arah belakang, yang
menyebabkan stereosilia bergerak ke belakang pula untuk mempertahankan kelembamannya,
sehingga OP merasakan tubuhnya seperti terbalik dan tertarik ke belakang dan OP akan
menahan dirinya ke arah depan.
Sama halnya dengan ketika posisi kepala dimiringkan ke kanan, pada saat posisi
kepala dimiringkan ke kiri akan melibatkan kanalis semisirkularis posterior akan berada pada
posisi horizontal. Proses keseimbangan tubuh yang terjadi pun sama, tetapi pada posisi ini,
ketika putaran dihentikan, kepala ditegakkan, dan mata masih terpejam, maka cairan
endolimfe akan bergerak ke arah depan, yang menyebabkan stereosilia bergerak ke depan
pula, untuk mempertahankan kelembamannya, sehingga OP merasakan tubuhnya seperti
tertarik ke depan dan OP akan menahan dirinya ke arah belakang.
Labirin pada manusia

2. Keseimbangan Pada Katak

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa dalam keadaan normal saat
papan bedah digerakkan ke segala arah (kanan-kiri) dan dinaikturunkan, katak
memperlihatkan gerakan yang selalu mengikuti arah gerakan dari papan bedah tersebut. Hal
ini disebabkan karena pada struktur telinga dalam terdapat macula akustika (organ
keseimbangan statis) dan krista akustika (organ keseimbangan dinamis) melakukan koordinasi
penyampaian impuls sarafnya masing-masing. Sel reseptor pada macula akustika yang berupa
sel-sel rambut dan sel-sel penunjang melekat pada membran yang mengandung butir-butiran
kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolith. Macula di sakulus dan utrikulus peka
terhadap gaya berat otolith ini.

Pada saat diputar kesegala arah terjadi perubahan posisi kepala pada katak yaitu
menjadi lebih menunduk sedangkan saat gerakkan naik-turun kepala katak lebih mendongak.
Perubahan posisi kepala tersebut akan menimbulkan tarikan gravitasi yang menyebabkan
pergerakan otolith dan otolith merangsang sel-sel rambut sehingga menyebabkan depolarisasi
sel reseptor yang berjalan ke otak kecil sebagai organ keseimbangan. Sedangkan sel-sel
reseptor dalam krista akustika yang juga berupa sel-sel rambut dan sel-sel penunjang tidak
melekat pada otolith. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala
katak bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfe yang berasal dari saluran
membranosa (labirin) akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima
rangsangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot
berkontraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru seperti yang
terjadi saat katak digerakkan naik turun, kaki depan katak posisinya menjadi lebih melebar
untuk mempertahankan kesimbangan tubuhnya.
KESIMPULAN

Labirin berfungsi sebagai alat keseimbangan tubuh karena memiliki organ-organ


vestibular (sakulus,utrikulus, dan kanalis semisirkularis). Sakulus dan utrikulus dikhususkan
untuk mendeteksi posisi kepala terhadap arah tarik gravitasi bila kepala dalam posisi hampir
vertikal. Kanalis semisirkularis berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan akibat
percepatan sudut. Pada saat objek berotasi dengan cepat terjadi nistagmus karena terjadi
gerakan endolimfe yang berlawanan arah dengan arah percepatan sudut.

Daftar pustaka
Ganong, W. F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Jakarta : EGC.

Campbell, Neil. A., Jane B Reecee dan laurence. G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima.
Erlangga : Jakarta
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Guyton, JE Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai