(Fixs) Makalah Luka Bakar Kelompok 3
(Fixs) Makalah Luka Bakar Kelompok 3
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB III
disusun oleh:
Kelompok III
NAMA NIM
Sopian 302018059
Fikri Nurul Padhli 302018071
Majid Nugraha 3020180069
Aini Novitasari 302018111
Firda Alya 302018108
Sabrina mulyawati 302018061
Shelly Latifah Sutisna 302018058
Salsabila 302018109
Aprilia Damayanti 302018062
Elsa Rahmatinnisa 302018089
Rini Komalasari 302018057
8. Salsabila (302018109)
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Allah subhanahu wata a’ala.
2. Ns Angga Wilandika, M.kep. Selaku dosen pembimbing.
3. Serta teman-teman yang selalu mensuport.
Terlepas dari semua itu, kami tentu menyadari bahwa makalah ini “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. M USIA 39 TAHUN DENGAN DIAGNOSA LUKA
BAKAR DI RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PUSAT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG” masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Luka bakar ialah salah satu permasalahan kesehatan dunia yang menimbulkan
kurang lebih 180. 000 kematian tiap tahunnya. Sebagian besar permasalahan luka
bakar terjalin di negaranegara berpenghasilan rendah serta menengah serta nyaris
2 pertiganya terjalin di negaranegara Afrika serta Asia Tenggara. Perihal tersebut
berhubungan dengan kurang pengawasan, kewaspadaan, ataupun pembelajaran
tentang keselamatan dasar penangkalan resiko cedera luka bakar di daerah
tersebut. Luka bakar bisa menyebabkan morbiditas maupun mortalitas yang besar,
kendala psikologis, serta kendala mutu hidup yang dirasakan pengidap. Luka
bakar kerap memerlukan perawatan jangka panjang serta sebagian prosedur bedah
rekonstruktif di rumah sakit. Bersamaan kenaikan pertumbuhan sosial ekonomi
dunia, banyak riset dicoba buat kurangi tingkatan morbiditas ataupun mortalitas
akibat luka bakar. Suatu riset seragam tentang pertumbuhan manajemen luka
bakar sudah dicoba, namun cuma mengevaluasi populasi Eropa.
Manajemen perih buat luka bakar ialah bagian yang tidak terpisahkan dari
manajemen luka bakar yang berhubungan dengan proses pengobatan luka bakar
itu sendiri. Riset manajemen perih sempat dicoba di RSUP Dokter. Hasan Sadikin
tahun 2017, menggambarkan daya guna pemberian analgetik pada perih kronis
sepanjang tahun 2017 didapatkan angka sebesar 70, 3%. Hasil tersebut masih
belum penuhi sasaran bebas nyeri 100%. Nyeri pada luka bakar ialah nyeri kronis.
Nyeri kronis yang tidak teratasi bisa menimbulkan sebagian akibat, ialah respons
nyeri yang tidak lenyap ataupun menurun, tingkatkan resiko nyeri kronik, sanggup
tingkatkan respons inflamasi bonus, mengusik proses pengobatan cedera,
tingkatkan waktu perawatan di rumah sakit yang hendak berdampak lanjut
kenaikan resiko peradangan nasokomial, apalagi bisa tingkatkan peristiwa
mortalitas. 3–5 Riset di Rumah Sakit Universal Pusat Cipto Mangunkusumo
Jakarta tahun 2011 hingga dengan 2012 menggambarkan angka mortalitas pada
penderita luka bakar masih lumayan besar, ialah sebesar 27, 6%. Salah satu upaya
1
mengurangi angka mortalitas yang besar tersebut merupakan diterapkan
manajemen nyeri yang baik.
2
2
B. Rumusan Masalah
1. Epidermis
Epidermis terletak di permukaan dan terdiri dari beberapa lapisan sel yang
tumbuh ke permukaan dari lapisan terdalamnya. Lapisan permukaan dari sel-
sel mati yang terus menerus terkelupas dan diganti dari bawah. Epidemis
merupakan pembatas antara lingkungan intermal yang lembab dan atmosfer
kering lingkungan ekstemal (Waugh et al., 2010). Epidermis terdiri dari epitel
skuamosa yang terdiri dari keratin yang terdiri dari empat tipe: sel langerhans,
sel taktil, keratinosit dan melanosit. 90 persen dari sel epidermal adalah
keratinosit yang tersusun dalam empat atau lima lapisan yang memproduksi
protein keratin (Tortora & Derickson, 2013). Keratin merupakan protein
berserat yang kuat yang dapat membantu melindungi jaringan dan kulitnya dari
abrasi, panas, mikroba dan juga bahan kimiawi. Keratinosit juga memproduksi
butiran pipih yang melepaskan sealant anti air. 8 persen sel epidermal adalah
melanosit yang memproduksi melanin. Melanin adalah pigmen yang berwarna
coklat-hitam atau kuning-merah yang berkontribusi pada kulit dan merusak
penyerapan cahaya ultraviolet (UV).
3
4
Sel langerhans dalam respon imun yang berfungsi untuk melawan mikroba
yang menyerang kulit. Sel langerhans membantu sel lainnya dari sistem yang
diterima antigen (mikroba asing atau zat asing) sehingga bisa dihancurkan. Sel
langerhans juga mudah dihancurkan oleh sinar UV.
2. Dermis
Dermis Bagian dalam kulit disebut dermis. Demis merupakan sebuah
jaringan ikat mengandung kolagen dan serat elastis. Dermis adalah sistem
terpadu yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa, filamentous dan amorf yang
mengakomodasi stimulus masuknya oleh jaringan saraf dan vaskular,
pelengkap yang diturunkan secara epidermis, fibroblas, makrofag dan sel mast
(Kolarsick et al., 2011). Bagian dalam dari dermis, yang menempel pada
lapisan subkutan yang terdiri dari jaringan yang tidak teratur dan serat elastis
yang dapat berkerut dan kembali lagi dengan serat protein yang disebut
kolagen (Sel adiposa, folikel rambut, saraf, minyak dan keringat ditemukan
antara serat Hal tersebut (Tortora & Derickson, 2013). Dermis yang
mengandung keringat kecil yang memiliki saluran atau saluran kecil, yang
mengarah ke permukaan. Rambut tumbuh dari folikel di demis. Dermis kaya
akan ujung saraf sensorik yang sensitif terhadap nyeri, suhu, dan sentuhan.
adalah organ yang sangat besar secara konstan menyediakan sistem saraf pusat
dengan masukan sensorik dari permukaan tubuh. Kulit juga berperan penting
dalam pengaturan suhu tubuh (Waugh et al., 2010).
