Anda di halaman 1dari 66

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN RIGID

PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN TALANG BULUH – GANDUS


PROVINSI SUMATERA SELATAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan


Mata Kuliah Kerja Praktek
Jurusan Teknik Sipil / Politeknik Negeri Sriwijaya

Oleh :

1. Nama : Liska Dwi Yuniarti


Nim : 0610 3010 0681
2. Nama : Yosie Malinda
Nim : 0610 3010 0693
3. Nama : Bintar Al Furqan
Nim : 0610 3010 0697

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2013

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan raya merupakan sarana transportasi darat yang membentuk jaringan


transportasi untuk menghubungkan daerah-daerah, sehingga roda perekonomian
dan pembangunan dapat berputar dengan baik. Oleh sebab itu pembangunan
sebuah jalan haruslah dapat menciptakan keadaan yang aman bagi pengendara dan
pejalan kaki yang memakai jalan tersebut.
Seiring dengan bertambahnya kepemilikan kendaraan, serta kemajuan dibidang
industri dan perdagangan, serta distribusi barang dan jasa menyebabkan
meningkatnya volume lalu lintas. Terkadang peningkatan volume lalu lintas ini
tidak diikuti dengan peningkatan jalan yang ada.
Dengan meningkatnya perkembangan sektor perekonomian dan perindustrian,
meningkat pula kebutuhan akan sarana dan prasarana transportasi jalan yang baik
dan aman tetapi mempunyai nilai guna dan manfaat untuk masa yang akan datang.
Perencanaan peningkatan jalan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan lalu lintas. Sehubungan dengan permasalahan lalu lintas, maka
diperlukan penambahan kapasitas jalan yang tentu akan memerlukan metoda
efektif dalam perancangan maupun perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik
dalam memilih suatu perkerasan, tetapi memenuhi unsur kenyamanan, keamanan
dan keselamatan pengguna jalan.
Pembangunan prasarana perhubungan adalah salah satu rencana pembangunan
nasional yang tercantum dalam rencana pembangunan lima tahun. Untuk
mewujudkan rencana tersebut maka pemerintah membangun jaringan jalan raya.
Pembangunan jaringan jalan raya dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga yang meliputi rehabilitasi, pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan
jalan khususnya jalan baru.
Dalam rangka peningkatan terhadap pelayanan transportasi masyarakat kota
Palembang, Pemerintah Kota Palembang melalui Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga memprogramkan untuk melakukan peningkatan kualitas jalan di sejumlah
3

titik di Kota Palembang pada tahun anggaran 2012. Salah satunya adalah proyek
peningkatan jalan Talang Buluh - Gandus karena kondisi jalan yang sudah ada
mengalami kerusakan sedang dan beberapa tempat terjadi kerusakan berat karena
sering terjadi genangan air/banjir dan intensitas pengguna jalan yang rata-rata
menggunakan kendaraan berat, sehingga mengakibatkan jalan sulit untuk dilewati
dan waktu tempuh perjalanan semakin lama. Selain itu kedua daerah ini adalah
kawasan yang potensial untuk agrobisnis dan agroindustri.
Panjang total dari proyek peningkatan jalan ini adalah 7 km dengan
menggunakan jenis perkerasan kaku (rigid pavement) dan perkerasan lentur
(flexible pavement) dengan beberapa gorong–gorong, box culvert dan pasangan
batu kali diruas jalan tersebut.
Dengan adanya peningkatan jalan Talang Buluh - Gandus ini diharapkan dapat
membantu meningkatkan pelayanan dan dapat mempelancar pembaruan fasilitas
jalan dari sarana transportasi (pengangkutan) bagi masyarakat dan perindustrian
yang ada, serta dapat meningkatkan aksesibilitas (kemudahan mencapai tujuan)
bagi semua sarana yang melaluinya.
Politeknik Negeri Sriwijaya Pelembang khususnya Jurusan Teknik Sipil,
konsentrasi bangunan transportasi, berusaha menghasilkan para lulusan yang
berkualitas yang sesuai dengan tuntutan era globalisasi dan memiliki pengalaman
praktek kerja lapangan, sehingga diharapkan lulusan Politeknik Negeri Sriwijaya
dapat bersaing serta memanfaatkan ilmunya dengan baik pada dunia kerja. Dengan
adanya mata kuliah praktek kerja lapangan atau yang lebih dikenal dengan
magang, diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah
didapatkan dibangku kuliah dan dapat mengaplikasikannya dilapangan,
mendapatkan pengalaman dan ilmu yang tidak diperoleh dari bangku kuliah.
Sesuai dengan konsentrasi bidang yang diambil penulis yaitu konsentrasi
bangunan transportasi, maka penulis melakukan kerja praktek pada lokasi
pembangunan Jalan Talang Buluh - Gandus.
4

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Secara umum proyek peningkatan jalan Talang Buluh - Gandus adalah untuk
meningkatkan efektivitas peningkatan jalan tersebut untuk menjamin tingkat
pelayanan serta memajukan kesejahteraan masyarakat disegala bidang kehidupan.
• Secara khusus tujuan pelaksanaan proyek ini adalah :
1. Terciptanya jaringan jalan yang kapasitasnya sesuai dengan kebutuhan
serta mempunyai nilai struktur yang baik, terpadu dan berkelanjutan.
2. Terwujudnya hasil penanganan jalan yang berkualitas sesuai dengan
spesifikasi, dengan sasaran tersedianya perencanaan teknis penanganan
jalan yang sesuai dengan aspek teknis dan lingkungan.
3. Untuk penguatan infrastruktur terutama dalam mengembangkan ekonomi
daerah, sehingga masyarakat disekitar daerah Talang Buluh sampai Gandus
memperoleh kemudahan akses menjual hasil bumi mereka.
4. Dapat memperlancar arus komunikasi dan informasi antar daerah.

• Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah :


1. Kebutuhan materil dilapangan sesuai dengan spesifikasi dan peralatan yang
digunakan di lapangan
2. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan
perkerasan rigid di lapangan
3. Proses pelaksanaan dilapangan yang nyata dan sebagai acuan dalam dunia
kerja serta menambah ilmu pengetahuan yang didapat selama kerja praktek
yang dapat diterapkan di perkuliahan

1.2.2 Manfaat

Proyek peningkatan jalan Talang Buluh - Gandus ini diharapkan dapat


memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi penduduk disekitar proyek, dan
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta taraf hidup masyarakat. Bagi
masyarakat umum agar memperlancar mobilitas transportasi untuk pengembangan
infrastruktur kawasan Talang Buluh - Gandus.
5

1.3 Rumusan Masalah

Pada waktu pelaksanaan kerja praktek di proyek peningkatan jalan Talang


Buluh - Gandus, penulis melihat berbagai jenis pekerjaan yang dilakukan di
lapangan diantaranya penghamparan lapis pondasi agregat kelas B, pemadatan
agregat kelas B, perkerasan jalan beton, dan pembuatan drainase. Sehubungan
waktu dalam melaksanakan Kerja Praktek Lapangan hanya 2 bulan, sehingga tidak
memungkinkan penulis untuk mengambil permasalahan yang utuh. Ada dua jenis
konstruksi perkerasan jalan yang umum kita kenal saat ini, yaitu konstruksi
perkerasan lentur (Flexible Pavement) dan konstruksi perkerasan kaku (Rigid
Pavement). Agar konstruksi jalan dapat melayani arus lalulintas sesuai dengan
umur rencana,maka perlu dibuat perencanaan perkerasan yang baik. Mengingat hal
tersebut diatas sangat penting maka perlu dirancang suatu jenis perkerasan yang
tepat, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu tinjauan terhadap jenis
perkerasan kaku (Rigid Pavement) yang digunakan pada proyek peningkatan jalan
Talang Buluh - Gandus Provinsi Sumatera Selatan tersebut.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penulisan laporan ini di jelaskan uraian umum serta uraian detail, yang
dilengkapi dengan keterangan-keterangan teknis yang didapat dari berbagai pihak,
sehingga diperoleh gambaran mengenai proyek ini.
Dalam penyusunan dan pengkajian Laporan Kerja Praktek ini menggunakan
metode deskriftif yang berdasarkan pada :
Studi Lapangan, meliputi:
- Pengamatan langsung dilapangan.
- Tanya jawab dengan pelaksana proyek.
- Penjelasan direksi pengawasan proyek.
- Pedoman dari rencana kerja dan syarat–syarat pekerjaan (RKS)
Studi Pustaka, dengan melakukan kajian terhadap literatur yang berhubungan
dengan permasalahan yang di bahas.

1.5 Sistematika Penulisan


6

Sistematika penulisan ini disusun bab demi bab yang dimana tiap-tiap bab
dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang akan diuraikan lagi. Hal ini
dimaksudkan agar setiap permasalahan yang akan dibahas dapat segera diketahui
dengan mudah. Adapun penguraiannya sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan latar belakang, tujuan dan manfaat pelaksanaan
proyek, perumusan masalah, metode pengumpulan data dan juga sistematika
penulisan. Adapun dalam bab ini diberikan penjelasan secara umum dari garis
besarnya.
Bab II Tinjauan Umum
Pembahasan dalam bab ini adalah mengenai data umum proyek, data teknis
proyek, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan uraian tugas serta ruang
lingkup usaha perusahaan baik sebagai pemilik, kontraktor dan konsultan.
Pengorganisasian merupakan suatu sistem yang harus dimiliki suatu proyek oleh
karena itu, dalam bab ini dijelaskan struktur-struktur organisasi yang diperlukan
serta tugas dan kewajiban setiap jabatan.
Bab III Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini membahas seluruh bahan dan peralatan yang diperlukan
dijelaskan dalam bab ini. Pembahasan mengenai jalan, jenis perkerasan jalan dan
komponennya, jenis alat-alat yang digunakan dan fungsinya serta bahan yang
dibutuhkan.
Bab IV Pembahasan
Dalam bab ini membahas tentang metode pelaksanaan pekerjaan persiapan,
pekerjaan tanah, pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B, prosedur pengujian sand
cone, pekerjaan perkerasan rigid, pekerjaan bangunan pelengkap box culvert dan
pasangan batu kali.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Dalam bab penutup berisikan kesimpulan dari tujuan yang ingin dicapai dan
materi yang diuraikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini ditulis saran demi
kesempurnaan dan perbaikan bagi semua pihak.
BAB II
7

TINJAUAN UMUM

2.1 Ruang Lingkup Usaha

2.1.1 Data umum proyek

Nomor : 622/48/WIL.II/PU.BM/IV/2012
Tanggal : 23 April 2012
Nilai Kontrak : Rp. 17.881.549.000,00 (Tujuh belas milyar delapan ratus
delapan puluh satu juta lima ratus empat puluh sembilan
ribu rupiah)
Sumber Dana : APBD Kota Palembang
Tahun Anggaran : 2012
Pelaksana : PT. Rotary Persada
Pekerjaan : Peningkatan Jalan Talang Buluh - Gandus
Lokasi : Provinsi Sumatera Selatan

2.1.2 Data teknis proyek


1. Beton K-300 :
• Panjang Jalan : 1086 m
• Lebar Jalan :5m
• Tebal Perkerasan : 0,25 m
2. Jenis Material :
• Beton K-300 : Agregat Kelas B
• Lapis Pondasi : Agregat Kelas B
• Lapis Permukaan : Tanah
3. Uraian pekerjaan :
• Lapis Pondasi Agg. Kelas B : 879,66 M³
• Perkerasan Kaku ( Beton K.300) : 1.357,5 M³
Masa Pelaksanaan : 180 hari
Masa Pemeliharaan : 180 hari

2.2 Sejarah Perusahaan


8

2.2.1 PT. Rotari Persada

Sesuai dengan kebutuhan akan peningkatan pembangunan untuk wilayah


Palembang Metropolis dan sekitarnya, maka PT. Rotari Persada sebagai sebuah
perusahan yang bergerak di bidang suplier ready mix dan aspal juga ikut
berpartisipasi dalam kanca pembangunan dan pengembangan Kota Palembang dan
sekitarnya guna mempercepat proses pembangunan .
PT. Rotari Persada merupakan perusahaan dengan motto “Strenght Is Our
Concern” yang berkonsentrasi pada produksi ready mix dan aspal untuk
pembangunan jalan, lantai, gedung, jembatan dan lain sebagainya. Dengan selalu
memperhatikan kualitas dan kuantitas beton ready mix dan aspal yang di produksi,
serta mengacu pada Standar Nasional Indonesia dalam membuat campuran beton
serta aspal. PT. Rotari Persada di dukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman di
bidang beton ready mix dan aspal, membuat PT. Rotari Persada siap berpatisipasi
dalam meningkatkan perkembangan pembangunan kota Palembang dan sekitarnya.
Dalam pelaksanaan pelayanan purna jual untuk ready mix dan aspal, PT.
Rotari Persada menyediakan ready mix dan aspal dengan speksifikasi tertentu
sesuai dengan permintaan konsumen dalam memenuhi keperluan pengecoran baik
dari segi mutu hingga kesesuaian beton dan aspal yang di produksi dengan Standar
Nasional Indonesia.
Proses pelaksanaan beton ready mix dengan pemanfaatan :
A. Batching Plant Silo
Kapasitas tampung material 150 ton. Kecepatan Produksi hingga 50 sampai
dengan 60 m³/jam
B. Mobile Mini Plant
Guna memenuhi permintaan ready mix, PT. Rotari Persada menyediakan
Mobile Mini Plant khusus untuk pelaksanaan pengecoran luar kota dengan
permintaan beton dalam jumlah tertentu.

C. Truck Mixer
9

Pemanfaatan truck mixer dalam pelaksanaan produksi beton sebagai alat


angkut beton dari lokasi batching plant ke lokasi pengecoran, dengan
kapasitas angkut beton 5 m³ dan 7 m³ / truck mixer.
D. Truck Concrete Pump
Pelaksanaan pengecoran menggunakan Concrete Pump sebagai alat khusus
pemindah beton yang di angkut melalui Truck Mixer dan di pindahkan oleh
Concrete Pump untuk pengecoran bangunan berlantai lebih dari satu lantai
E. Vibrator
Alat yang di manfaatkan untuk pemadatan beton.
PT. Rotari Persada bertempat di Palembang (Sumatera Selatan) dengan alamat
Jalan Satibi Darwis, Musi II. Semakin banyak penyedia jasa konstruksi ini tentu
saja membuat persaingan dibidang konstruksi semakin ketat. Untuk itu agar tetap
eksis dalam dunia konstruksi, PT. Rotari Persada mendapatkan dan menerapkan
system standarisasi mutu yang diakui secara internasional agar menjadi kontraktor
terkemuka yang disegani.
Dalam Proyek Peningkatan Jalan Talang Buluh - Gandus ini, PT. Rotari
Persada selaku penyedia jasa kontraktor mengerjakan pekerjaan badan jalan
sampai pekerjaan drainase.

2.2.2 Dinas PU Bina Marga

Kementerian Pekerjaan Umum (dahulu Departemen Pekerjaan Umum,


biasa disebut Departemen PU), sempat bernama "Departemen Permukiman dan
Pengembangan Wilayah" (1999-2000) dan "Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah" (2000-2004) adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia
yang membidangi urusan pekerjaan umum.
Istilah “Pekerjaan Umum” adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda
“Openbare Werken” yang pada zaman Hindia Belanda disebut “Waterstaat
swerken”. Di lingkungan pusat pemerintahan di bina oleh Departemen Van
Verkeer dan Waterstaat (Dept. V dan W), yang sebelumnya terdiri dari 2 Dept.
Van Gouvernements Bedrijven dan Dept. Van Burgewlijke Openbare Werken yang
meliputi bidang PU (Openbare Werken).
10

Setelah Belanda menyerah pada perang Pasific pada tahun 1942 kepada
Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3 wilayah
pemerintahan, yaitu Jawa atau Madura, Sumatera dan Indonesia Timur dan tidak
ada pusat pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ke - 3 wilayah
pemerintahan tersebut.
Di bidang pekerjaan umum pada tiap-tiap wilayah organisasi zaman Hindia
Belanda dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari pihak Jepang, kantor
pusat “V dan W” di bandung, dinamakan “Kotubu - Bunsitsu”, sejak saat itu istilah
“Pekerjaan Oemoem” (P.O), Oeroesan Pekerjaan Oemoem (O.P.O), “Pekerjaan
Umum” (PU), disamping “Duboku” lazim dipergunakan.
Setelah Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945 maka semenjak itu pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-
angsur merebut kekuasaan pemerintahan dari tangan jepang baik di pusat
pemerintahan (Jakarta atau Bandung) maupun pemerintahan daerah-daerah.
Sesudah pemerintahan Indonesia membentuk kabinet yang pertama, maka
para menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan umum pada
waktu itu (1945) berpusat di Bandung, dengan mengambil tempat bekas gedung V
dan W (dikenal dengan nama “Gedung Sate”).
Ketika belanda ingin mengembalikan kekuasaan pemerintahan Hindia
Belanda sebelum perang, datang mengikuti tentara sekutu masuk ke Indonesia
akibat dari keinginan pemerintahan Belanda ini, terjadilah pertentangan fisik
dengan pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air berikut dengan
gedung-gedung yang telah didudukinya antara lain “Gedung Sate” yang telah
menjadi Gedung Departemen Pekerjaan Umum, pada waktu itu peristiwa
bersejarah itu dikenal dengan peristiwa 13 Desember 1945.
Pada waktu revolusi dari tahun 1945 sampai dengan 1949, pemerintahan
pusat RI di Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke
Yogyakarta, begitu juga Kementrian PU. Sesudah pemerintahan Belanda tahun
1949 mengakui pemerintahan RI maka pusat pemerintahan RI di Yogyakarta
berpindah lagi ke Jakarta. Sejak tahun 1949 itu, Pekerjaan Umum (PU) telah sering
11

mengalami perubahan pimpinan dan organisasi sesuai situasi politik pada waktu
itu.
Dalam masa prolog G 30 S PKI terjadilah dalam sejarah pemerintahan RI
suatu kabinet besar yang disebut dengan Kabinet Dwikora atau Kabinet 100
Menteri dimana pada saat ini dibentuk Koordinator Kementrian. Tidak luput
Departemen PU, yang pada masa itu ikut mengalami perubahan organisasi menjadi
5 departemen di bawah kompartemen PU ketika membawahi, antara lain:
- Departemen Listrik dan Ketenagaan
- Departemen Bina Marga
- Departemen Cipta Karya Konstruksi
- Departemen Pengairan Dasar
- Departemen Jalan Raya Sumatera
Setelah perisriwa G 30 S PKI pemerintahan Negara menyempurnakan
kabinet Dwikora dengan menunjuk Ir. Soetami sebagai menteri dengan surat
keputusan Menteri PU tertanggal 17 Juni 1968 No. 3/PRT/1968 dan diubah dengan
Peraturan Menteri PU tertanggal 1 Juni 1970 No. 4/PRT/1970. Departemen PU
telah memiiki suatu susunan struktur organisasi sebagai gambaran lebih jauh
pembagian tugas-tugas dalam lingkungan Departemen Kewenangan itu sendiri.
Perkembangan suatu wilayah Kota Palembang tidak terlepas dari kinerja
pencetus, perencana dan pelaksanaan rancangan pembangunan kota itu sendiri.
Untuk mengimbangi pesatnya perkembangan kota, maka Pemerintah Daerah
Tingkat II Kota Palembang menyusun struktur organisasi dalam suatu badan
pemerintahan yang kerap kita kenal sebagai nama Dinas Pekerjaan Umum Kota
Palembang.
Pekerjaan umum adalah pekerjaan yang meliputi perencanaan, pengawasan,
pelayanan jasa konstruksi dan jasa konsultan dibidang pembangunan gedung milik
pemerintah, sarana dan prasarana lingkungan pemukiman, di bidang konstruksi
jalan, jembatan, jalur kereta api, pelabuhan udara, bangunan sarana dan prasarana
pemerintah dibidang kebinamargaan, dibidang konstruksi sungai, rawa, drainase,
got, kolam retensi, dermaga, turap (dinding penahan tanah atau retaining wall),
sumber daya air dan dibidang alat berat serta pelengkapnya.
12

Pembentukan sub-sub ini pun tergantung menurut data lahan, sumber daya
alam, lokasi prakonstruksi dan potensi daerah tersebut. Dilihat dalam kilasan
waktu tujuh belas tahun ke belakang (sejak kepemimpinan Walikotamadya H.
Cholil Aziz, S.H. sampai dengan kepemimpinan Walikota Ir. H. Eddy Santana
Putra, M.T.). Sesuai perda Kota No.5 tahun 1990: Rancangan Peraturan Daerah
tentang Perubahan Pertama PERDA Kodya Dati II Palembang Nomor 8 tahun
1985 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata kerja Dinas Pekerjaan
Umum Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang di jelaskan bahwa pada tahun
1990 susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari:
a. Kepala Dinas
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Seksi Bina Marga dan Pengairan
d. Seksi Cipta Karya
e. Seksi Bina Program
f. Seksi Irigasi atau Pengairan
Namun seiring bergantinya pemerintahan, pada saat walikota Palembang di
jabat oleh Ir. H. Eddy Santana Putra, M.T. dinas permukiman dan prasarana
wilayah kembali pada asalnya dengan nama Dinas Pekerjaan Umum Kota
Palembang. Dinas Pekerjaan Umum Kota Palembang merupakan salah satu dari 27
Dinas PU Provinsi Sumatera Selatan lainnya. Dimana dinas ini beralamatkan di
jalan Ade Irma Nasution No. 10 Palembang
Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor : 02 tahun
2002 tanggal 9 Januari 2002 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas PU Bina
Marga Provinsi Sumatera Selatan diuraikan sebagai berikut:
Tugas Pokok :
Tugas Dinas PU Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan adalah menyelenggarakan
sebagian urusan rumah tangga daerah dan tugas perbantuan yang diberikan
pemerintah di bidang ke-Bina Marga-an.

