DI SUSUN OLEH:
FITRIANI
NIM 836133839
POKJAR WAY TUBA
Judul Penelitian :Perkembangan Nilai Agama Dan Moral Pada Anak Usia
Dini Melalui Kegiatan Mengenal Huruf Hijaiyah Melalui
Kartu Huruf Hijaiyah
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Analisis Penelitian Pengembangan
Keegiatan Anak Udia Dini Di Taman Penitipan Anak(TPA) Rumah Balita Ceria
Kabupaten Way Kanan. penelitian di taman penitipan anak (TPA) merupakan
rangkaian tugas dalam mata kuliah analisis kegiatan pengembangan pendidikan
anak usia dini (PAUD 4504)di program studi PGPAUD di Universitas Terbuka
Pokjar Way Tuba yang harus penulis selesaikan. bersama ini, penulis juga
amenyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
FITRIANI
836133839
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visi :
Menjadi Taman Penitipan Anak terbaik, terpercaya, dan berkwalitas baikdalam
mengasuh, mengajar dan mendidikgenerasi anak yang sehat, cerdas, berakhlak
mulia, berbudi pekerti luhur,mandiri, kreatif, disiplin dan unggul dalam
pemguasaan IPTEK dan IMTAQ.
Misi:
1. Merawat dan mengasuh anak dengan penuhkasih sayang.
2. Merangsang tumbuh kembang anak sesuai dengan tahapan tumbuh
kembangnya.
3. Membiasakan anak hidup mandiri
4. Mengoptimalkan kecerdasan dan kreativitas anak dalam masa golden age.
5. Membiasakan anak untuk mengenal islam sejak dini melaui penanaman
aqidah serta pembiasaan ibadah.
1
PAUD dan membuat inovasi-inovasi slah satu mata kuliah yang harus di tempuh
mahasiswa adalah analisis pengembangan anak usia dini. dalam memenuhi tgas-
tugas mata kuliah tersebut maka di lakukan analisis dan penelitian di TPA Rumah
Balita Ceria kampung pisang baru dengan mengumpulkan data mengenai
kegiatan-kegiatan anak yang dianggap perlu di teliti lbih lanjut untuk selanjutnya
di analisis secara kritis. terpenuhinya anak di bidang pendidikan dan pengasuhan
serta kesejahteraan social sehingga tumbuh dan berkembang kecerdasannya secara
optimal.
B. Fokus Penelitian
Setelah dilakukan observasi di salah satu ruang kelas Taman Penitipan Anak
(TPA) Rumah Balita Ceria maka penelitian di fokuskan pada salah satu kegiatan
anak yaitu kegiatan “mengenal huruf hijaiyah melalui kartu huruf hijaiyah”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. mengetahui alasan pendidik memilih kegiatan mengenal huruf hijaiyah
melalui kartu huruf hijaiyah
2. mengumpulkan data mengenai tujuan pendidik melakukan kegiatan
tersebut.
3. membuat analisis kritis
D. Manfaat Penelitian
1. memeberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di Taman
Penitipan Anak Rumah Balita Ceria.
2. melatih mahasiswa melakukan tindakan kelas
3. mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu
kegiatan anak di TPA rumah balita ceria tersebut.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Unreflective
Istilah unreflective, menurut john ecol (1995) dapat di maknai sebagai tidak
mendalam, tidak/kurang dapat memikirkan secara mendalam, atau anak tidak
dapat merenungkannya. artinya, slah satu sifat anak dalam memahami
pengetahuan yang berkaitan dengan hal abstrak, seperti pengetahuan/ajaran
keagamaan, tidak merupakan hal yang harus di perdulikan dengan serius.kalaupun
mereka belajar dan mengerjakannya, itu mereka lakukan dengan sikap dan sifat
dasar kekanak-kanakannya. secara nyat, kita dapat menemukan bahwa hakikat
pemahaman dan kemmapuan anak dalam mempelajarinilai-nilai agama sering
menampilkan suatu hal yang tidak serius (seperti layaknya orang dewasa),
bercanda, main-main, dan asla mengikuti apapun yang di perintahkan kepadanya.
mislanya, ketika anak di minta gurunya beribadah bersama dengan tertib, hal itu
sangat manusiawi jika ada diantara mereka yang mengerjakannya dengan
bercanda, main-main dan kurang serius. ketika anak belajar mengucapkan haflan
doa dan sebagainya, kita dapat mendengarkan kemampuan vokalnya yang kurang
maksimal. terkadag masih cadel, pelo, dan kurang sempurna bila di bandimgkan
orang dewasa. Hal itu seyogianya jangan kita jadikan sebagai masalah ketidak
brhasilan suatu kompetensi belajar, namun, harus dijadikan sebagai hal yng
objektif.
2. Egocentris
Sifat yang kedua ini memiliki makna lebih mementingkan kemauan dirinya
sendiri dalam segala hal. tidak peduli dengan urusan orang lain dan lebih terfokus
pada hal-hal yang menguntugkan dirinya. Demikian pula dengan sifat anak pada
saat mempelajari nilai-nilai agama. sering kita temukan dalam kehidapan anak
yang sesungguhnya, mereka terkadang belum mampu bersikap dan bertindak
dengan konsisten. terkadang suatu ketika kita melihat anak begitu rajin mau
3
mengerjakan kegiatan ritual keagamaan, sepert membacakitan suci, belajar
sembahyang, dan pergi ketempat ibadah. Namun, saat yang lain, kita pun tidak
jarang meemukan perilaku sebaliknya. Betapa pun kita telah berulang kali
mengingatkan dan menyuruh anak untuk melakukan kegiatan keagamaan, jika
dirinya sedang tidak mood, malas, dan lebih asyik bermain, semua perintah dan
anjuran kita pun tidak di perdulikannya.
3. Misunderstand
ketika kita membicarakan berbagai hal yang bersifat abstrak, seperti masalah-
maslah ajaran agama kepada orang dewasa, kita tidak dapat menjamin bahwa apa
yang kita maksud akan mampu di pahami 100% benar oleh orang dewasa
tersebut. setiap orang memiliki tingkat kecerdasan, daya tangkap, daya ingat dan
sebagainya. terkadang akan menjadi kesalah pahaman atau salah mengerti.
demikian pula sangat mungkin hal itu (misunderstand) akan muncul di
kalangan anak usia dini. seperti yang di ungkapan oleh system pendididkan
neohumanis dalam masalah spiritualitas, bagi anak kecil, segala-galanya itu hidup
dan menjadi sumber kekaguman (I Ketut, 1999:84). Sebagai contoh yang
mungkin dapat menambah pemahaman kita, berikut di sampaikan beberapa
ilustrasi kasus anak yang mengalami kesalahapahman dalam mempelajari ajaran
agama.
1. Ketika anak mendengar bahwa Allah itu maha besar, akan muncul
pemahaman yang keliru dari diri anak yang membayangkan bahwa tuhan itu
seperti raksasa.
2. ketika anak mndapat penjelasan bahwa Allah bersifat maha
pemberi/penyanyang, anak pun akan membayangkan bahwa dia bisa di beri
uang, kue, tau es krim langsung dari tuhan jika melakukan permohonan
melalui do’a.
3. ketika anak mendengar bahwa Allahh maha melihat, maka ia membayangkan
betapa besarnya mata tuhan itu.
Oleh karena itu, kita sebagai pendidik harus memiliki sifat jeli dan dewasa
sebagai syarat yang harus dimiliki sebagai pendidik. karena jika tidak demikian,
maka akan menmbulkan dampak negative bagi anak-anak didik kita.
4
4. Verbalis Dan Ritualis
Anak usia sekitar 3 sampai 6 tahun berada pada fase pengembangan kosa kata
yang sangat pesat.hal ini diungkapkan olaeh Elizabeth B.H (1997:188). menurut
dia seiap anak belajar berbicara dan mereka bebicara hamper tida ada putus-
putusnya. ketrampilan baru yang di peroleh menimbulkan rasa penting bagi
mereka.
Walaupun anak lebih menyukai berbicara dengan orang lain, tidak jarang pila
mereka juga berbicara dengan dirinya sendiri ketika bersama dengan mainan
mereka. Di perkirakan bahwa rata-rata anak yang berusia 3-4 tahun menggunakan
15.000 kata setiap hari atau dalam setahunnya menggunakan kata kira-kira 5,5
juta kata, dan smakin bertambah umur mereka, maka kata yang di ucapkan
bertambah banyak dan menggunakan kata-kata yang lebih berbeda.
Kondisi seerti itu dapat diguankan untuk penegmbangan nilai-nilai agama
anak dengan cara memeperkenalkan istilah, bacaan, dang ungkapan yang bersifat
agamis. Adapaun hal yang dpat kita ajarkan adlah berupa istilah dalam islam,
sholat, naik haji, infak, berjamaah, haflan doa, hafln surat-suat pendek, nama-
nama malaikat dan sebagainya.