3. Warna Kulit
Tiga pigmen yang memengaruhi atau memberikan variasi terhadap warna
kulit adalah melanin , hemoglobin dan karoten (Tortora & Derrickson, 2017).
Melanin menunjukkan variasi wama kulit dimulai d ari warna kuning pucat ke
wama kemerahan, bahkan coklat dan hitam. Melanosit paling banyak berada
pada kulit permukaan penis, meletakkan susu dan area areola (pada payudara),
wajah, mukosa membran dan tungkai bawah. Jumlah melanosit pada setiap
orang hampir sama. Perbedaan warna kulit berdasarkan jumlah pigmen dan
produksi melanosit. Melanin berakumulasi menjadi sebuah freckles (bintik-
bintik) pada beberapa orang. Semakin bertambahnya usia seseorang maka
bintik-bintik penuaan pun mulai muncul.
5
4. Struktur Kulit
6
a. Rambut
Rambut tumbuh di seluruh permukaan kulit kecuali ditelapak tangan
dan telapak kaki. Pada orang dewasa, rambut biasanya paling populer
diseluruh kulit kepala, alis, ketiak dan disekitar genitalia luar. Genetika
dan pengaruh hormonal sangat memengaruhi ketebalan dan pola
distribusi rambut. Meskipun peran rambut dalam melindungi sangat
terbatas, tetapi rambut dapat melindungi kepala kulit dari sinar matahari.
Hal ini dapat mengurangi Kehilangan panas dikulit kepala. Alis dan bulu
mata melindungi mata dari partikel yang mirip dengan rambut yang ada
dilubang hidung dan saluran telinga bagian luar.
Batang rambut adalah bagian paling luar rambut yang menonjol di
atas permukaan kulit. Akar Rambut (Akar rambut) adalah bagian rambut
jauh ke batang yang menembus kedalam dermis dan terkadang subkutan
kelapisan. Batang dan akar rambut terdiri dari tiga lapisan sel konsentris
medula, korteks dan kutikula rambut. Disekitar akar rambut terdapat
folikel rambut yang terdiri dari selubung akar bagian luar dan dalam.
b. Kelenjar Kulit
Beberapa jenis kulit: Kelenjar sebasea (minyak), wajah sudoriferus
(berkeringat) dan pucat serumin.
1) Kelenjar Sebasea
Disebut juga kelenjar minyak. Bagian yang mengeluarkan sebasea
terletak didermis dan biasanya dibagian folikel rambut. Kelenjar sebasea
terbuka langsung kepermukaan kulit. Kelenjar sebasea terdapat
dibeberapa lokasi, seperti bibir, bayi penis, labia minora, dan tampak
tarsal pada mata. Kelenjar sebasea tidak ada ditelapak tangan dan telapak
kaki, tetapi ada di kulit wajah, leher, payudara, dan bagian dada atas.
2) Kelenjar Sudoriferous
Kelenjar Sudoriferous atau yang disebut juga minum keringat. Sel-sel
dari kesan ini keluarnya keringat folikel rambut atau melalui pori-pori.
Ada tiga jenis keringat yaitu ckrin, apoekrin dan apokrin berdasarkan
jenis dan struktur sekresinya. Kelenjar ekrin memiliki fungsi sebagai
pengatur suhu tubuh melalui penguapan. Kelenjar keringat ekrin terkenal
7
diseluruh kulit tubuh, terutama dikulit dahi, telapak tangan dan telapak
kaki dan paling sedikit di bagian punggung (Kolarsick et al., 2011).
Berkeringat 600 ml keringat yang dihasilkan oleh keringat ekrin setiap
harinya. Sedangkan bau keringat apokrin berada dalam regulasi termal
dan pelepasan aroma. Kelenjar keringat apokrin pada manusia terbatas,
terutama pada area ketiak dan perineum, dan tidak seperti kedekatan
ekrin dan apoekrin, kehadiran ini tidak terbuka langsung kepermukaan
kulit. Kelenjar keringat apokrin mengembangkan bagian sekretorisnya
dan menjadi aktif sewaktu-waktu sebelum pubertas, suatu respons yang
diduga disebabkan oleh sinyal hormonal. Kelenjar keringat apoekrin
berkembang selama masa pubertas dari prekursor mirip dengan ekrin
yang membuka langsng ke permukaan kulit. Kelenjar keringat apoekrin
memiliki tingkat sekresi sebanyak 10 kali lipat dari kedekatan dan oleh
karena itu berkontribusi pada hiperhidrosis aksila (Tortora & Derrickson,
2017).
3) Kelenjar Serumin
Kelenjar serumin adalah minum yang keringat ditelinga luar, yang
disebut 'serum yang menghasilkan sekresi seperti lilin. Bagian sekretori
pemegang serum ini terletak dilapisan subkutan. Saluran sekretoris
terbuka langsung kepermukaan saluran pendengaran cksternal (saluran
telinga) atau kesaluran telepon sebasea. Kombinasi dari sekresi serumin
dan titik keringat membentuk materi berwama kekuningan (serumen).
Serumen bersama dengan rambut disaluran pendengaran ekstemal
menyediakan penghalang yang menghalangi yang masuknya benda asing
dan serangga. Serumen juga membuat saluran menjadi kedap udara dan
mencegah bakteri dan jamur masuk.
