Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

RISALAH TENTANG AULIYA DAN ULAMA

Disusun oleh :

Kelompok 12
Brian Rizki Rahadyan
(7011210130)
Ilman Maulana
(7011210180)

Tugas I Agama

Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Galuh Ciamis
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Risalah Tentang Auliya Dan Ulama”. Makalah
tersebut disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Agama di Universitas Galuh Ciamis.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang kasus korupsi di Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Abdul Hamid, S.Ag.
M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Agama. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Yang menyatakan
Ttd.
Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Risalah 2
2.2 Auliya 2
2.3 Ulama 2
BAB III KESIMPULAN 3

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Konsep pembelajaran pendidikan agama merupakan kajian yang berkaitan


dengan kehidupan dalam menjadi muslim. Bidang-bidang yang dipelajari dalam
pendidikan agama antara lain fiqih, aqidah, tauhid, tafsir, muamalah hingga sejarah
islam. Ilmu-ilmu tersebut senantiasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai
manusia, sepatutnya kita menyadari wewenang dan tanggungjawab menjadi makhluk
Allah SWT serta mengetahui arah dan tujuan hidup. Akan tetapi tidak semua manusia
sepenuhnya memahami hal tersebut, oleh karena itu Allah memilih dan mengutus
manusia untuk menyampaikan pesan-pesan agama (risalah).

Manusia yang diutus untuk menyampaikan risalah disebut nabi dan rasul. Pada
makalah ini akan dibahas risalah tentang ulama dan auliya, karena disamping kita
harus menghormati nabi dan rasul kita perlu pula untuk menghormati ulama dan
auliya. Allah SWT telah menciptakan manusia berbangsa dan bersuku-suku di muka
bumi ini. Mereka memiliki adat, budaya dan karakter yang berbeda. Keberadaan
ulama dan auliya disebutkan menjadi penyeimbang dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun pertanyaan yang mendasari disusunnya makalah ini sebagai berikut :

a. Apa yang dimaksud dengan Risalah?

b. Apa yang dimaksud dengan Auliya?

c. Apa yang dimaksud dengan Ulama?


1.3 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini antara lain yaitu :

a. Mengetahui dan memahami Risalah

b. Mengetahui dan memahami Auliya


c. Mengetahui dan memahami Ulama

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Risalah

Secara harfiyah (etimologis), risalah berasal dari bahasa Arab yang artinya pesan
atau message (Inggris). Pembawa risalah disebut rasul (messenger), utusan, atau
pembawa risalah. Dalam konteks agama (Islam), istilah risalah dimaknai sebagai
kerasulan, yakni para pembawa pesan dari Allah SWT (wahyu).Kata risalah dan rasul
berakar dari kata yang sama, yaitu Ra-Sin-Lam.

Secara maknawiyah (istilah, terminologis), risalah adalah pesan yang diturunkan


Allah SWT kepada para utusan-Nya (rasul). Dalam konteks Islam, pesan yang
dimaksud adalah Kalamullah berupa ayat-ayat Al-Quran yang menjadi sumber utama
ajaran agama Islam.

Risalah Islam adalah pesan-pesan Allah SWT yang terangkum dalam ajaran agama Islam
sebagai panduan jalan hidup (way of life) bagi umat manusia. Sumber utama risalah Islam
adalah wahyu Allah Swt yang kini terangkum dalam Al-Qur'an, plus hadits dan ijma'
ulama.
2.2 Auliya

Istilah kata awliya’ adalah bentuk jama’ dari wali berasal dari bahasa Arab waliyy
yang berarti dekat, Kata wali dan auliyā’ (walāyah) di dalam al-Qur’an menunjukkan
makna kedekatan, kekerabatan, persahabatan, perlindungan, cinta,persekutuan,
bantuan, kasih sayang. Ada pula yang mengartikan kata wali dengan menempatinya,
menguasai, pemegang suatu wilayah, menolong, kekuasaan dan pemerintah. Namun
sebagian kalangan menganggap bahwa penerjemahan awliya’ sebagai pemimpin tidak
akurat, sehingga pengharaman pemimpin non-muslim dianggap tidak punya pijakan
yang kokoh dari kacamata Islam itu sendiri.

