Laporan Kerja Praktek Peningkatan Jalan Rigid
Laporan Kerja Praktek Peningkatan Jalan Rigid
Oleh :
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
titik di Kota Palembang pada tahun anggaran 2012. Salah satunya adalah proyek
peningkatan jalan Talang Buluh - Gandus karena kondisi jalan yang sudah ada
mengalami kerusakan sedang dan beberapa tempat terjadi kerusakan berat karena
sering terjadi genangan air/banjir dan intensitas pengguna jalan yang rata-rata
menggunakan kendaraan berat, sehingga mengakibatkan jalan sulit untuk dilewati
dan waktu tempuh perjalanan semakin lama. Selain itu kedua daerah ini adalah
kawasan yang potensial untuk agrobisnis dan agroindustri.
Panjang total dari proyek peningkatan jalan ini adalah 7 km dengan
menggunakan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur
(flexible pavement) dengan beberapa gorong–gorong, box culvert dan pasangan
batu kali diruas jalan tersebut.
Dengan adanya peningkatan jalan Talang Buluh - Gandus ini diharapkan dapat
membantu meningkatkan pelayanan dan dapat mempelancar pembaruan fasilitas
jalan dari sarana transportasi (pengangkutan) bagi masyarakat dan perindustrian
yang ada, serta dapat meningkatkan aksesibilitas (kemudahan mencapai tujuan)
bagi semua sarana yang melaluinya.
Politeknik Negeri Sriwijaya Pelembang khususnya Jurusan Teknik Sipil,
konsentrasi bangunan transportasi, berusaha menghasilkan para lulusan yang
berkualitas yang sesuai dengan tuntutan era globalisasi dan memiliki pengalaman
praktek kerja lapangan, sehingga diharapkan lulusan Politeknik Negeri Sriwijaya
dapat bersaing serta memanfaatkan ilmunya dengan baik pada dunia kerja. Dengan
adanya mata kuliah praktek kerja lapangan atau yang lebih dikenal dengan
magang, diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah
didapatkan dibangku kuliah dan dapat mengaplikasikannya dilapangan,
mendapatkan pengalaman dan ilmu yang tidak diperoleh dari bangku kuliah.
Sesuai dengan konsentrasi bidang yang diambil penulis yaitu konsentrasi
bangunan transportasi, maka penulis melakukan kerja praktek pada lokasi
pembangunan Jalan Talang Buluh - Gandus.
4
1.2.1 Tujuan
Secara umum proyek peningkatan jalan Talang Buluh - Gandus adalah untuk
meningkatkan efektivitas peningkatan jalan tersebut untuk menjamin tingkat
pelayanan serta memajukan kesejahteraan masyarakat disegala bidang kehidupan.
• Secara khusus tujuan pelaksanaan proyek ini adalah :
1. Terciptanya jaringan jalan yang kapasitasnya sesuai dengan kebutuhan
serta mempunyai nilai struktur yang baik, terpadu dan berkelanjutan.
2. Terwujudnya hasil penanganan jalan yang berkualitas sesuai dengan
spesifikasi, dengan sasaran tersedianya perencanaan teknis penanganan
jalan yang sesuai dengan aspek teknis dan lingkungan.
3. Untuk penguatan infrastruktur terutama dalam mengembangkan ekonomi
daerah, sehingga masyarakat disekitar daerah Talang Buluh sampai Gandus
memperoleh kemudahan akses menjual hasil bumi mereka.
4. Dapat memperlancar arus komunikasi dan informasi antar daerah.
1.2.2 Manfaat
Pada penulisan laporan ini di jelaskan uraian umum serta uraian detail, yang
dilengkapi dengan keterangan-keterangan teknis yang didapat dari berbagai pihak,
sehingga diperoleh gambaran mengenai proyek ini.
Dalam penyusunan dan pengkajian Laporan Kerja Praktek ini menggunakan
metode deskriftif yang berdasarkan pada :
Studi Lapangan, meliputi:
- Pengamatan langsung dilapangan.