5. Fungsi Kulit
Berbagai fungsi sistem integral (terutama kulit) termasuk pengaturan suhu /
termoregulasi, penyimpanan darah, perlindungan, sensasi kulit, ekskresi dan
absorpsi dan sintesa vitamin D.
8
a. Termoregulasi
Termoregulasi adalah pengaturan homeostatis suhu tubuh. Kulit
berkontribusi terhadap termoregulasi dengan mengeluarkan keringat
dipermukaan kulit dengan menyesuaikan aliran darah. Hal ini oleh oleh oleh
oleh suhu lingkungan yang tinggi atau panas yang dihasilkan meclalui
kegiatan olahraga, yang menyebabkan produksi keringat dari keringat ekrin
meningkat; keringat yang menguap dari permukaan kulit membantu
menurunkan suhu tubuh. Selain itu, pembuluh darah didermis kulit
membesar (menjadi lebih lebar), hal ini menyebabkan lebih banyak darah
yang mengalir melalui dermis, sehingga meningkatkan jumlah kehilangan
panas dari tubuh. Pada kondisi suhu lingkungan yang rendah, produksi
keringat menurun, hal ini berarti penurunan panas. Selain itu, pembuluh
darah didermis kulit mengerut (menyempit), yang mengurangi aliran darah
melalui kulit dan mengurangi Kehilangan panas dari tubuh.
b. Reservoir Darah
Demis yang mengisi jaringan darah yang luas yang membawa sekitar 8-
10% dari total aliran darah dewasa yang beristirahat. Oleh karena itu, untuk
alasan ini, kulit berperan sebagai penampung darah.
Perlindungan Kulit memberi perlindungan pada tubuh dalam berbagai
cara. Sebagai contoh, keratin memiliki fungsi melindungi jaringan
dibawahnya dari mikroba, abrasi, panas dan bahan kimia. Lipid yang
dilepaskan oleh butiran lamelar menghambat penguapan udara dari
permukaan kulit, sehingga mencegah terjadinya dehidrasi. Selain itu juga
menghambat masuknya udara keseluruh permukaan kulit selama mandi dan
berenang. Sebum dari kehadiran sebasea membuat kulit dan rambut tidak
mengandung bahan kimia bakterisida (zat yang dapat membunuh bakteri).
PH asam dari keringat menghambat pertumbuhan mikroba (Tortora &
Derrickson, 2013). Pigmen melanin juga membantu melindungi dari efek
sinar ultraviolet yang merusak. Dua jenis yang menjalankan fungsi
pelindung yang bersifat imunologis yaitu makrofag intraepidermal dan
makrofag phagocytize. Makrofag intraepidermal ketahanan sistem
kekebalan terhadap keberadaan penyerang mikroba yang berbahaya yang
9
1. Protein penyusun kulit yang utama adalah keratin, kolagen, elastin, dan
melanin.
a. Keratin
Gambar 2. Keratin
Keratin menrupakan protein struktural terpenting dari jaringan epitel
yang memberi fungsi struktural. Banyak ditemukan dikulit bagian lapisan
tanduk, kuku, dan rambut. Secara biokimia, keratin merupakan untaian
heliks yang panjang diselingi oleh segmen nonheliks pendek. heliks
merupakan suatu asam amino. Keratin terbagi menjadi dua tipe, yaitu
tipe I merupakan keratin asam dan tipe II merupakan keratin basa,
memiliki ujung karboksil yang lebih panjang.
b. Kolagen
Salah satu yang membedakan kulit dengan organ lainnya adalah penentu
kekuatan mekanisnya. Kolagen merupakan protein fibrosa yang
merupakan komponen utama jaringan ikat dan merupakan komponen
yang paling banyak jumlahnya pada mamalia. Pada manusia dengan usia
yang lebih tua, kolagen akan memiliki ikatan persilangan lebih sedikit
dibandingkan dengan manusia pada umur lebih muda.
11
Gambar 3. Kolagen
c. Elastin
Elastin bersama-sama denga mikrofibril memegang peran penting untuk
mengembalikan struktur kulit kebentuk semula setelah mengalami
deformasi mekanik. Elastin terdiri dari asam amino glisin (31%), alanin
(22%), prolin (11%), dan sedikit 4-hidroksiprolin, namun tidak
mengandung OH-Lys (pembeda dengan kolagen). Elastin dapat
merenggang dan memendek seperti karet, hal ini dimungkinkan adanya
interaksi hidrofobik dirantai samping. Pada peregangan ini, ikatan hilang
teapi masih ada ikatan kovalen yang menahan agar elastin kembali ke
bentuk semula.
Gambar 4. Elastin
d. Melanin
Menalin adalah produk dari sel melanosit yang berfungsi untuk
membedakan warna kulit.
12
Gambar 5. Melanin
1. Luka Bakar
a. Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari
sumber energi dari suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan
oleh hantaran/radiasi electromagnet. (Brunner & Suddarth,2002)
b. Etiologi
Penyebab Luka Bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang
dapat dipicu atau di perparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar
seperti bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari tabung pemantik api,
14
yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit.
Pada anak, kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas yang
terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar
superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).
15 Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik, maupun bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa
kuat. Asam kuat menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan
rasa nyeri hebat.6 Asam hidroflourida mampu menembus jaringan sampai
ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka
yang kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat dalam
rumah tangga antara lain cairan pemutih pakaian (bleaching), berbagai
cairan pembersih, dll. 6 Luka bakar yang disebabkan basa kuat akan
menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive
necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat
daripada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami
dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit timbul
belakangan sehingga penderita sering terlambat datang untuk berobat dan
kerusakan jaringan sudah meluas.
