DISUSUN OLEH :
Dierra Dzakiy Sida (962020029)
JURUSAN AKUNTANSI
PRODI D3- PERBANKAN DAN KEUANGAN
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “MAKALAH ANALISIS SAHAM PADA PT Bank Central Asia Tbk
(BBCA)” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas makalah analisis saham pada mata kuliah Pasar Modal. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana susunan
menganalisis suatu saham pada perusahaan terutama bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Endang Sri Apriani, S.E., M.E.
selaku Dosen mata kuliah Pasar Modal yang telah memberikan tugas ini sehingga saya
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
saya sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas ini. Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan demi
kesempurnaan tugas makalah analisis saham ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDAHULUAN
4
1.2 Manfaat
Analisis ini diharapkan mampu memberikan manfaat, antara lain:
1. Bagi Peneliti
Hasil analisis ini diharapkan mampu memberikan nilai tambah
berupa pengetahuan dan wawasan mengenai analisis saham perusahaan
menggunakan Teknik Bottom-up.
2. Bagi Perusahaan
Analisis ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat untuk pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan
strategi mengantisipasi kebangkrutan dan meningkatkan nilai
perusahaan.
3. Bagi Pembaca
Selanjutnya Hasil analisis ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan pengetahuan akademis dan dapat dijadikan refrensi untuk
analisis selanjutnya.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis saham pada Perusahaan BCA PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
dan untuk memberi rekomendasi terhadap saham perusahaan BBCA apakah
saham diperusahaan tersebut sehat atau tidak.
5
BAB II PEMBAHASAN
Perusahaan BCA PT Bank Central Asia Tbk atau yang banyak dikenal
sebagai BCA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan
perbankan umum dan jasa keuangan lainnya. Ini beroperasi melalui segmen
geografis berikut: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Indonesia Timur, dan Operasi
Luar Negeri. Produk dan layanan perbankan perusahaan meliputi rekening
deposito, perbankan transaksi, perbankan elektronik, manajemen kas, kartu
kredit, bancassurance, fasilitas kredit, garansi bank, fasilitas ekspor-impor,
fasilitas valuta asing, dan produk investasi. dan telah menjadi bank swasta
terbesar di Indonesia. BCA didirikan pada tanggal 21 Februari 1957 oleh
6
Sudono Salim dan memiliki kantor pusat yang beralamat di Menara BCA,
Grand Indonesia, Jl. M.H Thamrin No. 1, Jakarta 10310.
7
Dari data diatas terdapat beberapa entitas anak yaitu:
1. PT BCA
2. BCA Finance Limited
3. PT Bank BCA Syariah
4. PT BCA Sekuritas
5. PT Asuransi Umum BCA
6. PT BCA Multi Finance (dahulu PT Central Santosa Finance)
7. PT Asuransi Jiwa BCA
8. PT Central Capital Ventura
9. PT Bank Digital BCA (dahulu PT Bank Royal Indonesia)
8
2.2.1 Analisis Industri
Industri PT Bank Central Asia Tbk, Posisi BCA di Industri
Perbankan tahun 2020 (dalam triliun Rupiah).
9
terutama dipicu oleh kredit investasi di beberapa sektor, seperti minyak
nabati, infrastruktur dan jasa keuangan. BCA menjaga kondisi
permodalan dan likuiditas pada posisi yang memadai sebagai pijakan
yang kokoh dalam melalui masa perlambatan ekonomi. CAR dan LDR
masing-masing tercatat sebesar 25,8% dan 65,8% per Desember 2020.
Sementara itu, NPL tercatat sebesar 1,8%, didukung oleh penerapan
kebijakan relaksasi kredit oleh OJK. Rasio Loan at Risk (LAR), yang
terdiri dari NPL, kredit dengan kategori ‘Dalam Perhatian Khusus’ dan
kredit yang direstrukturisasi dengan kolektibilitas lancar, mencapai
Rp108,5 triliun atau 18,8% dari total kredit, lebih baik dari perkiraan
awal yaitu 30% terhadap total kredit.
10
Desember 2019 yang telah diaudit oleh KAP Tanudiredja, Wibisana,
Rintis & Rekan (firma anggota jaringan PwC Global).
11
Langkah pemerintah yang efektif dalam mengatasi pandemic
COVID-19 telah membantu proses pemulihan ekonomi ditahun 2020.
Sektor perbankan mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga yang solid,
yaitu meningkat sebesar 11,1% menjadi Rp6,658.5 triliun di tahun 2020.
