Anda di halaman 1dari 495

PEMANASAN GLOBAL DAN

PERUBAHAN IKLIM
PENGERTIAN
Pemanasan Global adalah indikasi naiknya suhu
muka bumi secara global (meluas dalam radius
ribuan kilometer) terhadap normal/rata-rata
catatan pada kurun waktu standard (ukuran
Badan Meteorologi Dunia/WMO: minimal 30
tahun).
Perubahan Iklim Global adalah perubahan unsur-
unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban, hujan,
angin, dsb.nya) secara global terhadap
normalnya.
Iklim adalah rata-rata kondisi fisis udara(cuaca)
pada kurunwaktu tertentu (harian, mingguan,
bulanan, musiman dan data tahunan yang
diperlihatkan dari ukuran catatan unsur-unsurnya
(suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin,
dsb.nya)
Pemanasan global (global warming) pada
dasarnya merupakan fenomena
peningkatan temperatur global dari tahun
ke tahun karena terjadinya efek rumah
kaca (greenhouse effect) yang disebabkan
oleh meningkatnya emisi gas - gas seperti
karbondioksida (CO2), metana (CH4),
dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga
energi matahari terperangkap dalam
atmosfer bumi. Kenaikan konsentrasi gas
CO2 ini disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak (BBM),
batu bara dan bahan bakar organik
lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk
mengabsorbsinya.
Meningkatnya suhu global
diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan yang lain
seperti naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intensitas fenomena
cuaca yang ekstrim serta perubahan
jumlah dan pola presipitasi. Akibat-
akibat pemanasan global yang lain
adalah terpengaruhnya hasil
pertanian, hilangnya gletser, dan
punahnya berbagai jenis hewan.
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan
serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di
kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir,
peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya
flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit,
dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi
masyarakat meliputi :

gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan


kota pantai
gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana
seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara
gangguan terhadap permukiman penduduk
pengurangan produktivitas lahan pertanian
peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit,
dsb).
BEBERAPA UNSUR PENYEBAB PEMANASAN
DAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Semakin tingginya Populasi
Ekploitasi lingkungan meningkat dengan
marak dan meluasnya perubahan
tataguna lahan yang berakibat pada
penciutan luasan hutan,
Kemajuan industri menimbulkan
pencemaran di darat, laut dan udara
yang berlanjut dengan perusakan gas
ozon di kutub atau lubang ozon di kutub
dan konsentrasi gas buang yang menjadi
selimut gas atau gas rumah kaca,
Dst
INDIKASI YANG TERKAIT
DENGAN PEMANASAN
DAN PERUBAHAN IKLIM
GLOBAL
TERIMA KASIH
MK. TANAH & Media Tumbuh Tanaman

AIR TANAH
&
TANAMAN
1
2
Proses fotosintesis memerlukan air

3
CO2 dari Udara

Fotosintesis:
CO2 + H2O ---- Karbohidrat
(Glukosa)

Glukosa Pati
dan senyawa organik lain dalam buah
dan biji

Air dari tanah

4
CO2 dari Udara

Fotosintesis:
CO2 + H2O Karbohidrat
(Glukosa)

Glukosa Pati
dan senyawa organik lain
dalam biji

Stomata:
Pintu lalulintas CO2,
O2, dan H2O

Air dari tanah

5
Budidaya
tanaman padi sawah
memerlukan banyak air

6
KEBUTUHAN AIR
TANAMAN

A plant has different


water needs at different
stages of growth. While
a plant is young it
requires less water than
when it is in the
reproductive stage.

When the plant


approaches maturity, its
water need drops.
Curves have been
developed that show the
daily water needs for
Kurva Penggunaan Air Musiman most types of crops.
oleh Tanaman 7
KEDALAMAN PERAKARAN TANAMAN
A plant’s root depth determines the depth to which soil water can be
extracted. A young plant has only shallow roots and soil water deeper
than rooting depth is of no use to the plant. Plants typically extract
about 40 percent of their water needs from the top quarter of their
root zone, then 30 percent from the next quarter, 20 percent from the
third quarter, taking only 10 percent from the deepest quarter.
Therefore, plants will extract about 70 percent of their water from
the top half of their total root penetration.

Deeper portions of the root zone can supply a higher percentage of


the crop’s water needs if the upper portion is depleted. However,
reliance on utilization of deeper water will reduce optimum plant
growth.
8
KUALITAS AIR & TANAH
For good plant growth, a soil must have adequate room for water and
air movement, and for root growth. A soil’s structure can be altered
by certain soil management practices. For example, excessive tillage
can break apart aggregated soil and excessive traffic can cause
compaction. Both of these practices reduce the amount of pore space
in the soil, and thus reduce the availability of water and air, and
reduce the room for root development.
Irrigation water with a high content of soluble salt is not as available
to the plant, so a higher soil water content must be maintained in
order to have water available to the plant. Increasing salt content of
the water reduces the potential to move water from the soil to the
roots. Some additional water would also be needed to leach the salt
below the crop root zone to revent build-up in the soil. Poor quality
water can affect soil structure.
9
Kebutuhan air BAWANG PUTIH (Allium cepa)

Untuk mencapai hasuil optimum tanaman onion memerlukan 350-550 mm air.


Tanaman sangat peka terhadap kondisi defisit air tanah. Untuk mencapai hasil yang
tinggi, penurunan kandungan air tanah tidak boleh melebihi 25% air tanah tersedia.
Tanaman paling peka terhadap defisit air selama periode pembentukan umbi,
terutama selama periode pertumbuhan umbi yang cepat yang terjadi sekitar 60 hari
setelah transplanting. Tanaman juga sangat peka kekeringan selama masa
transplantasi. Selama periode pertumbuhan vegetatif tanaman agak kurang peka
terhadap defisit air tanah. Untuk mendapatkan hasil yang banyak dan kualitas yang
baik, tanaman memerlukan suplai air yang terkendali dan sering selama musim
pertumbuhannya; akan tetapi irigasi yang berlebihan mengakibatkan pertumbuhan
terhambat.
Untuk mendapatkan ukuran umbi yang besar dan bobot yang tinggi, defisit air
tanah terutama selama periode pembentukan hasil (Periode pembesaran umbi) tidak
boleh terjadi. Kalau supali air terbatas, maka penghematan air dapat dilakukan
selama periode pertumbuhan vegetatif dan periode pemasakan.

10
11
Komposisi tana menurut volume

Tanah subur yg ideal:


• Mineral 45%
• Organic matter 5%
• Water 25%
• Air 25%

12
Tiga komponen tanah
The soil system is composed of three major components: solid
particles (minerals and organic matter), water with various
dissolved chemicals, and air.

The percentage of these components varies greatly with soil texture


and structure.
An active root system requires a delicate balance between the three
soil components; but the balance between the liquid and gas phases
is most critical, since it regulates root activity and plant growth
process.

13
A soil profile is the sequence
of natural layers, or horizons,
in a soil. Each soil series
consists of soils having major
horizons that are similar in
color, texture, structure,
reaction, consistency, mineral
and chemical composition,
and arrangement in the soil
profile. The soil profile
extends from the surface
downward to unconsolidated
material. Most soils have three
major horizons called the
surface horizon, the subsoil,
and the substratum.
14
STRUKTUR & Molekul air terdiri atas atom oksigen dan dua atom
CIRI hidrogen, yang berikatan secara kovalen
H2O Atom-atom tidak terikat secara linear (H-O-H), tetapi
atom hidrogen melekat pada atom oksigen seperti huruf
V dengan sudut 105o.

Molekul air bersifat dipolar:


Zone elektro positif
+

H H
105o
Zone elektro negatif
-

15
Plants develop the tension, or
potential, to move soil water
from the soil into
the roots and distribute the
water through the plant by
adjusting the water potential,
or tension, within their plant
cells.

The essence of the process is


that water always moves
from higher to lower water
potential.
For water to move from the
soil, to roots, to stems, to
leaves, to air the water
potential must always be
decreasing.

Ilustrasi tentang penurunan potensial air 16


untuk suatu tanaman
Lingkaran LTAT mrpk sistem dinamik dan terpadu dimana air mengalir
Tanah-Air- dari tempat dengan tegangan rendah menuju tempat dengan
tegangan air tinggi.
Tanaman

Air kembali ke
Hilang melalui stomata atmosfer
daun (transpirasi) (evapo-transpirasi)

Air dikembalikan ke
tanah melalui hujan
dan irigasi

Penguapan
Serapan bulu akar

17
SISTEM TANAH-TANAMAN
Structure of water transport model for the soil-leaf continuum, with
the inputs outlined in boxes.
Root and shoot components are represented by a resistance network,
each component of which varies according to the inputted K(y)
function from vulnerability curves of xylem.
Layers of roots reach to different soil depths according to an inputted
root area profile. Canopy layers reflect an inputted leaf area and Y
profile.
Soil is modeled as a rhizosphere resistance connecting roots to bulk
soil of an inputted y and K(y).
The model predicts transpiration (E) as a function of the inputs.

18
Model struktur sistem tanaman dalam konteks hubungan Air-
Tanah-Tanaman 19
Kekuatan ikatan antara molekul air dengan partikel tanah
dinyatakan dengan TEGANGAN AIR TANAH. Ini merupakan fungsi
dari gaya-gaya adesi dan kohesi di antara molekul - molekul air dan
partikel tanah

Adesi Kohesi

H2O
Partikel tanah

Air terikat Air bebas 20


Air Tersedia untuk pertumbuhan tanaman
21
).

Fine textured soils with small Coarse textured sandy soils with
pores can hold the greatest large pores can hold the least
amounts of PAW. amounts of PAW.

22
Status Air Perubahan status air dalam tanah, mulai dari
Tanah kondisi jenuh hingga titik layu

Jenuh Kap. Lapang Titik layu

Padatan Pori

100g air 40g tanah jenuh air

100g 20g udara kapasitas lapang

100g 10 g udara koefisien layu

100g 8g udara koefisien higroskopis 23


TEGANGAN PERHATIKANLAH proses yang terjadi kalau tanah basah
dibiarkan mengering.
& Bagan berikut melukiskan hubungan antara tebal lapisan air di
KADAR AIR sekeliling partikel tanah dengan tegangan air

Bidang singgung tanah dan air


Koef. Koef. Kapasitas
padatan tanah higroskopis layu lapang

10.000
atm
31 atm 15 atm 1/3 atm

10.000 atm Mengalir krn gravitasi

Tegangan air

1/3 atm
24
tebal lapisan air
Representasi bola air yang menyelubungi partikel padatan tanah
25
JUMLAH AIR DALAM TANAH
The amount of soil water is usually measured in terms of water content as
percentage by volume or mass, or as soil water potential. Water content does
not necessarily describe the availability of the water to the plants, nor indicates,
how the water moves within the soil profile. The only information provided by
water content is the relative amount of water in the soil.

Soil water potential, which is defined as the energy required to remove water
from the soil, does not directly give the amount of water present in the root zone
either. Therefore, soil water content and soil water potential should both be
considered when dealing with plant growth and irrigation.

The soil water content and soil water potential are related to each other, and the
soil water characteristic curve provides a graphical representation of this
relationship.

26
TEGANGAN Kurva tegangan - kadar air tanah bertekstur
vs lempung
kadar air

Air kapiler
Air Air tersedia
higros-
kopis Lambat tersedia Cepat tersedia Air gravitasi

Zone optimum

Tegangan air, bar

31 Koefisien higroskopis

Koefisien layu

Kapasitas lapang
0.1 Kap. Lapang maksimum
27
persen air tanah
Hubungan antara kadar air tanah dan tegangan air
tanah untuk tekstur lempung 28
STRUKTUR POLARITAS
Molekul air mempunyai dua ujung, yaitu ujung oksigen yg
& elektronegatif dan ujung hidrogen yang elektro-positif.
CIRI Dalam kondisi cair, molekul-molekul air saling bergandengan
membentuk kelompok-kelompok kecil tdk teratur.
Ciri polaritas ini menyebabkan plekul air tertarik pada ion-ion
elektrostatis.
Kation-kation K+, Na+, Ca++ menjadi berhidrasi kalau ada
molekul air, membentuk selimut air, ujung negatif melekat
kation.
Permukaan liat yang bermuatan negatif, menarik ujung positif
molekul air.

Kation hidrasi Tebalnya selubung air tgt


pd rapat muatan pd per-
mukaan kation.

Rapat muatan =
Selubung air muatan kation / luas permukaan

29
STRUKTUR IKATAN HIDROGEN
Atom hidrogen berfungsi sebagai titik penyambung (jembatan)
& antar molekul air.
CIRI Ikatan hidrogen inilah yg menyebabkan titik didih dan viskositas
air relatif tinggi

KOHESI vs. ADHESI


Kohesi: ikatan hidrogen antar molekul air
Adhesi: ikatan antara molekul air dengan permukaan padatan
lainnya
Melalui kedua gaya-gaya ini partikel tanah mampu menahan air dan
mengendalikan gerakannya dalam tanah

TEGANGAN PERMUKAAN
Terjadinya pada bidang persentuhan air dan udara, gaya kohesi antar
molekul air lebih besra daripada adhesi antara air dan udara.

Udara
Permukaan air-udara

air
30
ENERGI AIR Retensi dan pergerakan air tanah melibatkan energi, yaitu:
Energi Potensial, Energi Kinetik dan Energi Elektrik.
TANAH Selanjutnya status energi dari air disebut ENERGI BEBAS,
yang merupakan PENJUMLAHAN dari SEMUA BENTUK
ENERGI yang ada.
Air bergerak dari zone air berenergi bebas tinggi (tanah basah)
menuju zone air berenergi bebas rendah (tanah kering).

Gaya-gaya yg berpengaruh
Gaya matrik: tarikan padatan tanah (matrik) thd molekul air;
Gaya osmotik: tarikan kation-kation terlarut thd molekul air
Gaya gravitasi: tarikan bumi terhadap molekul air tanah.
Potensial air tanah
Ketiga gaya tersebut di atas bekerja bersama mempengaruhi energi bebas air tanah,
dan selanjutnya menentukan perilaku air tanah, ….. POTENSIAL TOTAL AIR
TANAH (PTAT)
PTAT adalah jumlah kerja yg harus dilakukan untuk memindahkan secara
berlawanan arah sejumlah air murni bebas dari ketinggian tertentu secara isotermik
ke posisi tertentu air tanah.
PTAT = Pt = perbedaan antara status energi air tanah dan air murni bebas

Pt = Pg + Pm + Po + …………………………
31
( t = total; g = gravitasi; m = matrik; o = osmotik)
Hubungan potensial air tanah dengan energi bebas

Energi bebas naik bila air tanah berada pada


+ letak ketinggian yg lebih tinggi dari titik
Poten- baku pengenal (referensi)
sial
positif

Energi bebas dari air murni Potensial tarikan bumi


0
Menurun karena pengaruh osmotik Potensial osmotik
(hisapan)

Poten-
Menurun karena pengaruh matrik Potensial matrik
sial
negatif
- (hisapan)

Energi bebas dari air tanah

32
POTENSIAL POTENSIAL TARIKAN BUMI = Potensial gravitasi

AIR TANAH Pg = G.h


dimana G = percepatan gravitasi, h = tinggi air tanah di atas posisi
ketinggian referensi.
Potensial gravitasi berperanan penting dalam menghilangkan kelebihan
air dari bagian atas zone perakaran setelah hujan lebat atau irigasi

Potensial matrik dan Osmotik


Potensial matrik merupakan hasil dari gaya-gaya jerapan dan kapilaritas.
Gaya jerapan ditentukan oleh tarikan air oleh padatan tanah dan kation jerapan
Gaya kapilaritas disebabkan oleh adanya tegangan permukaan air.
Potensial matriks selalu negatif
Potensial osmotik terdapat pd larutan tanah, disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut
(ionik dan non-ionik).
Pengaruh utama potensial osmotik adalah pada serapan air oleh tanaman

Hisapan dan Tegangan


Potensial matrik dan osmotik adalah negatif, keduanya bersifat menurunkan energi bebas air tanah. Oleh
karena itu seringkali potensial negatif itu disebut HISAPAN atau TEGANGAN.
Hisapan atau Tegangan dapat dinyatakan dengan satuan-satuan positif.
Jadi padatan-tanah bertanggung jawab atas munculnya HISAPAN atau TEGANGAN.
33
Cara Tegangan: dinyatakan dengan “tinggi (cm) dari
Menyatakan satuan kolom air yang bobotnya sama dengan
Tegangan tegangan tsb”.
Energi Tinggi kolom air (cm) tersebut lazimnya
dikonversi menjadi logaritma dari sentimeter
tinggi kolom air, selanjutnya disebut pF.

Tinggi unit Logaritma Bar Atmosfer


kolom air (cm) tinggi kolom air (pF)

10 1 0.01 0.0097
100 2 0.1 0.0967
346 2.53 0.346 1.3
1000 3 1
10000 4 10 9.6749
15849 4.18 15.8 15
31623 4.5 31.6 31
100.000 5 100 96.7492

34
KANDUNGAN KURVA ENERGI - LENGAS TANAH
Tegangan air menurun secara gradual dengan meningkatnya kadar air
AIR DAN tanah.
TEGANGAN Tanah liat menahan air lebih banyak dibanding tanah pasir pada nilai
tegangan air yang sama
Tanah yang Strukturnya baik mempunyai total pori lebih banyak, shg
mampu menahan air lebih banyak
Pori medium dan mikro lebih kuat menahan air dp pori makro

Tegangan air tanah, Bar


10.000

Liat

Lempung

Pasir

0.01
10 Kadar air tanah, % 70
35
Tekstur tanah dan air tersedia

36
Hubungan antara kadar air tanah dengan tegangan air tanah

37
Jelaskan bagaimana tektur tanah mempengaruhi jumlah air tersedia bagi
38
tanaman? Sebanyak 250 kata
Jelaskan tanah-tanah yang tekturnya halus mampu menahan lebih banyak air
dibandingkan dgn tanah-tanah yang teksturnya kasar? Sebanyak 250 kata
39
Kapasitas air tersedia dalam tanah yang teksturnya berbeda-beda
40
Gerakan Gerakan tidak jenuh = gejala kapilaritas = air bergerak dari
muka air tanah ke atas melalui pori mikro.
Air Tanah Gaya adhesi dan kohesi bekerja aktif pada kolom air (dalam pri
Tidak Jenuh mikro), ujung kolom air berbentuk cekung.
Perbedaan tegangan air tanah akan menentukan arah gerakan
air tanah secara tidak jenuh.

Air bergerak dari daerah dengan tegangan rendah (kadar air tinggi)
ke daerah yang tegangannya tinggi (kadar air rendah, kering).
Gerakan air ini dapat terjadi ke segala arah dan berlangsung secara
terus-menerus.

Pelapisan tanah berpengaruh terhadap gerakan air tanah.


Lapisan keras atau lapisan kedap air memperlambat gerakan air
Lapisan berpasir menjadi penghalang bagi gerakan air dari lapisan
yg bertekstur halus.
Gerakan air dlm lapisan berpasir sgt lambat pd tegangan

41
Gerakan Jenuh Air hujan dan irigasi memasuki tanah, menggantikan udara
dalam pori makro - medium - mikro. Selanjutnya air bergerak
(Perkolasi) ke bawah melalui proses gerakan jenuh dibawah pengaruh gaya
gravitasi dan kapiler.
Gerakan air jenuh ke arah bawah ini berlangsung terus selama
cukup air dan tidak ada lapisan penghalang

Lempung berpasir Lempung berliat

cm 0

15 mnt 4 jam
30

60

90 1 jam 24 jam

120
24 jam 48 jam

150
30 cm 60 cm
Jarak dari tengah-tengah saluran, cm 42
Pola Penetrasi dan Pergerakan Air pada tanah Berpasir dan
tanah Lempung-liat

43
Pola pergerakan air gravitasi dalam tanah 44
Pengaruh struktur tanah terhadap pergerakan air tanah ke arah
bawah

45
PERKOLASI Jumlah air perkolasi
Faktor yg berpengaruh:
1. Jumlah air yang ditambahkan
2. Kemampuan infiltrasi permukaan tanah
3. Daya hantar air horison tanah
4. Jumlah air yg ditahan profil tanah pd kondisi
kapasitas lapang

Keempat faktor di atas ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah

Tanah berpasir punya kapasitas ilfiltrasi dan daya hantar air sangat
tinggi, kemampuan menahan air rendah, shg perkolasinya mudah
dan cepat

Tanah tekstur halus, umumnya perkolasinya rendah dan sangat


beragam; faktor lain yg berpengaruh:
1. Bahan liat koloidal dpt menyumbat pori mikro & medium
2. Liat tipe 2:1 yang mengembang-mengkerut sangat berperan

46
LAJU Kecepatan gerakan air dlm tanah dipengaruhi oleh dua faktor:
1. Daya dari air yang bergerak
GERAKAN 2. Hantaran hidraulik = Hantaran kapiler = daya hantar
AIR TANAH i = k.f
dimana i = volume air yang bergerak; f = daya air yg bergerak dan k =
konstante.

Daya air yg bergerak = daya penggerak, ditentukan oleh dua faktor:


1. Gaya gravitasi, berpengaruh thd gerak ke bawah
2. Selisih tegangan air tanah, ke semua arah
Gerakan air semakin cepat kalau perbedaan tegangan semakin tinggi.

Hantaran hidraulik ditentukan oleh bbrp faktor:


1. Ukuran pori tanah
2. Besarnya tegangan untuk menahan air
Pada gerakan jenuh, tegangan airnya rendah, shg hantaran hidraulik berbanding
lurus dengan ukuran pori
Pd tanah pasir, penurunan daya hantar lebih jelas kalau terjadi penurunan kandungan
air tanah
Lapisan pasir dlm profil tanah akan menjadi penghalang gerakan air tidak jenuh

47
Gerakan air Gerakan air tanah dipengaruhi oleh kandungan
tanah air tanah

Penetrasi air dari tnh basah ke tnh kering


(cm)
18
Tanah lembab, kadar air awal 29%

Tanah lembab, kadar air awal 20.2%

Tanah lembab, kadar air awal 15.9%

0
26 156
Jumlah hari kontak, hari

Sumber: Gardner & Widtsoe, 1921. 48


GERAKAN Penguapan air tanah terjadi internal (dalam pori tanah) dan eksternal (di
permukaan tanah)
UAP AIR Udara tanah selalu jenus uap air, selama kadar air tanah tidak lebih
rendah dari koefisien higroskopis (tegangan 31 atm).

Mekanisme Gerakan uap air


Difusi uap air terjadi dlm udara tanah, penggeraknya adalah perbedaan tekanan uap
air.
Arah gerapan menuju ke daerah dg tekanan uap rendah

Pengaruh suhu dan lengas tanah terhadap gerapan uap air dalam tanah

Lembab Dingin Kering Dingin

Kering Panas Lembab Panas

49
KAPASITAS RETENSI MAKSIMUM adalah:
RETENSI AIR Kondisi tanah pada saat semua pori terisi penuh air, tanah jenuh
TANAH air, dan tegangan matrik adalah nol.
KAPASITAS LAPANG: air telah meninggalkan pori makro, mori
makro berisi udara, pori mikro masih berisi air; tegangan matrik
0.1 - 0.2 bar; pergerakan air terjadi pd pori mikro/ kapiler

KOEFISIEN LAYU: siang hari tanaman layu dan malam hari segar kembali,
lama-lama tanaman layu siang dan malam; tegangan matrik 15 bar.
Air tanah hanya mengisi pori mikro yang terkecil saja, sebagian besar air
tidak tersedia bagi tanaman.
Titik layu permanen, bila tanaman tidak dapat segar kembali

KOEFISIEN HIGROSKOPIS
Molekul air terikat pada permukaan partikel koloid tanah, terikat kuat
sehingga tidak berupa cairan, dan hanya dapat bergerak dlm bentuk uap air,
tegangan matrik-nya sekitar 31 bar.
Tanah yg kaya bahan koloid akan mampu menahan air higroskopis lebih
banyak dp tanah yg miskin bahan koloidal.

50
Klasifikasi Air Klasifikasi Fisik:
1. Air Bebas (drainase)
Tanah 2. Air Kapiler
3. Air Higroskopis

Air Bebas (Drainase):


a. Air yang berada di atas kapasitas lapang
b. Air yang ditahan tanah dg tegangan kurang dari 0.1-0.5 atm
c. Tidak diinginkan, hilang dengan drainase
d. Bergerak sebagai respon thd tegangan dan tarika gravitasi bumi
e. Hara tercuci bersamanya

AIR KAPILER:
a. Air antara kapasitas lapang dan koefisien higroskopis
b. Tegangan lapisan air berkisar 0.1 - 31 atm
c. Tidak semuanya tersedia bagi tanaman
d. Bergerak dari lapisan tebal ke lapisan tipis
e. Berfungsi sebagai larutan tanah

AIR HIGROSKOPIS :
a. Air diikat pd koefisien higroskopis
b. Tegangan berkisar antara 31 - 10.000 atm
c. Diikat oleh koloid tanah
d. Sebagian besar bersifat non-cairan 51
e. Bergerak sebagai uap air
Agihan air Berdasarkan tegangan air tanah dapat dibedakan menjadi tiga bagian:
dalam tanah Air bebas, kapiler dan higroskopis

Koef. Higroskopis Kap. Lapang Jml ruang pori


kurang lebih 31 atm kurang lebih 1/3 atm
Lapisan olah

Air higros- Air Kapiler Ruang diisi udara


kopik Peka thd gerakan Biasanya jenuh uap air
Hampir tdk kapiler, laju pe- Setelah hujan lebat
menunjukkan nyesuaian me- sebagian diisi air,
sifat cairan ningkat dg me- tetapi air cepat hi-
ningkatnya ke- lang krn gravitasi
lembaban tanah bumi Lapisan bawah tanah
Karena pemadatan ruang
pori berkurang

Strata bawah (jenuh air)

Kolom tanah Jumlah ruang pori

52
Klasifikasi Klasifikasi berdasarkan ketersediaannya bagi tanaman:
1. AIR BERLEBIHAN: air bebas yg kurang tersedia bagi tanaman.
Biologi Kalau jumlahnya banyak berdampak buruk bagi tanaman, aerasi
Air tanah buruk, akar kekurangan oksigen, anaerobik, pencucian air

2. AIR TERSEDIA: air yg terdapat antara kap. Lapang dan koef. Layu.
Air perlu ditambahkan untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang
optimum apabila 50 - 85% air yg tersedia telah habis terpakai.
Kalau air tanah mendekati koefisien layu, penyerapan air oleh akar tanaman
tdk begitu cepat dan tidak mampu mengimbangi pertumbuhan tanaman

3. AIR TIDAK TERSEDIA: AIR yg diikat oleh tanah pd TITIK LAYU permanen,
yaitu air higroskopis dan sebagian kecil air kapiler.

KH KL KP 100 % pori
31 atm 15 atm 1/3 atm

Air Air Ruang udara dan


Higroskopis Kapiler air drainase

Tdk tersedia Tersedia Berlebihan


Daerah Optimum 53
Faktor yg Faktor yg berpengaruh:
1. Hubungan tegangan dengan kelengasan
mempengaruhi 2. Kedalaman tanah
Air Tersedia 3. Pelapisan Tanah

TEGANGAN MATRIK : tekstur, struktur dan kandungan bahan organik


mempengaruhi jumlah air yg dapat disediakan tanah bagi tanaman
TEGANGAN OSMOTIK: adanya garam dalam tanah meningkatkan tegangan
osmotik dan menurunkan jumlah air tersedia, yaitu menaikkan koefisien layu.

Persen air Sentimeter air setiap 30 cm tanah

10
18 Kap. Lapang
Air tersedia

Koef. Layu 5
6 Air tidak tersedia

Pasir Sandy loam Loam Silty-loam Clay-loam Liat

Tekstur semakin halus


54
SUPLAI AIR Dua proses yg memungkinkan akar tanaman mampu menyerap air dlm
jumlah banyak, yaitu:
ke TANAMAN 1. Gerakan kapiler air tanah mendekati permukaan akar penyerap
2. Pertumbuhan akar ke arah zone tanah yang mengandung air

LAJU GERAKAN KAPILER

Bulu akar Jumlah Tegangan


menyerap air tanah air tanah
air meningkat Terjadi
berkurang perbedaan
Tegangan
Terjadi dg air tanah di
Laju gerakan gerakan kapiler sekitarnya
Gerakan
kapiler tgt perbedaan air menuju
2.5 cm tegangan dan daya bulu akar
sagt penting hantar pori tanah

LAJU PERPANJANGAN AKAR


Selama masa pertumbuhan tanaman, akar tanaman tumbuh memanjang dengan
cepat, sehingga luas permukaan akar juga tumbuh terus.
Jumlah luas permukaan akar penyerap yang bersentuhan langsung dengan
sebagian kecil air tanah (yaitu sekitar 1-2%)
55
KEHILANGAN HADANGAN HUJAN OLEH TUMBUHAN
Tajuk tumbuhan mampu menangkap sejumlah air hujan, sebagian air ini
UAP AIR
diuapkan kembali ke atmosfer.
DARI TANAH Vegetasi hutan di daerah iklim basah mampu menguapkan kembali air
hujan yg ditangkapnya hingga 25%, dan hanya 5% yg mencapai tanah
melalui cabang dan batangnya.

Awan hujan Pembentukan Awan

presipitasi
transpirasi

evaporasi

infiltrasi Run off


Tanah permukaan

perkolasi
Groundwater Sungai - laut
Batuan 56
Hadangan hujan Sekitar 5 - 25% dari curah hujan dihadang tanaman dan dikembalikan
ke atmosfer.
oleh tanaman
Besarnya tergantung pada kesuburan tanaman dan stadia pertumbuhan
semusim tanaman .
Dari curah hujan 375 mm, hanya sekitar 300-350 mm yang mencapai
tanah.

Hadangan curah hujan oleh jagung dan kedelai

Keadaan hujan Persen dari curah hujan total untuk:


Jagung Kedelai

Langsung ke tanah 70.3 65.0


Melalui batang 22.8 20.4

Jumlah di tanah 93.1 85.4


Yang tinggal di atmosfer 6.9 14.6

Sumber: J.L.Haynes, 1940.

57
HUBUNGAN ENERGI LTTA:
Perubahan tegangan air pd saat bergerak dari tanah melalui akar, batang, daun , ke atmosfer
Atmosfer

Daun

Batang

Akar

Tanah berkadar air rendah Tanah berkadar air tinggi Tanah

500 300 100 25 20 15 10 5 0

Potensial negatif air (Tegangan air)


58
Kehilangan uap air dari tanah:
1. EVAPORASI: penguapan air dari permukaan tanah
EVAPO-
2. TRANSPIRASI: Penguapan air dari permukaan tanaman
TRANSPIRASI 3. EVAPOTRANSPIRASI = Evaporasi + Transpirasi
Laju penguapan air tgt pd perbedaan potensial air = selisih tekanan uap
air = perbedaan antara tekanan uap air pd permukaan daun (atau
permukaan tanah) dengan atmosfer

Faktor Iklim dan Tanah:


1. Energi Penyinaran
2. Tekanan uap air di atmosfer
3. Suhu
4. Angin
5. Persediaan air tanah

Air tanah Evapotranspirasi (cm:


Jagung Medicago sativa

Tinggi 17.7 24.4


Sedang 12.7 20.5

Sumber: Kelly, 1957.

59
Ketersediaan Air Ketersediaan air di daerah perakaran sangat menentukan besarnya
evapotranspirasi.
Tanah vs
Kedalaman daerah perakaran tanaman 50 - 60 cm.
Evapotranspirasi Air tanah pada lapisan olah mengalami pengurangan karena evaporasi
permukaan
Air tanah pd lapisan bawah mengalami pengurangan karena diserap
akar tanaman

Kedalaman tanah (cm) Evapotranspirasi (cm):


Jagung Padang Rumput Hutan

0 - 17.5 24.25 23.45 23.27


17.5 - 180.0 20.75 21.17 22.25

Sumber: Dreibelbis dan Amerman, 1965.

60
PEMAKAIAN Pemakaian Konsumtif merupakan jumlah kehilangan air melalui
evaporasi dan transpirasi.
KONSUMTIF Lazim digunakan sebagai ukuran dari seluruh air yg hilang dari tanaman
(PK) melalui evapotranspirasi
Ini merupakan angka-praktis untuk keperluan pengairan

Dua faktor penting yg menentukan PK adalah:


1. KEDALAMAN PERAKARAN TANAMAN
2. FASE PERTUMBUHAN TANAMAN
PK dapat berkisar 30 - 215 cm atau lebih:
1. Daerah basah - semi arid dg irigasi: 37.5 - 75 cm.
2. Daerah panas dan kering dg irigasi: 50 - 125 cm.

EVAPORASI vs TRANSPIRASI
Faktor yg berpengaruh adalah:
1. Perbandingan luas tutupan tanaman thd luas tanah
2. Efisiensi pemakaian air berbagai tanaman
3. Perbandingan waktu tanaman berada di lapangan
4. Keadaan iklim
Di daerah basah : EVAPORASI  TRANSPIRASI
Di daerah kering:
1. EVAPORASI  70 - 75 % dari seluruh hujan yg jatuh
2. TRANSPIRASI  20 - 25%
3. RUN OFF  5% 61
WUE  Produksi tanaman yg dapat dicapai dari pemakaian sejumlah air
WUE : Water Use tersedia
Efficiency WUE dapat dinyatakan sbg:
1. Pemakaian konsumtif (dalam kg) setiap kg jaringan tanaman yg
dihasilkan
2. Transpirasi (dalam kg) setiap kg jaringan tanaman yg dihasilkan
……… NISBAH TRANSPIRASI

Jumlah air yg diperlukan untuk menghasilkan 1 kg


bahan kering tanaman

NISBAH TRANSPIRASI
Untuk tanaman di daerah humid: 200 - 500, di daerah arid duakalinya

Tanaman Nisbah Transpirasi

Beans 209 - 282 - 736


Jagung 233 - 271 - 368
Peas 259 - 416 - 788
Kentang 385 - 636

Sumber: Lyon, Buckman dan Brady, 1952.

62
Faktor yang mempengaruhi WUE: Iklim, Tanah, dan Hara
WUE tertinggi lazimnya terjadi pd tanaman yg berproduksi
FAKTOR optimum;
WUE Adanya faktor pembatas pertumbuhan akan menurunkan WUE

Nisbah evapo-transpirasi tanaman di lokasi yg mempunyai defisit kejenuhan dari


atmosfer
800
Kentang
Kacang polong
400

Jagung
0
0 Defisit kejenuhan dari atmosfer (mm Hg) 12 14

Jumlah air unt menghasilkan 1 ton bahan kering


30
Kadar air tanah rendah

15
Kadar air tanah tinggi
0 63
0 Pupuk P, kg/ha 600
Pengendalian MULSA & PENGELOLAAN
Mulsa adalah bahan yg dipakai pd permukaan tanah untuk mengurangi
Penguapan penguapan air atau untuk menekan pertumbuhan gulma.
Lazimnya mulsa spt itu digunakan untuk tanaman yang tidak
memerlukan pengolahan tanah tambahan

MULSA KERTAS & PLASTIK


Bahan mulsa dihamparkan di permukaan tanah, diikat spy tdk terbang, dan tanaman
tumbuh melalui lubang-lubang yg telah disiapkan
Selama tanah tertutup mulsa, air tanah dapat diawetkan dan pertumbuhan gulma
dikendalikan

MULSA SISA TANAMAN


Bahan mulsa berasal dari sisa tanaman yg ditanam sebelumnya, misalnya jerami padi,
jagung, dan lainnya
Bahan mulsa dipotong-potong dan disebarkan di permukaan tanah
Cara WALIK DAMI sebelum penanaman kedelai gadu setelah padi sawah

MULSA TANAH  Pengolahan tanah


Efektivitas mulsa tanah dalam konservasi air-tanah (mengendalikan evaporasi) masih
diperdebatkan, hasil-hasil penelitian masih snagat beragam
64
Olah Tanah vs Alasan pengolahan tanah:
1. Mempertahankan kondisi fisika tanah yg memuaskan
Penguapan Air 2. Membunuh gulma
Tanah 3. Mengawetkan air tanah.

Pengendalian Penguapan vs Pemberantasan Gulma

Perlakuan Hasil jagung (t/ha) Kadar air tanah (%)


hingga kedalaman 1 m

Tanah dibajak dg persiapan yg baik


1. Dibebaskan dari gulma 2.9 22.3
2. Gulma dibiarkan tumbuh 0.4 21.8
3. Tiga kali pengolahan dangkal 2.5 21.9
Persiapan Buruk
4. Dibebaskan dari gulma 2.0 23.1

Sumber: Mosier dan Gutafson, 1915.

Pengolahan tanah yg dapat mengendalikan gulma dan memperbaiki kondisi fisik tanah akan
berdampak positif thd produksi tanaman
Pengolahan tanah yg berlebihan dapat merusak akar tanaman dan merangsang evaporasi,
shg merugikan tanaman 65
Beberapa proses penting dalam siklus air:

Precipitation is condensed water vapor that falls to the


Earth's surface.
Most precipitation occurs as rain, but also includes snow,
hail, fog drip, graupel, and sleet.

Approximately 505,000 km³ of water fall as precipitation


each year, 398,000 km³ of it over the oceans.

66
Canopy interception
is the precipitation that is
intercepted by plant
foliage and eventually
evaporates back to the
atmosphere rather than
falling to the ground.

67
LIMPASAN = Runoff includes the variety of ways by
which water moves across the land. This includes both surface
runoff and channel runoff.

As it flows, the water may infiltrate into the ground, evaporate


into the air, become stored in lakes or reservoirs, or be extracted
for agricultural or other human uses.

Infiltration is the flow of water from the ground surface into


the ground.
Once infiltrated, the water becomes soil moisture or groundwater.

68
Subsurface Flow is the flow of water underground, in
the vadose zone and aquifers. Subsurface water may return
to the surface (eg. as a spring or by being pumped) or
eventually seep into the oceans.
Water returns to the land surface at lower elevation than
where it infiltrated, under the force of gravity or gravity
induced pressures.

Groundwater tends to move slowly, and is replenished


slowly, so it can remain in aquifers for thousands of years.

69
Evaporation is the transformation of water from liquid to gas
phases as it moves from the ground or bodies of water into the
overlying atmosphere.
The source of energy for evaporation is primarily solar radiation.
Evaporation often implicitly includes transpiration from plants,
though together they are specifically referred to as
evapotranspiration.

Approximately 90% of atmospheric water comes from evaporation,


while the remaining 10% is from transpiration. Total annual
evapotranspiration amounts to approximately 505,000 km³ of water,
434,000 km³ of which evaporates from the oceans.

70
SUBLIMASI is the state change directly from solid
water (snow or ice) to water vapor.

ADVEKSI is the movement of water — in solid, liquid,


or vapour states — through the atmosphere. Without
advection, water that evaporated over the oceans could not
precipitate over land.

KONDENSASI is the transformation of water vapour


to liquid water droplets in the air, producing clouds and
fog.

71
Aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi siklus air :

Pertanian
Alteration of the chemical composition of the atmosphere
Construction of dams
Deforestation and afforestation
Removal of groundwater from wells
Water abstraction from rivers
Urbanization .

72
KAPASITAS PENYIMPANAN AIR:
WATER HOLDING CAPACITY

Soil "holds" water available for crop use, retaining it against the pull
of gravity.

This is one of the most important physical facts for agriculture.

If the soil did not hold water, if water was free to flow downward with
the pull of gravity as in a river or canal, we would have to constantly
irrigate, or hope that it rained every two or three days.
There would be no reason to pre-irrigate. And there would be no such
thing as dryland farming.

73
Soil Moisture Level (Depletion, %) vs. Soil Moisture Tension (Bars).

74
Hubungan antara Potensial Air
Tanah dnegan Air Tersedia pada
tiga macam tekstur tanah

75
The soil's ability to hold water depends on both the soil texture
and structure.
Texture describes the relative percentages of sand, silt, and clay
particles.
The finer the soil texture (higher percentage of silt and clay), the
more water soil can hold.

Gravity is always working to pull water downwards below the


plant's root zone.
To counteract the pull of gravity, soil is able to generate its own
forces, commonly called "matric forces" ("matric" because of
the soil "matrix" structure that forms the basis for the forces).

76
An important fact about the soil's water-holding forces is that as
the level of soil moisture goes down, the soil generates more force.
This is the reason that some water will move up into the root zone
from a shallow ground water table. As the plant extracts water in
the root zone, the soil pulls water up from the area with more water
to the area with less.

As you would expect, the rate at which the water-holding forces go


up with decreasing soil moisture is different for different soils. In a
coarse soil, they will go up slowly.
This means that plants can extract a great amount of water from
coarse soils before they stress. In contrast, these forces rise quickly
in finer soils.

77
Graphically, the relationship can be described by the Figure SWP-1.
Looking at the lowest line for a coarse soil.
You can see that at A, the soil moisture level is very high and the
water-holding forces are low.
This means that the plant can extract water easily from the soil.

At B, the soil moisture level is lower but the water-holding forces


haven't gone up that much.

The plant can still extract water easily.

However at C, the soil moisture level is very low and the water-
holding forces have increased greatly.
The plant cannot extract water easily and will be stressed.

78
Looking at the top line for a finer soil.
At A, as with the coarse soil, the water-holding forces are low
when the soil moisture level is high.

However, at B, the soil moisture level has dropped somewhat but


the water-holding forces have gone up greatly.

And at C, where the soil moisture level is low, the water-holding


forces have gone up very high.

We will be coming back to this idea of increasing soil water-


holding forces with decreasing soil moisture many times

79
HUBUNGAN TANAH-AIR
The role of soil in the soil-plant-atmosphere continuum is unique.
It has been demonstrated that soil is not essential for plant growth
and indeed plants can be grown hydroponically (in a liquid culture).
However, usually plants are grown in the soil and soil properties
directly affect the availability of water and nutrients to plants.
Soil water affects plant growth directly through its controlling effect
on plant water status and indirectly through its effect on aeration,
temperature, and nutrient transport, uptake and transformation.

The understanding of these properties is helpful in good irrigation


design and management.

80
The soil system is composed of
three major components: solid
particles (minerals and organic
matter), water with various
dissolved chemicals, and air.

The percentage of these


components varies greatly with
soil texture and structure.

An active root system requires a


delicate balance between the
three soil components; but the
balance between the liquid and
gas phases is most critical, since
it regulates root activity and
plant growth process.

81
Jumlah air tersedia dipengaruhi
The amount of soil water is tekstur tanah
usually measured in terms of
water content as percentage
by volume or mass, or as soil
water potential.

Water content does not


necessarily describe the
availability of the water to
the plants, nor indicates, how
the water moves within the
soil profile.

The only information


provided by water content is
the relative amount of water
in the soil.

82
Soil water potential, which is
defined as the energy required
to remove water from the soil,
does not directly give the
amount of water present in the
root zone either.

Therefore, soil water content


and soil water potential should
both be considered when
dealing with plant growth and
irrigation.

The soil water content and soil


water potential are related to
each other, and the soil water
characteristic curve provides a
graphical representation of this
relationship.
83
The nature of the soil characteristic curve depends on the physical
properties of the soil namely, texture and structure. Soil texture refers
to the distribution of the soil particle sizes.

The mineral particles of soil have a wide range of sizes classified as


sand, silt, and clay.

The proportion of each of these particles in the soil determines its


texture.

All mineral soils are classified depending on their texture. Every soil
can be placed in a particular soil group using a soil textural triangle .
For example a soil with 60% sand and 10% clay separates is
classified as a Sandy loam

84
Kapasitas Lapangan
Field Capacity
There are limits on the amount of water that soil holds for crop use.
The upper limit is termed "field capacity".

During an irrigation, or whenever excess water is added to soil, water


drains down through the soil due to the pull of gravity.

At first, this internal drainage is relatively rapid.

However, it soon slows to almost nothing.


(The increasing soil water-holding forces finally start to counteract
gravity.) At this point we would say the soil is at field capacity.

85
You can demonstrate field capacity using a visualization of a sponge
(like soil, a porous material that will hold water).
Using a pan of water, hold a sponge under water until it is saturated.
Now, pull the sponge out of the water.
It will immediately start to drip water, quickly at first, then slower
and slower.
At some point it will essentially stop dripping.
The internal drainage has stopped and the sponge is at field capacity.

It is very important to note that you can soak more water into soil
that is already at field capacity.
There will be open soil pores that will take the water. However, the
excess water will not be held.
It will just drain down until the soil moisture returns to field capacity.

86
You can use the sponge again to demonstrate this important fact.
With the sponge at "field capacity", use a cup to pour water on it.

The water will soak in, there will be open pores in the sponge that will
take in water. But you will see that the sponge starts dripping again
as the excess water starts to drain off the bottom.

Because of this ability to hold water against the pull of gravity, soil
does not act like a bathtub during irrigations.

That is, irrigation water does not have to go to some "bottom" and
then fill back up to the top. Rather soil fills to field capacity from the
top down.

87
Field capacity
is a soil-based concept.

That is, it depends on the


texture and structure of the
soil as well as the physical
conditions in the field.

Coarse soils have lower field


capacities than fine soils.

If there is a high water table


or severe stratification that
would restrict drainage, the
field capacity would be higher
than normal.

88
AIR TERSEDIA & ZONE AKAR EFEKTIF

The water held by the soil between field capacity and permanent
wilting point is termed the "available water holding capacity" of the
soil.

It is water that is "available" for the plant to use. Water added to the
soil in excess of field capacity will drain down, below the active root
system.

Water held by the soil that is below the permanent wilting point is of
no use, the plant has died.
As a crop manager you are concerned with the soil moisture
throughout the depth of the plant's active root system, the "effective
root zone".

89
The effective root zone is that depth of soil where you want to control
soil moisture (just as you control fertility and weed/pest pressures).

The effective root zone may or may not be the actual depth of all
active roots. It may be shallower because of concerns for crop quality
or development (as with many vegetable crops).
For a pre-irrigation though, you may want to consider the maximum
potential root zone as the effective root zone for that irrigation.

For example, with cotton you may estimate the effective root zone as
6 feet for a preirrigation, 2 feet for the first seasonal irrigation, 4 feet
for the second seasonal, and 6 feet thereafter. For an almond orchard,
you may estimate the effective root zone as four feet for the entire
season. With onions, the major concern is with the top 2 feet.

90
Hubungan Air – Tanah
The soil is composed of three major parts: air, water, and solids .
The solid component forms the framework of the soil and consists
of mineral and organic matter.
The mineral fraction is made up of sand, silt, and clay particles.
The proportion of the soil occupied by water and air is referred to
as the pore volume.
The pore volume is generally constant for a given soil layer but
may be altered by tillage and compaction. The ratio of air to water
stored in the pores changes as water is added to or lost from the
soil. Water is added by rainfall or irrigation, as shown in Figure 2.
Water is lost through surface runoff, evaporation (direct loss from
the soil to the atmosphere), transpiration (losses from plant tissue),
and either percolation (seepage into lower layers) or drainage.
91
The pore volume is actually a reservoir for holding water. Not all of
the water in the reservoir is available for plant use.

Figure 3 represents a "wet" (saturated) soil immediately after a large


rainfall.
Note that all of the pores are filled with water. Gravity will pull some
of this water down through the soil below the crop's root zone.

The water that is redistributed below the root zone due to the force of
gravity is gravitational water. In general, gravitational water is not
available to plants, especially in sandy soils, because the
redistribution process occurs quickly (in two days or less).

92
Kapan tanah perlu ditambah air agar tanaman tidak terganggu pertumbuhannya?
Jelaskan pendapat Saudara dnegan 250 kata?
93
Sumber dan perilaku air yang ditambahkan ke tanah
94
Saturated (wet) soil. All pores (light areas) are filled with water. The dark areas
represent soil solids. 95
Water distribution in a soil at field capacity. Capillary water (lightly shaded
areas ) in soil pores is available to plants. Field capacity represents the upper
limit of plant-available water. 96
Water distribution in a soil at thw wilting point. This water is held tightly in thin
films around soil particles and is unavailable to plants. The wilting point
represents the lower limit of plant-available water. 97
Plant-available water, PAW, adalah volume air
yang disimpan dalam tanah yang dapat
digunakan oleh tanaman .

It is the difference between the volume of water


stored when the soil is at field capacity and the
volume still remaining when the soil reaches
the permanent wilting point (the lower limit), as
shown in Figure 6.

98
Figure 6. HUBUNGAN ANTARA AIR-TERSEDIA DAN DISTRIBUSI AIR
DALAM TANAH .

99
Kapasitas tanah menyimpan air

100
Jumlah air tanah pada tiga macam tekstur tanah 101
Tabel 1. Jumlah air tersedia dalam tanah yang teksturnya
berbeda-beda

102
AIR-TANAH dan CEKAMAN (stres) TANAMAN

Kalau tanaman menyerap air dari tanah , jumlah air tersedia yang tersisa
dalam tanah menjadi berkurang.

The amount of PAW removed since the last irrigation or rainfall is the
depletion volume.
Irrigation scheduling decisions are often based on the assumption that
crop yield or quality will not be reduced as long as the amount of water
used by the crop does not exceed the allowable depletion volume.
The allowable depletion of PAW depends on the soil and the crop. For
example, consider corn growing in a sandy loam soil three days after a
soaking rain.
Even though enough PAW may be avai1able for good plant growth, the
plant may wilt during the day when potential evapotranspiration (PET) is
high.

103
AIR-TANAH dan CEKAMAN (stres) TANAMAN

Evapotranspiration merupakan proses hilangnya air tanah ke atmosfer,


melalui evaporasi dari permukaan tanah dan proses transpirasi dari
tanaman yang tumbuh di tanah .

Potential evapotranspiration is the maximum amount of water that could


be lost through this process under a given set of atmospheric conditions,
assuming that the crop covers the entire soil sur- face and that the
amount of water present in the soil does not limit the process.

Potential evapotranspiration is controlled by atmospheric conditions and


is higher during the day. Plants must extract water from the soil that is
next to the roots.
As the zone around the root begins to dry, water must move through the
soil toward the root (Figure 7). Daytime wilting occurs because PET is
high and the plant takes up water faster than the water can be replaced.

104
Gambar.
Kalau tanaman
menyerap air, tanah di
sekitar perakaran
menjadi mengering .
If the rate of water
movement from moist
zones is less than the
PET, the plant
temporarily wilts.

105
Pada malam hari, pada saat PET menurun hingga
mendekati nol , air tanah bergerak dari tanah yang lebih
basah memasuki zone tanah yang lebih kering di sekitar
akar tanaman.
The plant recovers turgor and wilting ceases (Figure 8).
This process of wilting during the day and recovering at
night is referred to as temporary wilting.

Proper irrigation scheduling reduces the length of time a


crop is temporarily wilted.

106
Gambar .
At night when the
PET is low, the plant
recovers from
wilting as water
moves from moist
zones (dark areas)
to eliminate the dry
zones around the
roots.

107
Hubungan antara distribusi air dalam tanah dan konsep jadwal irigasi
ketika 50 percent air tersedia telah habis
108
FAKTOR TANAMAN
Three plant factors must be considered in developing a
sound irrigation schedule: the crop's effective root depth, its
moisture use rate, and its sensitivity to drought stress (that
is, the amount that crop yield or quality is reduced by drought
stress).

KEDALAMAN EFEKTIF AKAR

Rooting depth is the depth of the soil reservoir that the plant
can reach to get PAW. Crop roots do not extract water
uniformly from the entire root zone. Thus,the effective root
depth is that portion of the root zone where the crop extracts
the majority of its water. Effective root depth is determined by
both crop and soil properties.
109
PENGARUH TANAMAN thd KEDALAMAN EFEKTIF AKAR

Different species of plants have different potential rooting depths.

The potential rooting depth is the maximum rooting depth of a crop when grown
in a moist soil with no barriers or restrictions that inhibit root elongation.
Potential rooting depths of most agricultural crops important in North Carolina
range from about 2 to 5 feet. For example, the potential rooting depth of corn is
about 4 feet.
Water uptake by a specific crop is closely related to its root distribution in the soil.
About 70 percent of a plant's roots are found in the upper half of the crop's
maximum rooting depth. Deeper roots can extract moisture to keep the plant alive,
but they do not extract suffficient water to maintain optimum growth.
When adequate moisture is present, water uptake by the crop is about the same as
its root distribution. Thus, about 70 percent of the water used by the crop comes
from the upper half of the root zone (Figure 10). This zone is the effective root
depth.

110
JUMLAH AIR YANG DAPAT DISERAP TANAMAN DIPENGARUHI OLEH
DISTRIBUSI AKAR DLAMA TANAH
111
PENGARUH TANAH thd KEDALAMAN EFEKTIF AKAR.
The maximum rooting depth of crops in North Carolina is usually less than
their potential rooting depth and is restricted by soil chemical or physical
barriers.
North Carolina subsoils have a pH of about 4.5 to 5.0, which presents a
chemical barrier to root growth, as shown in Figure 11.
Liming practices rarely improve soil pH below the 2-foot depth. Shallow
soils (Carolina slate belt soils) or soils with compacted tillage pans (coastal
plain soils) are examples of soils with physical barriers that restrict root
penetration below the plow depth (usually less than 12 inches unless
subsoiling is practiced).
Thus, for example, while corn has a potential rooting depth of 4 feet, when
grown under North Carolina conditions, its maximum rooting depth is about
2 feet. Maximum rooting depths for several crops under North Carolina
conditions are given in Table 2.

112
CIRI-CIRI TANAH YANG MEMPENGARUHI KEDALAMAN PERAKARAN
TANAMAN
113
The effective root depth is the depth that should be used to compute
the volume of PAW in the soil reservoir.

The effective root depth for a mature root zone is estimated to be


one-half the maximum rooting depth listed in Table 2.
For example, under North Carolina conditions corn has a maximum
rooting depth of 2 feet; thus, the maximum effective root depth is
estimated to be 1 foot.

Effective root depth is further influenced by the stage of crop


development. Effective root depths for most aops inaease as top
growth inaeases until the reproductive stage is reached. After this
time, effective root depth remains fairly constant.

114
Kedalaman perakaran tanaman jagung pada berbagai umur
pertumbuhannya. Jadwal irigasi harus didasarkan pada kedalaman efektif
akar dan bukan pada kedamalan maksimum perakaran .
115
LAJU PENGGUNAAN AIR TANAMAN
Often, irrigation scheduling requires an estimate of the rate at which PAW
is being extracted. A "checkbook" approach is often used to keep a daily
accounting of water additions and removal.
Traveling irrigation systems usually require several days to complete one
irrigation cycle. Soil-water measurements should be used to schedule
irrigation for these systems, but continued PAW extraction during the
irrigation cycle must also be estimated so that the last part of the field
does not get too dry.

In the above situations, the crop's water use rate must be estimated.
Estimates of the water use rate for most crops are available from county
Extension Service or Soil Conservation Service offices. As with rooting
depth, water use rate is a function of the crop's stage of development, as
shown in Figure 13.
For example, corn uses water three times as fast during the pollination
period (65 to 75 days after planting, 0.25 inch per day) as during the knee-
high stage (35 to 40 days after planting, 0.08 inch per day).
116
Penggunaan air harian tanaman jagung dipengaruhi oleh fase
pertumbuhan tanaman . Jadwal irigasi harus disesuaikan dengan
perubahan konsumsi air tanaman selama musim pertumbuhannya
117
KEPEKAAN TANAMAN TERHADAP
KEKERINGAN
The reduction in crop yield or quality resulting from drought stress
depends on the stage of crop development. For example, corn is most
susceptible to stresses caused by dry conditions at the siLicing stage
(Figure 14).

For a given level of stress, the yield reduction for corn would be four times
greater at the silking stage than at the knee-high stage. From the yield
standpoint, applying irrigation water at silking would be worth four times
more than if the same amount of water was applied during the knee-high
stage.
Knowledge of this relationship is most useful when the irrigation capacity
or water supply is limited. When water is in short supply, irrigation should
be delayed or cancelled during the least susceptible crop growth stages.
This water can then be reserved for use during more sensitive growth
stages.
118
Kepekaan tanaman jagung terhadap kekeringan dipengaruhi oleh
fase pertumbuhannya. Semakin besar tingkat kepekaannya, maka
pengaruh kekeringan terhadap hasil semakin besar.
119
Kepakaan tanaman jagung terhadap kekeringan
dipengaruhi oleh umur tanaman.

This relationship is typical for most agricultural crops irfigated.


The most critical irrigation period typically begins just before the
reproductive stage and lasts about 30 to 40 days to the end of the fruit
enlargement or grain development stage. Because the root system is
fully developed by the beginning of the reproductive period,
irrigation amounts should be computed to replace the depleted PAW
within the effective root zone (12 inches).
Exceptions include tobacco and other transplanted crops where
irrigation is often scheduled immediately after transplanting to
ensure stand establishment.