Menurut Hudak Gallo (1996) Luka bakar dapat diklasifikasikan
berdasarkan agen penyebab antara lain :
1. Termal : Basah (air panas, minyak panas), kering (uap, metal, api)
2. Listrik : Voltage tinggi, petir
3. Kimia : asam kuat, basa kuat.
4. Radiasi : termasuk X-Ray
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar. Beratnya luka bakar
dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan sumber panas, (misal:
suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar, api, air panas,
minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi
kebakaran (Effendi. C, 1999)
c. Klasifikasi
Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan luas luka bakar dan
derajat luka bakarnya, dan harus objektif. Patokan yang masih dipakai dan
15
diterima luas adalah mengikuti Rules of Nines dari Wallace. Luka bakar
yang terjadi pada daerah muka dan leher jauh lebih berbahaya daripada luka
bakar di tungkai bawah, kita mesti sangat waspada terhadap timbulnya
obstruksi jalan napas.
Seorang tenaga medis profesional harus terlatih dalam menentukan
derajat dan menangani suatu luka bakar. Ada pedoman yang biasa
digunakan untuk memperkirakan luas daerah yang terbakar yang disebut
dengan Hukum Sembilan (rule of nine), yaitu membagi daerah tubuh
dengan persentase Sembilan (9%) per daerah tubuh. Secara singkat,
penjelasan Hukum Sembilan (Rules of nines) adalah sebagai berikut:
1) Kepala (Nilai Total = 9%), terdiri dari: bagian depan = 4,5% dan
bagian belakang = 4,5%
2) Tubuh (Nilai Total = 36%), terdiri dari: dada dan perut = 18% serta
punggung = 18%
3) Lengan (Nilai Total = 18%), terdiri dari: lengan atas depan-belakang =
9% dan lengan bawah depan-belakang = 9%
4) Kaki (Nilai Total =36%), terdiri dari: tungkai atas depan-belakang =
18% dan tungkai bawah depan-belakang =18%
5) Alat kelamin (Nilai Total =1%)
Cara lain yang dapat digunakan untuk menghitung luas luka bakar adalah
membandingkan antara luka bakar yang dialami dengan telapak tangan
korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas sebesar 1% dari luas
permukaan tubuh. Perlu diingat bahwa penghitungan luas luka bakar
dihitung juga berdasarkan masing-masing derajat luka bakar.
Berdasarkan penyebab Luka bakar dibedakan atas beberapa jenis, antara
lain:
1) Luka bakar karena api
2) Luka bakar karena air panas
3) Luka bakar karena bahan kimia
4) Luka bakar karena listrik dan petir
5) Luka bakar karena radiasi Cedera akibat suhu sangat rendah (frost
bite)
16
untuk eskar dan tandur kulit untuk luka bakar derajat II dalam dan luka
bakar derajat III. Eksisi awal mempercepat penutupan luka, mencegah
infeksi, mempersingkat durasi penyembuhan, mencegah komplikasi
sepsis, dan secara kosmetik lebih baik.
21
e. Patofisiologi
MK:
Pada wajah di ruang tertutup kerusakan kulit
1. Resiko tinggi terhadap
Kerusakan mukosa keracunan gas CO penguapan meningkat infeksi
2. Gangguan rasa nyaman
Edema laring CO mengikat Hb peningkatan pembuluh 3. Gangguan aktivitas
4. Kerusakan integritas
Obstruksi jln napas hb tdk mampu mengikat O2 ekstravasasi cairan
kulit
Gagal napas hipoksia otak tekanan onkotik menurun
hipovolemia MK:
1. Kekurangan volume
Gangguan sirkulasi cairan
2. Gangguan perfusi jaringan
22
Gg sirkulasi makro
Gg pd organ penting
Gg sirkulasi seluler
Gg sirkulasi
seluler
otak kardiovaskul
Ginjal Hepar GI traktus Neurologi Imun
er
Hipoksia
Kebocoran Hipoksia sel Pelepasan Dilatasi Gg Daya tahan
kapiler ginjal katekolamin lambung neurologi tubuh Gg perfusi
menurun
Gagal fungsi
Gagal
sentral Gagal ginjal Gagal hepar
jantung Glukoneogenesis
glukogenolisis
23
MK :
perubahan
nutrisi
Multi system organ failure
24
f. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges 2000 penunjang pada luka bakar
1) Hitung Darah lengkap : Hb ( Hemoglobin ) turun menunjukkan
adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih
dari 15 % mengindikasikan adanya cedera, pada Ht ( Hematokrit )
yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht
turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang di akibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
2) Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen ( PaO2) atau
peningkatan tekanan karbon dioksida ( PaCO2) mungkin terlihat pada
restensi karbon monoksida.
3) Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkatkan pada sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada
awal mungkin menurun kerena kehilangan cairan, hipertermi dapat
terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.
4) Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakefektifan cairan.
5) Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstitial atau gangguan pompa, natrium.
6) Glukosa Serum : Peninggaan Glukosa serum menunjukkan respon
stress.
7) Albumin Serum : Untuk mengetahui Adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
8) BUN atau Kreatinin : Peninggaan menunjukkan penurunan perfusi
atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera
jaringan.
9) Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap
efek atau luas nya cedera.
10) EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
25
harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka
bakar.
Tujuan utama dari restitusi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbukan edema. Kehilangan
cairan terbesar adalah 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi
maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar.
Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel
tubuh. Pemberian cairan paling sering adalah dengan Ringer Laktat untuk
48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0,5-
1,5 ml/kgBB/jam.
a) Resusitasi Prinsip Parkland
Resusitasi cairan berdasarkan prinsip parkland untuk luka bakar
sedang atau luas luka bakar <25% tanpa syok. Rumus menghitung
kebutuhan cairan 24 jam berdasarkan parkland adalah 4ml x kgBB
x %luka bakar. Pada 24 jam pertama, 50% diberikan pada 8 jam
pertama dan 50% diberikan pada 16 jam berikutnya. Pada 24 jam
kedua diberikan secara merata.
b) Formula Evans
1) Luas luka bakar dalam% x kgBB = jumlah NaCl/24 jam
2) Luas luka bakar dalam% x kgBB = jumlah plasma/24 jam
(a dan b pengganti cairan yang hilang akibat oedema. Plasma
untuk menggani plasma yang keluar dari pembuluh dan
meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan
keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar).