Fungsi :
13

1. Perumusan perencanaan, kebijaksanaan teknis pembangunan dan pelaksanaan


pembinaan di bidang ke-Bina Marga-an.
2. Pemberian perizinan dan bimbingan serta pengawasan dan pengendalian
teknis di bidang ke-Bina Marga-an sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh Gubernur Sumatera Selatan.
3. Pembinaan dan bimbingan teknis terhadap Dinas PU kota dan kabupaten
dalam wilayah Provinsi Sumatera Selatan di bidang ke-Bina Marga-an yang
bersifat teknis fungsional sesuai dengan yang telah ditetapkan.
4. Pengelolaan tata usaha dinas dan pelaksanaan teknis dinas.
Kerangka acuan dalam rangka menunjang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2010 – 2014 Provinsi Sumatera Selatan di bidang ke-Bina
Marga-an, Dinas PU Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan mempunyai visi dan
misi fungsi sebagai berikut :

• Visi
Terciptanya jaringan jalan yang handal, berdaya guna dan berhasil guna
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
• Misi
a. Meningkatkan peran pemerintah dalam tugas pengaturan melalui
perumusan kebijaksanaan umum maupun penyiapan peraturan perundang–
undangan di bidang jalan.
b. Meningkatkan peran pemerintah dalam pembinaan melalui penyiapan
pedoman dan standar teknis serta mendorong profesionalisme.
c. Meningkatkan pembangunan jalan yang secara optimal melayani sektor–
sektor produksi prioritas untuk kesejahteraan masyarakat dengan
melibatkan semaksimal mungkin semua pelaku pembangunan, baik aparat
pemerintah pada setiap tingkatan termasuk dunia usaha maupun
perorangan.
d. Meningkatkan kualitas pengawasan seluruh proses penyelenggaraan
Prasarana Sarana Dasar Pekerjaan Umum (PSD PU) di bidang jalan
termasuk fungsi dan manfaat.
14

e. Mendorong partisipasi dunia usaha maupun partisipasi dalam perluasan


jaringan jalan.

2.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Strukur organisasi adalah bagian dari manajemen atau pengelolaan proyek


dengan cara tertentu untuk mendapatkan tujuan tertentu. Secara garis besar pihak-
pihak yang terlibat dalam suatu proyek yaitu sebagai berikut:

2.3.1 Dinas PU Bina Marga

Adapun pemilik atau owner dari Proyek Peningkatan Jalan Talang Buluh -
Gandus Dinas Perkerjaan Umum Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan memiliki
struktur organisasi sebagai berikut :
A. Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran
mempunyai tugas:
1) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja;
2) Melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
3) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
4) Mengadakan ikatan atau perjanjian kerja sama dengan pihak lain dalam
batas anggaran yang telah ditetapkan, diketahui pengguna anggaran;
5) Menanda tangani Surat Perintah Membayar Langsung (SPM - LS) dan
Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM - TUP);
6) Mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
7) Kuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Pengguna
Anggaran atau Pengguna Barang.

B. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan mempunyai tugas sebagai berikut:


1) Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang atau jasa yang
meliputi:
- Spesifikasi teknis Barang atau Jasa
15

- Harga Perkiraan Sendiri (HPS)


- Rancangan Kontrak
2) Melaksanakan kontrak dengan penyedia barang atau jasa;
3) Mengendalikan pelaksanaan kontrak dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan kontrak termasuk adanya perubahan-perubahan;
4) Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan;
5) Menyiapkan dokumen Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP - LS)
untuk mengadakan barang dan jasa untuk disampaikan kepada bendahara
pengeluaran dalam rangka pengajuan permintaan pembayaran;
6) Melaporkan pelaksanaan atau penyelesaian pengadaan barang atau jasa
kepada Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran;
7) Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang atau jasa kepada Pengguna
Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran dengan berita acara penyerahan;
8) Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan
hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada Pengguna Anggaran atau Kuasa
Pengguna Anggaran;
9) Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
pengadaan barang atau jasa;
10) Mengusulkan kepada Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran
tentang perubahan jadwal kegiatan pengadaan barang atau jasa;
11) Pejabat pelaksana teknis kegiatan dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna
Anggaran.

C. Pemegang Uang Muka Kerja mempunyai tugas sebagai berikut:


1) Pemegang uang muka kerja wajib menyelenggarakan tata usaha terhadap
seluruh pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya;
2) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada
bendahara pengeluaran paling lambat 5 bulan berikutnya;
3) Laporan pertanggung jawaban pengeluaran sebagaimana mencakup:
- Buku kas pembantu
16

- Buku pajak atau PPh


- Bukti pengeluaran yang sah
4) Menyiapkan Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP - UP),
Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPP - GUP), Surat
Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP - TUP) dan
Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP - LS) untuk disampaikan
kepada bendahara pengeluaran dan diteruskan kepada Pengguna Anggaran
atau Kuasa Pengguna Anggaran melalui Pejabat Pembuat Komitmen
Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK - SKPD);
5) Menyiapkan kwitansi, faktur surat pesanan ditandatangani oleh pihak
ketiga dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan serta disetujui oleh Kuasa
Pengguna Anggaran.

D. Kepala Urusan Tata Usaha mempunyai tugas dan tanggung jawab:


1) Membantu Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan di dalam mengkoordinir dan
mengawasi tata laksana administrasi;
2) Merencanakan dan mengendalikan kebutuhan perlengkapan administrasi
kantor dan alat-alat kantor serta lainnya untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan;
3) Memelihara peralatan kantor, bangunan kantor, kendaraan dan lain-lain
serta menginventarisasi barang-barang milik kegiatan;
4) Bertanggung jawab kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan mengenai
pelaksanaan tugasnya baik kegiatan ketata usahaan, penyimpanan dokumen
rahasia serta arsip kegiatan;
5) Membuat konsep surat menyurat baik keluar dan intern kegiatan untuk
ditandatangani oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan;
6) Memeriksa ketikan surat menyurat yang dikerjakan oleh operator komputer
dan membubuhi paraf sebelum ditandatangani oleh Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan;
7) Meng-agendakan surat-surat masuk dan keluar pada buku agenda sesuai
aturan yang berlaku;
17

8) Kepala Urusan Tata Usaha dibantu oleh petugas operator komputer dan
petugas tata usaha lainnya;
9) Kepala Urusan Tata Usaha di angkat oleh dan bertanggung jawab kepada
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
E. Kepala Urusan Teknik mempunyai tugas dan tanggung jawab:
1) Membantu pelaksanaan kegiatan teknik memonitor dengan jalan meminta
atau menerima laporan dari kegiatan dan secara rutin meninjau lapangan;
2) Mengumpulkan, meneliti serta mengelola data yang berhubungan dengan
pelaksanaan kegiatan;
3) Bertanggung jawab dalam mengumpulkan data-data kegiatan serta
menyusun laporan mingguan, bulanan serta triwulan dari pengawas
lapangan;
4) Membantu Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dalam bidang tugasnya
sesuai dengan penugasan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan;
5) Memberikan saran-saran teknis pada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
atas laporan pengawas lapangan;
6) Kepala Urusan Teknik dibantu oleh petugas pembantu dan diangkat serta
bertanggung jawab kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

F. Pengawas Lapangan mempunyai tugas dan tanggung jawab:


1) Melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan sehari-hari, sehingga
tetap terlaksana dengan baik dan sesuai dengan rencana kerja;
2) Melaksanakan instruksi Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan;
3) Melaksanakan pengawasan pekerjaan yang dilakukan, tentang kualitas
material, peralatan, campuran, ukuran-ukuran dan lain sebagainya,
sehingga pelaksana pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dan dengan hasil baik;
4) Menyusun membuat administrasi yang berkaitan dengan kegiatan fisik
lapangan, buku harian dan buku tamu;
5) Menampung segala persoalan dilapangan dan memyampaikan kepada
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan melalui Kepala Urusan Teknik;
6) Membantu survey dan mengumpulkan data lapangan;
18

7) Menjaga hubungan baik dengan pihak kontraktor, instansi lain serta


masyarakat setempat yang berhubungan dengan pekerjaan;
8) Menjaga kerapian dan ketertiban serta melaporkan hal-hal yang penting
terhadap hambatan pelaksanaan pekerjaan di lapangan kepada Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan melalui Kepala Urusan Teknik;
9) Pengawas lapangan berkedudukan di lokasi pekerjaan atau tempat
pekerjaan, sehingga secara rutin dapat mengawasi pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya;
10) Membuat laporan harian, mingguan, bulanan;
11) Membuat laporan dan saran kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
melalui Kepala Urusan Teknik atas semua kejadian yang berlangsung di
lapangan;
12) Pengawas lapangan diangkat oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dan
bertanggung jawab kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang
diteruskan ke Pejabat Kuasa Penggunaan Anggaran atau Barang;
Adapun struktur organisasi dari Dinas PU Bina Marga dapat dilihat pada
gambar 2.1.

2.3.2 CV. Beta Alamba Rekayasa

Adapun pihak konsultan supervisi yang menangani Proyek Peningkatan


Jalan Talang Buluh - Gandus ini adalah CV. Beta Alamba Rekayasa yang ber
alamat di Jl.Kikim I Blok S.9 No.3570 Palembang.
Konsultan supervisi adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek
(owner) dinas PU Bina Marga untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan.
Konsultan supervisi dapat berupa badan usaha atau perorangan. Perlu sumber daya
manusia yang ahli dibidangnya masing-masing seperti Teknik Sipil, Arsitektur,
19

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PU. Bina Marga


20

Mekanikal Elektrikal, Listrik dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat


dibangun dengan baik dalam waktu cepat dan efisien.
Konsultan supervisi dalam suatu proyek mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja;
2) Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek;
3) Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh
pemilik proyek;
4) Konsultan supervisi memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik
proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan;
5) Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor
sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek;
6) Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang
diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun
tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah dibuat
sebelumnya.

Konsultan supervisi juga memiliki wewenang sebagai berikut:


1) Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi
penyimpangan terhadap kontrak kerja;
2) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan;
3) Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek;
4) Konsultan supervisi berhak memeriksa gambar shop drawing pelaksana
proyek;
5) Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan (site
instruction);
6) Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan
kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.
Adapun struktur organisasi dari Konsultan Supervisi dapat dilihat pada
gambar 2.2.
21

Ir.Sudibyo
Suhermanuherman
Site Engineering

Andreyanto, S.T Anisah Berjo Rusdiansyah

Chief Inspector Sekretaris Juru Gambar

M.Fahrudin, S.T Tamamim

Surveyor Lab. Technist

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Konsultan Supervisi


22

2.3.3 PT. Rotari Persada

Adapun pihak kontraktor yang menangani Proyek Peningkatan Jalan


Talang Buluh - Gandus ini adalah PT. Rotari Persada yang mempunyai struktur
organisasi dan tata kerja sebagai berikut:
1. Direktur Utama mempunyai tugas dan tanggung jawab:
1) Selaku pemilik dari perusahaan jasa kontraktor;
2) Memberikan tugas kepada bawahannya untuk menangani paket proyek
yang telah perusahaan dapatkan melalui tender;
3) Bertanggung jawab sepenuhnya atas proyek yang sedang dikerjakan oleh
perusahaannya;
4) Menandatangani dokumen kontrak yang telah disepakati dan segala macam
bentuk administrasi proyek;
5) Mempertanggung jawabkan seluruh bidang pekerjaan kepada owner atau
pemilik proyek;
6) Mengevaluasikan seluruh bidang pekerjaan baik itu secara teknis ataupun
non teknis, yang dibantu oleh kepala pelaksana lapangan.
2. Kepala Pelaksana Lapangan (General Superintendent) mempunyai tugas dan
tanggung jawab :
1) Memimpin seluruh pelaksanaan proyek;
2) Bertanggung jawab atas seluruh administrasi proyek baik teknis maupun
non teknis;
3) Mengkoordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan proyek;
4) Mempertanggung jawabkan seluruh hasil pekerjaannya kepada direktur
perusahaan;
5) Bertanggung jawab mengkoreksi terhadap semua penyimpangan mutu;
6) Memberikan pengarahan dan pembinaan kepada staf di bawahnya agar
proses quality plan dan quality control terlaksana dengan baik;
7) Menjalin kerja sama dengan pihak luar seperti client, perencana, atau
pihak lain;
8) Meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja dalam rangka mencapai QCD
(Quality, Cost, Delivery) yang akan dipertanggung jawabkan.
23

