Lapsus 3 CT Scan Fix
Lapsus 3 CT Scan Fix
Disusun Oleh:
1) Annisa Mahfuyana (19002006)
2) Pratiwi Mutiara Zanisman (19002040)
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus ini disahkan oleh Pembimbing Praktik, guna memenuhi salah
satu syarat mata kuliah Praktik Kerja Lapangan 3 Program Studi Diploma III Teknik
Radiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Awal Bros Pekanbaru.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus tepat pada waktunya
kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) 3 Semester V Prodi DIII Radiologi STIKes
Awal Bros Pekanbaru, yang bertempat di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau.
bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
1. Ibu Dra. Wiwik Suryandartiwi A.MM selaku Ketua STIKes Awal Bros
Pekanbaru
Provinsi Riau.
ii
iii
Provinsi Riau.
Provinsi Riau
Riau.
kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, guna memperbaiki laporan kasus ini. Penulis juga berharap laporan kasus
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 3
A. Paparan Kasus
1. Profil Kasus ................................................................................................. 17
B. Prosedur Pemeriksaan
1. Persiapan Pasien .......................................................................................... 17
iv
v
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 23
B. Saran ................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman
Wilhelm Conrad Roentgen (Roentgen) pada tanggal 8 November 1895. Seorang
professor fisika dan rector Universitas Wuerzburg di Jerman dengan sungguh-
sungguh melakukan penelitian tabung sinar katoda. Sinar-X adalah pancaran dari
gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya
dan sinar ultraviolet, tetapi dengan gelombang yang sangat pendek sehingga dapat
menembus benda-benda. Sinar-X mempunyai sifat heterogen serta memiliki
panjang gelombang yang bervariasi dan tidak terlihat. perbedaan sinar-X dengan
sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang (Stanford
University, 2017).
Radiologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran atau ilmu pengobatan
yang menggunakan sinar-X, sumber suara, dan magnet untuk imaging pada
bidang diagnostic dan radioterapi. Pada awalnya frekuensi yang dipakai berbentuk
sinar-X (X-ray) namun kemajuan teknologi modern memakai pemindaian
(scanning) gelombang sangat tinggi (ultrasonic) seperti ultrasonografi (USG) dan
juga MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pada bidang diagnostic memanfaatkan
sinar-X untuk membantu menegakkan diagnose dalam bentuk foto (hasil
radiografi) yang bisa didokumentasikan. Diagnose dapat dilakukan apabila
gambaran radiografi yang dihasilkan dapat menggambarkan semua struktur dari
obyek yang akan didiagnosa serta memenuhi syarat pemeriksaan (Agustria,
2014).
Menurut Bontrager (2010), CT-Scan merupakan suatu modalitas imaging
diagnostic yang menggunakan gabungan dari sinar-x dan computer untuk
mendapatkan citra atau gambar berupa variasi irisan tubuh manusia. CT-Scan
dapat digunakan untuk mendiagnosa kelainan pada organ tubuh manusia mulai
dari kepala, leher, rongga dada, rongga perut, tulang belakang, dan anggota tubuh
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sinar-X
Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman
Wilhelm Conrad Roentgen (Roentgen) pada tanggal 8 November 1895. Seorang
professor fisika dan rector Universitas Wuerzburg di Jerman dengan sungguh-
sungguh melakukan penelitian tabung sinar katoda. Sinar-X adalah pancaran dari
gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya
dan sinar ultraviolet, tetapi dengan gelombang yang sangat pendek sehingga dapat
menembus benda-benda. Sinar-X mempunyai sifat heterogen serta memiliki
panjang gelombang yang bervariasi dan tidak terlihat. perbedaan sinar-X dengan
sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang (Stanford
University, 2017). Sinar-X memiliki panjang gelombang yaitu 1/10.000 cm
panjang gelombang cahaya, karena memiliki panjang gelombang yang pendek
maka sinar-x dapat menembus benda-benda. Panjang gelombang elektromagnetik
dinyatakan dalam satuan angstrom 1A= cm. (1/100.000.000cm) (Rasad, 2015).
B. Pengertian CT-Scan
Menurut Bontrager (2010), CT-Scan merupakan suatu modalitas imaging
diagnostik yang menggunakan gabungan dari sinar-X dan komputer untuk
mendapatkan citra atau gambar berupa variasi irisan tubuh manusia. CT-Scan
dapat digunakan untuk mendiagnosa kelainan pada organ tubuh mulai dari kepala,
leher, rongga dada, rongga perut, tulang belakang, dan anggota tubuh lainnya.