3) 2000 cc Dextrose 5%/24 jam (untuk mengganti cairan yang
hilang akibat penguapan)
Separuh dari cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah
jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua.
27
c) Rumus Bexter
Rumus menghitung cairan Bexter adalah Luas luka bakar dalam %
x BB x 4cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama
terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RLkarena terjadi deficit ion
Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama.
d) Formula Curreri
Formula Curreri digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori
pasien dewasa yaitu 25kcal/kgBB/hari ditambahkan dengan
40kcal/%luka bakar/hari.
3) Penggantian Darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah
sel darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Karena
plasma predominan hilang pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka
bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh karena itu,
pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan,
kecuali terdapat kehilangan darah yang cukup banyak dari tempat luka.
Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya
diperlukan.
4) Perawatan Luka Bakar
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan,
selanjutnya dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada
karakteristik dan ukuran dari luka:
a) Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit
hilangnya barrier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di
balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi
rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID
(Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan
pembengkakan.
b) Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan luka setiap
harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik,
kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan
28
2. Dermatitis Seboroik
a. Definisi
Dermatitis seboroik adalah gangguan kulit yang menyebabkan kulit
bersisik dan berwarna kemerahan. Dermatitis seboroik merupakan penyakit
eritroskuamosa kronis, biasa ditemukan pada usia anak dan dewasa.
Keadaan ini ditandai oleh keainan kulit di area tubuh dengan banyak folikel
sebasea dan kelenjar sebasea aktif, yaitu daerah wajah, kepala, telinga, dan
badan bagia atas.
b. Etiologi
Patogenesis DS masih belum diketahui dengan pasti, namun
berhubungan erat dengan jamur Malassezia. kelainan imunologis, aktivitas
kelenjar sebasea dan kerentanan pasien.1,4 Jumlah sebum yang diproduksi
bukan faktor utama pada kejadian DS. Permukaan kulit pasien DS kaya
akan lipid trigliserida dan kolesterol, namun rendah asam lemak dan
skualen. Flora normal kulit, yaitu Malassezia sp dan Propionibacterium
acnes, memiliki enzim lipase yang aktif yang dapat (cradle cap) berupa plak
eritematosa disertai skuama kuning kecoklatan yang lekat dan menyebar ke
seluruh bagian kulit kepala. Selain itu, juga terdapat krusta. Lesi dapat
ditemukan di wajah, leher dan menyebar ke punggung serta ektremitas,
berupa plak inflamasi di daerah intertrigo, yaitu aksila dan lipat paha. Lesi
juga bisa didapatkan di area popok. Diagnosis banding perlu dipikirkan pada
32
bayi dengan gejala dermatitis seboroik yang luas, harus dibedakan misalnya
dengan dermatitis, atopik, antara lain dengan melakukan pemeriksaan
penunjang misalnya immunoglobulin E total. mentransformasi trigliserida
menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas bersama dengan reactive
oxygen species (ROS) bersifat antibakteri yang akan mengubah flora normal
kulit. Perubahan flora normal, aktivasi lipase dan ROS akan menyebabkan
dermatitis seboroik. Di bawah ini adalah alur yang menunjukkan
peranMalassezia sp pada dermatitis seboroik. Koloni jamurmempunyai
kemampuan untuk berproliferasi di permukaan kulit hingga menimbulkan
reaksi inflamasi dan secara klinis nampak berupa skuama.
c. Klasifikasi
1) Pada bayi
Penyakit ini terjadi pada bayi didominasi pada bulan-bulan pertama
kehidupan sebagai penyakit inflamasi yang terutama mempengaruhi
rambut dan kulit kepala dengan lipatan intertriginosa berminyak yang
disertai sisik dan kerak. Daerah lainnya seperti wajah, dada, dan leher
juga dapat terpengaruh. Pada bayi dapat terjadi dari usia minggu pertama
kelahiran hingga 3 bulan, dan kelainan berhubungan dengan waktu
neonatus memproduksi sebum yang selanjutnya akan mengalami regresi
hingga pubertas.
a) Pada kepala (kulit kepala daerah frontal dan parietal) khas disebut
cradle crap, dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa
ada dasar kemerahan dan kurang / tidak gatal
b) Pada lokasi lain seperti lipatan belakang telinga, pinna telinga, dan
leher, lesi tampak kemerahan atau merah kekuningan yang
tertutup dengan skuama yang berminyak, kurang / tidak gatal.
Tempat predileksi adalah kulit kepala bagian vertex MDVI Vol. 43
No. 4 Tahun 2016; 153 - 159 155 (cradle cap) berupa plak eritematosa
disertai skuama kuning kecoklatan yang lekat dan menyebar ke seluruh
bagian kulit kepala. Selain itu, juga terdapat krusta. Lesi dapat ditemukan
di wajah, leher dan menyebar ke punggung serta ektremitas, berupa plak
inflamasi di daerah intertrigo, yaitu aksila dan lipat paha. Lesi juga bisa
33
d. Manifestasi Klinis
1) Dermatitis seboroik pada bayi (usia 2 minggu – 10 minggu)
Penyakit ini terjadi pada bayi didominasi pada bulan-bulan pertama
kehidupan sebagai penyakit inflamasi yang terutama mempengaruhi
rambut dan kulit kepala dengan lipatan intertriginosa berminyak yang
disertai sisik dan kerak. Daerah lainnya seperti wajah, dada, dan leher
juga dapat terpengaruh.
a) Pada kepala (kulit kepala daerah frontal dan parietal) khas disebut
cradle crap, dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa
ada dasar kemerahan dan kurang / tidak gatal
b) Pada lokasi lain seperti lipatan belakang telinga, pinna telinga, dan
leher, lesi tampak kemerahan atau merah kekuningan yang tertutup
dengan skuama yang berminyak, kurang / tidak gatal.