3. Administrasi atau Keuangan mempunyai tugas dan tanggung jawab:


1) Melakukan seleksi atau perekrutan pekerja diproyek untuk pegawai
bulanan sampai dengan pekerja harian dengan spesialisasi keahlian
masing-masing sesuai posisi organisasi proyek yang dibutuhkan;
2) Pembuatan laporan keuangan atau laporan kas bank proyek, laporan
pergudangan, laporan bobot prestasi proyek, daftar hutang dan lain-lain;
3) Membuat dan melakukan verifikasi bukti-bukti pekerjaan yang akan
dibayar oleh owner sebagai pemilik proyek;
4) Melayani tamu–tamu intern perusahaan maupun ekstern dan melakukan
tugas umum;
5) Mengisi dan menyimpan data-data kepegawaian karyawan, pembayaran
gaji, tunjangan karyawan, pelaksanaan serta asuransi tenaga kerja;
6) Membuat laporan akutansi proyek dan menyelesaikan perpajakan serta
retribusi;
7) Mengurus tagihan kepada pemilik proyek, membuat laporan ke kantor
pusat serta menyiapkan dokumen untuk permintaan dana ke bagian
keuangan pusat;
8) Membantu project manager terutama dalam hal keuangan dan sumber
daya manusia sehingga kegiatan pelaksanaan proyek dapat berjalan
dengan baik;
9) Membuat laporan ke pemerintah daerah setempat, lurah atau kepolisian
mengenai keberadaan proyek dan karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan;
10) Mencatat aktivas proyek meliputi inventaris, kendaraan dinas, alat-alat
proyek dan sejenisnya;
11) Menerima dan memproses tagihan dari sub kontraktor jika proyek yang
dikerjakan berskala besar sehingga melakukan pemborongan kembali
kepada kontraktor spesialisasi sesuai dengan item pekerjaan yang
dikerjakan;
12) Memelihara bukti-bukti kerja sub bagian administrasi proyek serta data-
data proyek.
24

4. Logistik mempunyai tugas dan tanggung jawab:


1) Membuat jadwal pengadaan bahan dan peralatan proyek, bekerja sama
dengan staf teknik dan administrasi (akuntansi);
2) Melakukan survey dan memberikan informasi tentang sumber dan harga
dari bahan;
3) Membuat suatu laporan managerial tentang penggunaan peralatan
pemakaian dan persediaan bahan di proyek.

5. Koordinator Lapangan atau Pelaksana mempunyai tugas dan tanggung jawab:


1) Mempertanggung jawabkan seluruh hasil pekerjaannya kepada direktur
perusahaan;
2) Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai pedoman dalam
melaksanakan pekerjaan di lapangan;
3) Bersama dengan bagian enginering menyusun kembali metode
pelaksanaan konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan;
4) Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan dilapangan sesuai
dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang telah ditetapkan;
5) Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan kegiatan
harian kepada pelaksana pekerjaan;
6) Mengadakan evaluasi dan membuat laporan hasil pelaksanaan pekerjaan
di lapangan;
7) Membuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan, apabila terjadi
keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan di lapangan;
8) Bersama dengan bagian teknik melakukan pemeriksaan dan memproses
berita acara kemajuan pekerjaan di lapangan;
9) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan, metode
kerja, gambar kerja dan spesifikasi teknik;
10) Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan mengatur
pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek;
11) Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga dan alat
di lapangan;
25

12) Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran hasil


pekerjaan di lapangan;
13) Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan di lapangan;
14) Membuat laporan harian tentang pelaksanaan pekerjaan, agar selalu sesuai
dengan metode konstruksi dan instruksi kerja yang telah ditetapkan;
15) Menerapkan program keselamatan kerja dan kebersihan di lapangan;
16) Membantu rencana mingguan dan mengusulkan ke General
Superintendent serta memberikan kepada pekerja.

6. Surveyor mempunyai tugas dan tanggung jawab:


1) Bertanggung jawab penuh atas pengukuran di lapangan;
2) Memberikan dan bertanggung jawab atas semua data-data pengukuran di
lapangan;
3) Bekerja sama dengan draftman untuk membuat gambar kerja;
4) Mengukur lokasi sebelum dan sesudah dilaksanakan.

7. Staff Quantity mempunyai tugas dan tanggung jawab:


1) Mengukur semua lokasi existing yang akan dilaksanakan untuk
mendapatkan hasil pekerjaan selanjutnya dan hasil akhir;
2) Mengukur dan mengopname hasil pekerjaan harian bahan untuk laporan
bulanan (kuantitas);
3) Menyesuaikan hasil sebelum dan sesudah dilaksanakan untuk menghitung
volume setiap pekerjaan;
4) Membuat shop drawing awal dan akhir untuk set lampiran back up
kuantitas;
5) Membuat laporan hasil kuantitas harian, mingguan dan bulanan.

8. Mandor mempunyai tugas dan tanggung jawab:


1) Mendatangkan sejumlah tenaga kerja sesuai kualifikasi yang diperlukan
seperti kelompok tukang kayu, batu, besi dan sebagainya;
2) Mengawasi dan pekerjaan tukang-tukang;
3) Mengatur pekerjaan yang lebih spesifik.
26

9. Material Enginer mempunyai tugas dan tanggung jawab:


1) Mengidentifikasi jenis dan jumlah bahan sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan desain;
2) Membuat analisa kebutuhan material proyek;
3) Membuat rencana kedatangan material;
4) Monitoring realisasi kedatangan material;
5) Mutasi stok material di gudang untuk memenuhi kebutuhan proyek.

10. Operator alat berat mempunyai tugas dan tanggung jawab:


1) Mengoperasikan kerja alat berat;
2) Melaksanakan setiap pekerjaan yang ditugaskan kepadanya dan harus
sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.
Adapun struktur organisasi dari Kontraktor dapat dilihat pada gambar 2.3.

M. SYAFARUDIN, ST

Direktur Utama

Douglas L. Gaol

General Superintendent Santi

Adm / Keuangan

Rudianto

Logistik

Dona Dimas Fitriyansyah M. Yamin

Surveyor Pelaksana Material Engineer Quantity Engineer

Ruslan

Mandor

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Rotari Persada


27

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Jalan


Jalan adalah suatu kepentingan vital yang harus terpenuhi pada zaman
sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, maka kebutuhan akan jalan juga
berkembang. Maka mulailah manusia berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam rangka peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan
kehidupan bangsa, sesuai dengan UU. No. 13/1980 tentang jalan, pemerintah
berkewajiban melakukan pembinaan yang menjurus ke arah profesionalisme dalam
bidang pengelolaan jalan, baik di pusat maupun daerah.
Menurut pendapat beberapa ahli transportasi mengenai pengertian jalan adalah
sebagai berikut:
• Jalan merupakan jalur yang disediakan untuk keperluan membangun jalan
yang tidak dapat lagi dipergunakan untuk keperluan lain (Ir. J. Honing, 1981)
• Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori dan jalan kabel (UU No. 38 Tahun 2004)
• Jalan merupakan bagian dari jalur gerak, median dan pemisah luar (MKJI,
1997)
• Jalan merupakan jejak yang digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidup mereka terutama makan dan minum (Ir. Djoko Untung Soedarsono,
1982)
• Jalan merupakan rute atau jalur yang terbuat dari berbagai bahan secara
berlapis-lapis (Arthur Wignall, 1999).
Adapun tujuan umum pembuatan struktur jalan adalah untuk mengurangi
tegangan atau tekanan akibat beban roda sehingga mencapai tingkat nilai yang
dapat diterima oleh tanah yang menyokong struktur tersebut.
28

3.2 Klasifikasi Jalan

Klasifikasi jalan dapat dibagi oleh beberapa kelompok yaitu :


A. Klasifikasi jalan menurut fungsinya :
Klasifikasi jalan berdasarkan fungsinya, terdiri atas :
1) Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi
antara kota yang penting atau antara pusat produksi dan pusat-pusat
eksport, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:
• Dilalui oleh kendaraan berat > 10 ton, 10 ton adalah beban ganda.
• Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan tinggi > 80 km/jam.
2) Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, jumlah jalan masuk dibatas serta melayani
daerah-daerah di sekitarnya.
Adapun cirinya sebagai berikut:
• Kendaraan yang melaluinya yaitu kendaraan ringan < 10 ton
• Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan sedang (40 – 80 km/jam).
3) Jalan Penghubung atau Jalan Lokal merupakan jalan keperluan aktivitas
daerah yang sempit juga dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-
jalan dari golongan yang lama atau yang belainan. Fungsi jalan
penghubung adalah untuk melayani lalu lintas yaitu memenuhi kebutuhan
aktivitas masyarakat setempat biasanya jalan perkotaan.
Adapun ciri - cirinya sebagai berikut:
• Melayani semua jenis pemakai jalan, kendaraan ringan serta kendaraan
berat namun dibatasi dari pusat pemukiman ke pusat industri.
• Kecepatan kendaraan rendah (max. 60 km atau jam).
4) Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan
rata-rata rendah.
29

B. Klasifikasi Jalan menurut karakteristik kendaraan yang dilayani.


Klasifikasi jalan berdasarkan karakteristik kendaraan, terdiri atas :
1. Kelas I
Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk
dapat melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya
tak terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat (MST) yang diizinkan lebih
besar dari 10 ton.
Jalan raya dalam kelas ini merupakan jalan-jalan raya yang berjalur
banyak dengan konstruksi perkerasan dari jenis yang terbaik dalam arti
tingginya tingkatan pelayanan terhadap lalu lintas.
2. Kelas II
Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan sekunder. Dalam komposisi
Ialu lintasnya terdapat lalu lintas lambat dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2500 milimeter,ukuran panjang tidak melebihi 18 000 milimeter
dan muatan sumbu terberat (MST) yang diizinkan 10 ton.
Kelas jalan ini, selanjutnya berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya,
dibagi dalam tiga kelas, yaitu :
1. Kelas II A
Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konlstruksi
permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di
mana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat tapi,
tanpa kendaraan tanpa kendaraan yang tak bermotor. Untuk lalu lintas
lambat harus disediakan jalur tersendiri.
2. Kelas IIB
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi
permukaan jalan dari penetrasi berganda atau yang setaraf di mana
dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat, tapi tanpa
kendaraan yang tak bermotor.
30

3. Kelas IIC
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi
permukaan jalan dari jenis penetrasi tunggal di mana dalam komposisi
lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat dari kendaraan tak bermotor.
3. Kelas III
Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dan merupakan
konstruksi jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi permukaan jalan
yang paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.