Computed Tomography (CT) adalah bentuk khusus dari tomografi dimana
komputer digunakan untuk membuat rekonstruksi matematika dari pesawat
tomografi atau slice (Thayalan,2014).
C. Prinsip Kerja CT-Scan
Ketika sinar-X melewati pasien, sinar-X mengalami perlemahan dan
selanjutnya diukur oleh detektor. Detektor mengkonversi foton sinar-X menjadi
sinyal elektrik atau sinyal analog yang harus menjadi data digital (numeric) untuk
4
5
Abdomen adalah suatu rongga yang dilapisi oleh lapisan peritoneum baik
organ maupun dindingnya. Lapisan peritoneum yang melapisi rongga abdomen
disebut peritoneum parietal dan yang melapisi semua organ dalam abdomen
disebut peritoneum visceral (Choirul, 2016). Adapun organ-organ yang terdapat
dalam rongga abdomen digolongkan sebagai berikut:
1. Organ Tractus Digestivus,
2. Organ Tractus Urinarius,
3. Organ Genital,
4. Organ penting lainnya yang memiliki fungsi khusus.
a. Gaster (Lambung)
8
b. Usus Halus
Intestinal minor adalah bagian dari system pencernaan makanan yang
berpangkal pada pylorus serta berakhir pada seikum dan panjangnya 6 meter,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi
hasil pencernaan (Choirul, 2016). Usus halus terdiri dari:
1) Duodenum
Panjang 25 cm berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri dan pada
lengkungan ini terdapat pancreas,
2) Jejunum & Ileum
Panjang 6 meter, 2/5 bagian atas jejunum dengan panjang 2-3 meter
dan 3/5 nya adalah ileum dengan panjang 4-5 meter. Ujung bawah ileum
berhubungan dengan seikum dengan perantara lubang yang bernama
orifisium ileoseikalis (Choirul, 2016).
9
c. Usus Besar
Usus besar mempunyai panjang 1,5 meter dan lebar 5-6 cm. Usus besar
terdiri dari:
1) Sekum
Dibawah seikum terdapat appendiks vemivormis yang berbentuk
seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing dengan panjang 6 cm.
(Choirul, 2016).
2) Colon Asenden
Panjangnya 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur
ke atas dari osteum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri,
lengkungan ini disebut fleksura hepatica dilanjutkan sebagai kolon
transversum. (Choirul, 2016).
3) Appendix
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum
dan mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan
dilewati oleh beberapa isi usus. Appendiks tergantung menyilang pada
linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di
belakang seikum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi radang
appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan
perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen. (Choirul, 2016).
4) Colon Transversum
10
1) Pancreas
Pancreas merupakan sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip
dengan kelenjar ludah, panjangnya 15 cm, lebar 15 cm mulai dari duodenum
sampai ke limpa dan beratnya 60-90 gram. Terbentang dari vertebra lumbal I
dan II di belakang lambung. Pancreas terdiri dari tiga bagian yaitu, kepala
pancreas, badan pancreas, dan ekor pancreas (Choirul, 2016).
2) Hati
Hati terletak pada bagian atas dalam rongga abdomen, disebelah kanan
bawah diafragma dan beratnya 1,5 kg. Hati terbagi atas dua lapisan, yaitu
permukaan atas berbentuk cembung terletak dibawah diafragma dan
permukaan bawah tidak rata serta memperlihatkan fisura transversus
(Choirul, 2016). Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu, arteri
hepatica dan vena porta. Arteri hepatica merupakan cabang dari arteri
coeliaka yang merupakan cabang aorta abdominalis bagian atas dan 20%
darah menuju hepar melalui arteri ini. Vena porta membawa darah dari
lambung, usus, limpa, dan pancreas secara langsung untuk hepar; 80% darah
untuk hepar melalui vena ini (Choirul, 2016)
3) Kelenjar Empedu
12
a. Ginjal
Ginjal terletak dibagian belakang dari cavum abdominalis dibelakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III dan melekat pada dinding
belakang abdomen. Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada dua yaitu
kiri dan kanan. Pada keadaan normal, letak ginjal kiri lebih tinggi dari ginjal
kanan (Choirul, 2016).
b. Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipih, masing-masing bersambung dari
ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) dengan panjang 25-30 cm,
penampang 0,5 cm. Letak ureter sebagian didalam rongga abdomen dan
sebagian terletak di rongga pelvis (Choirul, 2016).
c. Vesika Urinaria
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simphisis pubis dalam rongga panggul. Bentuknya seperti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum
vesica umbilicalis medius (Choirul, 2016).