Kombinasi program PEN, kebijakan moneter yang pruden dan keyakinan
masyarakat yang tinggi terhadap sistem perbankan Indonesia menopang
pertumbuhan likuiditas yang sehat. Di sisi lain, akibat turunnya permintaan
kredit dari sector riil penyaluran kredit nasional mengalami penurunan
sebesar 2,4%. Menyikapi melemahnya kondisi ekonomi, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) mengeluarkan kebijakan yang melonggarkan aturan
restrukturisasi kredit untuk mendukung sektor perbankan dan para debitur
yang terdampak oleh COVID-19. Sesuai dengan kerangka kebijakan
relaksasi dalam POJK No.11/POJK.03/2020, yang disesuaikan melalui
POJK No.48/POJK.03/2020 dengan masa berlaku hingga Maret 2022
(“Kebijakan Relaksasi Kredit OJK”), kredit yang direstrukturisasi
dikelompokkan ke dalam kredit dengan kolektibilitas lancar, sehingga rasio
Non Performing Loan (NPL) relatif terjaga yaitu sebesar 3,1% dan
memberikan waktu bagi para debitur dalam mengupayakan pemulihan
bisnis dan pembayaran kewajiban hutang. Seiring dengan kebijakan
tersebut, kredit yang direstrukturisasi mencatat peningkatan tajam
mencapai Rp971 triliun di akhir tahun. Komitmen yang tinggi dari regulator
disertai dengan kebijakan yang efektif telah menunjang kinerja keuangan
perbankan nasional di tengah tekanan akibat pandemi. Beberapa rasio
keuangan utama tetap dalam kondisi yang sehat dengan Loan to Deposit
Ratio (LDR) tercatat sebesar 82,3% (Nov-20), dan Capital Adequacy Ratio
(CAR) sebesar 23,8%.
Memasuki tahun 2021, perbankan nasional diperkirakan masih akan
dibayangi oleh ketidakpastian mengingat pandemi COVID-19 masih akan
memberikan tantangan bagi perekonomian Indonesia. Proses transisi
kembali kepada kondisi normal setelah pandemi juga menyimpan risiko
tersendiri, salah satunya adalah perkembangan risiko kredit setelah
relaksasi restrukturisasi kredit berakhir. Kebijakan tepat yang telah
dikeluarkan dan memadai serta sinergi antar para pemangku kebijakan,
bank dan pelaku bisnis sangat penting bagi pemulihan ekonomi dan
stabilitas perekonomian Indonesia. BCA meyakini bahwa sektor perbankan
memiliki potensi untuk mengalami pemulihan terutama di paruh ke dua
tahun 2021. Hal ini mempertimbangkan respon pemerintah yang tanggap
dalam mengatasi pandemi dan berbagai katalis positif yang ada, seperti
12
pertumbuhan pendapatan kelas menengah dan struktur demografi penduduk
yang mayoritas berada di usia produktif. Pertumbuhan kredit diharapkan
akan semakin membaik seiring pulihnya perekonomian. Sementara itu,
didukung oleh inflasi yang terkendali dan nilai tukar yang stabil, Bank
Indonesia menjalankan kebijakan suku bunga rendah guna mendorong
perekonomian dan permintaan kredit. BCA optimis bahwa akselerasi
digitalisasi perbankan Indonesia akan membawa banyak manfaat bagi
pertumbuhan sektor perbankan di masa yang akan datang.
13
inflasi berada pada titik yang rendah dan untuk pertama kalinya dalam
dua dekade terakhir Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang
negatif sebesar 5,3%. Mobilitas masyarakat mulai berangsur membaik
sejak Juli 2020, seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial di
berbagai daerah. Kondisi tersebut mendorong perbaikan aktivitas
perekonomian yang terus berlanjut hingga akhir tahun.
14
Rp695,2 triliun yang antara lain digunakan untuk mendukung sektor
UMKM, transfer dana desa, pemberian bantuan sosial, pembiayaan
korporasi, subsidi bunga, subsidi listrik, insentif pajak, dan lain-lain.
Pemerintah telah merevisi struktur RAPBN 2020 dalam mendukung
penyaluran stimulus fiskal termasuk melalui program PEN. Di sisi
moneter, Bank Indonesia (BI) juga mengeluarkan serangkaian
kebijakan makroprudensial untuk menjaga stabilitas keuangan nasional
antara lain dengan memangkas suku bunga 7-Days Reverse Repo
sebesar 125 bps menjadi 3,75%, menurunkan rasio GWM Rupiah
sebesar 250 bps menjadi 3,0%, dan melakukan pembelian obligasi
pemerintah. Kebijakan penurunan suku bunga dilakukan secara
bertahap, selaras tren global yang telah memasuki era of low interest
rate. Dengan terjadinya penurunan suku bunga secara global dan
didukung oleh surplus neraca perdagangan Indonesia dan inflasi yang
cukup rendah maka nilai tukar Rupiah pada akhir tahun terjaga di level
Rp14.105/ USD. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga membantu
pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan yang akomodatif di
industri perbankan berupa kebijakan restrukturisasi kredit yang
dituangkan dalam POJK No.11/POJK.03/2020, dan telah disesuaikan
melalui POJK No.48/POJK.03/2020 dengan masa berlaku hingga Maret
2022, untuk mendukung kelangsungan bisnis yang terdampak pandemi
COVID-19. Langkah-langkah yang diambil para regulator tersebut
mampu memperkecil penurunan pertumbuhan ekonomi menjadi turun -
2,1% pada akhir tahun 2020 dan memulihkan sektor perdagangan luar
negeri secara gradual dimana ekspor per Desember 2020 mencatat
penurunan sebesar 2,6% di Desember 2020, lebih rendah dibandingkan
penurunan ekspor pada tahun 2019 sebesar 6,9%. Dari sisi import, pada
periode yang sama impor turun 17,1%. Selain itu, kebijakan-kebijakan
tersebut juga mendukung stabilitas sistem perbankan nasional, dimana
dana pihak ketiga (DPK) perbankan telah berhasil tumbuh sebesar
11,1%. Sumber pertumbuhan dana pihak ketiga berasal dari berbagai
pihak, seperti institusi terkait pemerintah, perusahaan-perusahaan
swasta, maupun nasabah individu. Likuiditas yang sehat tercermin dari
LDR industri perbankan yang berada di posisi 82,2%. Namun, kredit
perbankan pada tahun 2020 tercatat mengalami penurunan sebesar
2,4%, setelah pada tahun 2019 mencatat pertumbuhan sebesar 6,1%
karena pelemahan aktivitas ekonomi yang dipengaruhi penurunan
konsumsi domestik dan rendahnya penyerapan belanja modal
perusahaan. NPL perbankan relatif meningkat namun masih relatif
15
terjaga dari 2,5% di tahun 2019 menjadi 3,1% di tahun 2020, didukung
dengan adanya kebijakan restrukturisasi kredit yang dikeluarkan OJK.