- Tanya jawab dengan pelaksana proyek.
- Penjelasan direksi pengawasan proyek.
- Pedoman dari rencana kerja dan syarat–syarat pekerjaan (RKS)
Studi Pustaka, dengan melakukan kajian terhadap literatur yang berhubungan
dengan permasalahan yang di bahas.
Sistematika penulisan ini disusun bab demi bab yang dimana tiap-tiap bab
dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang akan diuraikan lagi. Hal ini
dimaksudkan agar setiap permasalahan yang akan dibahas dapat segera diketahui
dengan mudah. Adapun penguraiannya sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan latar belakang, tujuan dan manfaat pelaksanaan
proyek, perumusan masalah, metode pengumpulan data dan juga sistematika
penulisan. Adapun dalam bab ini diberikan penjelasan secara umum dari garis
besarnya.
Bab II Tinjauan Umum
Pembahasan dalam bab ini adalah mengenai data umum proyek, data teknis
proyek, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas serta ruang
lingkup usaha perusahaan baik sebagai pemilik, kontraktor dan konsultan.
Pengorganisasian merupakan suatu sistem yang harus dimiliki suatu proyek oleh
karena itu, dalam bab ini dijelaskan struktur-struktur organisasi yang diperlukan
serta tugas dan kewajiban setiap jabatan.
Bab III Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini membahas seluruh bahan dan peralatan yang diperlukan
dijelaskan dalam bab ini. Pembahasan mengenai jalan, jenis perkerasan jalan dan
komponennya, jenis alat-alat yang digunakan dan fungsinya serta bahan yang
dibutuhkan.
Bab IV Pembahasan
Dalam bab ini membahas tentang metode pelaksanaan pekerjaan persiapan,
pekerjaan tanah, pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B, prosedur pengujian sand
cone, pekerjaan perkerasan rigid, pekerjaan bangunan pelengkap box culvert dan
pasangan batu kali.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Dalam bab penutup berisikan kesimpulan dari tujuan yang ingin dicapai dan
materi yang diuraikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini ditulis saran demi
kesempurnaan dan perbaikan bagi semua pihak.
BAB II
7
TINJAUAN UMUM
Nomor : 622/48/WIL.II/PU.BM/IV/2012
Tanggal : 23 April 2012
Nilai Kontrak : Rp. 17.881.549.000,00 (Tujuh belas milyar delapan ratus
delapan puluh satu juta lima ratus empat puluh sembilan
ribu rupiah)
Sumber Dana : APBD Kota Palembang
Tahun Anggaran : 2012
Pelaksana : PT. Rotary Persada
Pekerjaan : Peningkatan Jalan Talang Buluh - Gandus
Lokasi : Provinsi Sumatera Selatan
C. Truck Mixer
9
Setelah Belanda menyerah pada perang Pasific pada tahun 1942 kepada
Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3 wilayah
pemerintahan, yaitu Jawa atau Madura, Sumatera dan Indonesia Timur dan tidak
ada pusat pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ke - 3 wilayah
pemerintahan tersebut.
Di bidang pekerjaan umum pada tiap-tiap wilayah organisasi zaman Hindia
Belanda dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari pihak Jepang, kantor
pusat “V dan W” di bandung, dinamakan “Kotubu - Bunsitsu”, sejak saat itu istilah
“Pekerjaan Oemoem” (P.O), Oeroesan Pekerjaan Oemoem (O.P.O), “Pekerjaan
Umum” (PU), disamping “Duboku” lazim dipergunakan.
Setelah Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945 maka semenjak itu pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-
angsur merebut kekuasaan pemerintahan dari tangan jepang baik di pusat
pemerintahan (Jakarta atau Bandung) maupun pemerintahan daerah-daerah.
Sesudah pemerintahan Indonesia membentuk kabinet yang pertama, maka
para menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan umum pada
waktu itu (1945) berpusat di Bandung, dengan mengambil tempat bekas gedung V
dan W (dikenal dengan nama “Gedung Sate”).