120
When if rigation is scheduled before the crop root system is fully
developed, the amount of irrigation to apply should be based on the
depleted PAW within the actual effective root depth at the time of
irrigation.
For example, irrigation scheduled when corn is at the knee-high
stage (35 to 40 days after planting) should apply only about two-
thirds as much water as an irrigation scheduled during the tasseling
stage (65 days after planting) because the effective rooting depth at
the knee-high stage is only two-thirds as deep (8 inches compared to
12 inches).

For soils that have an abrupt textural change within the effective
root depth, such as a loamy sand surface texture overlying a sandy
clay loam, a correction may be necessary to account for the different
amounts of PAW within each soil texture.

121
122
Jumlah air tanah tersedia dalam berbagai tipe tanah

123
124
125
Bagaimana mycorrhiza dapat membantu penyerapan air dari
dalam tanah? Uraian 250 kata 126
Jelaskan
mengapa
air
bergerak
dari akar
menuju
daun
tanaman ?

250 kata

127
Jelaskan klasifikasi biologis air tanah, dengan 250 kata

128
Pengaruh Potensial Air tanah thd konduktivitas hidraulik tanah
129
Pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan tanaman 130
Pola penyerapan air oleh tanaman yang tumbuh pada profil tanah
yang tidak mempunyai lapisan penghambat dan suplai air tersedia
cukup di seluruh zone perakaran tanaman

131
Sistem Perakaran Serabut dan Perakaran
Tunggang pada Tanaman umur dua bulan

132
Penyerapan air BAWANG PUTIH (Allium cepa)

Tanaman mempunyai sistem perakaran yang dangkal dan


akar-akar terkonsentrasi pada tanah klapisan atas sedalam 0.3
m.

Pada umumnya 100% penyerapan air terjadi dari lapisan


tanah atas sedalam 0.3-0.5 m (D=0.3-0.5 m ).

Untuk memenuhi sekuruh kebutuhan air tanaman (ETm) tanah


harus dijaga tetap lembab; pada laju evapotranspirasi 5-6
mm/hari ternyata laju penyerapan air mulai menurun kalau
sekitar 25% dari total air tanah tersedia telah habis (p = 0.25).

133
Penyerapan air tanaman LOMBOK (Capsicum annum dan Capsicum
frutescens)

Tanaman lombok mempunyai akar utama yang patah pada saat trans-
planting dan kemudian menumbuhkan banyak akar-akar lateral.

Kedalaman akar dapat meluas hingga 1 m tetapi pada kondisi irigasi


ternyata akar terkonsentrasi pada lapisan tanah atas sedalam 0.3 m.

Pada kondisi evapoytranspirasi maksimum 5-6 mm/hari, 25-30% total air


tersedia dapat dihabiskan sebelum terjadi reduksi penyerapan air (p=0.25-
0.30).
Biasanya 100% penyerapan air terjadi dalam keda;laman lapisan tanah
0.5 - 1.0 m (D = 0.5-1.0 m).

134
Penyerapan air tanaman jeruk
Tanaman jeruk menumbuhkan satu akar tunggang utama.
Akar-akar cabang membentuk semacam jaring horisontal yang dilengkapi
dengan bulku-bulu akar. Perkembangan akar snagat tergantung pada tipe
batang bawah yang digunakan dan karakteristik profil tanah.
Kedalaman perakaran beragam antara 1.20 dan 2.0 m. Pada umumnya
60% akar berada pada lapisan tanah atas 0.5 m, 30% dalam lapisan tanah
0.5 m ke dua, dan 10% pada lapisan tanah di bawah 1 meter.
Kalau persediaan air irigasi mencukupi, biasanya 100% air diekstraks dari
lapisan tanah atas 1.2 - 1.6 m (D = 1.2-1.6 m) tetapi pada kondisi kering
ternyata kedalaman ekstraksi air lebih dalam lagi.

Selama periode defisit air yang panjang, air dalam tanah yang kedalaman
efektifnya tebal dan drainasenya bagus dapat digunakan oleh tanaman
hingga kedalaman 2 atau 3 meter.
135
Pergerakan air dari lapisan tanah basah ke lapisan tanah kering
dengan bantuan sistem perakaran tanaman
136
BAGAIMANA TANAMAN MENGAMBIL AIR?
Apa kebutuhan tanaman?
Plants need water. We all know that. Why do they need water? For the following
reasons:

Firstly, they need water in order to stand up. Some will eventually make woody
tissue to help this process, but basically plants are full of pressurised water which
makes them turgid. The leaves offer themselves to the sun....their stomata (pores)
open....and moisture evaporates. Water is drawn upward from the roots and
through the stems to replace this lost water. This process is called
"evapotranspiration". The more sun, the greater the pressure to take up water.
This process takes energy from the plant, and obviously requires a healthy root
system and the presence of AVAILABLE water in the root zone (I'll explain the
"availability" shortly). If it's not there, the plant will wilt. In cases of root disease
and diseases like Fusarium, you will see whole crops crash down.

137
Secondly, they need water to carry nutrients into themselves which
are dissolved in the soil water. They can't munch on dry fertiliser.
No water.....or I should say, "no passage of water into the plant"......
and no nutrient uptake.
If the plant can't take up water, it will become starved of nutrients.
It's not so uncommon to see high nutrient soils and pale, nutrient-
starved crops because of an inability of the plant to take up water.

Thirdly, plants need water to photosynthesize.


To summarise a fairly complex process, photosynthesis is the
synthesis of sugar (energy) from light, carbon dioxide and water, with
oxygen as a by-product.
Take away any of those factors, and the plant won't grow. It has no
energy.

138
Apa lagi kebutuhan tanaman ?

They need oxygen, and they need it in the root zone.


Like all aerobic organisms (including us), they need to respire as part
of the process of utilising the sugars they created in photosynthesis,
and this requires oxygen.
No oxygen, and no respiration. No respiration, and no functionality.

The roots can't grow....and can't take up water....and can't supply the
plant with the nutrients and water that it needs.

This is why we talk about a plant needing DRAINAGE.


The problem in a waterlogged situation is not too much water......it's
too little oxygen!

139
AIR DALAM TANAH
Soil is made up of soil particles in crumb-form (peds), and pore
spaces around the soil crumbs.

In a well-structured soil, these crumbs are nice and stable....but in a


poorly structured soil, the crumbs are unstable which often limits
pore-space.

The pore-spaces are necessary for holding water, and for the free
gaseous exchange of oxygen and carbon dioxide between the plant
roots and the soil surface (respiration process).

There are three types of soil water (ie. water in the soil).

140
AIR GRAVITASI
This is the water which is susceptible to the forces of gravity. It exists after
significant rainfall, and after substantial irrigation. This is the water which fills
all the pore-space, and leaves no room for oxygen and gaseous exchange. In
"light" soils, this tends to drain away quickly. In heavy soils, this can take time.

AIR KAPILER
This is the water which is held with the force of SURFACE TENSION by the soil
particles, and is resistent to the forces of gravity. This is the water which is
present after the gravitational water has drained away, leaving spaces free for
gaseous exchange. When the soil is holding it's MAXIMUM capillary water (after
the gravitational water has drained), this is called FIELD CAPACITY. At this
point, the plant is able to take up water easily, and has the oxygen that it needs in
the root zone.

141
AIR HIGROSKOPIS Titik layu
This is the water which is held so tightly (by surface permanen
tension) to the soil particles that the plant roots can't merupakan sifat
take it up. tanah yang
It's there.......but it's unavailable. penting bagi
pertumbuhan
At this stage there's generally sufficient oxygen, but tanaman.
there just isn't enough available water.

The plant wilts, and will eventually die if it doesn't get


water. Mengapa
demikian?
When the plant wilts and is unable to recover, this is
called the TITIK LAYU PERMANEN Jelaskan
dengan 250 kata
142
TITIK LAYU PERMANEN
The closer to the soil particle the water is held, the tighter it's held. And the
further from the particle, the looser it's held. It takes little energy for the plant
roots to take up the water that's far from the particle and is present at the field
capacity point. By contrast, as the water is used up (or evaporates), it takes more
and more energy for the plant to take up water.

I often use the analogy of drinking through a straw. A short straw, ie. when a cup
is 15 cm away from you, is easy to use. A one-metre long straw takes a lot of
energy to suck up a drink. A twenty-metre straw is impossible to use. It works
much the same with plants. The more the soil dries out, the more energy the
plant needs to output in order to get a decent drink.
The effect of increased soil salinity (due to high soil salinity, high soil-water
salinity, or both) has basically the same effect as a soil drying out. Salt in the soil
has as osmotic effect, and causes the water to be held more tightly around the soil
particles. The higher the salinity level, the harder it is for a plant to take a drink,
despite apparently sufficient moisture present.
143
Jelaskan pendapat
Saudara
mengenai
pentingnya
sirkulasi air
dalam sistem
Tanah-Tanaman

250 kata

144
Bibit tanaman
tomat yang baru
ditanam ini
memerlukan cukup
banyak air dari
dalam tanah.

Mengapa
demikian?
Jelaskan
dengan 250 kata

145
Struktur
Sistem Tanah-
Tanaman.

Jelaskan
bagaimana air
dari tanah
memasuki
sistem tanah-
tanaman.

250 kata

146
Bagaimana
peranan
tumbuhan
dalam siklus
air di alam?

Jelaskan
pendapat
Saudara
250 kata

147
Representasi ketersediaan air dalam tanah bagi
pertumbuhan tanaman
148
AIR TERSEDIA BAGI TANAMAN

In other words, Plant Available Water (PAW) is the amount of


water held in a soil between the limits of Field Capacity and
Permanent Wilting Point.

However, only the water near to Field Capacity may be


Readily Available Water (RAW).

This is particularly so for fine textured, clayey soils because


a high proportion of PAW is held in small pores and as thin
films and plants need to 'do more work' to extract this
fraction of water from soils.

149
RAW - Readily Available Water
(Air Mudah Tersedia)
Not all PAW is equally available to plants.

As soils dry out and PAW approaches PWP, plants will come under
water-stress and wilt. It is the objective of irrigators to avoid this
situation.

They prefer to irrigate when the soil water content is about 50% of FC or
about 100kPa.
These limits, however, are set by the irrigator to suit the business
enterprise. For example, if growth rates are to be restricted then the
trigger for an irrigation event may be 300kPa.

As the name suggests, Readily Available Water or RAW is the amount


and availability of water in soils that is readily available to plants.

150
PAW - Plant Available Water

Following rainfall, or irrigation, all the pores in soil will be filled with water;
this is the Saturation Water Content (SWC). With time the water in the
largest pores will drain to depth due to gravitational forces.

In coarser textured, sandy and loamy soils this drainage will take place in
less than a day and will, therefore, be unavailable to plants.

Fine-textured, clayey soils, however, may be somewhat poorly drained and


all pores may remain filled with water for several days.
In these cases some of the SWC may be available for EvapoTranspiration
and would need to be considered in calculations of soil water balances and
irrigation scheduling.
Poorly drained soils, however, are less suitable for irrigation.
They are difficult to manage and may be waterlogged for times that can
cause damage to plants for reasons of anaerobic root environments.

151
Jelaskan
bagaimana
hubungan antara
Evapotranspirasi
dan Irrigasi

Dengan 250 kata

152
Evapotranspirasi dan Irrigasi

Evapotranspiration (ET) is the combined process of plant


transpiration and soil evaporation .

Plant transpiration is the movement of moisture from the plant


to the air through tiny pores in the leaves known as stomates.

The water enters the plants through the roots in a


liquid form and leaves the plants through the
stomates in a gaseous form.

Soil evaporation is the direct evaporation of water from the


surface of the soil into the atmosphere.
153
Hubungan
antara profil
tanah dengan
air tanah.

Jelaskan
pendapat
Saudara
tentang hal ini

250 kata

154
Hubungan
antara kadar
air tanah
dnegan nilai
pF, pada tiga
macam tekstur
tanah.

Jelaskan
pendapat
Saudara
tentang hal ini
250 kata

155
Transport air dalam tanaman
Plants need raw materials like CO2, water and minerals for
photosynthesis and for various other purposes such as making of
proteins. For plants soil is the richest source of water and minerals.
Roots absorb these substances and transport to the various parts of the
plant.
The water and minerals dissolved in it move through special tissue
present in plants called xylem.
Xylem consists of two kinds of elements called tracheids and vessels.

Vessels and tracheids of the roots, stems and leaves are interconnected
to form a continuous system of water conducting channels reaching all
parts of the plant.

156
157
Struktur jaringan pembuluh tanaman 158
Struktur jaringan pembuluh tanaman

159
PERGERAKAN AIR TANAH
During long-continued heavy rains, infiltration of soil water continues under the
force of gravity, carrying the water down to successively greater depths. Soil pores
become filled with water, with only a small amount of free air remaining entrapped
in bubbles.
The soil may, for a time, become almost completely saturated with water. Downward
percolation continues beyond the soil water belt into the intermediate belt, a zone
too deep to be reached by plat roots. Water may ultimately reach the ground-water
zone below .

After the rain has ceased, water continues to drain downward under the influence of
gravity, but some remains held in the soil, clinging to the soil grains in thin films, by
the force of capillary tension.
This is the same force that causes ink to be drawn upward in a piece of blotting
paper and which permits small water droplets to cling to the side of a vertical pane
of glass. Films of capillary water in the soil remain held in place until gradually
dissipated by evaporation or drawn into root systems.

160
PERGERAKAN AIR TANAH

After soil has been saturated by prolonged rains and then drains until no more
water moves downward under the force of gravity, the soil is said to be holding
its field capacity of water. Most excess water drains out in a day’s time; usually
not more that two or three days are required for gravity drainage to cease.
Soil-moisture content can be stated in terms of the equivalent depth in inches of
water in a given thickness of soil. At field capacity, soil-moisture content ranges
from 1 to 4 inches per foot of soil, depending upon soil texture .

Sandy soils have low field capacity, which is rapidly reached because of the ease
with which the water penetrates the large openings (macro pores). Clay soils, on
the other hand, have a high field capacity, but require much longer periods to
attain it because of the slow rate of water penetration due to the much smaller
openings (micro pores).

A comparable, but lower value of soil moisture is the wilting point, below which
foliage wilts because of the inability of the plants to extract the remaining
moisture .
161
A few points to consider:
Only after heavy rainfall does the water “flow” through the soil. This is especially
true in our area where evapotranspiration exceeds precipitation. During most of
the growing season the water can be said to be “pulled” through the soil by
capillarity.
Field Capacity can be thought of as “all the water a soil can hold against the pull of
gravity”.

When the field capacity of a particular soil is exceeded, water begins to flow
downward. One last point to consider is that available water to the plant is only the
water held in the soil at tensions between field capacity and wilt point, or
realistically, the water held at tensions less than wilt point.

The characteristic annual cycle of changes in soil moisture content deserves study
because it leads to a better understanding of the principles of ground-water
movement, surface runoff, and various aspects of the sculpturing of the land by
running water.

162
Hubungan Air –
Tanah – dan
Tanaman
Suatu sistem yang
kontinum.

Jelaskan pendapat
Saudara mengenai
hal ini
(sebanyak 250
kata)

163
Air tanah pada berbagai kondisi kelengasan (kadar air)

164
Tanaman menyerap
air dari dalam tanah
melalui akar-
akarnya, kemudian
diangkut ke daun
untuk fotosintesis
Jelaskan bagaimana
akar tanaman
menyerap air dari
dalam tanah?
dengan 250 kata

Struktur Tanaman
165
AKAR TANAMAN

Often roots are overlooked, probably because they are less visible
than the rest of the plant. However, it's important to understand
plant root systems because they have a pronounced effect on a
plant's size and vigor, method of propagation, adaptation to soil
types, and response to cultural practices and irrigation.

Roots typically originate from the lower portion of a plant or cutting.


They have a root cap, but lack nodes and never bear leaves or
flowers directly.

Their principal functions are to absorb nutrients and moisture, anchor


the plant in the soil, support the stem, and store food. In some plants,
they can be used for propagation.

166
Struktur akar tanaman
167
Penampang melintang akar tanaman
168
Pengolahan tanah sawah memerlukan
banyak air Pengolahan tanah
sawah untuk
menanam padi
memerlukan
banyak air.

Mengapa
demikian?
Jelaskan
dengan 250 kata

169
Penanaman bibit padi juga memerlukan banyak air 170
How Rice Is Grown

The two major types of rice, indica (long-grain) and japonica


(medium- and short-grain) do well in different environments.
Long-grain indica rices (basmati and jasmine, for example) do
well in hot, equatorial climates. Medium- and short-grain
japonica rices grow well in temperate and mountainous
regions.
Rice cultivation has traditionally been well-suited to countries
and regions with low labor costs and high rainfall. Without
modern technology, rice is very labor-intensive to cultivate;
either way it requires plenty of water for irrigation.

171
Kebutuhan air tanaman :

"kedalaman (jumlah) air yang diperlukan untuk


memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi
(ETtanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada
sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang
tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan
kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi
penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu".

172
AIR TANAMAN

Water is essential in the plant environment for a number of


reasons. Water transports minerals through the soil to the roots
where they are absorbed by the plant. Water is also the principal
medium for the chemical and biochemical processes that support
plant metabolism. Under pressure within plant cells, water
provides physical support for plants.
It also acts as a solvent for dissolved sugars and minerals
transported throughout the plant. In addition, evaporation within
intercellular spaces provides the cooling mechanism that allows
plants to maintain the favorable temperatures necessary for
metabolic processes.

173
HUBUNGAN TANAH-AIR
The role of soil in the soil-plant-atmosphere continuum is unique. It
has been demonstrated that soil is not essential for plant growth
and indeed plants can be grown hydroponically (in a liquid
culture).
However, usually plants are grown in the soil and soil properties
directly affect the availability of water and nutrients to plants.

Soil water affects plant growth directly through its controlling


effect on plant water status and indirectly through its effect on
aeration, temperature, and nutrient transport, uptake and
transformation. The understanding of these properties is helpful in
good irrigation design and management.

174
Komponen Neraca Air pada Suatu
Lahan

Air Irigasi

175
Growth of most
Hubungan antara Kadar Air Tanah dan agricultural crops is
Pertumbuhan Tanaman favored by a soil water
content that is high enough
to encourage crop growth
and development, but not
so high that aeration
becomes restrictive.

If soil water is plant-


extracted to levels
approaching the PWP,
water is held so tenaciously
by the soil that plants can
no longer obtain sufficient
water to meet the potential
for transpiration.
Transpiration is restricted
and yield losses take place.

176
IRRIGATION
A. Definition: Supplying water to plants in an
artificial manner. (39% of all freshwater in the
US is used to irrigate crops)

1. Ancient practice – first irrigation used


ditches to divert rivers and streams.

2. California agriculture relies on irrigation.

a. Mediterranean climate
b. Crop diversification
c. Economics
177
Pola pergiliran
tanaman
berdasarkan
curah hujan
Jelaskan mengapa
demikian?

Dengan 250 kata

178
Soil Water and Groundwater (1)

179
BAB IX
CEKAMAN AIR PADA TANAMAN
1. PROSES TERJADINYA
CEKAMAN AIR
CEKAMAN AIR PADA TANAMAN
TERJADI KARENA :

1. Ketersediaan air dalam media tidak


cukup,
2. Transpirasi yang berlebihan atau
kombinasi dari kedua faktor
tersebut.
ABSORBSI AIR DIPENGARUHI
OLEH :

1. Kecepatan kehilangan air,


2. Penyebaran dan efisiensi sistem
perakaran,
3. Potensial air tanah,
4. Daya hantar air tanah.
KECEPATAN TRANSPIRASI
DITENTUKAN OLEH :

1. Luas dan struktur daun,


2. Stomata,
3. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi perbedaan
potensial air (uap air) tanaman
dan udara.
Jika kecepatan absorbsi dan transpirasi
tidak terlalu sama, maka akan terjadilah
cekaman air.

Defisit absorbsi (absorption lag) adalah


cekaman air terjadi karena absorbsi
lebih rendah dari transpirasi
DEFISIT ABSORBSI (ABSORPTION
LAG) TERJADI KARENA :

1. Adanya perbedaan faktor yang


mempengaruhi absorbsi dan transpirasi,
2. Hambatan pergerakan air di dalam
tanaman.
Jika tidak ada penambahan air, karena air
menguap, potensial air tanah akan turun.
Akibatnya supaya aliran air dari dalam tanah tetap
terus berlangsung, maka
a. Agar perbedaan b. Dengan penurunan potensial
air tanah, ∆sm, difusivitas air
potensial (potensial tanah, D, turun. Jadi
gradient), ∆ψ tetap, pergerakan air tanah ke
penurunan potensial air permukaan akar meningkat.
tanah harus diikuti Dengan demikian untuk
penurunan potensial air mempertahankan agar
kecepatan aliran air tetap
tanaman pada tingkatan untuk menghindari agar
yang sama. tanaman tidak layu,
penurunan potensial air
dalam akar tanaman harus
q = Ψsm – Ψrw / ∑rs lebih tinggi dibandingkan
Sehingga peningkatan rs penurunan potensial air
tanah
harus diikuti peningkatan
Ψsm – Ψrw
Tabel potensial air akar dan potensial air daun
sebagai akibat perubahan potensial air tanah pada
semai pinus
Potensial air Potensial air Potensial air
tanah akar daun
-1 -4 -4

-4 -5 -9

-8 -8 -13

-12 -12 -14

-16 -16 -18


2. PENGARUH CEKAMAN AIR
TERHADAP METABOLISME
TANAMAN
Cekaman air mempengaruhi proses fisiologi dan
biokimia tanaman dan berhubungan dengan
pengaruhnya terhadap tekanan turgor.
Tekanan turgor sangat berperan dalam
menentukan ukuran tanaman. Turgor berpengaruh
terhadap pembesaran dan perbanyakan sel
tanaman, membuka dan menutupnya stomata,
perkembangan daun, pembentukan dan
perkembangan bunga, serta gerakan berbagai
bagian tanaman lainnya.
Ψsel = Ψp + Ψo = 0
Di dalam tanaman peranan potensial matriks Ψm sangat
kecil, sehingga dapat diabaikan.
Jika kantong sel kita tempatkan pada cairan yang
mempunyai Ψlingk 0, misalnya dengan melarutkan garam
ke dalam cairan di luar sel, maka air akan mengalir dari sel
ke luar sampai Ψsel = Ψlingk sebagai akibatnya :
a. Karena dinding sel tidak elastis penuh, maka
dengan keluarnya air dari sel, Ψp akan turun.
b. Kehilangan air dari dalam sel berarti
memperekat cairan dalam sel, jadi Ψo akan
turun. Pada umumnya penurunan potensial
tekanan (Ψp) lebih besar dari pada penurunan
potensial osmose (Ψo).
Contoh : jika Ψlingk = -0,8 MPa Ψp turun dari 0,6
– 0,1 MPa (∆Ψp = 0,5 MPa), sedang Ψo turun
dari = -0,6 menjadi -0,9 MPa (∆Ψyo = 0,3
MPa), jadi Ψsel = +0,1 + (-0,9) MPa.
Kehilangan air dari sel mempunyai 2
pengaruh :
a. Terhadap potensial tekanan, • Banyaknya ensim yang terkait
Ψp. ke membran di dalam sel.
Olek karena itu setiap
• Perkembangan sel sangat kerusakan sel akan
tergantung pada Ψp. Oleh mempengaruhi status
karena itu setiap penurunan membran ini dan akan
merubah aktivitas ensim.
Ψp akan mempengaruhi b. Terhadap potensial osmose:
perkembangan tanaman • Peningkatan
(misal perkembangan daun, konsentrasilarutan garam
perkembangan sel dlsb). dalam sel pada suatu ketika
• Stomata diatur oleh Ψp akan mencapai nilai
konsentrasi di mana akan
dalam sel penjaga, oleh mempengaruhi metabolisme.
karena itu penurunan Ψp Misalnya konsentrasi gula
akan menutup stomata dan yang tinggi mempengaruhi
akibatnya menurunankan fotosintesis.
fotosintesis.
3. TANGGAPAN TANAMAN
TERHADAP PENURUNAN
POTENSIAL AIR
Cekaman air mempengaruhi hampir semua proses
metabolisme tanaman. Dalam mempelajari
tanggapan tanaman terhadap cekaman air, para
pakar fisiologi menggunakan 2 kriteria, yaitu :

a. Mempelajari tanggapan bagian tanaman atau


proses metabolisme tanaman yang paling
sensitif terhadap cekaman air, yang dimaksud
dengan sensitif dalam hal ini adalah yang
pertama kali dipengaruhi oleh cekaman air.
b. Mempelajari tanggapan bagian tanaman atau
proses metabolisme tanaman yang paling
berpengaruh terhadap keberhasilan tanaman.
Cekaman air mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan sel melalui pengaruhnya
kepada :

1. Pembelahan sel
2. Pertumbuhan sel
3. Protoplasma
Cekaman air juga menyebabkan dehidrasi
protoplasma. Absorbsi air disekeliling molekul
protein akan menyebabkan perubahan
konfigurasi yang mempengaruhi permeabelitas,
viskositas dan aktivitas enzim. Terjadinya
dehidrasi protein berlangsung melalui 2 tingkatan,
yaitu :

• Fase reaksi : terjadi pada saaat tanaman mulai


menderita cekaman air.
• Fase restitusi dan pergeseran : yang terjadi jika
cekaman air terjadi dalam waktu yang cukup
lama.
Cekaman air pada tanaman akan
menyebabkan penurunan aktivitas
fotosintesis. 3 mekanisme yang
menyebabkan mengapa cekaman air
menurunkan aktivitas fotosintesis :

• Berkurangnya luas permukaan fotosintesis


• Menutupnya stomata
• Berkurangnya aktivitas protoplasma yang
telah mengalami dehidarasi.
Metabolisme karbohidrat
Cekaman air menyebabkan perubahan
macam dan jumlah senyawa di dalam
tanaman. Penurunan kadar tepung tidak
selalu diikuti peningkatan kadar gula
(Kremer, 1977). Perubahan proporsi gula
dan polisacharida barangkali disebabkan
oleh perubahan aktivitas enzim. Aktivitas
amilase pada daun meningkat pada
tanaman yang mengalami stess air (Kremer,
1977)
Metabolisme nitrogen dan protein