Sejalan dengan hal itu, kredit yang direstrukturisasi meningkat
signifikan di hampir seluruh sektor usaha mencapai Rp971,0 triliun atau
17,8% dari total kredit perbankan pada akhir tahun. Struktur
permodalan perbankan masih relatif baik dengan rasio CAR tercatat
sebesar 23,8%.
Gambar diatas merupakan Data Saham milik PT Bank Central Asia Tbk.
16
Berdasarkan candlestick pada tanggal 16 desember 2021.
Keterangan:
- Speculative Buy: Harga menyentuh support, harga dapat saja meneruskan
pelemahan, tetapi berpotensi rebound jika harga gagal break support.
- Buy: Harga bergerak rebound meninggalkan support level.
17
- Trading Buy: Harga masih berpotensi naik, tetapi sudah mendekati
resistance level.
- Sell: Harga telah mencapai resistance level.
2.4 Rekomendasi
Setelah dilakukannya Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal
untuk PT Bank Central Asia Tbk. Berikut merupakan rekomendasi yang
diusulkan.
1. Menurut hasil Analisis Fundamental
Dilihat dari rasio keuangan utama PT Bank Central Asia Tbk,
membuktikan bahwa Return On Asset (ROA) dan Return On Equity
(ROE) dari PT Bank Central Asia Tbk, menunjukan nilai lebih dari
1% yaitu ROA 3,3% dan ROE 16,5% yang menyatakan bahwa PT
Bank Central Asia Tbk, ini dianggap sudah liquid dan mampu
mengelola seluruh kegiatan operasional perusahaannya sendiri
dengan baik. Yang artinya, PT Bank Central Asia Tbk masih
dikatakan sangat layak untuk dijadikan investasi yang
menguntungkan.
18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bank merupakan penggerak roda ekonomi suatu negara. Fungsi
bank sebagai lembaga keuangan sangat vital, misalnya tempat
menyimpan uang, pemerataan peredaran uang guna menunjang
kegiatan usaha, melakukan pembayaran atau penagihan, dan masih
banyak jasa keuangan lainnya. Salah satu bank yang berkembang di
Indonesia adalah Bank Central Asia.
Melakukan analisis untuk mengetahui kemungkinan sebuah
perusahaan mengalami kesulitan keuangan dapat dimulai dengan
melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Kondisi perekonomian di Indonesia yang masih belum
menentu, mengakibatkan resiko suatu perusahaan untuk mengalami
kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan menjadi tinggi.
Kesalahan prediksi terhadap kelangsungan operasi suatu perusahaan di
masa yang akan datang dapat berakibat fatal yaitu kehilangan
pendapatan atau investasi yang telah ditanamkan dalam suatu
perusahaan. Untuk mendapatkan informasi bahwa perusahaan tersebut
sehat atau tidaknya, dinilai dari berbagai indikator. Salah satu indikator
utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan yang
bersangkutan.
Analisis fundamental merupakan suatu analisis saham yang
dapat dilakukan secara bottom-up dimulai dari perusahaan, industri
sektornya dan kondisi makro ekonomi. Analisis fundamental menjadi
penting bagi investor karena Analisis fundamental mempelajari atau
menganalisis kondisi perusahaan dalam hal keuangan, operasional dan
bisnis serta prospek ke depannya.
Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan bahwa PT Bank
Central Asia Tbk, dianggap sudah mampu mengelola seluruh kegiatan
operasional perusahaannya sendiri dengan baik. Yang berartikan bahwa
PT Bank Central Asia Tbk masih dikatakan sangat layak untuk
dijadikan investasi yang menguntungkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTST
OCK/From_EREP/202102/339f719125_bb2fd96ceb.pdf
https://kumparan.com/berita-bisnis/rumus-roe-dan-roa-dalam-analisis-
laporan-keuangan-1vo23iCl6b6
20