2) Dermatitis seboroik pada dewasa (pada usia pubertas, rata-rata pada
usia 18-40 tahun, dapat pada usia tua)
Gambaran klinis dan perjalanan dari penyakit ini berbeda antara remaja
dan bayi.
a) Umumnya gatal
b) Pada area seboroik berupa makula atau plakat, folikular, perifolikular,
atau papulae, kemerahan atau kekuningan, dengan derajat ringan
sampai berat, inflamasi, skuama dan krusta tipis sampai tebal yang
kering, basah atau berminyak.
c) Bersifat kronis dan mudah kambuh, sering berkaitan dengan
kelelahanm stress, atau paparan sinar matahari.
Perjalanan penyakit biasanya berlangsung dalam waktu yang lama.
Periode perbaikan pada musim panas dan kambuh kembali pada musim
dingin. Pembesaran lesi dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan
musim terutama efek dari paparan sinar matahari.
1) Manifestasi klinis dermatitis seboroik pada kulit kepala
35
a) Pityriasis sicca
Tipe lesi dermatitis seboroika yang kering, biasanya berawal dari
bercak yang kecil yang kemudian meluas ke seluruh kulit kepala berupa
deskuamasi kering, sering disertai rasa gatal, dan kadang- kadang disertai
inflamasi ringan dengan membentuk skuama halus (ketombe/Dandruff ).
White Dudruff yang asimptomatis pada kulit kepala disebut dengan
Pityriasis sicca.
b) Piytiriasis steatoides
Tipe lesi dermatitis seboroika yang basah, ditandai oleh skuama yang
berminyak berwarna kuning disertai eritema ringan sampai berat dan
akumulasi krusta yang tebal. Pada tipe yang berat dapat disertai dengan
erupsi psoriasiformis, eksudat, krusta yang kotor serta bau yang busuk,
dengan rasa gatal pada kulit kepala dan lubang telinga.,
2) Dermatitis seboroik pada wajah
Dermatitis seboroik pada wajah juga bisa berbentuk erupsi popular pada
pipi, hidung dan dahi. Kemerahan yang tampakpada area alar-malar disebut
dyssebacea. Pada bibir dan mukosa tidak biasanya terkena, tapi kadang-
kadang terdapat perubahan pada bibir, yang disebut cheilits exfoliativa.
Tampak bibir berwarna merah terang, kering, terkelupas, dan berlobang.
Dermatitis seboroik biasa pada lipat paha dan bokong, dimana terlihat
seperti kurap, psoariasis, atau jamuran. Garinya terlihat seperti kulit
terkelupas pada keduanya dan simetris. Pada lokasi ini lobang-lobang dapat
ditemukan dan mungkin juga terdapat garis psoariformis dengan kulit kering
pada beberapa kasus.
36
e. Patofisiologi
Faktor psikis: stress Defisit nutrisi: besi, Imunodefisiensi Gangguan Obat-obatan: Faktor Genetik
& kelelahan niasin, pyridoxin : HIV/AIDS neurotransmitten : neuroleptik,metildopa,cim hormon
Parkinson etidin transplasenta
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Percobaan asetikolin ( Suntikan dalam intracutan, solusio asetikolin
1/5000 )
2) Percobaan histamin hostat disuntikkaan pada lesi
3) Pric
4) Darah : Hb, Leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
5) Pemeriksaan Histopatologis : Hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis
aksentuasi Rere ridges dan spongiosis fokal. Tampak sel
Limfohistiosit di daerah dermis superfical serta vasodilatasi pada
lapisan dermis.
Interpretasi : Pemeriksaan Histopatologis dalam Pemeriksaan
penunjang diperlukan untuk membedakan antara penyakit utama
(diagnosis) dengan diagnosis banding nya.
g. Penatalaksanaan dan Terapi
Untuk dewasa:
1) Kulit kepala
Dermatitis seboroik ringan di kulit kepala umumnya berespon
terhadap berbagai sampo antiseboroik, antiketombe yang mengandung
satu atau lebih dari bahan berikut: seng pirition, asam salisilat, selenium
sulfida, antijamur siklopiroks dan ketokonazol. Dapat diberikan dalam
bentuk sampo. Sampo perlu dibiarkan di kepala selama paling sedikit 5
menit setelah berbusa. Untuk gatal dan peradangan, dapat digunakan
steroid topikal potensi menengah (kelas 3 atau 4) dalam bentuk gel atau
solusio.
Dermatitis seboroik berat di kulit kepala, dapat diberikan steroid
topikal poten (kelas 2) misalnya gel fluosinonid 0,05%. Steroid topikal
ini sering didahului oleh obat keratolitik untuk menghilangkan skuama
yang tebal sehingga obat dapat menembus kulit kepala.
2) Wajah
Dermatitis seboroik di wajah mudah berespon terhadap pemberian
steroid topikal, tetapi terapi ini memerlukan pemeliharaan jangka panjang
38
b. Definisi
Steven Jhonson Syndrom adalah sebuah kondisi mengancam jiwa yang
mempengaruhi kulit dimana kematian sel menyebabkan epidermis
terpisah dari dermis.
c. Etiologi
Etiologi dari SJS sulit ditentukan dengan pasti karena penyebabnya
meliputi berbagai faktor, walaupun pada umumnya sering berkaitan dengan
respon imun terhadap obat. Beberapa faktor penyebab timbulnya SJS
diantaranya: infeksi (virus, jamur, bakteri, parasit), obat (salisilat, sulfa,
penisilin, etambutol, tegretol, tetrasiklin, digitalis, kontraseptif), makanan
(coklat), fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X), Graft Versus Host
Disease, dan radioterapi.
d. Klasifikasi
39
f. Patofisiologi
Aktivasi S komplemen
Melepaskan
limfokin/sitotoksik
Akumulasi netrofil
Reaksi peradangan memfagositosis sel rusak
Triase,gg pd kulit
mukosa dan mata
Kerusakan integritas
jaringan
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan gram pada dasar erosi
didapatkan leukosit
2) Pemeriksaan laboratorium darah lengkap : eritrosit, hemoglobin,
hematokrit, trombosit, leukosit, neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil,
basofil.
h. Penatalaksanaan dan Terapi
1) Kortikosteroid
Penggunaan obat kortikosteroid merupakan tindakan life-saving. Pada
Sindrom Steven-Johnson yang ringan cukup diobati dengan Prednison
dengan dosis 30-40 mg/hari. Pada bentuk yang berat, ditandai dengan
kesadaran yang menurun dan kelainan yang menyeluruh, digunakan
Dexametason intravena dengan dosis awal 4-5 x 5 mg/hari. Setelah
beberapa hari (2-3 hari) biasanya mulai tampak perbaikan (masa kritis
telah teratasi), ditandai dengan keadaan umum yang membaik, lesi kulit
yang baru tidak timbul sedangkan lesi yang lama mengalami involusi.