Chen et al. (1964) mengamati bahwa perubahan


metabolisme nitrogen pada tanaman jeruk yang
menderita cekaman air terjadi melalui 3 fase,
yaitu :
• Sebelum tanaman menunjuka gejala layu terjadi
penurunan kandungan air dan kenaikan
sejumlah kecil kandungan protein. Hal ini terjadi
karena pada saat penurunan kandungan air
sintesis RNA terus berlangsung.
• Pada saat tanaman layu terjadi proses hidrolisis
protein
• Pada tahap akhir terjadi peningkatan kadar
peptid.
Zat Pengatur dan Translokasi
Cekaman air akan mempengaruhi pembentukan
zat tumbuh, yang menunjukkan adanya
penghambatan pembentukan auksin pada
tanaman yang menderita cekaman air (Kremer,
1977). Kegiatan tersebut diikuti oleh penurunan
tranport auxin ke kembium sehingga terjadi
modifikasi aktivitas kambium. Cekaman air juga
menyebabkan penurunan aktivitas sitokinin dan
penyediaan gibberellin ke batang.
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Cekaman air dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
yang meliputi kecepatan pertumbuhan dan morfologi
tanaman. Selanjutnya cekaman air akan menurunkan
hasil tanaman dan bahkan juga mempengaruhi kualitas
hasil tanaman (Tyler dan Overton, 1982). Salah satu
akibat terhambatnya pembentukan dan perkembangan
sel, maka cekaman air akan menyebabkan akar
tanaman yang terbentuk sedikit, ukuran kecil dan daerah
penyebaran relatif sempit (Kozlowski, 1968). Sebagai
akibat lebih lanjut, absorbsi air dan zat hara akan
menurun (Kremer, 1977).
4. RESISTENSI
TANAMAN TERHADAP
CEKAMAN AIR
Menurut Kremer (1977) tanaman akan
resisten terhadap cekaman air karena :
• Protoplasma mempunyai toleransi
dehidrasi, sehingga terjadinya dehidrasi
tidak menyebabkan kerusakan yang tetap
(permanen),
• Protoplasma mempunyai struktur atau ciri
fisiologi yang dapat menghindari atau
menunda tingkatan pengeringan
(dessication) yang mengakibatkan
kematian.
Kemampuan protoplasma untuk
menghasilkan toleransi dehidrasi
tanpa menyebabkan perubahan
strukturnya, telah diamati
terdapat pada tanaman rumput
dan semak yang tumbuh di
daerah arid (Parker, 1968).
Untuk menghindari atau menunda dehidrasi
protoplasma, mekanisme yang terjadi
adalah :
• Meningkatkan kemampuan akar untuk
mengabsorbsi air.
• Mengurangi transpirasi.
• Penyesuaian waktu pertumbuhan.
• Peningkatan efiiensi pemakaian air.
5. PENGUKURAN STATUS AIR
DALAM TANAMAN
Cara menyatakan status air di dalam
tanaman adalah dengan mengukur
kandungan air
• kab = (bb - bk) / bb *100%
• kak = (bb - bk) / bk * 100%
Dimana :
bb = bobot basah
bk = bobot kering
kab = kandungan air berdasarkan bobot basah
kak = kandungan air berdasarkan bobot kering
Menyatakan status air di dalam tanaman dengan
penggunaan kandungan air relatif (Relative Water
Content)
Kandungan air relatif adalah
membandingkan kandungan air pada saat
tanaman diamati dengan kandungan air
jika tanaman dalam keadaan Turgor
penuh.
kar = (bb – bk) / (bt – bk) * 100%
Dimana :
bt = kandungan air saat turgor penuh
kar = kandungan air relatif
Menghitung defisit air tanaman
dibandingkan dengan kandungan air pada
saat turgor penuh.
Da = (bt – bb) / (bt – bk) * 100% atau
Da = 100 – kar
Dimana :
Da = defisit air
SEKIAN
&
TERIMA
KASIH
Chapt.3 Sistim Iklim Mohr
Guna membedakan iklim monsoon dari iklim equa
torial dan tropis lebih tepat beberapa ahli Belanda
coba pakai panjangnya musim kering dan basah.
Sistim Iklim Mohr
Sistim ini didasarkan atas jumlah bulan-bulan yg
kering dan yg basah. Bulan kering didefinisikan
sbg bln yg dicirikan oleh curah hujan ≤60mm, yg.
dianggap berakibat dg tanahnya jadi kering. Bln
dg hujan ≥ 60 mm dianggap bln basah. Curah huj-
an antara 60 - 100 mm/bln dibilang lembab, moist
Disini tanah dapat air cukup untuk membasahkan
profil tanah saja, tapi tak cukup untuk leaching
Sistim Iklim Mohr (sambungan 1)
Atas dasar-dasar tsb, Mohr membedakan 5 gol-
ongan iklim untuk Indonesia (lihat Table 3.1):
Grup I. Iklim basah, hujan selalu > 60 mm/bln
Grup II. Iklim dg periode kering tak jelas.
Tanah disini tak mengering secara keseluruhan.
Grup III. Iklim dg musim kering. Tanah jadi ke-
ring di musim kering, karena evaporasi > suply
air. Tanah jadi basah kembali di musim hujan.
Grup IV. Iklim dg musim kering panjang. Tanah
menjadi kering untuk setengah tahun lamanya.
Grup V. Iklim dg musim kering panjang sekali.
Tapi tanahnya masih terlalu basah untuk digol-
ongkan tanah iklim arid
Chap 3. Pembahasan Sistim iklim Mohr
Konsep Mohr bermanfaat sekali utk tanah dan
pertanian. Dg curah hujan > 100 mm/bln, suply
air kepada tanah > jumlah air yg di-evaporasi,
dan bln-bln demikian dianggap Mohr bln basah.
Kelebihan air berguna untuk leaching, sedang-
kan sebagian besar dari exes air itu dipakai oleh
tumbuh-tumbuhan. Iklim inilah yg menghidup-
kan Hutan Hujan Tropis. Adanya musim kering
pendek dg hujan ≤60mm/bln (Grup II) tak
begitu berbahaya karena masih ada cukup air
untuk menjamin tumbuhnya Tropical Rainforest
Chapt.3 Pembahasan Sistim Mohr (2)
Bila musim kemarau terlalu panjang (Grup IV)
suasana sangat kering itu hanya bisa suply air ke
pada vegetasi savannah tropis. Achirnya, iklim
Grup V dg musim kemarau sangat panjang masih
tetap humid untuk digolongkan iklim gurun pasir
(desert) sejati. Tanahnya masih punya cukup air
untuk memlihara pertumbuhan tropical savanna.
Golongan iklim diatas terkorelasi dg distribusi
vegetasi chas. Grup 1 &II dg tropical rain forest,
menurut Köppen masuk iklim Af. Iklim dg mus-
im kering tak jelas masuk iklim Am, yg nampak
di Jawa Barat, dst jadi Grup III di Jawa-timur
&bg barat NST. Grup IV &V ada dbg timur NST
Sistim Iklim Schmidt & Ferguson
Sistim ini mamakai def-definisi Mohr mengenai
bln-bln kering dan basah yg dirumuskan sbb:
Q = Jmlh Bln kering (<60mm)/Jmlh Bln basah (>100mm/bln)

Q = quotient atau Ratio, yg dipakai menggolong


kan Iklim Indonesia kedalam 8 golongan dan di
presentasikan kedalam suatu segi-tiga. Penulis
menghitung harga-harga Q tsb, dan setelah di x
100 %, diintegrasikan kedalam segi-tiga S & F
(Figure 3.1). Prinsipnya sistim ini ialah: makin
kecil angka Q, makin basah iklimnya.Dan makin
in besar Q, makin panjangnya musim kering.
Pembahasan Sistim Schmidt & Ferguson
Q=100%: berarti adanya 6 bln kering, dan
100% menunjukan panjangnya musim kering
makin panjang. Pada Q = 700%, musim kering
ada sepanjang 10,5 bln.
Sebgian besar dari Indonesia dicirikan oleh iklim
A (0-14.3%) dan B (14.3-33.3%). Tipe C dan D
mencirikan iklim monsoon Jawa Tengah&Timur,
sedangkan Tipe E dan F hanya terbatas pada drh-
daerah dg musim kemarau sangat kering dan
panjang, seperti di bg timur Nusa Tenggara. Sera-
ra praktis tipe G dan H tak ada, kecuali mungkin
di Lembah Palu, Sulawesi
Variasi Iklim dg Altitud
Karena Indonesia daerah bergunung dg puncak
tertinggi melebihi 3000m, maka iklim akan ber-
ubah dari daerah dipermukaan laut kearah pun-
cak gunung yg berakibat dg terbentuknya zone-
zone altitud dg curah hujan, humidity relatif,
suhu dan penutup vegetasi yg berbeda- beda.
Variasi Curah Hujan dg Altitud
Jumlah hujan total menaik dg menaiknya altitud
dan mencapai maksimum kira-kira antara 1000-
1500m diatas muka laut. Jumlah bln-bln kering
mengurang sampai suatu tinggi tertentu di atas
muka laut dan dari sini menaik lagi.
Variasi Temperatur dg Altitud
Titik dimana jmlh bln-bln kering menaik juga
ada antara 1000-1500m d.a.l, Titik ini juga meru-
pakan level-kondensasi air di udara. Ditingkat ini
udara yg tertiup naik menjadi dingin dan uap air
yg terkondensasi menghasilkan banyak hujan,
awan, mendung dan kabut tebal. Diatas puncak
jumlah bln kering biasanya zero. Sebaliknya, su-
hu menurun berangsur-angsur dg naiknya keatas
Dg setiap 100 m naik (d.a.l), suhu turun dg 0.6C.
Variasi temperatur tsb. itu dengan altitud dirum-
uskan oleh BRAAK:
t = 26.3o - h x 0.6o C
dimana 26.3o = suhu rata-rata di atas muka laut.
Penggolongan kedalam Zone-zone Lowland,
Upland & Highland
Variasi curah hujan dan suhu dg altitud tsb.dipakai
Junghun, Mohr dll untuk membagi Indonesia
kedalam 4 zone-zone altitud tanah sbb.:
1. Lowland (daerah rendah) tropis
2. Upland (daerah tinggi) tropis
3. Daerah pegunungan tropis (Highland)
4. Daerah pegunungan tinggi
Table 3.3 berikan zone-zone tsb. Menurut Mohr,
Van Steenis dan Schmidt & Ferguson. Sistim Van
Steenis dn sistim S&F lebih saderhana.Penyelidik-
an Tan dan Van Schuylenborgh nyatakan zone-zone
itu bisa bergeser di iklim monsoon
Pembahasan Zone Lowland,Upland dan
Highland
Sistim Mohr bukan didasarkan saja atas limit suhu
lokasi d.a.l., tapi juga atas manfaat pertanian.Misal
nya daerah rendah didefinisikan sbg daerah antara
0 -200m d.a.l. dg suhu > 20 C. Kondisi itu semua
baik sekali untuk kultivasi tebu dan tembakau.
Upland, dahulu dinamakan daerah berbukit, ada
antara 200-1000m d.a.l. Diatas 1000m, pohon kela-
pa tak menghasilkan. Inilah daerah pegunungan
(Highland) dimana sering tercapai kondensasi air,
membentuk awan dan kabut yg selalu menutup
lereng-lereng gunung.Vegetasi juga berlainan. Poh-
on-pohon gunung sering dihiasi moss (lumut).
Tambahan sbg Penutup Sistim Iklim

Disamping tumbuhnya banyak mos (lumut) di


pohon-pohon, pohon pinus juga nampaknya tum-
buh makin banyak. Salah satu diantaranya ada-
lah pohon Pinus Merkusii, pohon pinus satu-satu-
nya yg asli di Sumatra, dan sekarang ditransplan
ke pulau-pulau lainnya, a.l. pulau Jawa. Men-
dekati puncaknya gunung, biasanya mulai dari
2400m d.a.l., terdapat batas-pohon atau timber
line. Van Steenis (1954) menamakan daerah ini
dan seterusnya ke puncak zone subalpina.
Environmental Hydrology

Jay Martin
Andy Ward
Erick Powell
STreams Restoration, Ecology &
Aquatic Management Solutions
http://streams.osu.edu
Hydro - water
Loge - knowledge
Empirical Relationships
400

350
y = 273.6x − 2.4
Mean Trout Size (grams)
300 R2 = 0.946

250

200

150

100

50

0
0 0.5 1 1.5
Mean Pool Depth (meters)
Worldwide, a third of the children
are malnourished and more than
one billion people lack safe water
to drink
Every minute the population of the
world increases by about 200 people
Population and Annual Increase (billions and %)

10.00
9.00

8.00 World Population


(billions)
7.00
6.00

5.00
4.00

3.00
Annual Increase
2.00
1.00
0.00
1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 2030 2040 2050 2060
Year
China

Africa
Africa: Irrigation of an orchard
Precipitation
Frontal Convective

M
R
A C O L D
W
Warm moist air rises due to warming from solar
heated ground surface

Orographic

Ra
sh D R Y

in
ad
ow
M O I S T Effe
ct
Weather Map January 4, 2004
Soil-Water-Plant Interactions
Surface Influence on Infiltration
100

90

80

70
Percent Clay

60 clay

50 silty
clay sandy
40
silty clay
clay loam
30 clay loam sandy
clay loam
20 loam
silty
loam sandy

nd y
10

sa am
loam
silt

lo
sand
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Percent Sand
rfluve or B
Inte o
RunoffPlan,
Processes

un
da
Small Second Order

ry o
f Wa
ters h e
AB

d
AB Profile Surface See AB Below Source Area of
Detention Saturated
A Overland Flow
Unsaturated e.g.10 yr
n
atio

Subsurface
th

Source Area of
Aer

Stormflow
Dep

Saturated
e of

Overland Flow
logic

e.g.1 yr
Zon
o
Hydr

Wate
rT able
Rech Thro Quickflow
arge ugh Exfiltration Saturated
or In
terfl Overland
Saturated Zone ow
Groundwater Flow

Delayed Flow B
Bedrock

Bedrock
Slope Hydraulic Length
(2000 −1700)
1900 ft S= = 0.1ft/ft
3000

3000 ft long
C
A 2000 ft
D

B
1700 ft Overland Flow Slope
(1940−1740)
Y= = 2 ft/ft
1000
E

SEDIMENT 1800 ft
POND

Watershed Boundary
Flooding
Land Use Impacts on Hydrology
Subsurface Drainage
Hydraulic Control Structures
B
Stream Processes
Drainage Area
30 sq. mi.

Streamway
120 * DA 0.43 = 518 ft 1997
1980

1966
1951
1989

Salt Creek
Vinton County, Ohio
• Lost Floodplain Access
• Channel Resizing
• Loss of Buffering from Small
Streams and Floodplains
Biological
Indicators

Stream Ecology LOW URBAN

Biodiversity Shift
Soil Erosion
Water Quality
The Causes of Environmental Problems
Remote Sensing Applications
Thank You!
PELAKSANAAN IRIGASI
SEBAGAI SALAH SATU UNSUR
HIDROMELIORASI LAHAN

Tejoyuwono Notohadiprawiro, Soeprapto


Soekodarmodjo, Sukardi Wisnubroto, Endang
Sukana dan M. Dradjad
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM
PENGANTAR
• Hidromeliorasi ialah tindakan orang dengan maksud
mengatur keairan lahan. Tindakan ini mencakup irigasi,
drainase (drainage) dan mengelola sifat hidrologi lahan.
Yang dimaksud dengan irigasi ialah pemberian air
secara buatan kepada sebidang lahan untuk memenuhi
kebutuhan pertanaman. Drainase dikerjakan orang untuk
membuang kelebihan air dari sebidang lahan yang
mengganggu atau menghalangi penggunaan lahan itu.
Yang dinamakan sifat hidrologi lahan ialah semua sifat
hakiki lahan yang menentukan dinamika air, balk pada
muka tanah maupun di dalam tubuh tanah. Dinamika air
pada muka tanah dapat diatur dengan jalan, misalnya
pendataran airmedan, penterasan lereng atau
mendirikan tanggul.
• Dinamika air di dalam tubuh tanah dapat
diatur dengan jalan antara lain pengolahan
tanah untuk melonggarkan struktur tanah
atau membuka lapisan kedap air yang
melancarkan infiltrasi dan perkolasi,
meningkatkan agregasi tanah (ukuran dan
jumlah agregat) yang dapat memperbesar
daya serap air atau memperbaiki
imbangan kadar udara dan kadar air dan
mengurangi penguapan dari muka tanah
dengan lapisan mulsa.
• Ketiga unsur hidromeliorasi saling berkaitan erat
dalam arti kata, bahwa (1) irigasi atau drainase
tidak akan dapat mencapai kesudahan yang
diharapkan karena tidak didahului dengan
penciptaan sifat hidrologi lahan yang sesuai
sebagai prasyarat , dan (2) pelaksanaan irigasi
harus selalu dilengkapi dengan sarana drainase
untuk mencegah kemungkinan- pemburukan
suasana lingkungan akar ertanaman karena
pemberian air secara sinambung selama masa
panjang. Tambahan pula pengelolaan sifat
hidrologi lahan mengandung kepentingan besar
un dapat memanfaatkan curah hujan sebaik-
baiknya bagi pertanaman.
• Dari segi ini maka pembenahan sifat hidrologi
lahan bermaksud pula mengurangi kebutuhan
irigasi. Baik curah hujan maupun air yang
diberikan dengan irigasi tidak dapat
dimanfaatkan langsung oleh pertanaman. Air itu
perlu dikonversikan dulu menjadi Kadar Air
tanah (soil moisture) sebelum dapat diserap
oleh akar tanaman.
• Memperoleh tingkat konversi yang tinggi
merupakan tujuan pokok pengelolaan sifat
hidrologi lahan dalam kaitannya dengan irigasi
atau dengan pertanaman tadah hujan.
Mengelola Kadar Air Tanah
• Mengingat, bahwa irigasi bermaksud memberikan air untuk
memenuhi kebutuhan pertanaman maka pada asasnya irigasi
diberikan pada waktu persediaan Kadar Air tanah kurang untuk
mendukung pertumbuhan pertanaman. Dengan kata lain, irigasi
tidak diberikan pada waktu persediaan Kadar Air tanah
cukup.Ukuran cukup bergantung pada macam pertanaman yang
diusahakan. Ada tanaman, yang untuk melangsungkan
pertumbuhan lumrah (normal), memerlukan air lebih banyak
daripada tanaman yang lain, misalnya padi sawah dibandingkan
dengan jagung.
• Ukuran cukup berubah-ubah sepanjang masa hidup tanaman
menurut tahap-tahap perkembangan hidup tanaman. Pada tanaman
semusim perubahan ini menjurus ke satu arah dari tahap awal
hingga tahap akhir. Pada tanaman tahunan perubahannya bersifat
mendaur (cyclic). Perubahan kebutuhan air ini dikuasai o1eh proses
hidup yang berlangsung dalam jaringan tanaman, yang mencirikan
suatu tahap perkembangan tertentu. Misalnya, jumlah air yang
diperlukan untuk mempertahankan kegembungan (turgor) sel
biasanya lebih banyak daripada yang diperlukan untuk sintesis
protein (Levitt, 1980).
• Kebutuhan tanaman akan air juga ditentukan oleh daya
tanaman menghadapi penurunan ketersediaan Kadar Air
tanah. Ada tanaman yang tahan kering (drought
tolerant), yaitu mampu bertahan hidup dalam keadaan
kurang air selama masa*tertentu dengan jalan
membatasi kegiatan berbagai proses fisiologi. Setelah
persediaan Kadar Air tanah cukup kembali, tanaman
tersebut dapat tumbuh lumrah kembali. Ada tanaman
yang bersifat menghindari kekeringan (drought
avoidance), yaitu mampu tetap memenuhi kebutuhannya
akan air dalam keadaan kekurangan persediaan Kadar
Air tanah dengan cara menggiatkan proses penyerapan-
penyerapan tanah (Levitt, 1980). Tanaman karet dan jati,
misalnya, termasuk tanaman yang tahan kering, sedang
tanaman semangka dan mentimun termasuk yang
bersifat menghindari kekeringan dalam keadaan gundul
(tidak tertutup vegetasi)
• Perubahan kadar air tanah secara alamiah
ditentukan oleh neraca air atmosfir di satu
pihak dan oleh sifat hidrologi lahan di
pihak yang lain. Neraca air atmosfir
menentukan jumlah curah hujan
mempan (effective) atau kebasahan iklim
aktual. Curah hujan mempan (CHm) ialah
selisih antara curah hujan total (CH) dan
evaporasi aktual total evaporasi aktual;
(Eat), yang dapat dinyatakan dengan
persamaan sederhana
• CHm = CHt - Eat (1)
• Curah hujan efektif (mempan) adalah jumlah air hujan
yang benar-benar membasahi lahan. Oleh sifat hidrologi
lahan jumlah air hujan ini terbagi lebih lanjut menjadi air
mukalahan(LAML) dan air infiltrasi (Al).
• Tergantung pada bentuk muka lahan, air muka lahan
dapat menjadi aliran limpas keluar (AL, runoff), aliran
limpas masuk (ALm; runon) yang mengisi lekukan
(depression), atau air genangan (AG) yang tetap tinggal
di tempat.
• Air infiltrasi terbagi menjadi Kadar Air tanah (LT), yaitu
bagian air yang terserap dan tinggal dalam tubuh tanah,
dan air perkolasi (AP). Air perkolasi dapat berupa aliran
limpas bawah muka tanah, atau aliran ke bawah yang
masuk ke dalam air tanah (AT). Hubungan-hubungan
tadi dapat digambarkan secara sederhana sebagai
berikut
• CHm = AML + AI (2)
• AML = Alk + (ALm + AG) (3a)
• = ALm + (ALk + AG) (3b)
• = AG + (ALk + ALm) (3c)
• AI = LT + AP (4)
• Dengan menggabungkan persamaan (1),
(2), (3a) dan (4) untuk menyelesaikan
besaran LT, didapatkan persamaan
sebagai berikut
• LT = Al - AP
• = CH -AML-APm
• = CHm -ALk - AP (ALm + AG)
• = CHt.Eat.ALk AP.(ALm- AG)
• = (CH t E at - (AL k + AP + /AL m , AG7) (5a)
• Kalau menggunakan persamaan (3b) atau (30
sebagai pengganti (3a) maka persamaan
akhirnya masing-masing menjadi
• LT = (CH t -Eat)- (ALm + AP + /AL k + AGT) (5b)
• Atau
• LT = (C H t. E at) - (AG + AP + / AL k + AL m (5c)
• Suku pertama bagian kanan persamaan menggambarkan
neraca air atmosfir, sebagian suku keduanya
menggambarkan peranan sifat hidrologi lahan. Pada lahan
yang berkemiringan nyata, berarti ALk jauh lebih penting
daripada ALm AG, kita menggunakan persamaan (5a).
persamaan (5b) digunakan jika muka lahan terdiri atas
lekukan banyak. Kalau lahan berbentuk datar sekali atau
cekung dipakai persamaan (5c). secara biasa tidak
terkelolakan. LT dapat diperbaiki dengan mengurangi CHt-
Eat, ALk, AP, ALm dan/atau AG. Kalau ALm cukup banyak
maka ini dapat dimanfaatkan untuk membuat air cadangan
dalam lekukan-lekukan.
• Inilah asas pembuatan waduk-waduk lapangan. Irigasi
dijalankan dengan menggunakan air cadangan ini, yang
dikumpulkan dari air hujan. Dengan demikian ALm tidak
perlu dikurangi dan kalau dikehendaki bahkan ditingkatkan.
Apabila diperlukan, dan dapat dibenarkan menurut
pertimbangan teknik, sosial dan ekonomi, serta morfologi
lahan memungkinkannya, asas waduk lapangan dapat
diperluas hingga meliputi keseluruhan wilayah cekungan.
• Wilayah ini dijadikan cekungan tambatan (retention
basin). Maka AG juga dibiarkan saia, bahkan kalau
dikehendaki dapat ditingkatkan dengan jalan mendirikan
tanggul keliling. Akan tetapi kalau air cadangan tidak
diperlukan atau lebih balk seluruh lahan dimanfaatkan
untuk pertanaman, ALm dan AG harus dibuang dengan
drainase. Drainase juga diperlukan untuk membuang
bagian ALk yang tidak dapat diresapkan ke dalam tanah
LTI. Kalau- dihilangkan secara baik, kelebihan ALk
membahayakan tanah karena dapat menimbulkan erosi.
atau dapat dikurangi dengan mengolah permukaan
tanah untuk membentuk bongkah-bongkah tanah besar
yang memutuskan saluran-saluran kapiler tanah di
dalam kapiler permukaan. Dengan demikian tidak ada
kakas (force) kapiler yang menarik Kadar Air tanah ke
mintakat (zone) penguapan.Jadi lapisan tanah
permukaan dijadikan lapisan pelindung.
• Lapisan pelindung dapat juga dibuat dari bahan
mulsa, atau dengan jalan menanam pertanaman
penutup. Akan tetapi sebelum memutuskan
menggunakan pertanaman penutup perlu
dipertimbangkan segi keuntungannya terhadap
segi kerugiannya. Segi kerugian yang dapat
dialami alah (1) jumlah curah hujan yang dapat
mencapai muka tanah dapat berkurang karena
tertahan pada tajuk tanaman dan langsung
menguap kembali ke udara, Vj transpirasi
meningkat dan makin dalam jangkauan akar di
dalam tanah, makin banyak persediaan Kadar
Air tanah yang menghadapi kemungkinan hilang
karena teruapkan, (3) dapat berkembang
menjadi gulma, dan/atau (4) dapat menjadi
sarang hama atau penyakit tanaman.
• Alk dapat dikurangi dengan jalan membuat
teras, membuat galengan sabuk lereng.
menanam jalur pertanaman penyekat menyabuk
lereng secara berselang-seling dengan
pertanaman pokok, menggali deretan rorak yang
memotong arah lereng, atau mendatarkan
lereng. Untuk meningkatkan dayagunanya, pada
sisi dalam tea'Lau sisi belakang galengan atau
jalur pertanaman penyekat digali parit dangkal
(berfungsi seperti rorak). Juga muka teras dibuat
melandai ke arah Barat. Pada lereng yang
cukup terjal yang disertai dengan tanah yang
dangkal, kekeerasan dapat mendatangkan
kerugian besar karena menyingkapkan lapisan
tanah bawahan atau bahan induk tanah yang
menurunkan atau memburukkan keran tanah.
• Hal ini juga mudah terjadi dalam pendataran lahan yang
harus menggusur lapisan tanah terlalu dalam. dapat
dikurangi dengan cara melambatkan daya hantar air
tubuh tanah (menurunkan permeabilitas tanah),
membuat suatu lapisan tanah yang lebih kedap pada
suatu jeluk(kedalaman) tertentu di bawah muka tanah,
atau memperbesar daya serap air tubuh tanah
(meningkatkan daya simpan Kadar Air tanah).
memperbesar daya serap air berlangsung seiring.
• Dalam suasana reduktif, yang akhirnya membentuk
horison glei dalam tubuh tanah. Oleh karena suasana
reduktif ini membahayakan pertumbuhan pertanaman,
tidak terkecuali padi sawah, maka dalam sistem
klasifikasi tanah sawah yang dikembangkan di Jepang
oleh Matsuzaka (1969) horison glei dipakai sebagai
salah satu horison diagnostik.
• Akibat tumpat air menimpa lebih berat pada pertanaman
lahan kering, seperti palawija dan pertanaman tahunan.
Maka dalam pergiliran pertanaman padi sawah-
palawija, akibat tumpat air yang masih dapat ditahan
oleh padi sawah dapat tidak tertahankan oleh palawija
yang ditanam setelah padi sawah akan membuktikan,
bahwa akibat tumpat air tidak dapat dihilangkan dengan
mudah.
• Berlawanan dengan kepercayaan orang banyak, akibat
tumpat air tidak dapat dihilangkan hanya dengan sekali
pengolahan tanah atau memberokan lahan dalam masa
tenggang di antara pertanaman padi sawah dan
palawija. Bimas pada palawija yang dilaksanakan pada
lahan sawah hanya memperhatikan pemupukan,
perlindungan pertanaman terhadap hama dan
penanaman bibit unggul.
• Pengolahan tanah hanya dipandang dari segi
penggemburan tanah. Seginya yang lain, yaitu
menghilangkan akibat tumpat air dari pengolahan tanah
untuk pertanaman padi sawah sebelumnya, tidak
mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya.
Pengolahan tanah untuk penggemburan biasanya sudah
dianggap dengan sendirinya juga menghilangkan akibat
tumpat air.
• Hal inilah yang barangkali menjadi kendala penting
sekali dalam usaha meningkatkan hasil panen palawija
di lahan persawahan. sampai sekarang belum ada
penelitian sungguh-sungguh untuk mendalami persoalan
ini. Irigasi padi sawah yang menghindari penumpatan air
atas tanah akan banyak membantu menyelesaikan
persoalan ini.
Mengawetkan Tanah
• Asas mengelola Kadar Air tanah berdasarkan
penggeseran neraca air dalam daur hidrologi. Kadar Air
tanah ditingkatkan dengan jalan mengurangi bentuk air
yang lain dalam daur hidrologi. Cara itu merupakan asas
penanganan makro. Peningkatan Kadar Air tanah
dibatasi oleh kemampuan tanah menyimpan Kadar Air.
Kemampuan tanah ini dapat ditingkatkan dengan suatu
cara yang tercakup dalam usaha mengawetkan tanah.
Oleh karena keberhasilannya sangat ditentukan oleh
berbagai faktor setempat (tekstur tanah), daya tahan
mengembangkan struktur, jeluk mempan tanah) maka
tindakan ini bertingkat mikro
• Hal ini menegaskan, bahwa untuk memperoleh
kesudahan yang sebaik-baiknya, penanganan makro
harus didukung oleh penanganan mikro, atau
pengelolaan Kadar Air tanah harus dilengkapi dengan
pengawetan tanah lengkap tanah adalah suatu tindakan
yang bermaksud melestarikan fungsi tanah.
Melestarikan dapat mencakup pemulihan kalau fungsi
tanah telah mundur, atau mencakup perbaikan kalau
fungsi tanah kurang balk. Tergantung pada fungsi tanah
yang ditetapkan menurut keperluan penggunaannya,
pengawetanya tanah dapat ditujukan untuk melestarikan
produktivitas pertaniannya, atau untuk melestarikan
harkatnya sebagai salah satu anasir (component) suatu
ekosistem, atau untuk melestarikan kekuatan menumpu
bangunan, atau untuk melestarikan fungsinya yang lain.
Di samping mempunyai arti langsung bagi wilayah yang
tanahnya diawetkan, pengawetan tanah juga dapat
mempunyai arti tidak langsung bagi wilayah
bawahannya (commanded area).
• Wilayah bawahan akan dapat terhindar dari pengendapan
bahan erosi yang merugikan, karena pengawetan tanah di
wilayah atasannya dapat mengendalikan erosi tanah yang
berlebihan. Atau wilayah bawahan dapat terhindar dari
penggenangan berat, karena pengawetan tanah di wilayah
atasan dapat menekan jumlah air limpas. Oleh karena yang
dipentingkan adalah fungsi tanah maka pengawetan tanah
terutama menggarap hubungan salingtindak (interactive
relationship) antar anasir tanah. Misalnya, kemampuan
tanah menyimpan bersama oleh tekstur, struktur, jeluk
mempan (effective depth), kadar bahan organik, kadar liat
dan macam mineral liat.
• Suatu tanah yang bertekstur lebih organik lebih banyak,
dapat mempunyai fraksi kasar akan tetapi mengandung
bahan halus mempunyai kemampuan menyimpan kadar Air
setaraf dengan tanah lain yang sekalipun mengandung
bahan organik lebih sedikit, akan tetapi diimbangi dengan
tekstur yang lebih halus. Jadi fungsi tanah dapat
dipertahankan dengan jalan memberi ken kepada anasir
tanah yang kurang unggul suatu kompensasi berupa anasir
lain yang lebih unggul.
• Dalam pengawetan tanah orang dapat saja mengubah
sejumlah sifat tanah untuk melestarikan fungsi tanah
sebagai suatu keutuhan tubuh. Memang bagus kalau
kita mampu melestarikan setiap sifat atau anasir tanah
yang unggul, akan tetapi hal itu sering sulit. Sudahlah
memadai kalau kita berhasil mempertahankan
kelangsungan mckanisme kompensasi antar anasir
tanah.
• Untuk maksud ini boleh saja bentuk atau morfologi tanah
terubah. Disinilah letak perbedaan asasi antara
pengawetan (conservation) dan pengekalan
(preservation). Dalam pengekalan lebih diutamakan
pelestarian bentuk atau rupa, misalnya yang dilakukan
dalam pemugaran benda atau bangunan purbakala. Ada
dua fungsi tanah yang penting sekali dalam
hubungannya dengan irigasi dan pengatusan.
• Fungsi yang pertama ialah menyimpan air berupa Kadar
Air tanah dan fungsi kedua ialah menyalurkan kelebihan
air yang tidak tersimpankan ketempat cadangan air
bawah-tanah (air tanah). Maka dari itu pengawetan
tanah sehubungan dengan hidromeliorasi bermaksud
melestarikan kedua fungsi tanah tadi (atau
memulihkan kalau sudah mundur, atau memperbaiki
kalau kurang baik). Oleh karena tanah mempunyai
fungsi keairan, orang sering menggunakan istilah
pengawetan tanah dan air. Pengawetan tanah tersebut,
yang dijalankan pada petak pertanaman dimaksudkan
untuk meningkatkan kejituan (efficiency) perlakuan
irigasi atau drainase. Pengawetan tanah yang dikerjakan
pada daerah tadahan (catchment area) dimaksudkan
untuk melestarikan sumber air irigasi.
• Jadi pengawetan pada petak pertanaman ditujukan
kepada fungsi tanah yang pertama, sedang pengawetan
pada daerah tadahan ditujukan kepada fungsi tanah
yang kedua. Dalam hubungannya dengan soal ini maka
vegetasi atau pertanaman pohon (hutan alam, hutan
budidaya, perkebunan) paling cocok berada ddaerah
tadahan. Kelompok pepohonan yang rapat dan lugs di
daerah lahan garapan dapat mengganggu usaha
mencukupkan persediaan Kadar Air tanah. Penghijauan
yang dijalankan tanpa mempertimbangkan persoalan ini
akhirnya akan lebih banyak merugikan daripada
menguntungkan. Penghijauan akan memperoleh
fungsinya yang benae kalau dapat berperanan dalam
mengurangi penguapan langsung dari maka tanah.
Untuk ini penghijauan dirupakan pagan hijau (green belt)
yang memotong arch utama angin (wind breaker). Asas
kompensasi, atau kadang-kadang disebut pula
ketergantian faktor (factor reptaceability), dalam
pengawetan tanah dan air dapat dijelaskan dengan
gambar l
• Sifat tanah yang peka erosi diberi kompensasi sifat
vegetasi penutup yang tidak peka erosi. Dengan
demikian gabungan tanah vegetasi penutup
membentuk suatu sistem yang bersifat tidak atau kurang
peka terhadap erosi.
• Demikian pula jadinya kalau pada sifat tanah yang
meluluskan air secara cepat diberikan kompensasi
berupa sifat mulsa organik yang kuat menyerap air. Sifat
lulus air cepat dapat diberi kompensasi berupa
pemberian air irigasi. Pilihan ini tidak dapat dibenarkan
karena bersifat boros air.
• Kejadian aktual lebih kecil daripada yang terduga dari
sifat asli tanah dan keadaan iklim. Perbandingan antara
kenyataan dan potensi menjadi ukuran kemempanan
hubungan kompensatif. Makin kecil perbandingan ini,
hubungan kompenssasitif makin mempan.
• Kejadian aktual lebih kecil daripada yang terduga dari
sifat asli tanah dan keadaan iklim. Perbandingan antara
kenyataan dan potensi menjadi ukuran kemem.-panan
hubungan kompensatif. Makin kecil perbandingan ini,
hubungan kompenssasitif makin mempan.
• Hubungan Kadar Air Tanah Dengan Keragaan Tanaman
• Kadar Air tanah merupakan salah satu faktor keragaan
(performance) tanaman yang sangat penting. Pada
waktu faktor-faktor yang lain berada dalam keadaan
mencukupi, Kadar Air tanah menjadi faktor pokok.
Bahkan menurut hasil analisisdata Bimas padi sawah
dari Kabupaten Kebumen, Kadar Air tanah secara nisbi
berperanan lebih penting daripada faktor-faktor
intensifikasi yang lain. Peranan Kadar Air tanah
dijabarkan dari keragaan irigasi dan kebasahan musim
(Notohadiprawiro, 1972).
• Sekarang telah tersedia sejumlah data penting yang
lebih terperinci tentang daya Kadar Air tanah atas
keragaan beberapa macam tanaman. Data itu adalah
hasil penelitian para penyusun makalah ini, yang mereka
kerjakan dalam rangka kerjasama Departemen Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian UGM dengan PPAT
Gunung Kidul Yogyakarta, Direktorat Jenderal Pengairan
DPU. Sebagian cari data tersebut dikutip di sini Kutipan
data mencakup tiga macam tanaman pencoba, yaitu
kacang tanah, jagung dan padi, dan empat macam
tanah, yaitu Entisol, Alfisol, Oxisol dan Vertisol. Kacang
tanah dipilih sebagai wakil tanaman pangan legum,
jagung sebagai salah satu tanaman pangan karbohidrat
penting dan padi sebagai tanaman pangan utama di
Indonesia. Padi yang dicoba adalah jenis sawah IR 36
yang di- tumbuhkan secara gogo
• Hal ini sengaja dilakukan untuk menunjukkan, bahwa
padi sawah bahkan dapat dikembangkan tanpa harus
memperoleh irigasi genangan . Pilihan empat macam
tanah itu dimaksudkan untuk memperoleh kisaran
keadaan fisika tanah yang cukup lebar, yang
menentukan keanekaan hubungan keKadar Airan tanah
yang penting dilihat dari segi pertumbuhan tanaman.
Dalam percobaan ini dipakai empat indeks keKadar
Airan tanah berdasarkan tegangan yang menjerap
(adsorb) Kadar Air tanah. Indeks itu ialah TKC, yaitu
kadar Kadar Air pada pertengahan selisih Kadar Air pada
TLT (titik layu tetap) dan TKB (titik kritik bawah), TKB
yang merupakan kadar air pertengahan selisih kadar
Kadar Air pada TLT dan KL {kapasitas lapangan), KL dan
TKA (titik kritik atas) yang berada pada pertengahan
selisih kadar Kadar Air antara KL dan TJ (titik jenuh).
• Oleh karena indeks keKadar Airan tanah
dibakukan dengan tegangan jerapan,
kadar Air tanah pada tiap titik indeks tidak
sama untuk tiap macam.anah. Gambar 2
menjelaskan kedudukan keempat indeks
keKadar Airan tanah padaSkala Kadar Air
tanah secara umum. Daftar 1 memuat
kadar Kadar Air pada tiap indeks keKadar
Airan dalam macam tanah masing-
masing.
Daftar 1. Kadar Kadar Air pada indeks
keKadar Airan tiap macam tanah