13
d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
dan berfungsi untuk menyalurkan air kemih keluar (Choirul, 2016).
G. Patologi
1) Diare
Disebabkan beberapa factor antaranya: keracunan makanan (kontaminasi
bakteri), alergi makanan, atau makan saat tidak tepat,
2) Konstipasi
Konstipasi (sembelit) apabila frekuensi BAB tiba-tiba lebih jarang atau
lebih sulit dari biasanya.
3) GERD
(Gastroesophageal Reflux Disease) adalah penyakit pada sistem
pencernaan ditandai dengan naiknya asam lambung menuju kerongkongan.
4) Gastroenteritis
Merupakan penyakit infeksi pada sistem pencernaan yang menyerang
lambung dan usus.
5) Keracunan makanan
Disebabkan oleh efek racun yang dihasilkan oleh berbagai mikroba
tersebut terhadap saluran pencernaan.
6) Penyakit Kantong Empedu
Peradangan, infeksi, penyumbatan, serta pembentukan batu empedu.
7) Liver
Berfungsi untuk mencerna makanan dan membersihkan tubuh dari zat
beracun.
8) Appendicitis
Radang usus buntu adalah peradangan pada appendiks alias usus buntu,
disebabkan karena tersumbat oleh tinja, benda asing, kanker atau infeksi.
9) Gangguan usus
Infeksi atau peradangan pada usus berawal dari pembentukan luka atau
jaringan pada lapisan dalam usus.
14
10) Hemoroid
Ambeien/wasir adalah peradangan dan pembengkakan pada pembuluh
darah disekitar anus.
11) Pankreatitis
Peradangan pada pancreas, organ penghasil hormone pencernaan dan
insulin.
H. Indikasi Pemeriksaan
1. Gastrointestinal
Diare, konstipasi, nyeri perut, mual, muntah, anoreksia, kecurigaan alergi
atau keracunan makanan.
2. Hepatologi
Icterus, massa abdomen, hepatomegaly, splenomegaly, ascites, spider
naevi.
3. Urologi
Retensi urin, oliguria, hematuria, dysuria, pyuria, kolik renal.
4. Genital dan reproduksi
Dismenorea, leucorrhea, massa region genital.
5. Trauma
Trauma tembus abdomen, trauma tumpul abdomen.
I. Prosedur Pemeriksaan
1. Tujuan
Untuk mengetahui gangguan penyakit pada organ abdomen seperti untuk
mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak jelas. Sensitifitas dan
spesifisitasnya kira-kira 95-98%.
2. Persiapan Pasien
a) Pasien berpuasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan dimulai,
b) Pasien memberikan keterangan tentang riwayat alergi dan kemungkinan
ada kelainan ginjal,
c) Pasien mendapatkan penjelasan mengenai jalannya pemeriksaan,
d) Pasien menandatangani informed concent
15
e) Pasien terlebih dahulu mengganti pakaian dengan baju pasien yang telah
disediakan dan melepas benda yang mengandung logam yang berada
disekitar tubuh sebelum melakukan pemeriksaan.
3. Persiapan Alat dan Bahan
a) Pesawat CT-Scan,
b) Console computer
c) Selimut
d) Alat-alat fiksasi
J. Teknik Pemeriksaan
a) Tujuan
Untuk mengetahui gangguan penyakit pada organ abdomen,
b) Posisi pasien
Supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kaki kearah gantry, kedua
tangan diatas kepala
c) Posisi Obyek
Mid Sagital Plane (MSP) diatur sejajar dengan lampu indicator
longitudinal dan Mid Coronal Plane (MCP) diatur sejajar dengan lampu
indicator horizontal,
d) Central Point
Processus Xypoideus,
e) Teknik Scanning
a. Posisikan pasien terlentang diatas meja pemeriksaan dengan posisi kaki
terlebih dahulu masuk kedalam gantry (feet first).
b. Letakkan tangan pasien di samping kepala.
c. Berikan selimut
d. Masukkan pasien kedalam gantry dengan menekan tombol masuk.
e. Atur mid line tubuh agar segaris dengan sinar infra merah. Procecus
xhypoid sebagai batas atasnya, kemudian matikan sinar infra merahnya.
f. Lakukan pengisian registrasi data pasien dengan cara klik Examination,
klik Patient, klik Register. Kemudian akan muncul kotak patient
16
A. Paparan Kasus
1. Profil Kasus
Pada hari Rabu tanggal 29 Desember 2021, pasien atas nama NS umur 48
tahun datang ke Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad untuk melakukan
pemeriksaan CT-Scan Abdomen dengan indikasi Appendisitis.
Nama : Ny. NS
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 48 tahun
No. RM : 0104xxxx
Tanggal Masuk : 29/12/2021
Diagnosa : Appendisitis
B. Prosedur Pemeriksaan
1. Persiapan Pasien
Persiapan yang harus dilakukan pasien pada saat akan melakukan
pemeriksaan CT-Scan Abdomen yaitu: Pasien harus melepaskan benda-benda
yang dapat mengganggu radiograf.
2. Persiapan alat dan bahan
a) Pesawat CT-Scan
1) Merk : Siemens
2) Type : Somatom Difinition
17
18
sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tepat dan sejajar dengan lampu indikator.
Kedua tangan diatur fleksi diatas kepala dan difiksasi, kedua kaki diatur lurus.
4. Scan Parameter
a) Scanogram Abdomen
b) Slice 15 mm
c) Pitch 0,8
d) FOV 355 mm
e) Kv 120
5. Proses Scanning
a) Posisikan pasien terlentang diatas meja pemeriksaan dengan posisi kaki
terlebih dahulu masuk kedalam gantry (feet first). Letakkan tangan pasien
di samping kepala dan Berikan selimut.
b) Masukkan pasien kedalam gantry dengan menekan tombol masuk.
c) Atur mid line tubuh agar segaris dengan sinar infra merah. Procecus
xhypoid sebagai batas atasnya, kemudian matikan sinar infra merahnya.
d) Lakukan pengisian registrasi data pasien dengan cara klik Examination,
klik Patient, klik Register. Kemudian akan muncul kotak patient
registration, karena rumah sakit sudah menggunakan sistem PACS
(Picture Archiving and Comunication System), maka data pasien otomatis
sudah terisi pada monitor,
e) Setelah data-data pasien dan study terisi, klik tombol Exam. Kemudian
akan muncul kotak patient model dialog. Pilih kategori pasien.
f) Pilih protokol yang akan digunakan dengan cara klik gambaran
anatomi Abdomen, klik protocol yang sesuai dengan pemeriksaan.
g) Pilih parameter Abdomen Routine.
h) Pilih posisi pasien dengan klik icon feet first supine, lalu klik Ok.
20
b) Sagittal
c) Coronal
C. Pembahasan
Berdasarkan kasus yang penulis ambil sebagai sampel di Instalasi Radiologi
RSUD Arifin Achmad tentang penatalaksanaan pemeriksaan ct- scan abdome
pada kasus Appendisitis, hasil laporan yang diperoleh adalah teknik pemeriksaan
CT-Scan Abdomen Pada Kasus Kanker Appendisitis di Instalasi Radiologi RSUD
Arifin Achmad dilakukan sesuai dengan diagnosa dan permintaan dokter.
Pemeriksaan CT-Scan Abdomen Pada Kasus Appendisitis, pasien
diposisikan tidur terlentang/supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kaki
dekat dengan gantry (feet first supine), posisi pasien diatur sehingga Mid Sagital
Plane (MSP) tepat dan sejajar dengan lampu indikator. Kedua tangan diatur fleksi
diatas kepala dan kedua kaki diatur lurus.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh isi laopran kasus ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik
pemeriksaan Ct-Scan Abdomen pada kasus Appendisitis di Instalasi Radiologi
RSUD Arifin Achmad menggunakan protocol Abdomen dengan posisi pasien
supine (Feet First). Untuk window yang digunakan adalah window Abdomen.
B. Saran
Sebelum melakukan pemeriksaan, radiografer sebaiknya memberitahu
prosedur pemeriksaan dan meminta pasien untuk melepaskan benda-benda yang
dapat mengganggu hasil radiograf.
Pada saat pembuatan laporan kasus penulis menyadari bahwa masih terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
keritik dan saran yang membangun dari pembaca.
23
DAFTAR PUSTAKA