Pada saat ini dosis Dexametason diturunkan secara cepat, setiap hari
diturunkan sebanyak 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari lalu
diganti dengan tablet Prednisom yang diberikan pada keesokan harinya
dengan dosis 20 mg sehari. Pada hari berikutnya dosis diturunkan
menjadi 10 mg, kemudian obat tersebut dihentikan. Jadi lama pengobatan
kira-kira 10 hari.
2) Antibiotika
Penggunaan Antibiotika dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
infeksi akibat efek imunosupresif kortikosteroid yang dipakai pada dosis
tinggi. Antibiotika yang dipilih hendaknya yang jarang menyebabkan
alergi, berspektrum luas dan bersifat bakterisidal. Dahulu biasa
digunakan Gentamisin dengan dosis 2 x 60-80 mg/hari. Sekarang dipakai
Netilmisin Sulfat dengan dosis 6 mg/kg BB/hari, dosis dibagi dua.
Alasan menggunakan obat ini karena pada beberapa kasus mulai resisten
terhadap Gentamisin, selain itu efek sampingnya lebih kecil
dibandingkan Gentamisin.
43
4. Skabies
a. Definisi
Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan Sarcoptes scabiei tungau
(mite) berukuran kecil yang hidup didalam kulit penderita. Tungau yang
tersebar luasdiseluruh dunia ini dapat ditularkan dari hewan kemanusia dan
44
e. Patofisiologi
reservoir sarcoptes
reaksi peradangan
Pengeluaran reseptor
GANGGUAN RASA
NYAMAN
Melakukan garukan Sulit tidur
49
pada kulit
GANGGUAN
CITRA TUBUH KERUSAKAN INTEGRITAS
Papul pecah Kerusakan lapisan kulit KULIT
f. Pemeriksaan Penunjang
Secara mikroskopis dengan larutan KOH 10%
g. Penatalaksanaan dan Terapi
A. Kasus
Seorang laki-laki, Tn.M, berusia 39 tahun, tersiram air panas dan segera dibawa
ke RSHS. Luka bakar tampak sampai tendon mengenai seluruh tangan kanan,
paha depan kanan dan perineum. Pasien mengerang kesakitan dengan wajah
tegang skala 7 (0-10), mengatakan kulitnya serasa dikuliti dan terus menerus.
Tampak eksudat sedang, keluar dari luka. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan
darah 150/80 mmHg, nadi 110 x/menit, RR: 24 x/menit, Hb 12 gr/dl, Ht 29%,
trombosit 115.000/mm3 , leukosit 14.000, albumin 2,9 dan BB pasien 50 kg,
tinggi badan 160 cm. Terpasang kateter urin dengan jumlah urin 100 cc selama 12
jam, warna kuning agak pekat. Turgor kulit kering.
51
52
B. Pengkajian
1. Data Demografi
Identitas Pasien
Nama : Tn, M
Umur : 39 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :
No medrex : RM 120282
Diagnosa Medis : Luka bakar
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. D
Umur : 35 Tahun
Sebagai : istri
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan Utama
Mengerang kesakitan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang dengan keluhan mengerang kesakitan yang dirasakan
serasa dikuliti terus menerus luka bakar yang dirasakan disekitar daerah
seluruh tangan kanan, paha depan kanan, dan perineum, nyeri memberat
bilapasien bergerak, berkurang bila pasien berbaring skala nyeri yang
dirasakan 7(0-10).
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tingkat Kesadaran: Composmentis
2) GCS: E4V5M6 = 15
3) Tanda – tanda vital
TD: 150/80 mmHg
Nadi: 110 kali/menit
Respirasi: 24x/menit
53
Suhu: 36ᴼC
b. Antropometri
Tinggi Badan: 160 cm
Berat Badan: 50 kg
c. Pemeriksaan Fisik
1) System Pencernaan
Palpasi : tidak terkaji
Yang seharusnya dikaji :
Auskultasi :
2) System Pernapasan
Inspeksi : tidak terkaji
Yang seharusnya di kaji : tidak terdapat pernapasan cuping hidung,
tidak terdapat bersin-bersin, warna mukosa hidung merah muda, tidak
terdapat edema, tidak terdapat eksudat, tidak terdapat perdarahan,
Pada saat di inspeksi di daerah dada, ukuran dada sama simetris.
Palpasi : tidak terkaji
Yang sehaarusnya di kaji : tidak terdapat nyeri sinus (maksilaris,
sphenoid, etmoidalis, frontalis)., pada saat di palpasi dilakukan vokal
premitus getaran antara dinding dada kanan dan dinding dada kiri
sama, perkembangan dada/ekspansi dada pada saat di palpasi simetris,
pola pernapsan klien frekuensinya 24 x/menit, irama teratur.
3) System Kardiovaskuler
Pola jantung : Nadi = 110x/menit irregular, , tidak terdapat
pembesaran kelenjar limfe, shifting dullness (-)
4) System Persyarafan
Keadaan compos mentis GCS 15. E4M6V5 : klien dapat mengedip,
membuka dan menutup mata secara spontan tanpa harus dirangsang
oleh suara maupun nyeri. M6 : klien dapat menggerakan mototriknya
mengikuti perintah. V5 : orientasi klien baik dan mampu berbicara.