Indeks KKA TKC TKB KL TKA


Macam tanah % % % %
Entisol 13,42 16,15 21,60 37,35
Oxisol 14,43 18,62 26,99 48,54
Alfisol 22,62 26,23 33,76 56,83
Vertisol 27,17 32,33 42,66 61,44
• Dalam semua percobaan tanah dipupuk optimal dengan
N, P dan K dengan mak- sud agar supaya Kadar Air
tanah menjadi faktor penentu tunggal atas keragaan ta
naman. Percobaan padi diadakan dalam rumah kaca
dengan tanah Entisol dan Vertisol. Anasir hasil yang
diamati ialah berat bulir basah dan kering. Percobaan
jagung juga diadakan dalam rumah kaca, akan tetapi
dengan keempat macam tanah yang telah disebutkan di
atas. Anasir hasil yang diamati ialah tinggi tanaman
maksimum dan berat kering tanaman pada saat panen.
Percobaan kacang tanah dikerjakan di lapangan pada
tanah Alfisol dan Vertisol. Anasir hasil yang diamati ialah
laju pertumbuhan rerata (tinggi tanaman akhir dibagi
dengan umur tanaman dalam hari), berat kering
tanaman pada waktu panen (berat massa hayati),
berat biji kering (berat hasilpanen) dan lugs total dawn
pada waktu panen (indeks kegiatan fotosintesis).
• Padi
• 1. Tanah Entisol
• I.I. Regresi berat bulir basah atas kadar Kadar Air
• y = - 6,888 + 0,888 x - 0,015 x2 dengan r2 = 0,892
• Berat maksimum 6,67 g/pot (kira-kira setara dengan
2,7 ton* ha-1) dicapai pada kadar Kadar Air 30,70%
(18% di bawah TKA)
• 1.2. Regresi berat bulir kering atas kadar Kadar Air
• y = - 6,433 + 0,811 x - 0,013 x2 dengan r2 = 0,897
• Berat maksimum 5,81 g/pot (kira-kira setara dengan
2,3 ton, ha-1) dicapai pada kadar Kadar Air 30,37%
(19% di bawah TKA)
• 2. Tanah Vertisol
• 2.1. Regresi berat bulir basah atas kadar Kadar
Air
• y = 40,106 + 2,092 x - 0,022 x2 dengan r2 =
0,992
• Berat maksimum 10,00 g/pot (kira-kira setara
dengan 4,0 ton, ha dicapai pada kadar Kadar Air
48,16% (13% di atas KL)
• 2.2. Regresi berat bulir kering atas kadar Kadar
Air
• Y= 29,273 + 1,528 x - 0,016 x2 dengan r2 =
0,984
• Berat maksimum 7,94 g/pot (kira-kira setara
dengan 3,2 ton. Ha-1 dicapai pada kadar Kadar
Air 48,79% (14% di atas KL)
• Jagung
• 1. Tanah Entisol
• I.I. Regresi tinggi tanaman maksimum atas kadar Kadar Air
• y = 27,546 + 9,377 x - 0,118 x2 dengan r2 = 0,983
• Tinggi tanaman maksimum tertinggi 213 cm dicapai pada kadar
Kadar Air37,35% (TKA)
• 1.2. Regresi berat kering tanaman atas kadar Kadar Air 0
• y= 10,169 + 3,307 x - 0,034 x2 dengan r2 = 0,990
• Berat maksimum 65,92 g/pot (kira-kira setara dengan 11,5 ton. ha-1))
dicapai pada kadar Kadar Air 37,35% (TKA)
• 2. Tanah Oxisol
• 2.1. Regresi tinggi tanaman maksimum atas kadar Kadar Air 0
• y = - 43,153 + 8,866 x - 0,07 x2 dengan r2 = 0,99
• Tinggi tanaman maksimum tertinggi 222 cm dicapai pada. kadar
Kadar Air 48,54% (TKA)
• 2.2. Regresi berat kering tanaman atas kadar Kadar Air
• y = - 7,639 + 1,437 x + 0,008 x2 dengan r2 = 0,996
• Berat maksimum 80,96 g/pot (kira-kira setara dengan 14,2 ton. ha-l)
dicapai pada kadar Kadar Air 48,54% (TKA
• Karang Tanah
• Tanah Alfisol
• I.I. Regresi berat biji 0 kering atas kadar Kadar Air
• y 94,615 + 3,330 x dengan r2 = 0,986
• Pada TKA diperoleh berat biji kering, 6,3 g/tanaman (kira-kira setara
dengan 1,1 ton. ha-l)
• 1.2. Regresi berat kering tanaman atas kadar Kadar Air
• y = - 31,822 + 1,256 x dengan r2 = 0,998
• Pada TKA diperoleh berat kering tanaman 2,6 g/tanaman (kira-kira
0,5 ton. ha- I )
• 1.3. Regresi lugs total dawn atas kadar Kadar Air
• log y = - 9,143 + 0,571 x - 0,006 x2 dengan r2 = 0,957
• Luas total maksimum 4.027 cm 2 /tanaman (kira-kira setara
dengan 7.249 m 2. ha- I ) dicapai pada kadar Kadar Air 47,11%
(17% di bawah TKA)
• 1.4. Regresi laju pertumbuhan rerata atas kadar Kadar Air
• y = -5,262 + 0,249 x - 0,001 x2 dengan r2 = 0,996
• Pada TKA laju pertumbuhan 6 mm. hari-1, sedang pada 85% TKA 4
mm.hari-1. Secara teori menurut kurva regresinya,laju
maksimum 10 mm.hari-1 dicapai kadar Kadar Air tanah 124,5%
(64% di atas TJ)
• Tanah Vertisol
• 2.1. Regresi berat biji kering atas kadar Kadar Air
• y = -83,273 + 5,702 x - 0,051 x2 dengan r2 = 0,548
• Berat maksimum 5,0 g/pot tanaman (kira-kira setara
dengan 0,9 ton. ha1 ) dicapai pada kadar Kadar Air 55,53% (
10% di bawah TKA)
• 2.2. Regresi berat kering tanaman atas kadar Kadar Air
• Y= 30,987 + 13,257 In x dengan r2 = 0,623
• Pada TKA diperoleh berat kering tanaman 1,6 g/tanaman (kira-
kira setara dengan 0,3 ton.ha- I )
• 2.3. Regresi lugs total dawn atas kadar Kadar Air
• y = 724,644 e0,01 x dengan r2 = 0,113
• Hubungan tidak nyata
• 2.4. Regresi laju pertumbuhan 'rerata atas kadar Kadar Air
• y = - 3,563 + 0,220 x - 0,002 x2 dengan r2 = 0,690
• Laju pertumbuhan rerata maksimum 2 mm.hari-1 dicapai pada
kadar Kadar Air 52,21% (15% di bawah TKA
• Data percobaan itu menunjukkan, bahwa rupa-rupanya kadar
Kadar Air diantara KL dan TKA secara umum berdaya terbaik
atas keragaan tanaman pangan, baik berupa pertumbuhan
vegetatif maupun berupa perkembangan generatif. Perlu di
catat, bahwa khusus untuk kacang tanah pada tanah Alfisol
tampaknya kadar Kadar Air tanah untuk keragaan tanaman
secara maksimum berada di atas TKA. Penemuan ini perlu
ditelaah lebih lanjut.
• Kalau angka hasil percobaan itu dibandingkan dengan angka
hasil pengamatan atau percobaan sejenis yang ditemukan
dalam pustaka dapatlah disimpulkan bahwa upaya
merasionalkan penggunaan air dalam pertanian mengandung
harap yang digogokan. Padi jenis sawah yang digogokan
dapat memberikan gabah kering sebesar 1,8 - 2,6 ton.ha-1
dengan Kadar Air tanah hanya 14% di atas KL. Dalam
hubungan dengan soal ini laporan Kanwar (1977)
memberikan dukungan yang sangat baik. Percobaan pada
CRRI di Cuttack menghasilkan hasil panen padi sawah yang
diairi secara penggenangan terus-menerus sebesar 7,6 ton
/ha
• Pertanaman yang irigasi barn diberikan pada waktu
tanah mulai menunjukkan gejala kering menghasilkan
panen 7,7 ton.ha-1, berarti 101% dari hasil yang
pertama. Jumlah air seluruhnya yang diperlukan pada
care irigasi pertama ialah 2.566 mm.ha-1, sedang pada
cara irigasi kedua hanya 900 mm.-1,ha berarti hanya
35% dari yang diperlukan padacara pertama.
• Nyberg dan Sardi (1978) melaporkan hasil yang mirip
dari suatu percobaan di Indonesia. Percobaan dilakukan
pada musim kemarau 1972 di Muara, Ngale dan
Mojosari dengan jenis padi sawah Pelita 1/2. Hanya
beberapa angka yang lebih gayut saja yang
dibicarakan di sini. Dari petak sawah yang digenangi
terus menerus dengan air mengalir diperoleh
hasilpanen purata dari ketiga tempat itu sebesar 6,4
ton.ha-1 (angka indeks 100).
• Petak sawah- yang digenangi terus menerus dengan air
ladung (stagnant) memberikan hasilpanen purata 6,0
ton.ha (angka indeks 94). Petak sawah yang Kadar Air
tanah dipertahankan terus pada KL secara purata
menghasilkan 5,8 ton.ha-1 (angka indeks 91). Sudah
dapat dimaklumi mengapa penggenangan dengan air
mengalir memberikan hasilpanen lebih tinggi daripada
yang digenangi dengan air ladung. Air mengalir
membawa oksigen kedalam tanah yang berguna untuk
rnempertahankan kadarnya pada aras (level) yang
cukup. Air mengalir juga bermanfaat untuk
menyingkirkan CO 2 yang melonggok dari respirasi.
Dengan demikian meskipun tanah tergenang, air
mengalir dapat menangkal pembentukan lingkungan
yang terlalu reduktif dalam tanah, sehingga
pembentukan hasil anaerobiosis yang beracun dapat
ditekan.
• Disamping itu pada siang hari air ladung dapat
mencapai suhu yang cukup tinggi yang dapat
mengganggu tanaman. Penulis pertama pernah
mengukur suhu air sawah ladung setinggi 40oC.
Hanya karena padi merupakan tanaman yang
bersifat'menghindari kekurangan oksigen
(oxygen deficit avoidance)' sajalah maka hasil
panen dengan dua cara penggenangan itu tidak
berbeda banyak. Tanaman padi diperlengkapi
dengan sistem saluran hawa yang
menghubungkan daun pada akar.
• Dari percobaan itu terbukti pula, bahwa padi
sawah masih dapat memberi hasil baik pada
Kadar Air tanah KL. Imbangan kebutuhan air
total antara yang digenangi dan yang
ditumbuhkan pada KL dapat dihitung secara
sederhana sebagai berikut.
• Ambilah air genangan setebal rerata 5 cm. Lapisan tanah
permukaan setebal 20 cm berada dalam keadaan jenuh air dan
tanah yang dilumpurkan itu mempunyai b.v. 1,5. Harga KL diambil
dari Daftar 1 makalah ini dan kadar jenuh dihitung baik dari TKA dan
KL. Kebutuhan air petak KL berkisar antara 31% dan 44% dari
kebutuhan petak yang digenangi dengan purata 35% untuk keempat
macam tanah tersebut dalam Daftar 1 itu. Angka ini sama benar
dengan yang dilaporkan oleh Kanwar mengenai petak yang air
irigasinya baru diberikan pada saat tanah memperlihatkan tanda-
tanda kering. Data lain yang disampaikan oleh Nyberg dan Sardi
menunjukkan secara jelas, bahwa petak sawah memerlukan
drainase selama pertumbuhan padi.
• Hal ini sejalan dengan apa yang telah dibicarakan tentang kebaikan
mnggenangan dengan air mengalir. Meskipun drainase sisipan tidak
merperbaiki hasil panen dibandingkan dengan penggenangan
ladung, namun tindakan itu dapat menurunkan bobot butir puso dan
jumlah anakan lambat. Ini berarti, bahwa drainase bermanfaat
memperbaiki kejituan pengelolaan kesuburan tanah. Maka di India
misalnya, ditekankan sekali kepentingan drainase sebagai anasir
mutlak dari proyek-proyek irigasi (Bhumbla, 1981).
• Hasilpanen kacang tanah di dunia berkisar
antara 0,4 ton.ha- I. di Afrika dan 1,3 ton.ha- I di
Amerika Utara biji kering. Angka ini
dikonversikan dengan faktor 0,6 dari angka
polong kering yang dilaporkan oleh ILACO B.V.
(1981). Percobaan Gunung Kidul menghasilkan
0,9 - 1,1 ton.ha-1 biji kering dengan pengaturan
Kadar Air tanah di sekitar TKA. Jadi percobaan
ini memberikan hasil yang mengesankan.
Gambar-gambar 3 s.d. 10 dapat memberikan
kejelasan tentang peranan Kadar Air tanah
dalam mempengaruhi keragaan tanaman.
Irigasi
• Menurut Buringh (1979) banyak wilayah di
kawasan iklim tropika dan subtropika hanya
memerlukan irigasi suplemental. Ucapan ini
berkenaan dengan kenyataanbahwa iklim cukup
basah, atau di wilayah yang iklimnya kurang
basah terdapat faktor kompensasi berupa tanah
lempungan yang mempunyai daya simpan
Kadar Air cukup besar. Dengan mempelajari
perangai hidrologi tiap macam tanah perangai
tiap macam tanaman dalam menghadapi
keadaan keKadar Airan tanah dan berusaha
memanfaatkan curah hujan sebaik-baiknya,
dapatlah dicapai penghematan air irigasi secara
nyata.
• Dalam risalah FAO (1981) yang disusun untuk
pertemuan ke-15 International Rice Commision (IRC)
ditekankan, bahwa masalah sawah tadah hujan telah
terlewati oleh penelitian. Padahal sawah tadah hujan
merupakan sistem produksi tunggal terbesar di negara-
negara sedang berkembang dan mencakup kira-kira
setengah luas wilayah panenan padi. Selanjutnya
dikatakan, bahwa pada masa lampau perhatian terlalu
khusus dipusatkan pada sawah irigasi. Pembenahan
ketimpangan perhatian ini hares menjadi salah satu
unsur pokok dalam strategi dan kebijakan masa depan.
Sekalipun lahan irigasi tetap memikul tanggung jawab
atas kebanyakan peningkatan produksi, namun demikian
pada masa sekarang dan masa mendatang yang cukup
panjang pertanian tadah .hujan akan tetap penting.
• Kepentingan pertanian tadah hujan timbul dari
hal-hal berikut ini
• Di banyak tempat dapat dikatakan tidak ada
pilihan lain kecuali mengembangkan pertanian
tadah hujan, atau pertanian rawa
• Banyak pengusaha pertanian tadah hujan terdiri
atas petani kecil yang paling miskin, yang
menjadi pusat perhatian dalam setiap strategi
dan kebijakan pembangunan dan
pengembangan pedesaan
• Di banyak negara sedang berkembang
penanaman modal dalam produksi sawah
tadah hujan akan bersifat lebih mempan biaya
(cost effective) daripada dalam sawah irigasi
• Meskipun kebanyakan ahli padi setuju,
bahwa akan lebih sulit mengembangkan
teknologi maju bagi sawah tadah hujan
datripada sawah irigasi (penguasaan air,
penguasaan gulma, pengendalian erosi
dsb.), namun analisis yang dikerjakan oleh
Long Range Planning Committee dari IRRI
mengenai keuntungan potensial yang dapat
diperoleh dari penelitian dan penyuluhan
padi di Asia Selatan dan Tenggara dari
tahun 1970an sampai tahun 1990an
menunjukkan, bahwa lebih daripada
sepertiga keuntungan dapat berupa
peningkatan produksi sawah tadah hujan
(FAO, 1982).
• Irigasi pada asasnya berfungsi selaku penunjang
hujan dalam mencukupi persediaan Kadar Air tanah
bagi pemenuhan kebutuhan tanaman. Berdasarkan
konsep kerja seperti ini maka sebagian besar
wilayah Indonesia cukup dilayani dengan irigasi
suplemental. irigasi penuh diperlukan di bagian
timur Propinsi Nusa Tenggara Barat. scluruh
Propinsi Nusa Tenggara Timur, kecuali barangkali
Flores, seluruh Propinsi Timor Timur, Propinsi
Sulawesi Tengah,kecuali barangkali bagian Tengah,
bagian selatan Propinsi Sulawesi Tenggara, dan di
beberapa bagian tcrbatas Pulau Jawa (daerah G.
Kidul dan G. Sewu), Pulau- Bali (Ujung selatan)dan
Pulau Lombok selatan - baratdaya).
• Orang sering lupa, bahwa irigasi itu tidak bebas dari
sifat membahayakan produktivitas tanah dan mutu
lingkungan hidup. Kenyataan telah menunjukkan,
bahwa tanah yang dipersawahkan, telah lama
mendapat irigasi, lebih-lebih yang dipersawahkan,
berubah sifat-sifatnya dibandingkan dengan yang
dimilikinya semula.
• Tanah yang semula merupakan cumber daya
alamiah secara murni kemudian memperoleh ciri-ciri
tambahan antropogen. Ada orang yang
mengatakan, bahwa tanah adalah tanah buatan
orang. Tanah buatan tidak selalu lebih baik daripada
tanah aselinya, apalagi kalau dalam 'pembuatannva'
kita tidak bcrlaku hati-hati karena :
• Struktur tanah rusak dan tanah bertambah mampat yang
tidak mudah diperbaiki, karena agrcgat-agregat tanah
terdispersi melampaui batas oleh air yang berlimpah.
Kemunduran keadaan fisika tanah ini tersidik dari
peningkatan b.v. (Gambar 11), penurunan porositas total
(Gambar 12), kadar pori perembihan cepat (Gambar 13),
kadar port perembihan lambat (Gambar 14), dan
permcabilitas (Gambar 15) serta peningkatan nilai
perbandingan dispersi (Gambar 16). Peningkatan NPD
berarti tanah makin mudah tersuspensi dan terangkut oleh
ahran air, sehingga tanah bertambah rentan (susceptible)
terhadap erosi air.
• Tanah mcngalami gleisasi kuat karena tumpat air
(waterlogging) dengan berbagai akibatnya (tanah
terdegradasi yang menimbulkan kekahatan Fe dan/atau
Mn, tcrbentuk hasil anaerobiosis berupa scnyawa beracun
dsb.) Di daerah iklim lembab sampai basah menimbulkan
pendangkalan air tanah, yang pada gilirannya
mendangkalkan jeluk mempan tanah (soil effective depth).
• Di daerah iklim setcngah tiering sampai sering
menimbulkan kegaraman tabah yang gawat. 24
• Penurunan mutu lingkungan hidup dapat terjadl karena
air sisa irigasi melimpah masuk ke perairan permukaan
(sungai, danau) dan/atau air tanah secara tidak
beraturan. Air ini, yang membawa sisa berbagai bahan
kimia terlarut, seperti pupuk dan pestisida, dan bahan
tersuspensi dari petak-petak sawah, menjadi sumber
pencemaran. Khususnya pencemaran karena nitrat dan
fosfat dapat menimbulkan eutrofikasi perairan (kadar
oksigen minimal dan bahan organik melonggok karena
perkembangan gulma air yang pesat). Kadar nitrat yang
melampaui batas meracuni hewan dan manusia.
Pencemaran semacam ini dinarnakan 'nonpoint' karena
kedatangannya meliwati jalan penyaluran yang tidak
beraturan. Oleh ka rena asal usulnya sukar ditelusur
maka penanggulangannya menjadi juga sulit sekali
(Stewart dkk., 1975).
• Mengingat akibat-akibat buruk tersebut di atas maka
kepentingan penyediaan sarana drainase yang
terencana balk sebagai kelengkapan sistem irigasi tidak
dapat ditawar lagi. Dalam rencana irigasi yang benar-
benar boleh disebut 'teknis', pengadaan drainase harus
menjadi bagian hakik. Dapatlah dimaklumi pendapat
yang pernah dikemukakan oleh seorang ahli asing dari
Jepang, bahwa irigasi 'teknis' di Indonesia baru
mencapai sekitar 2 % dan ini pun hanya ada di kebun-
kebun percobaan atau petak-petak percontohan.
Pengalaman pahit India dalam hal ini hendaknya dapat
kita ambil sebagai pelajaran yang berhargaBhumbla
(1981) melaporkan, bahwa di dalam kawasan proyek
irigasi gravitasi Tawa, yang pembangunannya memakan
waktu 20 tahun, tanahnya telah mengalami kemunduran
karena tumpat air hanya dalam waktu 3 tahun setelah
proyek berjalan. Proyek ini terletak di daerah bercurah
hujan tinggi dan bertanah Vertisol.
• Di kawasan proyek irigasi gravitasi Bhakra, air tanah
mendangkal dengan laju yang mengkhawatirkan. Pada
waktu proyek mulai berjalan pada tahun 1965 jeluk air
tanah adalah 20 m. Pada waktu sekarang jeluknya
tinggal 3 m, berarti laju pendangkalannya lebih daripada
1 m.tahun-1. Proyek ini berada di daerah iklim kering
untuk mengembangkan pertanaman kapas. Sudah
tampak tanda-tanda produksi kapas menurun.
Diperkirakan kapas akan hilang dari daerah ini dalam
waktu 10 tahun kalau tidak segera diadakan perbaikan
drainase. Kematian daerah kapas pernah terjadi pula di
Pakistan yang mengenai beberapa daerah kapas utama.
• Bhumbla (1981) juga mengingatkan, bahwa kalau
mengadakan drainase maka yang dituju ialah
menurunkan air tanah yang terlalu tinggi, lebih-lebih
kalau ketinggian air tanah itu bersamaan dengan
kegaraman air yang tinggi. Janganlah mengadakan
drainase yang justru lebih banyak ditujukan kepada
pembuangan air hujan, seperti yang umum terjadi di
India.
• Akibat dari kebiasaan ini ialah air hujan yang baik dibuang ke laut,
sedang air yang asin justru dipertahankan. Seharusnya air tanah
yang buruk itu yang dibuang dan diganti dengan air hujan atau air
irigasi yang balk. Jadi air tanah yang garaman dibuang dengan
drainase lateral, sedang air hujan atau air irigasi yang berlebihan
dikurangi dengan drainase vertikal. Meskipun di daerah iklim kering
pun irigasi harus dilengkapi dengan drainase untuk mencegah
penggaraman tanah atau mencegah pembentukan air tanah
bertengger (perched ground water) yang dangkal dan garaman. Air
irigasi dapat dihemat dengan jalan (1) pemberian berkala
(intermittent)sesuai dengan kebutuhan optimal, dan (2)
memperhitungkan jumlah air yang diterima langsung dari hujan.
Kekerapan (frequency) pemberian air tergantung pada (1) laju
penggunaan air (consumptive used) yang seharga dengan
evapotranspirasi aktual (ETa), (2) laju penyaluran air sepanjang
permukaan tanah (R), (3) laju pe rembihan (seepage and
percolation; SP), dan (4) jumlah Kadar Air tanah yang akan
disimpan (M). ETa ditentukan oleh keadaan cuaca, macam dan
umur tanaman - Berta kerapatan pertanaman. R ditentukan oleh
bentuk muka lahan. SP ditetukan oleh morfologi tubuh tanah dan
jeluk air tanah. M ditentukan oleh daya simpan Kadar Air tanah dan
maksud irigasi.
• Untuk tiap satuan petak irigasi dan air diberikan tidak
sampai meliwati titik jenuh, R adalah nihil. Apabila
jumlah air yang diberikan tidak banyak melampaui KL,
laju perembihan kecil sehingga untuk perhitungan umum
dapat diabaikan. Tinggal ETa dan M yang harus
diperhitungkan. Untuk perhitungan ini dibuat be- berapa
pengandaian (assumptions) sebagai berikut:
• ETa rerata 3 mm per hari
• Kadar Kadar Air optimum antara KL dan TKA
• Irigasi dibatasi dalam lapisan tanah permukaan setebal
30 cm, yang mempunyai b.v. 1,5g/cm3
• Jangka waktu hidup tanaman yang memerlukan air 90
hari dan dipertahankan pada kadar optimum.
• Pada keadaan awal Kadar Air tanah berada pada titik
layu tetap, (TLT), yang dapat dihitung batik dari TKB dan
KL, yaitu 2 TKB KL.
• Selama masa irigasi tidak jatuh hujan.
• Untuk memperoleh gambaran yang lebih
mudah ditangkap, kadar Kadar Air
tanah,
• Dalam persen diubah menjadi jumlah air
dalam mm dengan persamaan konversi
mm air = % Kadar Air = Kadar Air x 3 x
1, 5.
• Perhitungan ini memakai dua macam
tanah yang berbeda secara ekstrim dalam,
hat keKadar Airan tanah, yaitu Entisol dan
Vertisol, untuk memperoleh kisaran
gambaran yan
Entisol
TKA 37,35% = 168 mm
TLT 10,70% = 48 mm
Selisih = 120 mm
Selisih ini menunjukkan jumlah air irigasi yang harus
diberikan
TKA 37,35% pertama kah.
= 168 mm
KL 21,60% = 97 mm
Selisih = 71 mm
Selisih ini menunjukkan jumlah air yang yang habis
dipakai untuk Eta dalam waktu 71 : 3 = 23 hari.
Jumlah hari menunjukkan jarak waktu pemberian air.
Jadwal waktu irigasi dan jumlah air yang diberikan
Hari pertama 120 mm
Hari ke 23 71 mm
Hari ke 46 71 mm
Hari ke 69 71 mm (ini hari terakhir karena
sampai dengan hari ke 90 belum ada 30
Jumlah hari)
333 mm
Oleh karena 333 mm dipakai untuk mencakup 90
hari maka secara rerata debit aliran yang
diperlukan ialah 0,43 liter/detik
• Vertisol
TKA 61,44 % = 276 mm
TLT 22,00% 99 mm
Selisih 177 mm
TKA 61,44% 276 mm
KL 42,66% 192 mm
Selisih 84 mm
8 4 : 3 = 28 hari
Jadwal waktu irigasi dan jumlah air yang diberikan
Hari pertama 177 mm
Hari ke 28 84 mm
Hari ke 56 84 mm
Hari ke 84 84 mm (hari terakhir)
Jumlah 429 mm
Debit aliran yang diperlukan secara rerata
0,55 liter.per detik
• Entisol yang bertekstur lebih kasar dan
permeabilitasnya lebih besar, sehingga
karena itu mempunyai daya simpan Kadar
Air lebih kecil, daripada Vertisol
memerlukan pemberian air lebih sering,
akan tetapi setiap kali pemberian lebih
sedikit. Dalam misal ini pemberian air
kepada Entisol lebih sering sebanyak
22%, akan tetapi setiap kali lebih sedikit
15%, sehingga kebutuhan totalnya lebih
rendah 22%.
• Gambar 17 menjelaskan perubahan jumlah Kadar Air dalam tanah
menurut waktu di bawah sistem irigasi berkala. Kalau Entisol
diperlakukan sama seperti Vertisol maka akan terjadi akibat
berikut ini :
• Pada setiap awal masa tenggang irigasi (setiap akhir masa irigasi)
akan terjadi kelebihan air di atas TKA sebanyak 34%.
• Pada setiap akhir masa tenggang irigasi (setiap awal masa irigasi)
masih ada persediaan air sebanyak 45% di atas KL (16% di bawah
TKA)
• Waktu 19 hari pertama dari masa tenggang irigasi merupakan masa
risiko, oleh kare33
• na kadar Kadar Air berada di atas TKA, sehingga
• Laju perembihan dapat terdorong meningkat yang dapat
menyebabkan SP tidak lagi dapat diabaikan, berarti irigasi menjadi
bersifat boros
• Tanah lebih rentan terhadap gleisasi dan tumpat air mengingat,
bahwa kapasitas sangga terhadap tambahan air yang mungkin
datang dari hujan tinggal kecil kalau sebaliknya, Vertisol yang
diperlakukan sama seperti Entisol maka akan teriadi akibat seperti
ini :
1. Pada setiap akhir masa irigasi (memasuki setiap masa
tenggang irigasi) pengisian kembali persediaan air
hanya mencapai 79% dari kapasitas penuh .
2. Pada setiap akhir masa tenggang irigasi (memasuki
setiap masa irigasi) jumlah persediaan air sudah turun
di bawah KL sebanyak 22%.
3. Penurunan persediaan air di bawah KL berlangsung
selama 14 hari terakhir dalam masa tenggang irigasi
yang menjadikannya masa risiko kekurangan air
4. Dalam kenyataannya penurunan persediaan air dapat
lebih tajam karena tanah ini meretak lebar dan dalam
waktu kering; kekuatan meretak juga merupakan
bahaya mekanik berupa pemutusan akar-akar halus
yang justru memegang fungsi utama dalam
penyerapan air dan hara.
• Gambar 18 menjelaskan persoalan-persoalan ini. Apa
yang telah diuraikan panjang lebar tentang
memperlakukan suatu macam tanah seperti macam
tanah yang lain yang sangat berbeda sifat-sifat
hidrologinya, bermaksud menegaskan, bahwa dalam
merencanakan irigasi tidak mungkin tanah itu
disamaratakan.Maka perencanaan irigasi harus
didasarkan atas harkat keteririgasian (iirigability) lahan.
Harkat lahan untuk irigasi ditetapkan oleh 6 faktor
pokok :
1. Keadaan iklim
2. Bentuk medan
3. Hidrologi tanah
4. Penaksiran (assessment) kesudahan saling tindak
antara tanah dan air irigasi
5. Ketersediaan sumber air
6. Bentuk pemanfaatan lahan yang dirancangkan
• Irigasi bukan anal memberi air kepada sebidang lahan. Selaku
suatu sistem pengelolaan lahan, irigasi memiliki semua gatra
(aspect) pengelolaan. Gatra-gatra itu antara lain:
1. Kemempanan (effectiveness) yang tumbuh dari konsep fisik yang
benar
2. Kejituan (efficiency) yang tumbuh dari perhitungan teknik dan
ekonomi yang sehat
3. Keserbacakupan perencanaan (comprehensiveness of planning)
yang muncul dari pengertian tentang hakekat sumberdaya yang
serbamatra (multidimensional) dan berdampak vektoral ganda
(multivectoral)
4. Kelestarian manfaat yang berlatar belakang kemakluman tentang
ciri stokastik (probabilistik) semua gejala alam
5. Kelenturan pemutusan tindakan (flexibility of decision of action)
yang berpijak pada keyakinan akan kenisbian kenyataan (relativity
of facts)
6. Keserasian sosial-budaya yang berkembang dari pengenalan
tentang hakekat teknologi yang merupakan kesudahan daya cipta
manusia untuk memenuhi kebutuhan naluri akan kesejahteraan
Penutup
• Irigasi di Indonesia dibangun dan diurus langsung oleh
pemerintah dan hampir selalu melibatkan biaya yang
sangat tinggi, baik berupa uang maupun berupa
keahlian. Maka kebenaran konsep, rencana dan
pelaksanaan menjadi kepentingan seluruh rakyat
Indonesia, tidak saja mereka yang langsung
berkepentingan, akan tetapi juga mereka yang tidak
memiliki atau menggarap lahan pertanian karena
persoalan itu menyangkut kekayaan (asset) nasional
dan peninggalan (heredity) bangsa. Air irigasi yang
disediakan secara cuma-cuma boleh jadi menjadi sebab
penting atas keborosan pemakaian air dan kemalasan
memanfaatkan curah hujan sebaik-baiknya terlebih dulu
sebelum berteriak meminta air irigasi1
• Pembuatan waduk-waduk besar, disamping
berkegunaan banyak, tidak luput mempunyai berbagai
segi lain yang tidak menguntungkan menurut
pertimbangan tataguna lahan dan tata lingkungan hidup
:
1. Memakan lahan juga di hulu, balk untuk bangunan
waduknya sendiri beserta jari
2. Berkaitan dengan butir pertama itu maka tataguna lahan
hulu terpaksa harus diubah atau disesuaikan, yang tidak
selalu mungkin, sehingga tidak ada pilihan ngan saluran
penyalur induknya, maupun untuk kawasan
lindungnyalain kecuali memindahkan penduduk juga
secara besar-besaran. Hal ini mempunyai persoalan
sendiri yang tidak kalah berat, bahkan barangkali lebih
berat karena menyangkut langsung manusia dengan
segala liku-liku kepentingan dan selera pribadi. Dalam
kegiatan pelayanan masarakat luas, apa pun maksud
dan tujuannya, tidak ada alasan yang cukup kuat untuk
apriori mengabaikan hakekat kebinekaan manusia itu.
3. Korbanan yang harus diberikan oleh penduduk hulu
menghasilkan barang-hasil (product) yang kebanyakan
kali hanya ternikmati manfaatnya oleh penduduk hilir.
Waduk menghasilkan air irigasi untuk petani hilir.
Waduk mencegah banjir untuk melindungi penduduk
hilir. Waduk menghasilkan listrik yang biasanya juga
dialirkan untuk kegiatan produktif dan kenikmatan
hidup di hilir. Ketimpangan antara kehidupan hulu dan
hilir, yang memang sudah ada dan selalu akan ada
karena terbawa oleh alam lingkungan (perhatikan
ungkapan 'orang gunung', 'orang udik', yang
menyiratkan 'keterbelakangan', 'kesantrian',
lawan'orang ngarai', 'orang pesisir', yang menyiratkan
'kegairahan', 'kelincahan''kemajuan') , akan makin
bertambah nyata.
4 Waduk merupakan danau buatan luas, yang
memberikan dampak yang dapat merugikan
lingkungan hidup. Kenyataan yang sudah menjadi
pengetahuan lingkunga menjadi ialah peranan waduk
sebagai tempat berpijak (breeding ground) berbagai
yang kemudian menyebar ke berbagai penyakit dan
parasit manusia dan ternak, yang mengalir melalui
saluran penyalur dan pembagi air (misalnya penyakit
kaki gadjah).
5. Pembuatan waduk terbukti tidak kecil akibatnya atas
penghilangan hutan (deforestation) di hulu. Menurut
catatan di India dari 4 juta hektar penghilangan hutan
sejak tahun 1952, 0,4 juta hektar di antaranya
disebabkan oleh pembuatan waduk (Bhumbla, 1981).
Pertanyaan yang timbul ialah, apa yang lebih baik
untuk mengembangkan sumber air, membiarkan hutan
untuk menaikkan cadangan air tanah dan
melembabkan cuaca, ataukah menghilangkan hutan
untuk membuat penampung air besar di atas muka
lahan
• Pembangunan waduk harus didahului dengan ANDAL
karena waduk memberikan dampak yang tidak kecil
kepada lingkungan hidup. ANDAL yang lengkap terdiri
atas kegiatan inventarisasi lingkungan (environmental
inventory, EI), penaksiran dampak lingkungan
(environmental impact assessment, EIA) dan pernyataan
dampak lingkungan (environmental impact statement,
EIS). Yang terakhir ini penting sekali karena menetapkan
apakah suatu kegiatan dapat diterima untuk dilaksana
kan dan apakah persyaratan pelaksanaannya untuk
membatasi sampai terabaikan dampak kegiatan itu
kepada lingkungan, balk sekarang maupun pada masa
mendatang. Kejituan irigasi biasanya ditetapkan
berdasarkan kemampuan suatu bangunan irigasi
mengairi sejumlah lugs lahan tertentu.
• Untuk ini kapasitas salur yang direncanakan dibagi dengan
kebutuhan air tiap hektar. Kebutuhan air tiap hektar dihitung
berdasarkan sistem yang ada, yang dari jumlah air yang
dilepaskan dari waduk tidak pernah mencapai petak
pertanaman. Dengan demikian angka pendugaan umum
menjadi selalu terlalu tinggi. Maka Biswas, (1982) sampai
mengatakan, bahwa para perencana air pada umumnya
menggunakan suatu sistem yang tidak jitu, sekurang-
kurangnya secara tersirat. Karena data dasar berasal dari
sistem yang tidak benar maka ketidak-jituan pendugaan
selalu terjadi. Daripada membuat sistem irigasi lebih jitu dan
kemudian merawatnya balk-balk, sering terdapat
kecenderungan untuk mencari sumber air barn untuk irigasi.
Kecenderungan ini seringkali harus dibayar mahal, a.l. karena
melibatkan pengalihan air antar cekungan (interbasin water
transfer). Pilihan yang lebih murah, dan dapat dilaksanakan
dalam waktu lebih singkat dengan tenaga kerja dan
keterampilan setempat, ialah memperbaiki tingkat kejituan
sistem irigasi yang ada (Biswas and Golubev, 1979). Menurut
penelitian di Indonesia, kejituan penyaluran air dalam jaringan
tersier di daerah irigasi pantai tidak lebih daripada 70%
(Departemen Ilmu Tanah, 1972)
• Dalam merencanakan, melaksanakan dan menyimak
kegiatan suatu proyek irigasi, pengertian kejituan yang
diperlukan bukanlah kejituan pembangunannya,
melainkan kejituan fungsi, yang dalam hal ini ialah
kejituan pemberian air pada petak pertanaman. Jadi
yang menjadi tujuan pokok ialah 'water application
efficiency' dan bukan 'water sources development
efficiency'. Kedua macam ukuran kejituan itu tidak selalu
bergandengan. Kejituan pengembangan sumber air
secara tersirat mengarah ke keuntungan total proyek,
yang pada hakekatnya bekerja dengan ukuran-ukuran
rerata. Kejituan penggunaan air secara tersirat
mempertanyakan siapa saja yang menjadi penerima
manfaat (beneficiaries) dan siapa yang akan
menanggung beban pembiayaan. Maka masalah risiko,
persamaan kesempatan (equity) dan agihan pendapatan
secara regional menjadi menonjol Pembenahan.
• Pengertian dari 'kejituan' sangat diperlukan
mengingat, bahwa pada saat ini 80% dari
keseluruhan jumlah air yang dipergunakan di
dunia dipakai dalam sektor (Biswas, 1982).
Memang mungkin dibuat optimal untuk
keseluruhan sistem, akan tetapi tiap subsistem
tidak akan bekerja secara optimal. Makin
berbeda sifat subsistem yang satu terhadap
yang lain, tiap subsistem harus memberikan
korban makin banyak berupa jarak yang makin
jauh dari titik optimumnya sendiri untuk dapat
memperoleh keoptimuman sistem. Dalam
keadaan seperti inilah pengoptimuman
subsistem irigasi tidak dicari pada bangunan
irigasi, akan tetapi pada lahan irigasi. Pada
lahan irigasi sudah terpisahkan dari subsistem
yang lain.
BAB 10