Kata wali menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ini memiliki beberapa
pengertian. Pertama, orang yang menurut hukum (agama/adat) yang diserahi
kewajiban mengurus anak yatim serta hartanya, sebelum anak tersebut dewasa.
Kedua, orang yang menjadi penjamin dalam pengurusan dan pengasuhan anak.
Ketiga, pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah (yaitu yang melakukan

2
janji nikah dengan pengantin laki-laki). Keempat, orang saleh (suci) penyebar agama.
Kelima, kepada pemerintah.

Pengertian wali dalam dunia tasawuf sering menekankan pada dimensi mistiknya.
Dari sini pengertian auliya’ mengalami penyempitan makna di kalangan masyarakat
Indonesia. Kebanyakan masyarakat ketika mendengar istilah wali, yang terbayang di
benak mereka adalah orang yang alim, taqwa, istiqamah, beribadah dan memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Sedangkan dalam bahasa Melayu, kata wali
memiliki arti penjaga, wakil, penaung, pembela, pengganti, penyokong atau
pelindung. Wali dalam al-Qur’an memiliki banyak arti tergantung konteks kata
tersebut digunakan. Namun, makna dasar kata tersebut selalu terbawa di mana makna
relasional berkembang. Berikut beberapa makna Wali dan Auliyā’ dalam al-Qur’an:

1. Makna auliya‟ yang mengandung aspek politik, yaitu dilarangnya menjadikan


orang-orang kafir sebagai teman dengan meninggalkan orang - orang mukmin,
seperti pada QS. An-Nisa‟ Ayat 139 di bawah ini :

Artinya :

“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman

penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari

kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan


kepunyaan Allah”. (QS. An-Nisa‟: 4: 139)

Menurut Sayyid Qutbh yang dimaksud orang-orang kafir disini menurut

riwayat yang kuat adalah kaum yahudi, dimana orang munafik berlidung kepada

mereka sekaligus bersama-sama mengatur siasat untuk menipu kaum muslimin.

3
dalam akhir ayat 139 dari surat An-Nisa Allah SWT bertanya dengan nada
ingkar, dan Allah SWT langsung menjawab dari pertanyaan itu. Demikianlah
sentuhan ini membuka karakter dan ciri utama orang-orang munafik yang sertia
kepada orang kafir untuk mencari kekuatan bukan kepada kaum muslimin.
Allah SWT menetapkan bahwa kekuatan itu hanya ada padanya. Ayat ini
melarang meminta pertolongan kepada musuh-musuh Allah SWT atau orang
kafir, Karena sudah lengkap kalu mau mencari kemuliaan dan kekuatan hanya
ada pada Allah SWT.

4
2. Auliya‟ diartikan sebagai Penolong yang mengandung makna aspek sosial. Kata
Auliya‟ memiliki arti penolong seperti terdapat QS. al-Taubah Ayat 71 berikut
ini:

Artinya :

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka


(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat,menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka
itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS. al-Taubah:9: 71)

Ayat ini menerangkan bahwa orang mukmin, laki-laki maupun wanita saling
menjadi pembela/penolong diantara mereka. Selaku mukmin ia membela
mukmin lainnya karena hubungan agama. Tolong menolong merupakan bagian
dari ajaran islam yang wajib dilaksanakan setiap orang muslimi, hal ini di
perjelas dalam sabda Nabi SAW yang artinya perumpamaan orang-orang
mukmin dalam saling mengsihi, saling menyantuni dan saling membantu seperti
satu jasad, apabila salah satu anggota menderita, seluruh anggota itu merasakan
demam dan tidak tidur.