Ketika belanda ingin mengembalikan kekuasaan pemerintahan Hindia
Belanda sebelum perang, datang mengikuti tentara sekutu masuk ke Indonesia
akibat dari keinginan pemerintahan Belanda ini, terjadilah pertentangan fisik
dengan pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air berikut dengan
gedung-gedung yang telah didudukinya antara lain “Gedung Sate” yang telah
menjadi Gedung Departemen Pekerjaan Umum, pada waktu itu peristiwa
bersejarah itu dikenal dengan peristiwa 13 Desember 1945.
Pada waktu revolusi dari tahun 1945 sampai dengan 1949, pemerintahan
pusat RI di Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke
Yogyakarta, begitu juga Kementrian PU. Sesudah pemerintahan Belanda tahun
1949 mengakui pemerintahan RI maka pusat pemerintahan RI di Yogyakarta
berpindah lagi ke Jakarta. Sejak tahun 1949 itu, Pekerjaan Umum (PU) telah sering
11
mengalami perubahan pimpinan dan organisasi sesuai situasi politik pada waktu
itu.
Dalam masa prolog G 30 S PKI terjadilah dalam sejarah pemerintahan RI
suatu kabinet besar yang disebut dengan Kabinet Dwikora atau Kabinet 100
Menteri dimana pada saat ini dibentuk Koordinator Kementrian. Tidak luput
Departemen PU, yang pada masa itu ikut mengalami perubahan organisasi menjadi
5 departemen di bawah kompartemen PU ketika membawahi, antara lain:
- Departemen Listrik dan Ketenagaan
- Departemen Bina Marga
- Departemen Cipta Karya Konstruksi
- Departemen Pengairan Dasar
- Departemen Jalan Raya Sumatera
Setelah perisriwa G 30 S PKI pemerintahan Negara menyempurnakan
kabinet Dwikora dengan menunjuk Ir. Soetami sebagai menteri dengan surat
keputusan Menteri PU tertanggal 17 Juni 1968 No. 3/PRT/1968 dan diubah dengan
Peraturan Menteri PU tertanggal 1 Juni 1970 No. 4/PRT/1970. Departemen PU
telah memiiki suatu susunan struktur organisasi sebagai gambaran lebih jauh
pembagian tugas-tugas dalam lingkungan Departemen Kewenangan itu sendiri.
Perkembangan suatu wilayah Kota Palembang tidak terlepas dari kinerja
pencetus, perencana dan pelaksanaan rancangan pembangunan kota itu sendiri.
Untuk mengimbangi pesatnya perkembangan kota, maka Pemerintah Daerah
Tingkat II Kota Palembang menyusun struktur organisasi dalam suatu badan
pemerintahan yang kerap kita kenal sebagai nama Dinas Pekerjaan Umum Kota
Palembang.
Pekerjaan umum adalah pekerjaan yang meliputi perencanaan, pengawasan,
pelayanan jasa konstruksi dan jasa konsultan dibidang pembangunan gedung milik
pemerintah, sarana dan prasarana lingkungan pemukiman, di bidang konstruksi
jalan, jembatan, jalur kereta api, pelabuhan udara, bangunan sarana dan prasarana
pemerintah dibidang kebinamargaan, dibidang konstruksi sungai, rawa, drainase,
got, kolam retensi, dermaga, turap (dinding penahan tanah atau retaining wall),
sumber daya air dan dibidang alat berat serta pelengkapnya.
12
Pembentukan sub-sub ini pun tergantung menurut data lahan, sumber daya
alam, lokasi prakonstruksi dan potensi daerah tersebut. Dilihat dalam kilasan
waktu tujuh belas tahun ke belakang (sejak kepemimpinan Walikotamadya H.