KEBUTUHAN AIR TANAMAN


1. PENGGUNAAN AIR DAN
KEBUTUHAN AIR
• Sebagian besar air yang diabsorbsi oleh tanaman dikeluarkan lagi ke
atmosfer lewat proses transpirasi, kehilangan air selain dari
transpirasi juga terjadi lewat permukaan tanah yang disebut sebagai
evaporasi. Dimana evaporasi diartikan sebagai kehilangan air dalam
bentuk uap dari permukaan air.
• Di lapangan proses tranpirasi dan evaporasi terjadi bersamaan
umumnya dijadikan satu yang disebut “Evapotranspirasi”. Dengan
demikian evapotranspirasi merupakan jumlah air yang diperlukan
oleh tanaman.
• Evaporasi dipengaruhi oleh kondisi iklim, terutama temperatur,
kelembaban, radiasi dan kecepatan angin, serta kandungan air
tanah.
• Dengan terjadinya evaporasi, maka kandungan air tanah turun,
dengan demikian maka kecepatan evaporasi akan turun. Difusifitas
• Hal ini berarti meningkatkan hambatan pergerakan air dari mintakat
perakaran ke permukaan akar, yang menyebabkan penurunan air
tanah juga akan menurunkan transpirasi. Dengan demikian maka
evapotranspiasi tanaman sesungguhnya atau evapotranspirasi
aktual (ETa) lebih rendah dari kebutuhan evapotranspirasi.
• Yang dimaksud dengan kebutuhan evapotranspirasi adalah
evapotranspirasi pada kondisi air tanah tidak menjadi faktor
pembatas.
• Evapotranspirasi potensial (ETo) adalah kecepatan evapotranspirasi
yang ditentukan oleh kondisis iklim
• Evapotranspirasi maksimum (ETm) adalah dengan menjumlahkan
evapotranspirasi selama satu periode pertumbuhan tanaman dalam
kondisi air tanah dapat memenuhi permintaan evapotranspirasi maka
akan diperoleh kebutuhan air tanaman (crop water requirement).
• Evapotranspirasi aktual (ETa) adalah evapotranspirasi yang terjadi
pada kondisi kandungan air tanah dilapangan disebut “Penggunaan
air tanaman (crop water use)”.
• Absorbsi air oleh tanaman selama pertumbuhan berubah sesuai
dengan perkembangan tanaman.
• Absorbsi air tanaman akan meningkat dengan berkembangnya
tanaman dan akan mencapai maksimum pada saat indeks luas
daun maksimum.
• Untuk keperluan menghitung kebutuhan air tanaman (ETm) harus
diketahui nisbah evapotranspirasi maksimum terhadap
evapotranpirasi potensial (ETo).ETm dapat dihitung dengan
persamaan :
ETm = ETo * kc
Dimana kc= faktor kebutuhan air tanaman
• Evapotranspirasi potensial (ETo) dapat dihitung langsung dengan
mengalikan evaporasi dari panci (Eo) dengan koefisien panci (k
pan). Jadi :
ETo = Eo x k pan
• Evapotranspirasi potensial (ETo) juga dapat dihitung dengan
persamaan Penman, yaitu:
ETo = c [W*Rn+(1-W)*f(U)*(ea-ed)]
Dimana: c : faktor peubah yang merupakan nisbah kecepatan angin U
siang / U malam pada kondisi kelembaban udara (RH) dan radiasi
gelombang pendek.
W : faktor pemberat untuk temperatur dan ketinggian tempat
Rn : radiasi netto (mm/hari), yang dapat dihitung dengan;
Rn = 0,75Rs-Rnl, dengan (RS) radiasi gelombang pendek dalam
mm/hari. (Rnl) radiasi gelombang panjang dalam mm/hari
f(U) : fungsi angin yang besarnya : f(U) = 0,27 (1+U/100) dengan
kecepatan angin (U) dalam km/hari dan diukur pada ketinggian 2
m.
ea-ed: defisit tekanan uap air, yaitu perbedaan tekanan uap air dalam
keadaan jenuh (ea) padatemperatur terukur dan tekanan uap
air aktual (ed), dimana ed = ea * RH/100
2.HASIL TANAMAN DAN KETERSEDIAAN
AIR
• Jika ketetersediaan air dalam tanah cukup untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman, maka tingkat hasil tanaman akan ditentukan
oleh ketersediaan hara dan adanya serangan hama/penyakit. Bila
ketersediaan hara optimum, dan tanaman bebas dari hama penyakit
, maka tanaman akan memberikan hasil yang maksimum (Ym) pada
kondisi lingkungan tumbuhnya. Dalam hal ini, hasil maksimum (Ym)
tanaman ditentukan oleh potensi genetiknya dan kemampuaannya
untuk beradaptasi dengan iklim setempat.
• Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman
adalah temperature dan radiasi yang diterima selama pertumbuhan
tanaman. Secara umum temperatur menentukan kecepatan
perkembangan tanaman dan sebagai akibatnya akan
mempengaruhi lama periode pertumbuhan tanaman.
• Radiasi juga menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman karena
radiasi merupakan sumber energy bagi tanaman. Disamping
pengaruhnya terhadap temperature radiasi juga merupakan sumber
energi utama untuk fotosintesis. Jumlah radiasi yang diterima
tanaman ditentukan oleh lamanya periode pertumbuhan tanaman
dan kualitas penyinaran matahari selama pertumbuhan tanaman
tersebut.
• Beberapa tanaman memerlukan temperature atau panjang hari
spesifik untuk pembentukan atau perkembangan bagian-bagian
tanaman tertentu. Selain faktor iklim, lama periode pertumbuhan
tanaman sampai panen juga mempengaruhi hasil tanaman.
• Berdasarkan pada bahasan diatas, maka hasil tanaman dapat
diduga dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Salah satu model pendugaan hasil tanaman yang banyak digunakan
adalah model linier atau yang dikenal dengan metoda wageningen
dan terutama diperuntukkan tanaman jagung, gandum dan alfalfa.
• Model ini disebut model linier karena adanya anggapan bahwa hasil
biomassa tanaman berhubungan linier dengan evapotranspirasi, dan
hasil maksimum akan diperoleh pada tingkatan evapotranspirasi
maksimum.
Secara matematik, model Wageningen dapat ditulis sebagai
persamaan :
Yme = K*CH*CT*G*Yo*ETm/(ea-ed) (10.6)
Dimana;
Yme : Hasil maksimum eksperimen (kg/ha)
K : Faktor koreksi tanaman, yang merupakan factor untuk
menghitung jagung (K=1,9), sorgum(K=1,6), gandum musim
semi(K=1,17), gandum musim dingin(K=0,65), dan alfalfa(K=0,9) dari
hasil baku.
CH: Faktor koreksi hasil panen, yang menunjukkan bagian dari hasil
biomassa total yang dipanen.
CT: Faktor koreksi temperature
G : Lamanya periode pertumbuhan tanaman (hari)
Yo : Hasil biomassa total tanaman baku
Etm: Evapotranspirasi maksimum (mm/hari)
Ea-ed: Defisit tekanan uap air (m bar)
• Untuk dapat menghitung hasil maksimum (Ymc) dengan persamaan
tadi, langkah pertama adalah menghitung hasil biomassa total
tanaman baku (Yo). Untuk keperluan ini dapat digunkan metoda de
Wit (1965) yang didasarkan pada radiasi gelombang pendek yang
diterima oleh tanaman dengan
persamaan :
Yo = F*yo* + (1-F) yc
Dimana:
Yo: Biomassa kering total tanaman baku (kg/ha/hari)
F: Bagian waktu hari berawan
yo: Tingkatan produksi biomassa kering tanaman baku pada lokasi
tertentu pada kondisi hari berawan sepanjang hari(kg/ha/hari)
yc: Tingkatan produksi biomassa kering tanaman baku pada lokasi
tertentu pada kondisi hari bersih tak berawan (kg/ha/hari)
• Bagian hari berawan (F), dihitung dengan persamaan :
F = (Rse – 0,5 Rs)/ 0,8 Rse
Dimana:
Rse: radiasi gelombang pendek maksimum pada hari tak berawan
(cal/cm2/hari)
Rs: Radiasi gelombang pendek actual yang terukur (cal/cm2/hari).
Rs juga dapat dinyatakan dalam mm/hari ekivalen evaporasi (59
cal/cm2 = 1 mm).
jika yang tersedia hanya data lama penyinaran (n), maka Rs dihitung
dengan :
Rs = (0,25 + 0,50 n/N) Ra
Ra : Radiasi ekstra terrestrial
N : Lama penyinaran maksimum
• Metoda pendugaan hasil tanaman lainnya yang juga sering
digunakan adalah metoda “Zona agro-ekologi”. Untuk menduga
hasil potensial sesuatu spesies tanaman (Ymp) perlu dikoreksi
factor genetik tanaman yang menentukan prosoes pertumbuhan
pada tanaman pada kondisi iklim di lapangan.
• Secara matematik pendugaan hasil potensial suatu spesies
tanaman (Ymp) dapat dinyatakan dalam persamaan :
Ymp = cL * cN * cH * G * Yo
Dimana :
cL : Faktor koreksi untuk indeks luas daun
cN : Faktor koreksi produksi biomassa kering netto, yang
besarnya; cN = 0.6-0.5 untuk temperature rata-rata 20oC
cH : Faktor koreksi hasil biomassa yang dipanen
G : Lahan periode pertumbuhan tanaman (hari)
Yo : Hasil biomassa tanaman baku (kg/ha/hari) dan diduga
dengan persamaan :
Yo = F * (0,8+0,01 ym) * yo + (1-F)* ( 0,5+0,025)* Yc
Jika ym 20 kg/ha/jam,
atau
Yo = F*(0,5+0,025 ym) * yo + (1-F) * (0,05ym)* yc
Jika ym 20 kg/ha/jam.
Dimana :
ym : Tingkatan produksi biomassa kering tanaman, ditentukan oleh
spesies tanaman dan temperature
yc : Tingkatan produksi biomassa kering tanaman baku pada
kondisi hari berawan
yo : Tingkatan produksi biomassa kering tanaman baku pada
kondisi hari cerah tak berawan
F : Bagian waktu, hari berawan
Jika ketersediaan air dilapangan tidak dapat memenuhi
kebutuhan air tanaman maka evapotranspirasi actual (ETa) akan
turun hingga lebih kecil dibandingkan evapotranspirasi maksimum
(ETm). Pada kondisi ini pemakaian air tanaman lebih rendah
dibandingkan kebutuhan air tanaman. Sebagai akibatnya maka
tanaman menderita cekaman air.
Tanggapan pertumbuhan dan hasil tanaman terhadap cekaman
air tergantung pada spesies dan varietas tanaman. Tanggapan hasil
tanaman terhadap cekaman air dinyatakan sebagai “faktor tanggapan
hasil, ky” dengan persamaan :
ky = 1- Ya/Ym
ETa/ETm
Dimana : Ya : hasil tanaman actual (kg/ha)
Ym: hasil tanaman maksimum (kg/ha)