5
3. Auliya‟ diartikan sebagai anak yang mengandung makna aspek sosial. Kata
Auliya‟ diartikan sebagai anak yang mengandung makna aspek sosial, seperti
seperti terdapat dalam QS. Maryam Ayat 5 berikut ini :

6
Artinya :

“Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang

isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau

seorang putera.” (QS. Mariyam 19:5)

Ayat ini diturunkan berkenaan dengan permohonan Nabi Zakariya agar di


karuniai anak sebagai penerus risalah-Nya, dalam shahihain ditegaskan bahwa
rasullah bersabda yang artimya “kami tidak meninggalkan warisan harta yang
kami tinggalkan melainkan merupakan sedekah” (mutafaqun alaih). Atas dasar
ini, maka firman Allah, “maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang
putera” dan dialnjutkan dalam ayat 6 yang artinya “yang akan mewariskan aku
dan mewarisi sebagian keluarga Ya‟qub”. Dalam tafsir ibnu katsir di jelaskan
warisan disini sebagai warisan kenabian, bukan warisan kekayaan.

7
4. Auliya‟ diartikan sebagai ahli waris yang mengdung aspek sosial. Kata Auliya‟
diartikan sebagai ahli waris seperti Terdapat dalam QS. al- Isrā‟ Ayat 33 berikut
ini :

Artinya :

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah


(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan
barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi
kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui
batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan”.

(QS. al-Isrā‟:17: 33)

Pada ayat ini penyebutan Auliya‟ menggunakan kata wali diartikan dalam ayat
ini sebagai ahli waris, pada dasarnya ayat ini menjelaskan hak ahli waris yang
terbunuh, yatiu Allah SWT menjelaskan tindalkan apa yang harus dilakukan
oleh ahli waris dari yang terbunuh, dan siapa yang harus melaksanakan tindakan
itu apabila secara kebetulan si terbunuh itu tidak mempunyai ahli waris. Allah
SWT menetapakan bahwa barang siap yang di bunuh secara zalim yakni tampa
alasan yang benar, maka Allah SWT telah memberikan kewenangan atau hak
kepada Ahli waris nya untuk menentukan pilihan hukuman bagi si pembunuh,
yaitu antara hukuman Qisas atau menerima diyyat (tebusan).

8
5. Auliya‟ diartikan saudara seagama yang mengandung makna aspek sosial. Kata
Auliya‟ memiliki makna Keksih sebagaimana yang terdapat dalam QS. al-
Ahzāb Ayat 6 berikut ini:

Artinya :

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka

sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang


mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di
dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin,
kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama).
Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah)”. (QS. al-
Ahzāb: 33: 6)

Ayat ini menjelaskan tentang persaudaraan sesama Mukmin hal ini langsung di
contohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Bukhari dijelaskan Nabi
bersabada: tidak ada seorang mukmin pun melaiankan aku adalah orang yang
paling utama bagianya di dunia dan akhirat. Dan kata Auliya‟ pada ayat ini pun
diartikan sebagai saudara-saudara seagama.

9
6. Auliya‟ diartikan sebagai orang yang dekat yaitu orang-orang yang beriman dan
bertakwa. Kata Auliya‟ diartikan sebagai orang yang dekat yaitu orang-orang
yang beriman dan bertakwa sebagaimana yang terdapat dalam QS. Yunus. Ayat
62 berikut ini :

Artinya :

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap


mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Yunus. 10:62).