Cholil Aziz, S.H. sampai dengan kepemimpinan Walikota Ir. H. Eddy Santana
Putra, M.T.). Sesuai perda Kota No.5 tahun 1990: Rancangan Peraturan Daerah
tentang Perubahan Pertama PERDA Kodya Dati II Palembang Nomor 8 tahun
1985 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata kerja Dinas Pekerjaan
Umum Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang di jelaskan bahwa pada tahun
1990 susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari:
a. Kepala Dinas
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Seksi Bina Marga dan Pengairan
d. Seksi Cipta Karya
e. Seksi Bina Program
f. Seksi Irigasi atau Pengairan
Namun seiring bergantinya pemerintahan, pada saat walikota Palembang di
jabat oleh Ir. H. Eddy Santana Putra, M.T. dinas permukiman dan prasarana
wilayah kembali pada asalnya dengan nama Dinas Pekerjaan Umum Kota
Palembang. Dinas Pekerjaan Umum Kota Palembang merupakan salah satu dari 27
Dinas PU Provinsi Sumatera Selatan lainnya. Dimana dinas ini beralamatkan di
jalan Ade Irma Nasution No. 10 Palembang
Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor : 02 tahun
2002 tanggal 9 Januari 2002 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas PU Bina
Marga Provinsi Sumatera Selatan diuraikan sebagai berikut:
Tugas Pokok :
Tugas Dinas PU Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan adalah menyelenggarakan
sebagian urusan rumah tangga daerah dan tugas perbantuan yang diberikan
pemerintah di bidang ke-Bina Marga-an.
Fungsi :
13
• Visi
Terciptanya jaringan jalan yang handal, berdaya guna dan berhasil guna
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
• Misi
a. Meningkatkan peran pemerintah dalam tugas pengaturan melalui
perumusan kebijaksanaan umum maupun penyiapan peraturan perundang–
undangan di bidang jalan.
b. Meningkatkan peran pemerintah dalam pembinaan melalui penyiapan
pedoman dan standar teknis serta mendorong profesionalisme.
c. Meningkatkan pembangunan jalan yang secara optimal melayani sektor–
sektor produksi prioritas untuk kesejahteraan masyarakat dengan
melibatkan semaksimal mungkin semua pelaku pembangunan, baik aparat
pemerintah pada setiap tingkatan termasuk dunia usaha maupun
perorangan.
d. Meningkatkan kualitas pengawasan seluruh proses penyelenggaraan
Prasarana Sarana Dasar Pekerjaan Umum (PSD PU) di bidang jalan
termasuk fungsi dan manfaat.
14
Adapun pemilik atau owner dari Proyek Peningkatan Jalan Talang Buluh -
Gandus Dinas Perkerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan memiliki
struktur organisasi sebagai berikut :
A. Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran
mempunyai tugas:
1) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja;
2) Melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
3) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
4) Mengadakan ikatan atau perjanjian kerja sama dengan pihak lain dalam
batas anggaran yang telah ditetapkan, diketahui pengguna anggaran;
5) Menanda tangani Surat Perintah Membayar Langsung (SPM - LS) dan
Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM - TUP);
6) Mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
7) Kuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Pengguna
Anggaran atau Pengguna Barang.
8) Kepala Urusan Tata Usaha dibantu oleh petugas operator komputer dan
petugas tata usaha lainnya;
9) Kepala Urusan Tata Usaha di angkat oleh dan bertanggung jawab kepada
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
E. Kepala Urusan Teknik mempunyai tugas dan tanggung jawab:
1) Membantu pelaksanaan kegiatan teknik memonitor dengan jalan meminta
atau menerima laporan dari kegiatan dan secara rutin meninjau lapangan;
2) Mengumpulkan, meneliti serta mengelola data yang berhubungan dengan
pelaksanaan kegiatan;
3) Bertanggung jawab dalam mengumpulkan data-data kegiatan serta
menyusun laporan mingguan, bulanan serta triwulan dari pengawas
lapangan;
4) Membantu Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dalam bidang tugasnya
sesuai dengan penugasan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan;
5) Memberikan saran-saran teknis pada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
atas laporan pengawas lapangan;
6) Kepala Urusan Teknik dibantu oleh petugas pembantu dan diangkat serta
bertanggung jawab kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
Ir.Sudibyo
Suhermanuherman
Site Engineering
M. SYAFARUDIN, ST
Direktur Utama
Douglas L. Gaol
Adm / Keuangan
Rudianto
Logistik
Ruslan
Mandor
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. Kelas IIC
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi
permukaan jalan dari jenis penetrasi tunggal di mana dalam komposisi
lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat dari kendaraan tak bermotor.