Dengan persamaan di atas kita dapat menduga hasil suatu


spesies tanaman yang tumbuh pada kondisi lapangan tertentu. Di
samping itu, pengetahuan tenteng faktor tanggapan hasil dan dugaan
hasil aktual (Ya) dapat digunakan untuk perencanaan dan pengelolaan
proyek-proyek pengairan.
TERIMAKASIH
Kuliah ke 9

Retensi air Tanah


Retensi Air Tanah
• Retensi air tanah (model pencelupan) (sponge
model).
• Molekul air berkutub berikatan sesamanya.
(cohesion)
• Molekul air bertarikan pada permukaan tanah
(adhesion)
• Air terpegang dalam ruang pori oleh kekuatan
itu
• Karena ukuran ruang pori meningkat, ruang
pori mengering.
• Ketersediaan air berhubungan dengan tekstur
tanah.
• Ruang pori tanah biasanjya sebagian keciil diisi air.
Ketika semua pori diisi air dikatakan tanah jenuh. Pada
kondisi tidak jenuh terjadi bila air sekarang hanya
berada dalam ruang pori lebih halus sedangkan pori
besar diisi oleh udara. Gejala ini dijelaskan dengan
mempertimbangkan proses kapilaritas. Ketika ruang pori
kapiler berukuran berbeda ditempati air, maka air akan
naik pada level paling tinggi pada ruang pori kapiler
yang paling kecil (Gambar 1). Lebih kecil ruang pori
kapiler maka lebih besar isapan yang perlu diadakan.
Ternayat dalam cara lain, head tekanan(h) lebih negatif
dalam ruang ruang kapiler lebih kecil. Lebih banyak
membutuhkan energi untuk memindahkan air dari ruang
pori kapiler lebih kecil daripada ruang pori lebih besar.
Hal ini penting mengetahui seberapa kekuatan air
dipegang oleh tanah oada waktu tertentu, karena ini
menguasai tidak hanya laju pergerakan air tetapi juga
ketersediaan air bagi tanaman
Gambar 1. Air tertarik kedalam pipa kapiler ketika ruang kapiler ditempatkan
dalam air. . Water is pulled up into a capillary when the capillary is placed in
water; Ini menggambarkan bahawa ruang pori kecil pada tanah tidak jenuh
memegang lebih banyak air dari ruang pori lebih besar. Pada gilirannya lebih
sulit memindahkan air dari ruang pori kecil dari ruang pori besar.
• Isapan paling baik diukur dengan
tensiometer, bentuk paling sederhana
terdiri dari air mengisi cawan keramik
berpori yang berkontak dengan tanah,
(Gambar 2). Pada pertama, level air
berada ujung terbuka dari tensiometer
menyesuaiakan dengan level air dari
cawan berpori. Secara berangsur, air akan
dukasai oleh tanah tidak jenuhy. Ini
menjadi lebih sulit karena level pada
ujuang terbuka dari tebsiometer
berkurang.
Gambar 2.Diagram skematik dari tensiometer paling sederhana. Pada
keseimbangan, air tanah sekitar cawan berpori mempunyai tekanan
setinggi h cm. Dalam pratek , tensiometer digunakan di lapang.
• Prinsip itu tidak hanya digunakan untuk mengukur
kondisi energi aktual, dengan tensiometert. Tetapi dapat
menghasilkajn data buatan dalam sampel tanah untuk
mrenentukan berapa banyak air dipegang pada tanah
berbeda pada level energi spesifik. Perbedaan antara
tanah adalah karena perbedaan distribusi ukuran pori.
Alat yang digunakan terdiri dari lempeng berpori yang
diatur tekanan atau isapan dengan berbagai seri
tekanan. Sampel tanah jenuh ditempatkan pada
lempeng tekanan dan kadar air tanah diukur pada
beberapa isapan. Kemudian didapatkan kurva ciri air
pada titik berbeda. (Gambar 3).
• Kadar air pada tiap beberapa isapan didapatkan dengan
memindahkan kembal sampel tanah dari alat lempeng
berpori dan timbang sampel sebelum dan sesudah
pengeringan oven untuk menentukan seberapa banyak
air yang dipegang oleh tanah pada isapan.
2.3.1 Kadar Kelembaban Tanah
• Kadar kelembaban tanah menunjukkan jumlah
persentase air dalam tanah.
• Nilai itu dinyatakan sebagai jumlah air ( dalam
mm kedalaman air) yang ada dalam kedalaman
satu meter tanah. Contoh : Bila sejumlah air
(dalam mm kedalaman )adalah 150 mm yang
ada dalam mkedalaman 1 meter tanah, kadar
kelembaban adalah 150 mm/m (lihat Gambar
36.)
Gambar . 36. Kadar air tanah adalah 150
mm/m
• Kadar air tanah juga dinyatakan dalam persen
volume. Pada contoh di atas 1m3 tanah
(umpama dengan kedalaman 1m, dan
kedalaman dan luas permukaan 1 m2
)mengandung 0,150 m3 air (dengan
kedalaman 150 = 0,150 mm dan luas
permukaan 1 m2). In hasil dalam kadar air tanah
dalam volume.
• Jadi kadar kelembaban 100mm/m sesuai
dengan kadar kelembaban 100 10 persen
v0lume.
Catatan : sejumlah air yang disimpan didalam
tanah tidak tetap dengan waktu, tetapi mungkin
bervariasi.
2.3.2 Kejenuhan
• Selama hujan besar atau pemakaian irigasi, ruang pori akan berisi dengan
air. Jika semua pori diisi dengan air maka tanah tanah dikatakan
jenuh. Tidak ada uadar yang tinggal dalam tanah (lihat Gambar 37 a).
Ini mudah menentukannya di lapang jika tanah dijenuhkan. Jika
memegang tanah tanah jenuh akan (squeezed) , beberapa air air akan
keluar antara jari.
• Tanaman membutuhkan udara dan air dalam tanah. Pada keadaan
jenuh, tidak ada udara dan tanaman akan terganggu. Banyak tanaman
tidak bisa berdiri pada kondisi tanah jenuh untuk periode waktu lebih
dari 2-5 hari. Tanaman padi merupakan satu tanaman pengecualian
dalam aturan ini. Pada periode jenuh dari lapisan atas biasanya tidak
beralngsung lama . Setelah hujan atau irigasi berhenti, bagian air yang
ada daqlam ruang pori besar akan bergerak ke bawah. Proses ini
dinamakan drainase atau perkolasi.
• Air dikeringkan dari ruang pori digantikan oleh udara . Pada tanah
berekstur kasar(berpasir), drainse itu akan sempurna dengtan periode
waktu beberapa jam. Pada tanah bertekstur halus (berliat) drainse
dapat merncapai 2-3 hari.
2.3.3 Kapasitas Lapang
• Stelah drainase berhenti, maka ruang pori
tanah yang besar akan diisi dengan udara
dan air sedangkan ruang pori kecil masih
penuh beriswi air. Pada tahap ini , tanah
dikatakan berada pada kapasitas lapang.
Pada kapasitas lapang, kadar air dan
udara dipertimbangkan ideal bagi
pertumbuhan tanaman (lihat Gambar 37
b).
Gambar. 37. Ciri Ciri Kelembaban Tanah
2.3.4 Titik Layu Permanen

• Sedikit demi sedikit, air yang disimpan dalam tanah


diambi9l oleh akaqr tanaman.atau berevaporasi dari
lapisan atas ke atsmosfir, jika tidak ada air tambahan
diberikan ke tanah, maka air berangsur dikeringkan.
Pengeringan tanah menjadi berlangsung terus, maka
pegangan air sangat kuat dan sangat sulit akar
atanaman mengambilnya. Pada tahap ntertentu,
pengambilan air tidak mencukupi kebutuhan tanaman.
Tanaman kehilangan kesegarannya dan akan layu,
maka daun berobah dari hujai menjadi kuning. Akhirnya
tanaman mati.
• Kadar air pada tahap dimana tanamanmati dinamakan
titik layu permanen. Tanah masih mengandung
beberapa air, tetapi terlalu sedikit untuk perakaran
tanaman mengambilnya dari tanah. (Gambar 37 c).
2.4 Kadar air Tersedia

• Tanah dapat dibandingkan pada suatu reservoar air


untuk tanaman. Bila tanah itu jenuh, maka reseorvoar
juga penuh. Walaupun, beberapa air mengering secara
cepat kebawah zona perkaran sebelum tanaman dapat
menggunakannya. (Gambar 38 A) ).
• Bila air telah mengering keluar, tanah dikatakan
kapasitas lapang. Perakaran tanaman menarik air dari
air yang tinggal dalam rservoar (Gambar 38
• Bila tanah mencapai titik layu permanen, maka air yang
tinggal tidak lama tersedia bagi tanaman (lihat Gambar
38 C).
Gambar. 38a. Jenuh
Gambar. 38b. Kapasitas lapang
Gambar. 38c. Titik Layu Permanen
• Jumlah air sebenarnya tersedia bagi
tanaman adalah jumlah air yang disimpan
pada kapasitas lapang dikurangi air yang
tinggal dalam pada titik layu permanen Ini
digambarkan pada Gambar 39.
Gambar. 39. Kelembaban air tersedia
atau kadar air tersedia.
• Kadar air tersedia begantung sangat
kepada tekstur dan struktur tanah. Kisaran
nilainya beravariasi dengan jenis tanah
berbeda yang dilihat pada Tabel berikut:
• Kapasitas lapang, titik layu permanen, dan
kadar air tersedia dinamakan Ciri
kelembaban tanah. Ciri itu kosntan untuk
tanah tertentu, tetapi bervariasi besar dari
jenis tanah yang satu ke tanah lain.
• Kadar air tersedia = Kapar air pada
kapasitas lapang – kadar air pada titik layu
permanen.
Tanah Air tersedia dalam mm kedalaman
air per m kedalam tanah (mm/m)

Pasir 25 to 100

Debu 100 to 175

Liat 175 to 250


Hisapan dan Tegangan
• Potensial matrik dan osmotik adalah negatif.
Kedua gaya pengikatan molekul air dalam
tanah tersebut menurunkan energi air tanah,
yang mengakibatkan adanya hisapan atau
tegangan yang dialami oleh air tanah.
Pengertian ini menunjukkan adanya tenaga
yang bertanggungjawab terhadap pengikatan air
di dalam tanah atau sebaliknya tenaga harus
dikeluarkan untuk mengambil air tanah. Istilah
hisapan lebih menguntungkan karena dapat
dinyatakan dalam satuan positif.
Status Kadar Air Tanah
• Status kadar air tanah paling baik
dinyatakan dalam istilah potensial air (pF
), karena kandungan air yang sama pada
tanah yang berbeda mempunyai derajat
ketersediaan air yang berbeda pula.
Tanah pasir mengandung air 20 %
volume akan menjadi kering, sedangkan
pada tanah lempung dengan kandungan
20 % volume, tanah akan dibasahi
sampai basah
Kapasitas lapang ( KL)
• Jumlah air maksimum yang mengering secara bebas
dipegang secara biasa dinamakan kapasitas lapang (
KL). KL terjadi pada waktu hujan dan setelah drainase
bebas terhenti. Kapasitas lapang merupakan kadar air
yang unik pada keadaan dimana tanah mencapai dan
memelihara kandungan airnya setelah tanah dibasahkan
dan dibiarkan mengering bebas untuk satu atau dua
hari. Karena sebahagian besar tanah tidak mengering
pada kadar air tetap dan kemudian menjaganya secara
tidak tetap, kapasitas lapang merupakan suatu konsep
yang diidealisasikan.
Jumlah kandungan air kapasitas
lapang bergantung pada
• Distribusi partikel tanah; partikel tanah yang halus mempunyai
permukaan spesifik lebih besar dan lebih banyak air diserap.
• b. Struktur tanah. Lebih banyak pori-pori halus lebih tinggi
kandungan air kapiler.
• c. Kandungan bahan organik; mempunyai pengaruh spesifik lebih
tinggi dan pori lebih porous, lebih tinggi kadar air.
• d. Jenis koloid; Koloid humus memegang banyak air dari koloid liat.
• Humat> humin>fulvat
• Liat yang mengembang (monmorillonit>vermikulit>mineral transisi)
lebih banyak memegang air daripada mineral liat yang tak
mengembang (illit>khlorit>kaolinit).
• e. Jenis kation terserap; Perbedaan hidrasi antara kation tersebut
yang mengakibatkan perbedaan pada kandungan air kapasitas
lapangnya.
• Na>K >Mg>Ca
Titik Layu Permanen (TLP)
• Ttitki Layu Permanen (TLP) adalah kandungan air yang banyak
tanaman layu secara permanen (kecuali tanaman xerophit dan
holophit). Hal ini terjadi karena tegangan turgor gagal untuk
menutup lagi bahkan bila dipindahkan dalam udara yang dijenuhkan
dengan air. Pada TLP = -15 bar (pF 4,2). Prosentase kadar air pada
titik layu permanen adalah kadar air yang unik dimana pada waktu
penyerapan air oleh tanaman telah berhenti.
• Jadi prosentase kadar air layu permanen merupakan konsep yang
diidealkan dan berdasarkan pada assumsi bahwa di bawah kadar
air tertentu tanaman akan layu dan tidak dapat hidup lagi. Kadar air
semua tanah pada titik layu permenen bervariasi antara jenis tanah,
tetapi diassumsikan bebas dari jenis tanaman.
• Pada kenyataannya. titik layu permanen itu tidak hanya bergantung
kepada tanah tetapi juga pada tanaman dan cuaca. Konsep yang
diidealisasikan itu merupakan pendekatan yang bagus untuk
sebagian tanah, tanaman dan kondisi iklim.
Kapasitas Air Tersedia (KAT)
• Kapasitas Air Tersedia (KAT) adalah jumlah air yang
dipegang antara KL dan TLP atau air tersedia tanaman.
Tanaman tak dapat mengambil air dalam melawan
tekanan isapan melebihi - 15 bar. Sedangkan diatas KL
terjadi kelebihan air yang berangsur secara gravitasi
pada tanah tanpa dihalangi oleh lapisan impermeabel.
Pada pF 0, tanah jenuh atau hampir jenuh air, dimana
pada saat ini semua ruang pori diisi penuh dengan air.
Seperti pada tanah hidromorfik sehingga aerase tanah
dipengaruhi dan pertumbuhan tanaman dibatasi. Tapi
begitu lama aerasi tak merugikan lagi karena air secara
lambat bergerak secara perkolasi sehingga dapat
dipertimbangkan suatu keadaan tersedianya air bagi
tanaman secara luas pada selang KAT yakni pF 1,7 (-
0,05 bar) sampai pF 4,2 (-15 bar).
60

50
S o il w a te r, %

Field moisture capacity


40

30
Available water

20 Permanent wilting
percentage
10

0
Loamy Loamy Sandy Loam Silt Silty Muck Peat
sand fine loam loam clay
sand loam

Soil Texture
• Kapasitas retensi maksimum (Maximum retentive capacity)
adalah jumlah air yang dipegang oleh tanah pada keadaan jenuh.
Semua pori diisi oleh air.
• Kapasitas lapang (Field capacity) adalah jumlah air yang
dipegang tanah setelah air berlebihan dikeringkan oleh gaya
gravitasi dan pergerakan kebawah telah berhenti.
• Keseimbangan kelembaban (Moisture equivalent) adalah jumlah
air yang dipegang tanah setelah kelebihan air dipindahkan oleh
gaya sentrifugal.
• Koefisien higroskopis (hygroscophic coefficient) adalah jumlah
air yang diserap oleh tanah dari atsmosfir kelembaban relatif
diketahui. Jumlah air bervariasi bergantung kepada metoda dan
kelembaban relatif pada saat ditentukan. Sebagian besar ahli tanah
di AS menggunakan 3,3 % H2SO4 yang memberikan kira-kira
kelembaban realtif 98 %.
• Kering udara (Air dry) adalah kelembaban pada tanah kering
udara atau tanah pada kseimbangan dengan atsmosfir.
• Kering oven (Oven dry) adalah kelembaban yang tinggal dalam
tanah setelah tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110 oC
sampai tidak ada lagi air hilang.
Klasfikasi Fisik kelembaban
tanah (selanjutnya)
• Konstanta kelembaban dan derajat
tegangan relatif telah digunakan untuk
mengklasifikasikannya. Seperti klasifikasi
dari banyak bentuk air tanah bardasarkan
titikpandang dari fisika murni yang hanya
berhubungan dengan derajat tegangan
atau dari titikpandang biologis yang
berhubungan dengan respon tanaman.
Klasifikasi fisik ada tiga bahagian yakni;
• Air bebas (Free water); adalah air dipegang antara pF 0
dan 2,54. Suatu tanah jenuh mengandung air bebas.
• Air kapiler (Capillary water) ; Air yang menempati
ruang pori mikro dan dinding-dinding pori makro. Air
yang dipegang pada pF 2,54 dan pF 4,5 atau air yang
dipegang antara kapasitas lapang dan koefisien
higroskopis (1/3 atm-31 atm). Air bergerak lambat
melalui penyesuaian tebal lapisan air. Air berfungsi
sebagai larutan tanah dan sebagian tersedia bagi
tumbuhan.
• Air higroskopis (Hygroscopic water); adalah air yang
dipegang pada koefisien higroskopis (pF 4,5). Air ini
menempati ruang pori sangat kecil dan menyelimuti
partikel tanah yang ditahan pada tegangan 31 – 10,000
atm. Air sebagain besar bersifat non cairan, bergerak
dalam bentuk uap dan tidak tersdia bagi tumbuhan.
• Klasifikasi biologi Kelembaban tanah
• Klasifikasi biologi ditetapkan jenis air tanah
agak berbeda. Perbedaan yang sama dalam
beberapa dalam beberapa perhatian. Ada tiga
jenis air tanah dikenal dalam klasifikasi biologi;
• Air berlebihan (superfluous water) ; adalah air
pada tanah jenuh yang tidak berguna bagi
tanaman biasa. Air itu berhubungan dengan air
bebas. Air ini tidak berguna bagi tumbuhan
karena berpengaruh buruk antara lain
mengakibatkan keadaan aerasi yang buruk bagi
akar tumbuhan, bakteri-bakteri amonifikasi,
nitrifikasi N, serta pencucian hara ke lapisan
yang lebh dalam atau keluar profil tanah.
• Air tersedia (Availability water) adalah total jumlah air yang ada
dalam tanah pada kapasitas lapang dan titik layu permanen (atau
antara pF 2,54 dan pF 4,2). Air ini tersedia bagi tanaman. Sebagain
besar merupakan air kapiler. Apakah air ini tersedia dapat secara
langgeng dapat diambil tumbuhan, bergantung kepada jenis
tumbuhannya dan bagian profil tanah yang dijangkau akar.
• Kenyataan menunjukan bahwa untuk pertumbuhan optimum, air
sudah harus ditambahkan bila 50 sampai 85 % air tersedia telah
habis terpakai. Air yang tersedia berada dekat pF 2,54 dinamakan
air segera tersedia (air tersedia cepat), sedangkan air tersedia yang
berada dekat tegangan kelembaban pF 4,2 dinamakan air tersedia
lambat sehingga tidak bisa mengimbangi keperluan tumbuhan.
• Air tak tersedia (unavailability water) adalah air yang dipegang
pada lebih besar pF 4,2 atau jumlah air dibawah titik layu permanen.
Air ini tidak tersedia bagi sebagian besar tanaman biasa. Air
meliputi sebagian air kapiler dan seluruhnya air higroskopis.Air
kapiler tersebut sebagian masih dapat diambil oleh tanaman tetapi
jumlahnya terlalu sedikit untuk menghindari kelayuan, kecuali untuk
tumbuhan daerah kering. Kegunaan air ini untuk bakteri dan jamur
penting, tetapi pertumbuhannya tidak sebaik bila keadaan air lebih
baik.
Potensial Air Tanah
Berdasarkan dari banyak pengalaman dapat disimpulkan
bahwa penetapan kadar air tanah belum cukup hanya
menentukan seluruh status air dalam tanah saja, tetapi
juga ada satu kebutuhan untuk menentukan beberapa
sifat-sifat lain yang berhubungan dengan air tanah itu
karena antara lain;
Tanah yang telah diperlakukan dengan cara yang sama
mempunyai kadar air yang berbeda (lihat Tabel 5.8).
Tanaman sering tumbuh secara berbeda pada tanah
berbeda bahkan tanah itu mempunyai kadar air yang
sama.
Jika tanah dengan kadar air yang sama tetapi teksturnya
berbeda ditempatkan dalam hubungan satu dengan
lainnya, air biasanya akan mengalir dari tanah yang
satu ke tanah yang lain. Pada umumnya, air akan
mengalir dari tanah yang bertekstur kasar ke tanah
yang bertekstur halus.
. Potensial air Tanah Total
• Potensial air lebih mudah dimengerti jika kita
memecahnya menjadi komponen-komponen potensial.
Untuk potensial air, yw, kita tulis;
yw =yp +ys+ym
• Dimana ; y w = Potensial air
• yp = Potensial tekanan
• y s = Potensial larutan (solute)
• ym = Potensial matrik
• Jika potensial gravitasi, y z , dikombinasikan dengan
potensial air akan memberikan potensial air total, yt
y t = y w + y g.
• Semua potensial ditetapkan dengan menganggap
satuan jumlah air; satuan potensial akan bergantung
kepada cara kita menentukan satuan jumlah air. Satuan
potensial sesuai dengan tiga metoda penentuan satuan
jumlah air yang diberikan di bawah sistem SI (Standard
International) adalah; .
• Jika jumlah air dinyatakan sebagai massa, maka satuan
potensial adalah ergs/gr.
• Jika jumlah air dinyatakan sebagai volume, maka satuan
potensial adalah dyne/cm2 (sama dengan satuan
tekanan).
• Jika jumlah air dinyakatan dengan satuan berat, maka
satuan potensial adalah cm air.
• Konversi dari satu pasangan satuan ke satuan lain
diselesaikan dengan mengalikan atau membagi dengan
faktor konversi yang cocok.
Potensial Gravitasi -(yz )
• Berat adalah suatu metoda yang paling cocok dalam
menentukan satuan air. Dalam hal ini ,yz adalah
perbedaan elevasi dari satu titik tertentu dan titik
referensi. Jika titik tertentu itu diatas referensi, maka yz
adalah posistif.; jika titik itu berada di bawah referensi,
maka yz adalah negetif. Jadi potensial gravitasi itu
bebas dari sifat tanah; dan nilainya hanya bergantung
kepada jarak vertikal antara referensi dan titik itu.
Elevasi referensi biasanya dipilih tidak beraturan. ini
membuat besaran potensial gravitasi hampir kurang
berarti. Kita biasanya tertarik pada perbedaan potensial
antara dua titik pada kasus dimana membuatnya tidak
berbeda. dimana referensi yang dipilih
. Potensial Matrik, (ym ).
• Potensial matrik dihubungkan dengan kekuatan penyerapan matrik
tanah ( potensial matrik). Jika satuan jumlah air dinyatakan dengan
berat, maka ym pada titik berada pada jarak vertikal antara titik itu
dalam tanah dan permukaan air dari suatu manometer yang diisi
dengan air dan dihubungkan pada titik tertentu pada tanah melalui
cawan keramik (lihat Gambar 5.6a).
• Potensial matrik dihubungkan dengan tarikan permukaan
padatan terhadap air yang sama dengan tarikan antara permukaan
molekul air sayu dengan lainnya. Potensial matrik juga dapat
dinamakan potensial kapiler.
• Potensial matrik merupakan suatu sifat dinamis tanah. Pada
tanah jenuh, ym adalah nol. ( Dalam teori, ym adalah nol pada
tanah jenuh; walaupun kejenuhan tanah jarang yang sempurna dan
ym ,yang dalam praktek mempunyai nilai negatif). Hillel (1980)
menyatakan Potensial matrik dapat dirumuskan seperti persamaan
5.10.
ym = -1/w . AIm
y m = potensial matrik; w = BD air dan
AIm = Isapan matrik
• Dalam teori, potensial matrik dapat diukur
dengan alat tensiometer yang terlihat pada
Gambar 5.6.