Test nervus kranial
a) Nervus I (Olfaktorius)
54
Minum
a. Jenis Makanan Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
c. Jumlah minuman Tidak terkaji Tidak terkaji
d. Ganguuan/keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
a.
2 Pola Eliminasi
BAB
a. Konsistensi Lengket Tidak terkaji
b. Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
c. Warna Hitam pekat Tidak terkaji
d. Gangguan/keluhan
BAK
a. Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
c. Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
d. Gangguan/keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
3 Pola Istirahat/Tidur
Siang
a. Waktu Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Lama Tidak terkaji Tidak terkaji
c. Gangguan/keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
Malam
a. Waktu Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Lama Tidak terkaji Tidak terkaji
c. Gangguan/keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
3. Personal Hygiene
a. Mandi Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Cuci rambut Tidak terkaji Tidak terkaji
c. Gosok gigi Tidak terkaji Tidak terkaji
d. Gunting kuku Tidak terkaji Tidak terkaji
57
4. Pola Aktivitas/Latihan
Fisik
a. Mobilasi/jenis latihan Tidak terkaji Tidak terkaji
fisik
b. waktu/lama Tidak terkaji Tidak terkaji
c. Gangguan/keluhan Tidak terkaji Nyeri
5. Pola kebiasaan
a. Merokok Tidak terkaji Tidak terkaji
b. Alkohol Tidak terkaji Tidak terkaji
5. Data Psikologis
a. Status Emosi
Saat dilakukan pengkajian emosi klien stabil.
b. Konsep diri
1) Gambar diri
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya walaupun saat
ini bagian tubuhnya tersiram air panas dan dirawat di rumah sakit,
klien mengatakan bahwa anggota tubuhnya merupakan pemberian dari
Allah swt., yang patut disyukuri.
2) Harga diri
Klien memahami keadaan dirinya dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Harga diri klien akan meningkat apabila klien cepat
sembuh
3) Peran diri
Klien adalah seorang suami
4) Identitas diri
Klien adalah seorang laki2 dan klien merasa bersyukur dengan jenis
kelaminnya.
5) Ideal diri
Harapan klien terhadapluka adalah ingin dapat sembuh dan berkumpul
kembali dengan keluarganya di rumah.
58
c. Gaya Komunikasi
Hubungan komunikasi klien dengan keluarganya baik, klien dan keluarga
berkomunikasi baik dengan pasien lainnya, klien terbuka mengenai
informasinya kepada perawat yang sedang mengkaji.
6. Data sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
Tingkat pendidikan klien SMP dan klien merupakan buruh pabrik
b. Gaya Hidup
Klien hidup dengan sederhana.
c. Hubungan Sosial
Klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, dan tetangganya.
7. Data spiritual
a. Konsep ketuhanan
Klien mengatakan dirinya beragama islam, mengakui adanya Allah
SWT. Klien tidak merasa marah kepada Allah SWT atas ujian yang
dialami klien sekarang.
b. Ibadah Praktik
Klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien tidak beribadah
karena sulit dengan alat-alat kesehatan yang terpasang di tubuhnya. Klien
mengatakan tidak bisa berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu
jadi klien tidak melakukan praktik ibadah di rumah sakit.
8. Data Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal Jenis Hasil Nilai Satuan
Pemeriksaan Normal
Hematologic
a. Hb 12 13,0 – 16,0 gr/dl
b. Hematokrit 29% 45 – 55 %
c. Trombosit 115000 150 – 400 Mm3
d. MCV - 80 – 96 fl
e. MCH - 27 - 31 Pg
f. MCHC - 32- 36 g/dl
g. WBC - 3,5 – 10,0 /µL
59
9. Therapy
a. Terapi Obat
No Nama Obat Dosis Rute Fungsi
1. Tramadol 500cc RL 20 IV/drip Obat ini digunakan untuk
tetes/mnt menngatasi nyeri pada
orang dewasa dan anak-
anak diatas 12 tahun ,
tramadol bekerja dengan
cara memengaruhi reaksi
kimia di dalam otak yang
berperan dalam
mengontrol rasa nyeri
2. Amicasin 2x1 ampul IV Bermanfaat untuk
menangani infeksi akibat
bakteri
3. Tranitidine 2x1 ampul IV Untuk mengatasi
penyakit yang berkaitan
dengan peningatan asam
lambung
4. Albumin 2 LABU/infus IV Untuk mengatur tekanan
dalam pembuluh darah
dan menjaga agar cairan
yang terdapat dalam
60
C. Analisa Data
Nyeri Akut
Ds: Tersiram Air Panas Risiko Infeksi
- Pasien mengatakan
kulitnya serasa
Luka Bakar sampai
dikuliti dan terus
tendon
menerus
115.000/mm3
- Albumin 2,9 g/Dl
Risiko Infeksi
Risiko Ketidak
Seimbangan Cairan
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik (terbakar) d.d mengeluh nyeri, TD
meningkat, Frekuensi nadi meningkat, Pola nafas berubah.
2. Risiko Infeksi d.d Kerusakan Integritas Kulit
3. Risiko Ketidak Seimbangan Cairan d.d Luka Bakar
63
E. Intervensi
Terapeutik Kolaborasi
- Diskusikan jenis
analgesik yang
disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- Tetapkan target
efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan
respon pasien
66
- Dokumentasikan
respon terhadap
efek analgesic dan
efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian dosis
dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
waktu singkat)
- Identifikasi factor
resiko
ketidakseimbangan
cairan (mis.
Prosedur
pembedahan
mayor,
trauma/perdarahan,
luka bakar,
apheresis, obstruksi
intestinal,
peradangan
pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar,
disfungsi intestinal)
Terapeutik
- Atur interval
waktu pemantauan
sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasi
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
- Informasikan
hasil pemantauan,
jika perlu
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
72
73
B. Saran