3. Kelas III
Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dan merupakan
konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi permukaan jalan
yang paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.
3) Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang
dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur 2
arah dengan lebar paling sedikit 7 meter.
4) Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat
paling sedikit 2 lajur 2 arah dengan lebar paling sedikit 5,5 meter.
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku,
terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi
bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan
kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan
masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis
permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang
tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas
sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat
beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan
perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis
permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan
tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya
beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil
terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping,
kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi
pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform)
untuk pekerjaan konstruksi. Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi
bawah adalah :
• Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
• Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-
grade reaction=k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus
of composite reaction).
• Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
• Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa
konstruksi.
38
Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang
menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut, merupakan salah
satu jenis perkerasan jalan yang digunakan selain dari perkerasan lentur (asphalt).
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu lintas
yang cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-
jalan lintas antar provinsi, jembatan layang (fly over), jalan tol, maupun pada
persimpangan bersinyal. Jalan-jalan tersebut umumnya menggunakan beton
sebagai bahan perkerasannya, namun untuk meningkatkan kenyamanan biasanya
diatas permukaan perkerasan dilapisi asphalt.
Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri dibanding perkerasan lentur
(asphalt) adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade. Perkerasan
kaku karena mempunyai kekakuan dan stiffnes, akan mendistribusikan beban pada
daerah yangg relatif luas pada subgrade, beton sendiri bagian utama yang
menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur karena dibuat
dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak
sebaik pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.
40
Gambar 3.3 Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur
Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku, terdiri dari plat beton
semen, dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar. Dalam
konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering juga dianggap sebagai lapis
pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.
Plat beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang
cukup luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan
diperoleh dari plat beton itu sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur
dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis
pondasi dan lapis permukaan dimana masing-masing lapisan memberikan
kontribusinya.
Yang sangat menentukan kekuatan struktur perkerasan dalam memikul beban
lalu lintas adalah kekuatan beton itu sendiri. Sedangkan kekuatan dari tanah dasar
hanya berpengaruh kecil terhadap kekuatan daya dukung struktural perkerasan
kaku.
Lapis pondasi bawah, jika digunakan di bawah plat beton, dimaksudkan untuk
sebagai lantai kerja, dan untuk drainase dalam menghindari terjadinya pumping.
Pumping adalah peristiwa keluarnya air disertai butiran-butiran tanah dasar melalui
sambungan dan retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat gerakan
lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya
air bebas yang terakumulasi di bawah plat beton. Pumping dapat mengakibatkan
terjadinya rongga di bawah plat beton sehingga menyebabkan rusak atau retaknya
plat beton.
41
Tebal plat dihitung supaya mampu menahan tegangan yang diakibatkan beban
roda, perubahan suhu dan kadar air, serta perubahan volume lapisan dibawahnya.
Penerapan prinsip “fatique” (kelelahan) untuk mengantisipasi beban berulang,
dimana semakin besar jumlah beban lalulintas mengakibatkan ratio tegangan
(perbandingan tegangan lentur beton akibat beban roda dengan kuat lentur beton
semakin kecil). Faktor-faktor yang berpengaruh :
• Peranan dan tingkat pelayanan
• Lalu lintas
• Umur rencana
• Kapasitas jalan
• Tanah dasar
• Lapis pondasi bawah
• Bahu
• Kekuatan beton
− Kerusakan Struktural :
1. Retak (Crack), yaitu retak yang sudah mencapai
dasar slab beton.
2. Blow up, yaitu suatu kondisi di mana slab beton patah dan
tertekuk akibat gaya dalam yang dialami oleh beton.
3. Crushing, yaitu suatu kondisi di mana slab beton hancur karena
tidak kuat menahan tegangan akibat gaya dalam yang
dialaminya. Umumnya terjadi di sekitar sambungan.
Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung
di atas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi
drainasenya. Pada umumnya dibangun plat beton setebal 6 – 7 inch. Dengan
bertambahnya beban lalu lintas, khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai
disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja perkerasan,
terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada perkerasan. Oleh
karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat penting
untuk diperhitungkan dalam perencanaan.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan
di bagian ujung atau pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang
sangat tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.
Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan
jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih
tebal yaitu antara 9 – 10 inch.
44
Guna mempelajari hubungan antara beban lalu lintas dan perkerasan kaku,
pada tahun 1949 di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji
dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan
mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja
perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 – 7 – 9
inch, jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki.
Untuk sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak
15 inch di bagian tengah. Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh.
Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan
relatif dan konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan
adalah 18.000 lbs dan 22.400 pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000
pounds pada sumbu ganda. Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah
bahwa perkembangan retak pada pelat beton adalah karena terjadinya gejala
pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji adalah akibat adanya
pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois
pada tahun 1950. Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji
AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling signifikan
adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan
tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir
diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang
diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.
3. Sambungan (Joint)
Pada konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus sepanjang
jalan seperti halnya yang dilakukan pada perkerasan lentur. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya pemuaian yang besar pada permukaan perkerasan
sehingga dapat menyebabkan retaknya perkerasan, selain itu konstruksi
seperti ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya retak menerus pada
perkerasan jika terjadi keretakan pada suatu titik pada perkerasan. Salah satu
cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya hal diatas adalah dengan
cara membuat konstruksi segmen pada perkerasan kaku dengan sistem joint
untuk menghubungkan tiap segmennya. Adapun pembagian sambungan
tersebut adalah:
46
4. Tulangan
47
3.5 Peralatan
Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan alat
yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan factor
penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi maupun
pertambangan dan kegiatan lainnya dengan skala yang besar.
Pemilihan alat berat dilakukan pada tahap perencanaan, dimana jenis, jumlah,
dan kapasitas alat merupakan factor-faktor penentu. Tidak setiap alat berat dapat
dipakai untuk setiap proyek konstruksi, oleh karena itu pemilihan alat berat yang
tepat sangatlah diperlukan. Apabila terjadi kesalahan dalam pemilihan alat berat
48
dipilih harus sesuai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang
telah ditentukan.
3. Cara operasi. Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun
vertical) dan jarak gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan dan lain-lain.
4. Pembatasan dari metode yang dipakai. Pembatasan yang mempengaruhi
pemilihan alat berat antara lain peraturan lalu lintas, biaya dan
pembongkaran. Selain itu metode konsruksi yang dipakai dapat membuat
pemilihan alat dapat berubah.
5. Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi
dan pemeliharaan merupakan faktor penting di dalam pemilihan alat berat.
6. Jenis proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat
berat. Proyek-proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan,
jembatan, irigasi, pembukaan hutan dan sebagainya.
7. Lokasi proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan alat berat. Sebagai contoh lokasi proyek di
dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan lokasi proyek di
dataran rendah.
8. Jenis dan daya dukung tanah. Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis
material yang akan dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan
dipakai. Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras atau lembek.
9. Kondisi lapangan. Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik
merupakan faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat.
Pada proyek Peningkatan Jalan Talang Buluh – Gandus di provinsi
Sumatera Selatan digunakan alat berat sebagai berikut :
1. Dump truck
Dump Truck berfungsi sebagai alat angkut material-material bangunan
(tanah, besi tulangan, semen, batu bata) jarak jauh, namun dapat juga
mengangkut material untuk jarak sedang.
Dump Truck tersedia dalam bermacam–macam desain dan konfigurasi yang
berbeda–beda. Truck ini mempunyai bak dengan cara penumpahan hidrolik
50
roda depan dan 7 roda belakang), 15 buah (7 roda depan dan 8 roda
belakang).
5. Excavator
Excavator adalah alat berat yang mempunyai fungsi utama menggali,
memuat, mengangkat material, dan membuat saluran air atau saluran pipa.
Excavator mempunyai beberapa jenis, yaitu :
• Front shovel
• Dragline
• Clamsheel
Back hoe yaitu sejenis excavator dengan fungsi sebagai pengeduk dengan
arah kebelakang. Alat berat ini merupakan alat berat yang paling dikenal
oleh masyarakat, karena di setiap kegiatan pemindahan tanah mekanis
selalu ada alat seperti ini. Sebuah backhoe loader, juga disebut penggali
adalah alat berat kendaraan yang terdiri dari traktor dilengkapi dengan
sekop atau ember di depan dan satu backhoe kecil di bagian belakang.
54
9. Asphalt sprayer
Penggunaan peralatan penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai
pengganti distributor aspal. Fungsinya untuk menyemprot prime coat dan
tack coat. Perlengkapan utama peralatan ini adalah :
1. Tangki aspal dengan alat pemanas.
2. Pompa yang yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga
aspal dapat tersemprot keluar.
3. Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya
aspal (nosel).
58
Bentuk butir-butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut-sudut
kasar dan tajam. Besar butir-butirnya antara 200 µ dan 2 mm. Tidak ada
gaya adhesi antar butir- butir pasir kasar dan air.
f. Kerikil (gravel)
Bentuk butir-butir kerikil itu bermacam-macam ada yang bulat, bulat telur
dan ada yang pipih. Besar butir-butirnya lebih dari 2 mm.
2. Agregat
Menurut Murdock dan K.M. Brook (1999), agregat dapat berupa kerikil, batu
pecah, sisa-sisa bahan mentah bahan, agregat ringan buatan, pasir atau bahan
sejenis lainnya. Sifat yang paling penting dari suatu agregat adalah kekuatan
hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya
dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang
mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin
dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.
Menurut Neville (1995), untuk beton kekuatan normal ukuran maksimum yang
optimal biasanya antara 20 mm hingga 40 mm, sedangkan untuk beton
berkekuatan tinggi biasanya berukuran yang paling baik adalah 10 mm.
Pengelompokkan agregat dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Pengelompokan agregat berdasarkan ukuran butiran nominal yaitu
pengelompokan yang dibedakan dengan suatu ukuran agregat itu yang
terdiri dari agregat halus dengan ukuran butiran lebih halus dari saringan
No. 8 (2,36 mm) dan agregat kasar dengan ukuran butiran lebih besar dari
saringan No.8 (2,36 mm). Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan
tekan beton. Untuk perbandingan bahan-bahan tertentu, kekuatan tekan
beton berkurang bila ukuran maksimum bertambah besar, dan juga akan
menambah kesulitan dalam pengeraan.
b. Pengelompokan agregat berdasarkan bentuk yaitu pengelompokan yang
dilihat dari bentuk suatu agregat, adapun bentuk-bentuknya yaitu agregat
bulat, agregat tidak teratur, agregat bersudut, agregat panjang, agregat
pipih, dan agregat pipih panjang. Bentuk agregat di pengaruhi oleh
beberapa faktor. Secara alami bentuk agregat dipengaruhi oleh proses
62
1990)
Indek Plastis (SNI-03-
SNI-03-1967-1990).
Hasil kali Indek
Butir-Butir Mudah
0% mak. 1% mak. 1%
Pecah dalam Agregat
(SNI- 03-4141-1996)
CBR (SNI 03-1744-
min. 90% min. 65 % min. 35%
1989)
64
Perbandingan persen
mak. 2/3 mak. 2/3 mak. 2/3
lolos #200 dan #40
Sumber : Manual Konstruksi Bangunan No: 002 - 03 / BM I 2006
Gambar.3.16 Agregat B
3. Semen
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air
mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu
kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang
dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur
(CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit
(MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940).
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan
menjadi pasta. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar
yang jika digabung dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar
yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).
Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu
massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat.
Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena
fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan
rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.
4. Air
65