Demikian pula hakikatna dengan usia anak prasekolah dalam melakukan
sesuatu. Berdasarkan keilmuan tentang bagaimana anak usia dini beljar, hal-hal
yang sangat perlu di perhatikan oleh pendidik dalam maslah ini:
1. anak membutuhakan latihan dan rutinitas
2. pengalaman langsung adalah hal yang kritis bagi anak (early childhood
education & development centre, 2003:14 dan 16).
5. Imitatif
Mengingat kemampuan anak dalam fase perkembangan masih berad pada fase
tahap dasar, biasanya anak banyak belajar dari apa yang mereka lihat dan saksikan
secara langsung. Merka banyak belajar dari apa yanga pernaj=h di lihat sebagai
sebuah pengalaman belajar. Salah satu hal yang perlu di perhatikan adalah kita
berkedudukan sebagai orang tua atau sosok yang dijasikan model yang di tiru, jadi
seharusnya, sosok pendidik mempersiapakan diri agar menjadi sosok manusia
yang memeberikan contoh terbaik yang akan mereka tiru. kita harus sadar bahwa
cintih pengucapan doa yang akan di ajarkan sekaligus ditiru oleh anak-anak. Ada
beberapa prinsip dasar yang snagat perlu di perhatikan dalam mengkaji tahapan
perkembangan nialai-nilai agama pad anak usia dini seperti berikut:
a. prinsip penekananan pada aktifitas anak sehari-hari
b. prinsip pentingnya keteladanan dari lingkungan dan orang tua/keluarga
anak.
c. prisnsip keseuaian dengan kurikulum spiral
5
d. prinsip developmentally appropriate practice (DAP)
e. prinsip psikologi perkembangan anak
f. prinsip monitoring yang rutin.
1. Aplikatif
Sifat yang pertama ini memiliki makna bahwa yang harus anak
dapatkan pada saat mereka mengikuti proses pembinaan dan
pengembangan nilai-nilai agama adalah materi pembelajaran terapan,
materi yang berkaitan dengan kegiatan rutin anak sehari-hari dan materi
yang memang sangat di butuhkan dapat dilakukan anak dalam
kehidupannya.
Ruang lingkupnya adalah mulai dari kegiatan anak bangun tidur
sampai merek akan tidur kembali. dapat di perinci lebih lanjut, seperti doa
bangun tidur, doa masuk dan kelua kamar mandi, dan sebagainya.
materi lain yang berkaitan dengan sifat aplikatif adalah konseptual pengetahuan
agama, meliputi aturan stelah bangun tidur, masuka dan keluar kamar mandi, dan
sebagainya.
2. Menyenangkan
Topic kegiatan inti dari pendekatan pemeblajaran yang sesuai dengan
tingkat perkembangan anak salah satunya adlah memberi kesempatan
kepad aanak untuk bermain dan belajar tentang kehidupan religious (Early
Chilhood Education & Development Centre, 2003:14)
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat kita pahami bahwa sifat-sifat
materi nilai-nilai agama yang harus di siapkan oleh pendidik adalah harus
bersifat menyenangkan bagi anak, membuat anak bahagia, dan menjadikan
anak mencintai dan menyukai aktivitasnya. Dunia anak adalah bermain,
ceria, dan suka bersenang-senang. Untuk itulah pada saat kita akan
menyajikan materi pembelajaran nilai-nilai agamapun seyogyanya di
persiapakan dengan memilih materi yang mampu mebuat anak senang,
menikmati, dan mau mengikuti dengan antusias materi materi yang di
ajarkan oleh guru.
Adapun ruang lingkup dari materi tersebut adalah materi pengembangan
nilai-nilai agama yang bersifat sejarah/cerita para malaikat, para nabi, para
sahabat nabi, dan sebagainya. Sosiodrama tentang kisah-kisah keagamaan, pesan-
6
pesan ajaran agama yang disajikan dengan bernyanyi/lagu, praktik-praktik dengan
bermain sebagai pengantaranya.
3. Mudah Ditiru
Kualitas dan kuantitas materi pembelajaran nila-nilai agama juga harus
menjadi salah satu pertimbangan pendidik agar materi yang di sajikan
dapat di lakukan/di prkatikkan sesuai dengan kemampuan anak.
Pilihlah dan tentukanlah materi pembelajaran nilai-nilai agama yang
sesuai dengan kemmapuan fisik anak dan karakter lahiian anak. hindari
penyajian materi pemeblajaran yang menyusahkan dan membuat anak
malas untuk mengikutinya.
ruang lingkup tentang hal tersebut dapat di berikan, seperti praktik peribadatan
yang ringan (sikap berdoa, sikap bersalaman, paktik wudhu, ikamah, gerkan salat,
gerakan sembahyang, dan sebagainya).