C. Klasifikasi jalan menurut status


Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa.
1) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi dan jalan
strategis nasional serta jalan tol;
2) Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota, atau
antar ibukota kabupaten atau kota dan jalan strategis provinsi;
3) Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi, yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan local serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah kabupaten dan jalan strategis kabupaten;
4) Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antara persil serta
menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota;
31

5) Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan antar


permukiman di dalam desa serta jalan lingkungan.
D. Klasifikasi Jalan menurut medan tofografi
Berdasarkan kondisi sebagian besar kelandaian – kemiringan medan yang di
ukur tegak lurus terhadap garis kontur, maka untuk perencanaan geometrik
medan jalan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Medan datar, kemiringan medan < 3 %
2. Medan Perbukitan, kemiringan medan 3 – 25 %
3. Medan Pegunungan, kemiringan medan > 25 %

E. Klasifikasi menurut tipe jalan


Klasifikasi jalan menurut tipe jalan jalan terdiri atas:
1. Jalan tidak terbagi (TB), yaitu ruas jalan yang pembatas jalurnya
berupa marka jalan (terputus–putus atau menerus).
2. Jalan terbagi (B), yaitu ruas jalan yang pembatas jalurnya
berupa bangunan, yang disebut median secara teknis berupa
bangunan yang dilengkapi dengan taman atau sekedar
pasangan kerb beton.

F. Klasifikasi jalan berdasarkan sfesifikasi penyediaan prasarana jalan


Pengaturan kelas jalan menurut UU RI nomor 38 tahun 2004 berdasarkan
spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas
hambatan, jalan raya, jalan sedang dan jalan kecil.
1) Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas
menerus yang memberkan pelayanan menerus atau tidak terputus dengan
pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan
sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit
dua lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median.
2) Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median,
paling sedikit 2 lajur setiap arah.
32

3) Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang
dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur 2
arah dengan lebar paling sedikit 7 meter.
4) Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat
paling sedikit 2 lajur 2 arah dengan lebar paling sedikit 5,5 meter.

3.3 Jenis Perkerasan dan Komponennya

Perkerasan jalan merupakan lapis perkerasan yang terletak di antara lapisan


tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada
sarana transportasi dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi
kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan
penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain
adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja.
Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah liat.
Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dibedakan atas:
A. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal,
yang sifatnya lentur terutama pada saat panas. Aspal dan agregat ditebar
dijalan pada suhu tinggi (sekitar 100 0C).
Pada umumnya, perkerasan jalan lentur terdiri dari beberapa jenis lapisan
perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas, sebagai berikut :
1. Lapisan tanah dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan
jalan raya. Apabila kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan
mempunyai spesifikasi yang direncanakan makan tanah tersebut
akan langsung dipadatkan dan digunakan.

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai


tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi
33

perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar


adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30
cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya,
yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya
(CBR). Pada umumnya CBR tanah dasar disyaratkan minimum
6%.

Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan


jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari
tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain-lain.

Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :


• Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban
lalu lintas.
• Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan
kadar air.
• Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya
perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang berdekatan atau
akibat kesalahan pelaksanaan, misalnya kepadatan yang
kurang baik.
2. Lapisan pondasi bawah (Subbase course)
Lapisan ini berada dibawah lapisan pondasi atas dan diatas
lapisan tanah dasar. Lapisan ini berfungsi untuk menyebarkan
beban dari lapisan pondasi bawah ke lapisan tanah dasar, untuk
menghemat penggunaan material yang digunakan pada lapisan
pondasi atas, karena biasanya menggunakan material yang lebih
murah. Selain itu lapisan pondasi bawah juga berfungsi untuk
mencegah partikel halus masuk kedalam material perkerasan
jalan dan melindungi air agar tidak masuk kelapisan dibawahnya.

Jenis lapis pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antara


lain:
1) Agregat bergradasi baik dapat dibagi:
• Sirtu atau pitrun kelas A
34

• Sirtu atau pitrun kelas B


• Sirtu atau pitrun kelas C
2) Stabilitas
• Stabilitas agregat dengan semen
• Stabilitas agregat dengan kapur
• Stabilitas tanah dengan semen
• Stabilitas tanah dengan kapur.

3. Lapisan pondasi atas (Base course)


Lapisan ini terletak dilapisan dibawah lapisan permukaan. Lapisan ini
terutama berfungsi untuk menahan gaya lintang akibat beban roda dan
menerus beban ke lapisan dibawahnya, sebagai bantalan untuk lapisan
permukaan dan lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. Material
yang digunakan untuk lapisan ini diharus material dengan kualitas yang
tinggi sehingga kuat menahan beban yang direncanakan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet
sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa
hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan
jarak angkut bahan ke lapangan. Jenis lapis pondasi atas yang umum
dipergunakan di Indonesia antara lain:
a) Agregat bergradasi baik dapat dibagi:
• Batu pecah kelas A
• Batu pecah kelas B
• Batu pecah kelas C
b) Pondasi Macadam
c) Pondasi Telford
d) Penetrasi Macadam (Lapen)
e) Aspal buton pondasi (Asphalt Concrete Base atau Asphalt
Treated Base)
35

f) Stabilitas terdiri atas:


• Stabilitas agregat dengan semen
• Stabilitas agregat dengan kapur
• Stabilitas agregat dengan aspal

4. Lapisan permukaan (Surface course)


Lapisan permukaan terletak paling atas pada suatu jalan raya. Lapisan yang
biasanya kita pijak atau lapisan yang bersentuhan langsung dengan ban
kendaraan. Lapisan ini berfungsi sebagai penahan beban roda. Lapisan ini
memiliki stabilitas yang tinggi, kedap air untuk melindungi lapisan
dibawahnya sehingga air mengalir ke saluran di samping jalan, tahan
terhadap keausan akibat gesekan rem kendaraan dan diperuntukkan untuk
meneruskan beban kendaraan ke lapisan dibawahnya.
Apabila diperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup atau lapis aus
(wearing course) di atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan
untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikan kekesatan (skid
resistance) permukaan jalan. Lapis aus tidak diperhitungkan ikut memikul
beban lalu lintas. Jenis lapis yang digunakan di Indonesia antara lain:
a. Lapisan bersifat nonstructural, yang berfungsi sebagai lapisan
aus dan kedap air antara lain:
1) Laburan aspal satu lapis (burtu), merupakan lapis penutup
yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu
lapis agregat bergradasi seragam, dengan tebal maksimum
2 cm.
2) Laburan aspal dua lapis (burda), merupakan lapis penutup
yang terdiri lapisan aspal ditaburi agregat yang dilakukan
dua kali berturut–turut dengan tebal maksimum 3,5 cm.
3) Lapis tipis aspal pasir (latsir), merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapis aspal dan pasir alam bergradasi menerus
dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu pada suhu
tertentu dengan tebal padat 1- 2 cm.
36

4) Laburan aspal (Buras), merupakan lapisan penutup terdiri


dari lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir
maksimum 3/8 inch.
5) Lapis tipis asbuton murni (latasbum), merupakan lapisan
penutup yang terdiri dari campuran asbuton dan bahan
pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur
secara dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm.
6) Lapis tipis aspal beton (lataston), dikenal dengan nama hot
roll sheet (HRS).
b. Lapis bersifat struktur, berfungsi sebagai lapisan yang
menahan dan menyebarkan beban roda antara lain:
- Penetrasi macadam ( lapen)
- Lapis aspal buton agregat (lasbutag)
- Lapis aspal beton (laston)

Gambar 3.1 Lapisan Perkerasan Jalan Lentur

B. Perkerasan kaku (Rigid pavement)


Perkerasan kaku atau rigid pavement adalah perkerasan yang
menggunakan bahan ikat aspal, yang sifatnya kaku. Perkerasan kaku berupa
plat beton dengan atau tanpa tulangan diatas tanah dasar dengan atau tanpa
pondasi bawah. Beban lalu lintas diteruskan keatas plat beton. Perkerasan
kaku bisa dikelompokkan atas:
1. Perkerasan kaku semen yang terbuat dari beton semen baik
yang bertulang atau pun tanpa tulangan
2. Perkerasan kaku komposit yang terbuat dari komposit sehingga
lebih kuat dari perkerasan semen, sehingga baik untuk
digunakan pada landasan pesawat udara di bandara.
37

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku,
terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi
bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan
kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan
masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis
permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang
tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas
sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat
beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan
perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis
permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan
tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya
beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil
terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping,
kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi
pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform)
untuk pekerjaan konstruksi. Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi
bawah adalah :
• Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
• Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-
grade reaction=k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus
of composite reaction).
• Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
• Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa
konstruksi.
38

• Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran


halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan atau
pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan
vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air
bebas terakumulasi di bawah pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan
perkerasan lentur yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan,
dilakukan berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-masing jenis
perkerasan tersebut.
Jenis-jenis perkerasan jalan beton semen berdasarkan adanya sambungan
dan tulangan plat beton perkerasan kaku, dapat diklasifikasikan menjadi 3
jenis sebagai berikut :
• Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa
tulangan untuk kendali retak.
• Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan
tulangan plat untuk kendali retak. Untuk kendali retak digunakan
wire mesh diantara siar dan penggunaannya independen
terhadap adanya tulangan dowel.
• Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan).
Tulangan beton terdiri dari baja tulangan dengan persentase besi
yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang beton).
Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak
digunakan di negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang
menerus.

Gambar 3.2 Lapisan Perkerasan Jalan Kaku


39

C. Perkerasan komposit (Composite pavement)


Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku
(rigid pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) dapat
berupa perkerasan lentur di atas perkerasan kaku atau sebaliknya dimana
kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memikul beban lalu lintas.
Untuk ini maka perlu ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar
mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari
perkerasan beton di bawahnya. Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat
kenyamanan yang lebih baik bagi pengendara dibandingkan dengan
konstruksi perkerasan beton semen sebagai lapis permukaan tanpa aspal.
Pada proyek peningkatan jalan Talang Buluh – Gandus, jenis perkerasan
yang digunakan adalah Perkerasan Flexible untuk jalan utama dan
Perkerasan Rigid untuk jalan penghubung ke jalan utama.

3.4 Perkerasan Beton Semen (Rigid Pavement)

Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang
menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut, merupakan salah
satu jenis perkerasan jalan yang digunakan selain dari perkerasan lentur (asphalt).
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu lintas
yang cukup padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-
jalan lintas antar provinsi, jembatan layang (fly over), jalan tol, maupun pada
persimpangan bersinyal. Jalan-jalan tersebut umumnya menggunakan beton
sebagai bahan perkerasannya, namun untuk meningkatkan kenyamanan biasanya
diatas permukaan perkerasan dilapisi asphalt.
Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri dibanding perkerasan lentur
(asphalt) adalah bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade. Perkerasan
kaku karena mempunyai kekakuan dan stiffnes, akan mendistribusikan beban pada
daerah yangg relatif luas pada subgrade, beton sendiri bagian utama yang
menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan lentur karena dibuat
dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak
sebaik pada beton. Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.
40

Gambar 3.3 Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur
Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku, terdiri dari plat beton
semen, dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar. Dalam
konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering juga dianggap sebagai lapis
pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.
Plat beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang
cukup luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan
diperoleh dari plat beton itu sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur
dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis
pondasi dan lapis permukaan dimana masing-masing lapisan memberikan
kontribusinya.
Yang sangat menentukan kekuatan struktur perkerasan dalam memikul beban
lalu lintas adalah kekuatan beton itu sendiri. Sedangkan kekuatan dari tanah dasar
hanya berpengaruh kecil terhadap kekuatan daya dukung struktural perkerasan
kaku.
Lapis pondasi bawah, jika digunakan di bawah plat beton, dimaksudkan untuk
sebagai lantai kerja, dan untuk drainase dalam menghindari terjadinya pumping.
Pumping adalah peristiwa keluarnya air disertai butiran-butiran tanah dasar melalui
sambungan dan retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat gerakan
lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya
air bebas yang terakumulasi di bawah plat beton. Pumping dapat mengakibatkan
terjadinya rongga di bawah plat beton sehingga menyebabkan rusak atau retaknya
plat beton.
41

Tebal plat dihitung supaya mampu menahan tegangan yang diakibatkan beban
roda, perubahan suhu dan kadar air, serta perubahan volume lapisan dibawahnya.
Penerapan prinsip “fatique” (kelelahan) untuk mengantisipasi beban berulang,
dimana semakin besar jumlah beban lalulintas mengakibatkan ratio tegangan
(perbandingan tegangan lentur beton akibat beban roda dengan kuat lentur beton
semakin kecil). Faktor-faktor yang berpengaruh :
• Peranan dan tingkat pelayanan
• Lalu lintas
• Umur rencana
• Kapasitas jalan
• Tanah dasar
• Lapis pondasi bawah
• Bahu
• Kekuatan beton

- Jenis kerusakan pada perkerasan kaku


Kerusakan karena karakteristik permukaan (non struktural) :
1. Retak Setempat, yaitu retak yang tidak mencapai dasar slab.
2. Patahan, yaitu ketidakrataan di sekitar struktur atau sepanjang
struktur bawah dan ketidakrataan sambungan atau retakan
pada slab.
3. Perubahan bentuk (Deformation ), yaitu perubahan bentuk permukaan ke
arah memanjang jalan.
4. Pelepasan Butir (Raveling), adalah suatu kondisi di mana agregat
terlepas dari lapisan permukaan jalan, terpisah dari mortarnya,
sehingga mengakibatkan permukaan yang kasar.
5. Pelicinan (Polishing), adalah suatu kondisi di mana mortar dan
agregat pada permukaan jalan menjadi halus akibat abrasi,
sehingga permukaan cenderung menjadi licin.
6. Pengelupasan (Scaling), adalah pengelupasan permukaan jalan
akibat gesekan dari roda-roda kendaraan yang melaluinya.
42

− Kerusakan Struktural :
1. Retak (Crack), yaitu retak yang sudah mencapai
dasar slab beton.
2. Blow up, yaitu suatu kondisi di mana slab beton patah dan
tertekuk akibat gaya dalam yang dialami oleh beton.
3. Crushing, yaitu suatu kondisi di mana slab beton hancur karena
tidak kuat menahan tegangan akibat gaya dalam yang
dialaminya. Umumnya terjadi di sekitar sambungan.

Tabel 3.1 Perbedaan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur


No Perbedaan Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur
1. Bahan Ikat Beton semen Aspal
2. Ketahanan Umur rencana 15 – 4 Umur rencana 5 – 10
(durability) 0 tahun. Kerusakan tida
tahun. Jika terjad k
i merambat, kecuali jika
kerusakan, mak perkerasan terendam air
a
3. Indeks Pelayana Tetap baik selama um Berkurang seiring denga
n ur n
rencana waktu dan frekuensi beba
n
4. Biaya Konstruk Pada umumnya tinggi Pada umumnya lebi
si h
Awal rendah
43

5. Biaya Tidak terlalu besa Umumnya dua kali lebih


Pemeliharaan r, besar dari perkerasan kaku
pemeliharaan rutin pad
a
6. Pelaksanaan Relatif sederhana kecual Cukup rumit karena har
Konstruksi i us
pada sambungan mengendalikan sejumla
h
parameter, terutam
7. Peranan Lapisan Kekuatan konstruk Kekuatan konstruks
si i
ditentukan oleh lapisa ditentukan ole
n h
beton, sedangkan ponda kemampuan menyebarka
si n
Sumber Manu, Iqbal, (1995)

3.4.1 Perkembangan perkerasan kaku

Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung
di atas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi
drainasenya. Pada umumnya dibangun plat beton setebal 6 – 7 inch. Dengan
bertambahnya beban lalu lintas, khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai
disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja perkerasan,
terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada perkerasan. Oleh
karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat penting
untuk diperhitungkan dalam perencanaan.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan
di bagian ujung atau pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang
sangat tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.
Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan
jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih
tebal yaitu antara 9 – 10 inch.
44

Guna mempelajari hubungan antara beban lalu lintas dan perkerasan kaku,
pada tahun 1949 di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji
dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan
mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja
perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 – 7 – 9
inch, jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki.
Untuk sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak
15 inch di bagian tengah. Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh.
Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan
relatif dan konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan
adalah 18.000 lbs dan 22.400 pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000
pounds pada sumbu ganda. Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah
bahwa perkembangan retak pada pelat beton adalah karena terjadinya gejala
pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji adalah akibat adanya
pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois
pada tahun 1950. Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji
AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling signifikan
adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan
tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir
diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang
diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.

3.4.2 Komponen konstruksi perkerasan kaku

Pada konstruksi perkerasan beton semen, sebagai konstruksi utama adalah


berupa satu lapis beton mutu tinggi. Sedangkan lapis pondasi bawah (subbase
berupa cement treated subbase maupun granular subbase) berfungsi sebagai
konstruksi pendukung atau pelengkap. Adapun komponen konstruksi pekerasan
kaku adalah sebagai berikut:
45

1. Tanah Dasar (Subgrade)


Tanah dasar adalah bagian dari permukaan jalan yang dipersiapkan untuk
menerima konstruksi di atasnya yaitu konstruksi perkerasan. Tanah dasar ini
berfungsi sebagai penerima beban lalu lintas yang telah disalurkan oleh
konstruksi perkerasan. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyiapan
tanah dasar adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang, keseragaman daya
dukung dan keseragaman kepadatan. Daya dukung pada konstruksi
perkerasan kaku yang umum digunakan adalah CBR dan modulus reaksi
tanah dasar (k).
Pada konstruksi perkerasan kaku fungsi tanah dasar tidak terlalu menentukan,
dalam arti kata bahwa perubahan besarnya daya dukung tanah dasar tidak
berpengaruh terlalu besar pada tebal perkerasan kaku.

2. Lapis Pondasi (Subbase)


Lapis pondasi ini terletak di antara tanah dasar dan pelat beton semen mutu
tinggi. Sebagai bahan subbase dapat digunakan unbound granular (sirtu) atau
bound granular (cement treated subbase). Pada umumnya fungsi lapisan ini
tidak terlalu structural, maksudnya keberadaan dari lapisan ini tidak untuk
menyumbangkan nilai struktur perkerasan beton semen.
Fungsi utama dari lapisan ini adalah sebagai lantai kerja yang rata dan
uniform. Apabila subbase tidak rata, maka pelat beton juga tidak rata.

3. Sambungan (Joint)
Pada konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus sepanjang
jalan seperti halnya yang dilakukan pada perkerasan lentur. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya pemuaian yang besar pada permukaan perkerasan
sehingga dapat menyebabkan retaknya perkerasan, selain itu konstruksi
seperti ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya retak menerus pada
perkerasan jika terjadi keretakan pada suatu titik pada perkerasan. Salah satu
cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya hal diatas adalah dengan
cara membuat konstruksi segmen pada perkerasan kaku dengan sistem joint
untuk menghubungkan tiap segmennya. Adapun pembagian sambungan
tersebut adalah:
46

− Sambungan Melintang (Transverse Joints).


a. Sambungan susut (contraction joints).
Sambungan susut dibuat dalam arah melintang, pada jarak yang sama
dengan panjang plat yang telah ditentukan. Fungsi dari sambungan
susut adalah untuk mengontrol retak akibat susut dan efek kombinasi
dan beban dan warping.
b. Sambungan muai (expansion joints).
Sambungan muai adalah sambungan melintang yang mempunyai fungsi
untuk menerima perubahan volume dari plat beton dengan naiknya
temperatur yang dapat mengakibatkan terjadinya penyembulan pada
plat beton.
c. Sambungan pelaksanaan (construction joint)
Sambungan pelaksanaan dibuat karena berhentinya pekerjaan pada
waktu selesainya jam kerja, kerusakan peralatan, atau keadaan darurat
lainnya.

− Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints).


Sambungan memanjang terletak pada arah memanjang perkerasan di
antara jalur lalu lintas yang berdekatan. Fungsi sambungan memanjang
adalah untuk mengontrol tegangan temperatur warping sehingga retak
dalam arah memanjang tidak akan terjadi. Kedua segmen (potongan) plat
yang berdekatan dihubungkan oleh tie bar melintang sepanjang
sambungan. Tie bar ini mencegah pergerakan dan plat yang satu terhadap
plat yang lain. Untuk itu tie bar harus merupakan besi yang berulir
(deformed steel). Diameternya 0.5 in dengan panjang 30 in dan diletakkan
pada jarak 30 in diukur dari pusat ke pusat. Sambungan dapat dibuat
dengan cara menggergaji permukaan (membentuk takikan) yang
kemudian diisi dengan bahan penutup sambungan (poured sealant).

4. Tulangan
47

Tulangan merupakan sarana yang digunakan sebagai penyambung atau


pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan jalan (Rigid
Pavement). Adapun pembagian tulangan–tulangan tersebut adalah:
1) Tulangan Pelat
Tulangan pelat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk, lokasi
dan fungsi berbeda dengan tulangan pelat pada konstruksi beton yang lain
seperti gedung, balok dan sebagainya. Adapun karakteristik dari tulangan
pelat pada perkerasan beton semen adalah sebagai berikut:
a. Lokasi tulangan pelat beton terletak ¼ tebal pelat di sebelah atas.
b. Fungsi dari tulangan ini untuk memegang beton agar tidak retak,
bukan untuk menahan momen atau pun gaya lintang.
2) Tulangan Sambungan
Tulangan sambungan ada dua macam yaitu tulangan sambungan arah
melintang dan arah memanjang. Sambungan melintang (dowel)
merupakan sambungan untuk mengakomodir kembang susut ke arah
memanjang pelat. Berbentuk polos, lokasi di tengah tebal pelat sejajar
dengan sumbu jalan. Sedangkan tulangan sambungan memanjang (tie
bar) merupakan sambungan untuk mengakomodir gerakan lenting pelat
beton. Berbentuk ulir dan lekat di kedua sisi pelat beton.

3.5 Peralatan

Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan alat
yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan factor
penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi maupun
pertambangan dan kegiatan lainnya dengan skala yang besar.
Pemilihan alat berat dilakukan pada tahap perencanaan, dimana jenis, jumlah,
dan kapasitas alat merupakan factor-faktor penentu. Tidak setiap alat berat dapat
dipakai untuk setiap proyek konstruksi, oleh karena itu pemilihan alat berat yang
tepat sangatlah diperlukan. Apabila terjadi kesalahan dalam pemilihan alat berat
48

maka akan terjadi keterlambatan di dalam pelaksanaan, biaya proyek yang


membengkak dan hasil yang tidak sesuai dengan rencana.
Yang dimaksud dengan klasifikasi fungsional alat adalah pembagian alat
tersebut berdasarkan fungsi-fungsi utama alat. Berdasarkan fungsinya alat berat
dapat dibagi atas berikut ini.
Di dunia Teknik Sipil khususnya pada konsentrasi transportasi, alat berat yang
digunakan relatif cukup banyak. Karena ini menyangkut pembangunan konstruksi
jalan raya yang kita ketahui mempunyai kapasitas pekerjaan yang sangat besar dan
membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu diperlukannya alat berat
untuk membantu pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan itu sendiri.
Dalam pemindahan tanah secara mekanis, alat berat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu :
1. Traktor terdiri dari: Bulldozer, Ripper, Scrapper, Motor Grade dan Loader.
2. Excavator terdiri dari: Back Hoe, Clam Shell, Power Shovel, Dragline, Mobile
Crane.
3. Alat berat selain traktor dan excavator, terdiri dari: Dump Truck, Trailer, Alat
pemadat,Compressor, Stone Crusher, Dredger.

Tujuan alat berat pada pekerjaan konstruksi :


• memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya
• hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah
• waktu yang relatif lebih singkat.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Berat


Didalam pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
sehingga kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari. Faktor-faktor tersebut
antara lain sebagai berikut :
1. Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokkan berdasarkan
fungsinya, seperti untuk menggali, mengangkut, meratakan permukaan dan
lain–lain.
2. Kapasitas peralatan. Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau
berat material yang harus diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang
49

dipilih harus sesuai sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang
telah ditentukan.
3. Cara operasi. Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun
vertical) dan jarak gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan dan lain-lain.
4. Pembatasan dari metode yang dipakai. Pembatasan yang mempengaruhi
pemilihan alat berat antara lain peraturan lalu lintas, biaya dan
pembongkaran. Selain itu metode konsruksi yang dipakai dapat membuat
pemilihan alat dapat berubah.
5. Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi
dan pemeliharaan merupakan faktor penting di dalam pemilihan alat berat.
6. Jenis proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat
berat. Proyek-proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan,
jembatan, irigasi, pembukaan hutan dan sebagainya.
7. Lokasi proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan alat berat. Sebagai contoh lokasi proyek di
dataran tinggi memerlukan alat berat yang berbeda dengan lokasi proyek di
dataran rendah.
8. Jenis dan daya dukung tanah. Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis
material yang akan dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan
dipakai. Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras atau lembek.
9. Kondisi lapangan. Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik
merupakan faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat.
Pada proyek Peningkatan Jalan Talang Buluh – Gandus di provinsi
Sumatera Selatan digunakan alat berat sebagai berikut :
1. Dump truck
Dump Truck berfungsi sebagai alat angkut material-material bangunan
(tanah, besi tulangan, semen, batu bata) jarak jauh, namun dapat juga
mengangkut material untuk jarak sedang.
Dump Truck tersedia dalam bermacam–macam desain dan konfigurasi yang
berbeda–beda. Truck ini mempunyai bak dengan cara penumpahan hidrolik
50

maupun gravitasi. Tersedia pula alternatif roda penggeraknya, dua atau


empat.
Jenis Dump Truck ada dua macam yaitu Slide Dumping (pembuangan
kesamping) dan Back Dumping (pembuangan kebelakang).

Gambar 3.4 Dump Truck


2. Motor grader
Motor grader adalah salah
satu jenis traktor dengan fungsi
sebagai perata bentuk
permukaan tanah, biasanya digunakan dalam proyek jalan untuk membuat
kemiringan tertentu suatu ruas jalan. Dengan blade yang dapat diatur
tingkat kemiringannya.selain itu juga mempunyai fungsi antara lain :
• Meratakan permukaan tanah.
• Memotong dan membentuk profil tanah.
• Pengerukan untuk pembuatan saluran.
• Pemotongan untuk pembuatan saluran.
• Mencampur dan menghamparkan material di lapangan.
• Menggusur dan membersihkan bahu jalan.
51

Gambar 3.5 Motor Grader


3. Tandem roller
Tandem roller adalah mesin gilas roda dua alat pemadat yang digunakan
untuk memadatkan tanah dan untuk, mengatur kembali susunan butiran
tanah atau material agar menjadi lebih rapat sehingga tanah atau material
menjadi lebih padat.
Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut
perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan
jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun
perkerasan kaku. Alat Pemadat ada berbagai jenis, diantaranya; three wheel
roller, tandem roller, pneumatic tired roller dan sheep foot roller.
52

Gambar 3.6 Tandem roller

4. Pneumatic tire roller


Roda-roda penggilas jenis ini terdiri atas roda-roda ban karet yang
dipompa (pneumatic). Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-
seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian depan akan
digilas oleh roda bagian belakang. Roda-roda ini menghasilkan kneading
action (tekanan) terhadap tanah sehingga membantu konsolidasi tanah.
Tekanan yang diberikan oleh roda terhadap permukaan tanah dapat diatur
dengan cara mengubah tekanan ban. Makin besar tekanan ban, makin
besar pula tekanan yang terjadi pada tanah. Sumbu dari roda dapat
bergoyang mengikuti perubahan permukaan tanah, hal ini dapat
memperbesar kneading action tadi.
Pneumatic tired roller sangat cocok digunakan pada pekerjaan
penggilasan bahan granular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan
hot mix sebagai penggilas antara. Sebaiknya tidak digunakan untuk
menggilas lapisan yang berbatu dan tajam karena akan mempercepat
kerusakan pada roda-rodanya. Bobotnya dapat ditingkatkan dengan
mengisi zat cair atau pasir pada dinding-dinding mesin. Jumlah roda
biasanya 9 sampai 19 buah, dengan konfigurasi 9 buah (4 roda depan dan
5 roda belakang), 11 buah (5 roda depan dan 6 roda belakang), 13 buah (6
53

roda depan dan 7 roda belakang), 15 buah (7 roda depan dan 8 roda
belakang).

Gambar 3.7 Pneumatic Tire Roller

5. Excavator
Excavator adalah alat berat yang mempunyai fungsi utama menggali,
memuat, mengangkat material, dan membuat saluran air atau saluran pipa.
Excavator mempunyai beberapa jenis, yaitu :
• Front shovel
• Dragline
• Clamsheel
Back hoe yaitu sejenis excavator dengan fungsi sebagai pengeduk dengan
arah kebelakang. Alat berat ini merupakan alat berat yang paling dikenal
oleh masyarakat, karena di setiap kegiatan pemindahan tanah mekanis
selalu ada alat seperti ini. Sebuah backhoe loader, juga disebut penggali
adalah alat berat kendaraan yang terdiri dari traktor dilengkapi dengan
sekop atau ember di depan dan satu backhoe kecil di bagian belakang.
54

Karena ukurannya yang kecil dan fleksibilitas, backhoe loader sangat


umum di rekayasa perkotaan.
Backhoe sering juga disebut pull shovel, adalah alat dari golongan shovel
yang khusus dibuat untuk menggali material di bawah permukaan tanah
atau di bawah tempat kedudukan alatnya. Galian di bawah permukaan ini
misalnya parit, lubang untuk pondasi bangunan, lubang galian pipa dan
sebagainya. Keuntungan backhoe ini jika dibandingkan dragline dan
clamshell ialah karena backhoe dapat menggali sambil mengatur dalamnya
galian yang lebih baik. Karena kekauan konstruksinya, backhoe ini lebih
menguntungkan untuk penggalian dengan jarak dekat dan memuatkan hasil
galian ke truk.
Tipe backhoe dibedakan dalam beberapa hal antara lain dari alat kendali
dan undercarriage nya. Menurut alat kendali dapat dibedakan sebagai
berikut :
1. Dengan kendali kabel (cable controlled)
2. Dengan kendali hidrolis (hydraulic controlled)
Menurut undercarriagedapat dibedakan sebagai berikut:
1. Roda rantai (crawler mounted)
2. Roda karet (wheel mounted)
• Cara Kerja Backhoe
Sebelum mulai bekerja dengan backhoe sebaiknya kita pelajari lebih
dahulu kemampuan alat seperti yang diberikan oleh pabrik pembuatnya,
terutama mengenai jarak jangkauan, tinggi maksimal pembuangan dan
dalamnya galian yang mampu dicapai, karena kemampuan angkat alat ini
tidak banyak berpengaruh terhadap kemampuan standar alatnya.
Untuk mulai menggali dengan backhoe bucket dijulurkan ke depan ke
tempat galian, bila bucket sudah pada posisi yang diinginkan lalu bucket
diayun ke bawah seperti dicangkulkan, kemudian lengan bucket diputar
ke arah alatnya sehingga lintasannya seperti terlihat pada gambar di
bawah. Setelah bucket terisi penuh lalu diangkat dari tempat penggalian
55

dan dilakukan swing, dan pembuangan material hasil galian dapat


dilakukan ke truk atau tempat yang lain.

Gambar 3.8 Bachoe Loader

6. Asphalt Mixing Plant


Asphalt Mixing Plant digunakan sebagai mesin pencampuran aspal atau hot
mixed bituminous material lainnya. Pengolah aspal dalam jumlah atau
kapasitas yang sangat besar. Dimana agregat yang telah d uji dari
laboratorium dicampur dengan aspal panas pada temperatur sekitar 150o
sesuai dengan ketentuan dari job mix formula.
56

Gambar 3.9 Asphalt Mixing Plant


7. Asphalt finisher
Asphalt finisher adalah alat untuk menghamparkan campuran aspal yang
dihasilkan dari alat produksi aspal. Terdapat dua jenis asphalt finisher yaitu
jenis crawler yang menggunakan roda kelabang dan jenis roda karet.
Kelebihan dari asphalt finisher roda kelabang adalah dalam hal daya
ambang (flotation), traksi dan penghamparannya lebih halus serta lebih
datar dibandingkan asphalt finisher yang menggunakan roda karet dengan
ukuran yang sama. Kelebihan dari asphalt finisher roda karet adalah dalam
hal manuver yang lebih cepat.
57

Gambar 3.10 Asphalt Finisher


8. Vibration roller
Vibration roller adalah termasuk tandem roller, yang cara pemampatannya
menggunakan efek getaran dan sangat cocok digunakan pada jenis tanah
pasir atau kerikil berpasir. Efisiensi pemampatan yang dihasilkan sangat
baik, karena adanya gaya dinamis terhadap tanah. Butir-butir tanah
cenderung akan mengisi bagian-bagian yang kosong yang terdapat di antara
butir-butirya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemampatan dengan vibration
roller ialah frekuensi getaran, amplitude dan gaya sentrifugal.

Gambar 3.11 Vibration roller

9. Asphalt sprayer
Penggunaan peralatan penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai
pengganti distributor aspal. Fungsinya untuk menyemprot prime coat dan
tack coat. Perlengkapan utama peralatan ini adalah :
1. Tangki aspal dengan alat pemanas.
2. Pompa yang yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga
aspal dapat tersemprot keluar.
3. Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya
aspal (nosel).
58

Gambar 3.12 Asphalt Sprayer


10. Water tank
Water tank digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk
menyiram permukaan material yang dipadatkan (jalan) atau untuk
keperluan lainnya. Water tank yang digunakan pada proyek ini memiliki
kapasitas sebesar 5.000 liter.

Gambar 3.13 Water Tank


11. Molen (ready mix)
Alat ini merupakan mobil pengangkut campuran beton. Campuran beton
diangkut dari tempat penakaran (batching plan) menuju lokasi kerja.
59

Gambar 3.14 Molen


12. Sikat kawat (wire groover)
Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk membuat tekstur permukaan
perkerasan beton. Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak
boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2
cm dari sumbu ke sumbu, masing-masing baris terdiri dari beberapa ikatan
kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14
kawat. Letak ikatan kawat harus dipasang zigzag. Panjang kawat 10 cm dan
harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.

Gambar 3.15 Sikat Kawat

3.6 Material Konstruksi


60

Pada proyek Peningkatan Jalan Talang Buluh – Gandus di provinsi Sumatera


Selatan digunakan material yang di supply oleh pihak kontraktor yaitu PT. Rotari
Persada.

1. Tanah dasar (sub grade)


Tanah dasar ialah jalur tanah bagian dari jalan tanah yang terletak dibawah
pengerasan jalan. Kekuatan dan keawetan pengerasan jalan itu sangat
tergantung pada sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Oleh karena itu, maka
pada perencanaan pembuatan jalan baru harus diadakan pemeriksaan tanah
yang teliti ditempat-tempat yang akan dijadikan tanah dasar yang berfungsi
untuk mendukung pengerasan jalan. Lebih utama kalau diambil beberapa
contoh tanah dari tanah dasar itu dan dikirimkan ke laboratorium penyelidikan
tanah untuk diselidiki. Jenis- jenis tanah dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Tanah liat koloidal (colloid)


Bentuk butir-butir tanah liat koloidal itu bulat dan mempunyai permukaan
yang licin. Besar butir- butirnya kurang dari 1µ (µ dibaca mikron ;1 µ
=1/1000 mm). Butir-butirnya diselimuti oleh suatu selaput air. Gaya adhesi
tanah liat koloidal terhadap air itu besar sekali.
b. Tanah liat biasa (clay)
Bentuk butir-butir tanah liat biasa itu bulat dan mempunyai permukaan yang
licin.Besar butir-butirnya antara 1 µ dan 5 µ. Gaya Adhesi tanah liat biasa
terhadap air itu tidak seberapa besar.
c. Tanah lumpur (silt)
Bentuk butir-butir tanah lumpur itu bulat dan mempunyai permukaan yang
agak kasar. Besar butir-butirnya antara 5 µ dan 50 µ gaya adhesi tanah
lumpur terhadap air itu kecil sekali.
d. Pasir halus (fine sand)
Bentuk butir-butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut-sudut
kasar.Besar butir-butirnya antara 50 µ dan 200 µ. Tidak ada gaya adhesi
antara butir- butir pasir halus dan air.
e. Pasir kasar (coarse sand)
61

Bentuk butir-butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut-sudut
kasar dan tajam. Besar butir-butirnya antara 200 µ dan 2 mm. Tidak ada
gaya adhesi antar butir- butir pasir kasar dan air.
f. Kerikil (gravel)
Bentuk butir-butir kerikil itu bermacam-macam ada yang bulat, bulat telur
dan ada yang pipih. Besar butir-butirnya lebih dari 2 mm.

2. Agregat
Menurut Murdock dan K.M. Brook (1999), agregat dapat berupa kerikil, batu
pecah, sisa-sisa bahan mentah bahan, agregat ringan buatan, pasir atau bahan
sejenis lainnya. Sifat yang paling penting dari suatu agregat adalah kekuatan
hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya
dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang
mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin
dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.
Menurut Neville (1995), untuk beton kekuatan normal ukuran maksimum yang
optimal biasanya antara 20 mm hingga 40 mm, sedangkan untuk beton
berkekuatan tinggi biasanya berukuran yang paling baik adalah 10 mm.
Pengelompokkan agregat dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Pengelompokan agregat berdasarkan ukuran butiran nominal yaitu
pengelompokan yang dibedakan dengan suatu ukuran agregat itu yang
terdiri dari agregat halus dengan ukuran butiran lebih halus dari saringan
No. 8 (2,36 mm) dan agregat kasar dengan ukuran butiran lebih besar dari
saringan No.8 (2,36 mm). Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan
tekan beton. Untuk perbandingan bahan-bahan tertentu, kekuatan tekan
beton berkurang bila ukuran maksimum bertambah besar, dan juga akan
menambah kesulitan dalam pengeraan.
b. Pengelompokan agregat berdasarkan bentuk yaitu pengelompokan yang
dilihat dari bentuk suatu agregat, adapun bentuk-bentuknya yaitu agregat
bulat, agregat tidak teratur, agregat bersudut, agregat panjang, agregat
pipih, dan agregat pipih panjang. Bentuk agregat di pengaruhi oleh
beberapa faktor. Secara alami bentuk agregat dipengaruhi oleh proses
62

geologi batuan. Bentuk butiran yang bulat akan menghasilkan campuran


beton yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih.
c. Pengelompokan agregat berdasarkan berat volume beton yaitu suatu
agregat yang berbeda akan suatu volume berat agregat itu sendiri yang
terdiri dari agregat ringan dengan berat jenis rata-ratanya adalah kurang
dari 1.800 kg/m³, agregat normal 2.5 – 2.7 kg/m³ dan agregat berat dengan
berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m³.
d. Pengelompokan agregat berdasarkan gradasi yaitu agregat yang dibedakan
berdasarkan pengelompokan distribusi dari ukuran suatu agregat. Adapun
jenis-jenisnya yaitu gradasi seragam, gradasi menerus dan gradasi sela .
e. Pengelompokan agregat berdasarkan tekstur permukaan yaitu
dikelompokan berdasarkan suatu bentuk permukaan agregat. Macam-
macamnya dapat dibedakan yaitu agregat licin, berbutir kasar, kristalin dan
berbentuk sarang lebah. Ukuran susunan agregat tergantung dari kekerasan,
ukuran molekul, tekstur batuan dan besarnya gaya yang bekerja pada
permukaan butiran.
− Agregat kelas B
Pada penggunaannya agregat base kelas B digunakan sebagai Lapisan
Pondasi Bawah (LPB) untuk pekerjaan pekerasaan flexible. Pada proyek
Peningkatan Jalan Talang Buluh – Gandus, agregat base kelas B
digunakan sebagai untuk Lapisan Pondasi Bawah (LPB) dan agregat
base kelas B digunakan sebagai bahan campuran beton untuk
perkerasaan kaku.
Sirtu adalah salah satu bahan bangunan berupa agregat kasar yang biasa
digunakan sebagai bahan utama dalam pekerjaan lapis pondasi agregat
B. Sirtu harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
1. Mempunyai butiran yang keras dan tidak berpori.
2. Lumpur tidak boleh melebihi 1% dan tidak mengandung zat yang
merusak mutu jalan.
Tabel 3.2 Gradasi lapis pondasi agregat
Ukuran saringan Persen berat yang lolos, % lolos
63

ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas C


3" 75 100
2" 50 100 75-100
1½" 37,5 100 88 –100 60-90
1" 25,0 77 –100 70 – 85 45-78
3/8" 9,50 44 – 60 40 – 65 25-55
No.4 4,75 27 – 44 25 – 52 13-45
No.10 2,0 17 – 30 15 – 40 8-36
No.40 0,425 7 – 17 8 – 20 7-23
No.200 0,075 2–8 2-8 5-15
Sumber : Manual Konstruksi Bangunan No: 002 - 03 / BM I 2006
Tabel 3.3 Sifat-sifat lapis pondasi agregat
Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas C
Abrasi dari Agregat

Kasar (SNI 03-2417- mak. 40% mak. 40% mak. 40%

1990)
Indek Plastis (SNI-03-

1966-1990 dan mak. 6 mak. 6 4–9

SNI-03-1967-1990).
Hasil kali Indek

Plastisitas dengan % mak. 25 -- --

Lolos Saringan No.200


Batas Cair (SNI 03-
mak. 25 mak. 25 mak. 35
1967-1990)
Gumpalan Lempung dan

Butir-Butir Mudah
0% mak. 1% mak. 1%
Pecah dalam Agregat

(SNI- 03-4141-1996)
CBR (SNI 03-1744-
min. 90% min. 65 % min. 35%
1989)
64

Perbandingan persen
mak. 2/3 mak. 2/3 mak. 2/3
lolos #200 dan #40
Sumber : Manual Konstruksi Bangunan No: 002 - 03 / BM I 2006

Gambar.3.16 Agregat B
3. Semen
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air
mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu
kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang
dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur
(CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit
(MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940).
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan
menjadi pasta. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar
yang jika digabung dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar
yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (concrete).
Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu
massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat.
Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena
fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting.
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan
rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.
4. Air
65

Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan atau penggunaan-


penggunaan tertentu lainnya harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang
merugikan seperti minyak, garam, asam, alkali, gula atau bahan-bahan
organik. Air harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi persyaratan
AASHTO T 26. Air yang diketahui dapat diminum dapat dipakai dengan
tanpa pengujian.
5. Bahan Tambah (Additive)
Penggunaan plastisator, bahan-bahan tambah untuk mengurangi air atau bahan
tambah lainnya, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu.Jika digunakan,
bahan yang bersangkutan harus memenuhi AASHTO M 154 atau M
194.Bahan tambahan yang bersifat mempercepat dan yang mengandung
Calcium Chlorida tidak boleh digunakan.
6. Membran Kedap Air
Lembar kedap air adalah bahan konstruksi yang digunakan untuk menguatkan
pondasi bawah atau lantai jalan. Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri
dari lembaran plastik yang kedap setebal 125 mikron. Air tidak boleh
tergenang di atas membran, dan membran harus kedap air sepenuhnya waktu
beton dicor. Lapisan bawah yang kedap air tidak boleh digunakan di bawah
perkerasan jalan beton bertulang yang menerus. Lembar kedap air ini
mempunyai fungsi sebagai pemisah, yaitu menghalangi air masuk kedalam
lapisan pondasi bawah yang mengakibatkan lemahnya daya dukung lapis
pondasi bawah.
7. Beton
Beton adalah suatu campuran antara semen, air, dan agregat yang
menyebabkan terjadinya suatu hubungan erat antara bahan–bahan tersebut.
Air, semen, dan agregat bereaksi secara kimiawi kemudian mengikat butiran–
butiran agregat menjadi satu.
Apabila didesain dan dikerjakan dengan baik, perkerasan ini dapat berumur
panjang dengan biaya pemeliharaan yang relatif rendah. Beton seperti halnya
material lainnya akan menyusut bila temperaturnya naik – turun, beton akan
mengembang bila basah dan menyusut bila kering. Sama seperti kayu, beton
66

akan mengerut segera setelah dihamparkan, yaitu pada saat adukannya


mengeras dan semuanya terhidrasi. Apabila dibuat dengan agregat tertentu,
volumenya akan meningkat sesuai dengan umurnya. Pada proyek perkerasan
rigid ini mutu beton menggunakan kuat tekan (K) 300 kg / cm².

Anda mungkin juga menyukai