• Suatu cawan keramik tak berkaca
ditanamkan dalam tanah yang
dihubungkan dengan manometer
membentuk sebuah tensiometer. Potensial
matrik air tanah pada cawan adalah jarak
vertikal dari pusat cawan ke level air di
manometer. Contoh situasi itu yang
digambarkan, dimana ym = -15 cm.
• Hg
ym = - ZHg __________ + Z
• w

Dimana ; Hg adalah kerapatan merkuri (BD)


(13,6 g/cm3) dan w adalah kerapatan air (BD)
(1,0 gr/cm3). Jadi rumus dapat ditulis
ym = - 13,6 ZHg + Z.
Potensial Tekanan (yp ).
• Dibawah kondisi lapang, potensial tekanan ,yp ,
menggunakan tanah hampir jenuh. Jika jumlah air
dinyatakan atas dasar berat, kemudian , yp adalah jarak
vertikal dari titik tertentu dalam tanah ke permukaan air
dari sebuah piezometer yang dihubungkan dengan titik
tertentu
Potensial Larutan (Solute)
• Potensial larutan timbul karena adanya bahan-bahan
terlarut seperti garam, dalam larutan tanah dan ada
membran semi permeable dalam sistem.
• Membran semi permeabel itu merupakan suatu bahan
yang mengizinkan air mengalir tetapi tidak mengizinkan
garam melewatinya. Pada sistem air tanah, ada dua
memberan semi permeabel yang penting.
• Dinding sel dalam akar; memberan itu tidak sempurna
karena beberapa garam dapat melewatinya, sehingga
masuk ke akar.
• Ruang antar air tanah; merupakan memberan hampir
sempurna.
Pengukuran Kadar Air dan
Potensial Air Tanah
• . PengukuranKadar air Tanah
• Kadar air volume ditetapkan sebagai volume air
yang dihubungkan dengan volume tanah kering, θv
(biasanya 1 m3). Kadar air dapat dibandingkan
dengan kadar air massa (θm). Karena di lapang kita
memperkirakan sistem perakaran sebagai eksplorasi
kedalaman tanah tertentu, dan karena menyatakan
curah hujan sebagai kedalaman air (umpama dalam
mm hujan). Jadi sering dinyatakan dalam kadar air
volumetrik sebagai rasio kedalaman (kedalaman air
persatuan kedalaman tanah). Pengukuran
kandungan air ini dapat dilakukan dengan metoda
gravimetrik, blok tahanan listrik, penyebaran
neutron, metoda penyerapan dengan sinar gamma,
dan Time Domain Reflectometry
1. Metoda Gravimetrik
• Metoda gravimetrik ini merupakan metoda pengukuran kandungan
air langsung dan merupakan metoda yang standard untuk
mengkalibrasikasn semua metoda pengukuran tidak langsung. Air
ditentukan dari massa air terhadap massa tanah kering. Suatu
contoh tanah lembab ditimbang kemudian dikeringkan dalam oven
pada suhu 105 o C untuk selama 24 jam dan akhirnya ditimbang
lagi. Kehilangan berat mewakili air tanah.
• Metoda gravimetrik adalah metoda destruktif (contoh tanah harus
dipindahkan untuk tiap pengukuran) dan tidak dapat diukur secara
otomotis, oleh karena itu tidak cocok untuk memonitoring perobahan
kandungan air tanah. Berberapa metoda pengukuran kelembanban
tanah tidak langsung adalah tidak destruktif, mudah diukur secara
otomotis dan sangat berguna di lapangan.
• Kelemahan metoda ini; adalah banyak menemui kesalahan dalam
pengukuran yang tak dapat dielakkan karena penentuan berat yang
berulang-ulang pada periode waktu yang kurang dari 24 jam.
Kesalahan dapat dikurangi dengan memperbanyak jumlah contoh
tanah.
2. Metoda Blok Tahanan Listrik
• Metoda ini menggunakan blok kecil dari gypsum, nilon,
atau fiberglas berpori yang dipasang elektroda. Bila blok
ditempatkan pada tanah lembab, maka blok akan
menyerap air dalam proporsi yang sama dengan kadar
air tanah. Tahanan untuk mengalirkan listrik antara
elektroda yang dipasang berkurang secara proporsional.
Keakuratan dan kisaran kadar air yang diukur dengan
alat ini terbatas
• Walaupun alat itu tidak mahal dan dapat digunakan
untuk mengukur perobahan kadar air selama satu atau
lebih musim pertumbuhan. Alat dapat dihubungkan
dengan tombol elektronik dalam sistem irigasi yang
dapat dihidup dan dimatikan secara otomatis pada level
kelembaban tanah yang dipasang.
Blok Tahanan Listrik
3. Metoda Penyebaran neutron (Neutron
Scattering Method)
• Sebuah probe penyebaran neutron, yang direndahkan ke dalam
tanah melalui tabung akses yang terpasang lebih dahulu
mengandung sumber netron cepat dan sebuah detector untuk
mencatat neutron lambat. Ketika neutron cepat bertumburukan
dengan atom hydrogen (bagian dari molekul air), maka
kecepatan neutron akan berkurang dan menyebar menjadi
neutron lambat. Jumlah neutron lambat tercatat pada detector
sama dengan kadar air tanah. Alat ini dikalibrasikan dengan
kadar air tanah untuk jenis tanah tertentu, maka alat itu cocok
dan memberikan hasil yang akurat untuk tanah mineral (Tabel
5.8). Walaupun, pada tanah organik, metoda itu kurang tepat
karena neutron bertubrukan dengan banyak atom hydrogen
yang berkombinasi dengan bahan organik lebih suka daripada
dalam air.
Neutron Probe
Neutron Probe
Metoda penyerapan dengan Sinar
Gamma
• Penggunaan metoda ini dapat menentukan kadar air tanah dan bobot isi
tanah setiap waktu pada kedalaman tanah yang kita inginkan. Alat ini terdiri
dari dua bahagian yang terpisah yakni;
• Probe atau sumber neutron, biasanya probe ini mengandung Cesium
radioaktif ( 137Cs) yang selalu memancarkan sinar Gamma dengan energi
0,661 me V (milli electron Volt).
• Detektor; alat untuk mencatat jumlah kilatan yang dihubungkan dengan
fotomultiflier dan pre amplifier.
• Jika pemancaran sangat giat dan menyebar secara radial, ruangan antara
sumber kosong dan jarak persatuan satuan konstan, maka fraksi radiasi
yang disebarkan akan diterima oleh detector. Banyaknya radiasi yang
diterima akan bergantung kepada sudut perpotongannya, jaraknya dan
ukuran dari satuan kilatan sinar tersebut. Dengan kata lain radiasi yang
diterima bergantung ruang antara bahagian yang diisi dengan beberapa
bahan, fraksi radiasi yang dicatat detector akan diserap dari massa bahan
tadi (ketebalan bahan). Bahan yang ditempatkan antara sumber neutron
dan detector adalah tubuh tanah yang konstan kerapatannya, maka
intensitas radiasi yang dipindahkan akan bervariasi dengan perobahan
kadar air tanah.
5. Time-Domain Reflectometry.
• Suatu teknik yang relatif baru yang dikenal sebagai Time-Domain
Reflectometry (TDR) mengukur dua parameter ; 1) Waktu yang
menyebabkan getaran(gelombang) elektromagnetik bergerak turun
pada dua kawat transmisi logam yang sejajar yang dibenamkan
dalam tanah, dan 2) Derajat keluaran getaran sebagai dampaknya
dengan tanah pada ujung dari garis itu. Waktu pemindahan
dihubungkan dengan konstanta dielektrik tanah sebenarnya, yang
mana pada putaran adalah prporsi jumlah air dalam tanah. Keluaran
sinyal dihubungkan dengan level garam dalam larutan tanah. Jadi
TDR ini dapat mengukur kelembaban dan salinitas tanah.
• Gelombang TDR adalah portable (dimasukan ke dalam tanah
untuk tiap pembacaan) atau dapat dipasang dalam tanah pada
berbagai kedalaman dan dihubungkan dengan kawat pada
sebuah kotak yang dihubungkan dengan pencatat data
komputer untuk memonitor kandungan air tanah.
Time-Domain Reflectometry
Pengukuran Potensial Air Tanah
• Metoda-metoda yang tersedia untuk mengukur
potensial matrik sama dengan metoda
pengukuran potensial air tanah. Untuk
mengukur potensial matrik di lapang digunakan
alat tensiometer dan di laboratorium sering
menggunakan pressure plate apparatus dan sel
ekstraksi tekanan udara. Total potensial air
didapat dari pengukuran keseimbangan tekanan
udara dari air tanah yang diukur dengan alat
Thermocouple Psychrometer.
1. Tensiometer
• Tensiometer terdiri dari cawan keramik berpori dan dihubungan
dengan sebuah tabung ke manometer. Semua bagian tabung diisi
air. Bila cawan keramik ditempatkan di dalam tanah untuk
melakukan pengukuran, maka jumlah air yang ada di sisi cawan
keramik menjadi penghubung hidrolik dan cendrung
menyeimbangkan potensialnya dengan air tanah melalui pori-pori
dinding keramik. Bila pada mulanya cawan kermik ditempkan di
dalam tanah, maka air yang dikandung tensiometer biasanya
bertekanan 1 atsmosfir.
• Tekanan air tanah umumnya di bawah 1 atsmofir dan
menggunakan isapan untuk mengeluarkan sejumlah air
tertentu dari tensiometer, sehingga akan menyebabkan berada
pada tekanan hidrostatikanya. Tekanan ditunjukkan oleh
manometer atau tabuing yang berbentuk U yang diisi dengan
air raksa atau manometer vakum.
Pengukuran Kadar Air dan
Potensial Air Tanah
• . Pengukuran Kadar air Tanah
• Kadar air volume ditetapkan sebagai volume air yang
dihubungkan dengan volume tanah kering, θv (biasanya 1 m3).
Kadar air dapat dibandingkan dengan kadar air massa (θm).
Karena di lapang kita memperkirakan sistem perakaran sebagai
eksplorasi kedalaman tanah tertentu, dan karena menyatakan
curah hujan sebagai kedalaman air (umpama dalam mm hujan).
Jadi sering dinyatakan dalam kadar air volumetrik sebagai
rasio kedalaman (kedalaman air persatuan kedalaman tanah).
Pengukuran kandungan air ini dapat dilakukan dengan metoda
gravimetrik, blok tahanan listrik, penyebaran neutron, metoda
penyerapan dengan sinar gamma, dan Time Domain
Reflectometry
1. Metoda Gravimetrik
• Metoda gravimetrik ini merupakan metoda pengukuran kandungan
air langsung dan merupakan metoda yang standard untuk
mengkalibrasikasn semua metoda pengukuran tidak langsung. Air
ditentukan dari massa air terhadap massa tanah kering. Suatu
contoh tanah lembab ditimbang kemudian dikeringkan dalam oven
pada suhu 105 o C untuk selama 24 jam dan akhirnya ditimbang
lagi. Kehilangan berat mewakili air tanah.
• Metoda gravimetrik adalah metoda destruktif (contoh tanah harus
dipindahkan untuk tiap pengukuran) dan tidak dapat diukur secara
otomotis, oleh karena itu tidak cocok untuk memonitoring perobahan
kandungan air tanah. Berberapa metoda pengukuran kelembanban
tanah tidak langsung adalah tidak destruktif, mudah diukur secara
otomotis dan sangat berguna di lapangan.
• Kelemahan metoda ini; adalah banyak menemui kesalahan dalam
pengukuran yang tak dapat dielakkan karena penentuan berat yang
berulang-ulang pada periode waktu yang kurang dari 24 jam.
Kesalahan dapat dikurangi dengan memperbanyak jumlah contoh
tanah.
2. Metoda Blok Tahanan Listrik
• Metoda ini menggunakan blok kecil dari gypsum, nilon,
atau fiberglas berpori yang dipasang elektroda. Bila blok
ditempatkan pada tanah lembab, maka blok akan
menyerap air dalam proporsi yang sama dengan kadar
air tanah. Tahanan untuk mengalirkan listrik antara
elektroda yang dipasang berkurang secara proporsional.
Keakuratan dan kisaran kadar air yang diukur dengan
alat ini terbatas
• Walaupun alat itu tidak mahal dan dapat digunakan
untuk mengukur perobahan kadar air selama satu atau
lebih musim pertumbuhan. Alat dapat dihubungkan
dengan tombol elektronik dalam sistem irigasi yang
dapat dihidup dan dimatikan secara otomatis pada level
kelembaban tanah yang dipasang.
3. Metoda Penyebaran neutron (Neutron
Scattering Method)
• Sebuah probe penyebaran neutron, yang direndahkan ke dalam
tanah melalui tabung akses yang terpasang lebih dahulu
mengandung sumber netron cepat dan sebuah detector untuk
mencatat neutron lambat. Ketika neutron cepat bertumburukan
dengan atom hydrogen (bagian dari molekul air), maka
kecepatan neutron akan berkurang dan menyebar menjadi
neutron lambat. Jumlah neutron lambat tercatat pada detector
sama dengan kadar air tanah. Alat ini dikalibrasikan dengan
kadar air tanah untuk jenis tanah tertentu, maka alat itu cocok
dan memberikan hasil yang akurat untuk tanah mineral (Tabel
5.8). Walaupun, pada tanah organik, metoda itu kurang tepat
karena neutron bertubrukan dengan banyak atom hydrogen
yang berkombinasi dengan bahan organik lebih suka daripada
dalam air.
Metoda penyerapan dengan Sinar
Gamma
• Penggunaan metoda ini dapat menentukan kadar air tanah dan bobot isi
tanah setiap waktu pada kedalaman tanah yang kita inginkan. Alat ini terdiri
dari dua bahagian yang terpisah yakni;
• Probe atau sumber neutron, biasanya probe ini mengandung Cesium
radioaktif ( 137Cs) yang selalu memancarkan sinar Gamma dengan energi
0,661 me V (milli electron Volt).
• Detektor; alat untuk mencatat jumlah kilatan yang dihubungkan dengan
fotomultiflier dan pre amplifier.
• Jika pemancaran sangat giat dan menyebar secara radial, ruangan antara
sumber kosong dan jarak persatuan satuan konstan, maka fraksi radiasi
yang disebarkan akan diterima oleh detector. Banyaknya radiasi yang
diterima akan bergantung kepada sudut perpotongannya, jaraknya dan
ukuran dari satuan kilatan sinar tersebut. Dengan kata lain radiasi yang
diterima bergantung ruang antara bahagian yang diisi dengan beberapa
bahan, fraksi radiasi yang dicatat detector akan diserap dari massa bahan
tadi (ketebalan bahan). Bahan yang ditempatkan antara sumber neutron
dan detector adalah tubuh tanah yang konstan kerapatannya, maka
intensitas radiasi yang dipindahkan akan bervariasi dengan perobahan
kadar air tanah.
5. Time-Domain Reflectometry.
• Suatu teknik yang relatif baru yang dikenal sebagai Time-Domain
Reflectometry (TDR) mengukur dua parameter ; 1) Waktu yang
menyebabkan getaran(gelombang) elektromagnetik bergerak turun
pada dua kawat transmisi logam yang sejajar yang dibenamkan
dalam tanah, dan 2) Derajat keluaran getaran sebagai dampaknya
dengan tanah pada ujung dari garis itu. Waktu pemindahan
dihubungkan dengan konstanta dielektrik tanah sebenarnya, yang
mana pada putaran adalah prporsi jumlah air dalam tanah. Keluaran
sinyal dihubungkan dengan level garam dalam larutan tanah. Jadi
TDR ini dapat mengukur kelembaban dan salinitas tanah.
• Gelombang TDR adalah portable (dimasukan ke dalam tanah
untuk tiap pembacaan) atau dapat dipasang dalam tanah pada
berbagai kedalaman dan dihubungkan dengan kawat pada
sebuah kotak yang dihubungkan dengan pencatat data
komputer untuk memonitor kandungan air tanah.
Time-Domain Reflectometry
Pengukuran Potensial Air Tanah
• Metoda-metoda yang tersedia untuk mengukur
potensial matrik sama dengan metoda
pengukuran potensial air tanah. Untuk
mengukur potensial matrik di lapang digunakan
alat tensiometer dan di laboratorium sering
menggunakan pressure plate apparatus dan sel
ekstraksi tekanan udara. Total potensial air
didapat dari pengukuran keseimbangan tekanan
udara dari air tanah yang diukur dengan alat
Thermocouple Psychrometer.
1. Tensiometer
• Tensiometer terdiri dari cawan keramik berpori dan dihubungan
dengan sebuah tabung ke manometer. Semua bagian tabung diisi
air. Bila cawan keramik ditempatkan di dalam tanah untuk
melakukan pengukuran, maka jumlah air yang ada di sisi cawan
keramik menjadi penghubung hidrolik dan cendrung
menyeimbangkan potensialnya dengan air tanah melalui pori-pori
dinding keramik. Bila pada mulanya cawan kermik ditempkan di
dalam tanah, maka air yang dikandung tensiometer biasanya
bertekanan 1 atsmosfir.
• Tekanan air tanah umumnya di bawah 1 atsmofir dan
menggunakan isapan untuk mengeluarkan sejumlah air
tertentu dari tensiometer, sehingga akan menyebabkan berada
pada tekanan hidrostatikanya. Tekanan ditunjukkan oleh
manometer atau tabuing yang berbentuk U yang diisi dengan
air raksa atau manometer vakum.
Menghitung Air Tanah
• Sifat fisik tanah, termasuk kemampuannya menyimpan air,
dihubungkan dengan fraksi atau prosentase total volume tanah yang
ditempati oleh padatan dan fraksi atau prosentase ruang pori.
Jumlah fraksi atau prosentase ruang pori yang ditempati oleh air
dan fraksi atau prosentase yang mengandung udara adalah faktor
yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (lihat Gambar 5.3).
• Konsep penghitungan air tanah dapat dinyatakan secara
kuantitatif dengan menentukan porositas tanah dan kadar air tanah.
Kadar air dapat dinyatakan atas dasar volume (volume air per
satuan volume tanah lembab), atas dasar berat (berat air per satuan
berat padatan tanah), atau atas dasar berat basah (berat per satuan
berat tanah basah). Selanjutnya , kadar air juga dapat dinyatakan
dengan prosentase, tetapi sering diberikan sebagai fraksi. Untuk
mengkonversi antara satuan berat dan satuan volume, digunakan
kerapatan tanah. Oleh karena itu kerapatan tanah juga harus
ditentukan
Kadar air massa dan kadar air volume
dihubungkan oleh persamaan 5.3.

•  b
• v = _______ m
• w
Moisture effects on nutrient
availability
• Deficiency
• Reduced microbial activity
• Reduced mass flow delivery of nutrients
• Reduced plant metabolism
– Excess
• Denitrification of nitrate-N
• Reduced aeration lowers K uptake
Kurva energi-Kadar air Tanah.
• Jika tingkat energi air tanah pada berbagai tingkat kadar air tanah
ditetapkan, maka didapatkan kurva hubungan tegangan (energi air
tanah) dengan kadar air tanah. Gambar 5.5. memperlihatkan
contoh kurva pada berbagai tekstur tanah.
• Kurva tegangan-kadar air tanah tersebut menunjukan perubahan
berangsur antara dua titik ekstrim. Jadi sebenarnya tidak mungkin
membuat pemisahan yang jelas klasifikasi air tanah atas dasar unit
energi (tegangan).
• Dari Gambar 5.5 dapat ditelaah bahwa bentuk kurva berbeda-beda
antara tekstur tanah. Tanah bertekstur halus menahan air lebih
banyak pada seluruh selang energinya dibandingkan dengan tanah
bertekstur kasar. Hal ini disebabkan karena tanah bertekstur halus
mempunyai bahan koloidal, ruang pori dan permukaan adsortif yang
lebih banyak.
• Menurut Tan (1994) Nilai tegangan kelembaban air di dalam tanah
(cm air) berkisar dari 0 sampai 10.000.000 cm. Tegangan
kelembaban 0 cm menunjukkan tidak ada tegangan yang ditunjukan
oleh adanya kelebihan air dalam tanah. Tegangan kelembaban
10.000.000 cm berarti air dipegang tanah dengan kekuatan sangat
besar, dengan kata lain tidak banyak air dalam tanah (tanah kering)
Satuan cm air dapat dikonversi menjadi bar dengan membagi 1000.
• 0 cm air = 0/1000 bar = 0 bar
• 10.000.000 cm air = 10.000.000/1000 = 10.000 bar
• Satuan pF juga diturunkan dari tegangan kelebaban dalam cm air
dengan mengambil logaritma sebagai berikut
• pF = log tinggi cm air (5.12)

• Nilai maksimum untuk cm air digunakan dalam persamaan
logaritma adalah tegangan kelembaban 1cm ; pF = log 1 = 0. Nilai
maksimum adalah pF = log 10.000.000 = 7
• PF adalah sifat tanah yang unik dalam menyatakan kandungan
air (kelembaban), ataupun menggunakan atm atau bar. Istilah pF
adalah log isapan matrik bila isapan itu dinyatakan dalam cm air,
jadi log negatif potensial matrik atas dasar berat.
Status Kadar Air Tanah
• Status kadar air tanah paling baik
dinyatakan dalam istilah potensial air (PF
), karena kandungan air yang sama pada
tanah yang berbeda mempunyai derajat
ketersediaan air yang berbeda pula.
Tanah lempung mengandung air 20 %
volume akan menjadi kering, sedangkan
pada tanah pasir dengan kandungan 20 %
volume, tanah akan dibasahi sampai
basah.
a. Kapasitas lapang ( KL)
• Jumlah air maksimum yang mengering secara bebas
dipegang secara biasa dinamakan kapasitas lapang (
KL). KL terjadi pada waktu hujan dan setelah drainase
bebas terhenti. Kapasitas lapang merupakan kadar air
yang unik pada keadaan dimana tanah mencapai dan
memelihara kandungan airnya setelah tanah dibasahkan
dan dibiarkan mengering bebas untuk satu atau dua
hari. Karena sebahagian besar tanah tidak mengering
pada kadar air tetap dan kemudian menjaganya secara
tidak tetap, kapasitas lapang merupakan suatu konsep
yang diidealisasikan.
Gambar 5.6. Kadar air volume dari tanah yang diidealkan dan dua
tanah sebagai fungsi dari waktu penjenuhan. Tanah yang diidealkan
mencapai kapasitas lapang setelah 1.5 hari. Tanah 1 mempunyai
kapasitas lapang lebih baik, sedangkan tanah 2 masih mengering

setelah 5 hari.

Tanah 1 Tanah 2 Tanah diidealkan

60
kadar air (Fraksi)

50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
Waktu setelah penjenuhan (hari)
Oleh karena itu banyak prinsip ini harus dimodifikasi bila
dipakai pada tanah yang mengembang.
Jumlah kandungan air kapasitas lapang bergantung pada :
• .a. Distribusi partikel tanah; partikel tanah yang halus mempunyai
permukaan spesifik lebih besar dan lebih banyak air diserap.
• b. Struktur tanah. Lebih banyak pori-pori halus lebih tinggi
kandungan air kapiler.
• c. Kandungan bahan organik; mempunyai pengaruh spesifik lebih
tinggi dan pori lebih porous, lebih tinggi kadar air.
• d. Jenis koloid; Koloid humus memegang banyak air dari koloid liat.
• Humat> humin>fulvat
• Liat yang mengembang (monmorillonit>vermikulit>mineral transisi)
lebih banyak memegang air daripada mineral liat yang tak
mengembang (illit>khlorit>kaolinit).
• e. Jenis kation terserap; Perbedaan hidrasi antara kation tersebut
yang mengakibatkan perbedaan pada kandungan air kapasitas
lapangnya.
• Na>K >Mg>Ca
Klasifikasi Air Tanah
• Beberapa nilai kelembaban tanah sering
dinamakan kontanta kelembaban tanah
yang telah diperkenalkan pada derajat
relatif tegangan kelebaban tanah.
Konstanta kelembaban tanah berkisar dari
jenuh sampai kering oven.
• Klasifikasi air tanah seperti tertera pada
Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Kontanta kadar air tanah
Konstanta Kelembaban Cm Air (H2O) Bars PF
tanah
Kapasitas retensi 0 0 0
maksimum
Kapasitas lapang 346 0,3 2,54

Keseimbangan 100 1 3
kelembaban
Ttitk layu 15849 15 4,2

Koefisien higroskopis 31623 31 4,5

Tanah kering udara 1 x 106 1000 6

Tanah kering oven 1 x 107 10.000 7


Controlling excess water

• Surface water
– Structures to safely remove water (e.g. diversions,
waterways)
– Surface inlets to drain tile (e.g. risers, curtain drains)
– Land forming on soils with poor internal drainage
• Soil water
– Drain tile: Soil must be saturated for water to enter tile
– Requires an outlet or ditch to connect to surface
water channel
Water movement in soils

– Saturated conditions: Water moves in


response to gravity. Most moves
downward through large pores.
– Unsaturated conditions: Water moves in
any direction in response to a moisture
gradient (wet to dry).
– Textural layers impede movement.
Water movement in soils

– Saturated conditions: Water moves in


response to gravity. Most moves
downward through large pores.
– Unsaturated conditions: Water moves in
any direction in response to a moisture
gradient (wet to dry).
– Textural layers impede movement.
Texture

• Relative proportion of sand, silt, and clay that


lends a distinct feel to the soil
– Relative size difference
– Clay particles have greatest effect on soil
management
– Heavy soil relates to power required for tillage
– Hand texture
Properties of sand, silt, and clay-sized soil
particles

Particle size Physical properties Surface area of soil


particles in an acre
plowed 7 in. deep
Coarse sand Loose, non-sticky, gritty 500 acres

Fine & very fine Loose, non-sticky 5,000 acres


sand

Coarse, medium, Smooth and floury, slightly 50,000 acres


fine silts sticky

Coarse, medium, Sticky and plastic when wet; 25,000,000 acresa


fine clay hard and cohesive when dry
aIncludes both external surfaces and surfaces between crystal plates.
Soil texture is difficult to change

• 2 million pounds/acre-plow layer (1000


tons)
• Example:
– Change a clay (50% clay, 30% silt, 20% sand)
into a loam (20% clay, 30% silt, 50% sand)
– Add 300 ton sand/acre ??
– End up with a clay loam (40% clay, 20% silt,
40% sand
– Only part of the story - particles must
aggregate
Bulk density

• Mass of soil/volume of soil (g/cc)


• Water = 1 g/cc (62.4 lb/ft3)
• Affected by texture
• Modify by tillage (short term)
• Enhance aggregation
Relationship between soil texture, bulk
density, and pore space
Soil texture Bulk density Pore space
--------g/cc------ ---------%-------
-- --
Sand 1.6 39
Loam 1.3 50
Silt loam 1.2 54
Clay 1.1 58
Muck and 0.7-1.1 variable
Peat
Aeration
• Affected by texture and structure

• Provides O2 to roots and soil microorganisms

• Important for nutrient uptake and nutrient


transformations

• Associated with soil porosity and drainage


Structure
• The arrangement of primary soil particle
into aggregates of a definite shape and
size
– Affects water movement, root growth, aeration
– Destroyed by traffic abuse, raindrop impact,
or high sodium
– Not found in sand or loamy sand
– Particles attached by a combination of clay
surface effects, humus, bacterial secretions,
iron, and aluminum oxides
Structure type

 Granular = surface
Platy = between surface and subsoil
Blocky = upper subsoil
Prismatic or columnar = deep
subsoil
Soil tilth
Tilth is the physical condition of the soil with
respect to plant growth
A soil is ~ 50 % solid and 50 % pore space

 ~95 % of the solid is mineral; the rest is organic


 ~50 % of the pore space is air-filled, the rest is water

Tilth is affected by soil type


and management
Improving structure
– Traffic management
– Limit load
– Stay off wet soils
– Rotating to forage legumes/sod crops
– Organic additions
– Natural effects
Physical or chemical destruction of
structure
– Caused by force (usually wheel traffic)
– Crushes and rearranges aggregates
– Sodium additions disperse clay
– Reduces porosity
– Increases root penetration resistance and
can affect nutrient uptake
– Symptoms include irregular or stunted
growth, nutrient deficiency, poor internal
drainage
Soil compaction defined
Compression of the soil
from an applied
force that first re-
arranges and then
destroys aggregates
increasing bulk
density and
reducing porosity
• Wheel traffic from
field operations
• Tillage
• Livestock
Load

Moisture Strength Tillage History

Structure Texture

Soil compacts when load-bearing


strength of soil is less than load being
applied.
“Compactability” influenced by water
content
• Varies by soil
• Maximum near field Proctor Test Results
capacity
• Dry soil has more strength
• Saturated soil not as
compactable
Compaction is a process

Db = 1.0 Db = 1.3 Db = 1.6


• Large aggregates • Few large pores • Very tight, compact
• Loose condition • Firm condition • No large pores
• Many large pores • Moderate aeration • Small pores are
• Well aerated • Typical silt loam water-filled
• Just after tillage • Following normal • Crushed aggregates
traffic
Which is worse – pressure or load?

High PSI, but small load Low PSI, but large load

THE GREATER THE LOAD THE


DEEPER THE COMPACTION EFFECT
There really are days you shouldn’t be
in the field !
Most compaction occurs in the first
pass
• Plano silt loam
• Soil near field capacity Arlington Evaluation
(34 – 38%)
• 2007 NT w. wheat
2006 NT corn silage
following alfalfa
• Chisel vs. None
• No traffic or 1, 2, 4, and 6
passes with a 14.5 ton
combine
• 6 measurements per
treatment
Effect of number of wheel traffic passes on
soil compaction

Chisel Plowed Not Plowed


Cone Index (MPa) Cone Index (MPa)
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
0 0

4 4
Depth (in)

8 8

12 12

16 16

20 20

No Traffic 1 Pass 2 Passes 4 Passes 6 Passes No Traffic 1 Pass 2 Passes 4 Passes 6 Passes
Quantifying compaction
• CROP AND SOIL SYMPTOMS

• PENETRATION RESISTANCE
– Moisture dependent
– No absolute value
– Note depth and
relative force
– Compare good and
bad areas

• BULK DENSITY
– Mass per volume
– Calculate porosity
– Texture dependent
“Cloddy” soil following corn silage harvest
Cloddiness re-defined
Stunted, uneven growth is often
the first symptom
The shovel is an excellent
diagnostic tool
Excavated
plow layer
Measuring penetration resistance

Hand-held penetrometer

Soil probe
Measuring parental patience

CU Italian Major
May 2007
Constant-rate recording
penetrometer
Cone Index (MPa)
0 0.5 1 1.5 2 2.5
0

5
Compaction/Subsoiling
10
No/No Series1
No/Yes Series2
15
Yes/No Series3
Yes/Yes Series4
20

D e p th (c m )
25

30

35

40

45

50

Response of a Plainfield sand to


compaction and deep tillage, Hancock, Wis.
Conventional tillage can remove shallow
compaction
PENETROMETER RESISTANCE FOLLOWING TILLAGE
OF A “LIGHTLY” COMPACTED SILT LOAM SOIL

2,5
None
RESISTANCE (MPa)

2 MB
CH
1,5 NT
ST
1

0,5

0
3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45
DEPTH (cm)

Arlington, Wis., 2002 (6 t vehicle)


Don’t count on mother nature to correct
compaction
Wadsworth Trail, Minnesota
10-12 in 8-10 in 6-8 in
4-6 in 2-4 in 0-2 in

TS
RU
IN
TS
RU
E
ID
0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3
TS

Sharratt et al., 1998


U
O

SOIL BULK DENSITY (g/cc)


Guidelines for managing compaction:
1. Stay off wet soils
Guidelines for managing compaction:
2. Control traffic – No shortcuts
DW1
Guidelines for managing compaction:
3. Limit load weight – Practical
considerations
Slide 118

DW1 Dick Wolkowski; 06/11/2007


Tips for building and maintaining the
soil physical condition
• Be kind to your soil - avoid compaction
– Control traffic, stay off wet soil, limit load
• Limit “recreational tillage”
• Incorporate organic residues
– Beware of weed seeds
– C:N of material
• Grow the best crop you can
– Soil test and add lime and recommended
nutrients
– Maintain plant health and control pests

Anda mungkin juga menyukai