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
1. Identitas Sekolah
Nama Lembaga : TPA Rumah Balita Ceria
Alamat : Pisang Baru
Desa/Kelurahan : Pisang Baru
Kecamatan : Bumi agung
Kabupaten/Kota : Way Kanan
Provinsi : Lampung
2. Kelas
Subjek penelitian adalah kepala sekolah, pendidik, dan anak-anak TPA
Rumah Balita Ceria yang berjumlah
Kepala Sekolah :1
Pendidik :4
Siswa : 22 orang, laki laki 8, perempuan 14
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode interpretative yaitu menginterpresentasikan
data mengenai fenomena/gejala yang di teliti di lapangan.
C. Instrumen Penelitian
instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. observasi, yaitu untuk melihat fenomena yang unik/menarik untuk di
jadikan focus penelitian
b. wawancara, yaitu untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai
focus penelitian
c. dokumentasi, yaitu untuk mengumpulkan bukti-bukti dan penjelasan yang
lebih luas mengenai focus penelitian.
8
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Hasil Pengamatan
Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil penelitian di buat tabulasi
sebagai berikut.
9
2. Pendidik/ Pengasuh TPA Rumah Balita Ceria
Dengan aspek yang di teliti yaitu perkembangan Nilai Agama dan Moral
b. Data
Dari hasil wawancara dengan pendidik, bahwa kegiatan bmengenal
kartu huruf hijaiyah sangat di sukai anak-anak, karena lebih bervariasi
warna pada setiap hurufnya, dan ukuran gambarnya yang besar
memudahkan anak untuk mengenal dan mengingat bentuk-bentuk huruf
hijaiyah tersebut.
B. Analisis Kritis
Dari data tersebut dapat di simpulkan bahwa kegiatan bermain kartu huruf
dan membaca iqro dalam pengenalan huruf hijaiyah merupakan kegiatan yang
bermaksut mengembangkan berbagai kemamapuan yang dimiliki anak yang slah
satunya adalah mengembangkan Nilai Agama dan Moral anak.
Peter Kline Dalam Gordon D. (1999: 22) mengatakana belajar akan
menyenangkan jika di lakukan dalam kegiatan yang mnyenangkan.
menurut Bernard Van Leer Foundation, (2002: 13-15 ) menyatakan kaitan
hakikat belajar anak pada nilai-nilai keagamaan adalah seharusnya kita
memahami bahwa hal itu harus berorientasi pada fungsi taman pendidikan
taman kanak-kanak. kita ketahui bahwa fungsi pendididkan di taman
kanak-kanak adalah fungsi adaptasi, fungsi pengembangan, dan fungsi
pengembangan.
Melaui kegiatan pengenalan huruf hijaiyah dengan media kartu huruf
hijaiyah yang dilakukan di TPA Rumah Balita Ceria ini di harapkan
mampu mengemabangkan nilai agama pada anak, hal ini sesuai dengan
lampiran 2 standar isi paud. 38b_standar an bahan ajar paud nonformal
2007 yaitu indicator perkembangan anak usia 3-4 tahun dan 5-6 tahun.
serta pokok-pokok penegmbangan nilai-nilai keagamaan pada anak yang
tertuang dalam pelopor dunia internasional yaitu UNESCO melaui the
international commission on education for twenty first century
menyimpulkan bahwa pendidikan kita perlu berangkat dari 4 pilar yaitu:
a. learning to know ( belajar melalui mpengetahuan)
b. learning to do (belajar dari kegiatan)
c. learning to be (belajar untuk bisa menjadi)
d. learning to live together (belajar untuk bisa hidup bersama).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
dari tabulasi dan analisis dapat di simpulkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut:
1. TPA Rumsh Balita Ceria kampung pisang baru mempunyai program
unggulan yaitu mengembangkan niali agama dan morala pada anak
melalui berbagai kegiatan keagamaan.
2. pengmbangan kempampuan yang di miliki anak salah satunya di
kembangkan melaui kegiatan bermain kartu huruf hijaiyah dengan tujuan
pengenalan huruf hijaiyah yang lebih kreatif dan memancing minat anak.
3. tenaga pembimbng yang sesuai dengan bidangnya.
B. Saran-saran
1. dalam pengembangan kemampuan yang dimiliki anak melaui bermain
kartu huruf hijaiyah hendaknya menggunakan alat peraga lainnya
seperi puzzle atau balok.
DAFTAR PUSTAKA
HIDAYAT, Otib Satibi. materi pokok metode pengembangan moral dan nilai-
nilai agama; 1-12/ PAUD4102/4 SKS: universitaas terbuka.
lampiran 2 standar isi paud. 38b_standar an bahan ajar paud nonformal 2007