Auliyā menurut ayat ini adalah orang-orang yang telah beriman tanpa diselingi
oleh keraguan dan mereka yang sejak dahulu hingga kini selalu bertakwa,
Dalam ayat ini adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, sebagai sebutan
bagi orang-orang yang membela agama Allah SWT dan orang-orang yang
menegakkan hukum- Nya, di tengah masyarakat dan sebagai lawan kata orang-
orang yang mememusuhi agama-Nya seperti orang musyrik dan kafir.
2.3 Ulama

Ulama secara etimologi adalah bentuk plural dari kata ‘Ālim yang artinya orang
yang berpengetahuan atau ahli ilmu.Ulama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah orang yang ahli dalam hal agama Islam. Dalam Alquran kata ulama disebutkan

dua kali, terdapat dalam surat surat Fāthir ayat 28, kedua surat Asy Syu’araa ayat 197:

Artinya :

“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-


binatang ternak ada yang bermacam – macam warnanya (dan jenisnya)

10
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Fāthir
35:28)

Artinya :

“Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil
mengetahuinya?”. (QS. Asy Syu’araa 26:197)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa ulama merupakan hamba Allah yang beriman,
bertakwa, menguasai ilmu kauniyah dan tanziliyah, berpandangan hidup luas dan
beribadah dengan landasan takut kepada Allah. Orang yang takut kepada Allah
hanyalah ulama, apapun disiplin ilmunya. Sebab, pada dasarnya semua ilmu itu
bermanfaat, selama mengantarkan kepada pengetahuan terhadap kekuasaan Tuhan
dan terbuka untuk kepentingan manusia. Karena begitu khasnya posisi ulama di dalam
Islam, maka tidak sulit untuk difahami kenapa ulama begitu dihormati di kalangan
umat Islam, memiliki pengaruh dan membuat umat loyal terhadapnya. Dalam
konfigurasi sosial kebudayaan ulama juga diangggap sebagai cultural broker
(perantara budaya), ulamalah yang mampu memberikan filterasi dari realitas sosial
kebudayaan dan politik yang berkembang dimasyarakat. Signifikansi peran ulama
dalam kehidupan masyarakat Islam, ditambah loyalitas umat terhadapnya membuat
pengaruh ulama sedemikian rupa, menjadi figur strategis kerjasama baik itu kalangan
penguasa maupun pengusaha. Ulama dibutuhkan dalam mendampingi dan
mengarahkan umat dalam menghadapi dinamika kehidupan yang sedemikian
kompleks.

11
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Risalah dimaknai sebagai para pembawa pesan dari Allah SWT. Pesan yang
dimaksud adalah Kalamullah berupa ayat-ayat Al-Quran yang menjadi sumber
utama ajaran agama Islam sebagai panduan jalan hidup bagi umat manusia.
2. Arti kata Auliya pada intinya belum dapat dipastikan maknanya secara pasti.
Dalam Al-Quran banyak dicantumkan kata Auliya, beberapa dari ayat tersebut
menggambarkan berbagai aspek antara lain aspek politik dan sosial.
3. Ulama merupakan hamba Allah yang beriman, bertakwa, menguasai ilmu
kauniyah dan tanziliyah, berpandangan hidup luas dan beribadah dengan landasan
takut kepada Allah. Ulama juga diangggap sebagai cultural broker, memberikan
filterasi dari realitas sosial kebudayaan dan politik yang berkembang di
masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ismatilah., Hasyim, Ahmad., & Maimun, M., 2016. Makna wali Dan Auliyā’ Dalam Al-
Qur’an (Suatu Kajian dengan Pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu). Diya al-Afkar
Vol. 4 No.02, 38 – 64

Wahidin, Ade., 2017. KONSEP ULAMA MENURUT AL-QUR’AN (Studi Analitis atas
Surat Fathir Ayat 28). Al-Tadabbur: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 38 - 56

Farid, Miftachul., 2017. Penafsiran kata awliya’ dalam Al-Quran (Telaah atas tafsir al-Azhar
dan al-Mishbah). Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Zaruni, Ahmad., 2019. Aspek Sosial Politik Penafsiran Auliya’ Dalam Tafsir Fizhilalil
Qur’an. Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Muhammad, Syahfrudin., 2019. Makna Ulama Perspektif Mufasir Indonesia , Skripsi,


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai