Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatdan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudulPemakaian
Kata Perangkai. Terimakasih kami ucapkan kepada dosen yang telah membantu kami
secaramoral maupun materi. Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-
temanseperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaiaka
tugasini tepat waktu. Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh
dari katasempurna baik bagi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembacaguna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan bisa bermanfaat untuk
parapembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2
A. Pemakaian Kata “dari”.....................................................................................2
B. Pemakaian Kata “pada”....................................................................................4
C. Pemakaian Kata “daripada”.............................................................................4
D. Pemakaian Kata “kepada”................................................................................5
E. Pemakaian Kata “di”.........................................................................................5
F. Pemakaian Kata “ke”........................................................................................5
G. Pemakaian Kata “dan dan dengan”.................................................................7
H. Pemakaian Kata “karena”.................................................................................8
I. Pemakaian Kata “agar dan supaya”................................................................8
J. Pemakaian Kata “untuk”..................................................................................8
K. Pemakaian Kata “tidak dan bukan”.................................................................9
L. Pemakaian Kata “antar dan antara”...............................................................10
M. Pemakaian Kata “kami dan kita”...................................................................11
N. Pemakaian Kata “suatu dan sesuatu”............................................................12
BAB III PENUTUP..................................................................................................14
A. Simpulan..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa terdiri atas beberapa gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan
kalimat. Katamerupakan tataran terendah dan kalimat merupakan tataran tertinggi.
Ketika ingin menulis,kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan.
Oleh karena itu, sejumlah katadalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik,
agar ide dan pesan seseorang dapatmudah dimengerti. Kurang cermat dalam
pemilihan kata, dapat berakibat sebuah tulisankurang enak dibaca bahkan
menimbulkan kesalahan. Dan di makalah ini, kami akan membicarakan tentang kata
perangkai. Kata perangkaiadalah sekelompok kata yang berfungsi untuk
merangkaikan atau menghubungkan kata-kataatau bagian-bagian kalimat, ataupun
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dansekaligus menentukan jenis
hubungannya. Yang termasuk kata perangkai adalah kata depandan kata penghubung.
Keduanya merupakan bentuk terikat secara sintaksis.
B. Rumusan Masalah
1. Apas aja bentuk dari kata perangkai?
2. Bagaimana sebuah kata berfungsi?
C. Tujuan
Kata perangkai adalah sekelompok kata yang berfungsi untuk merangkaikan
atau menghubungkan kata kata atau bagian-bagian kalimat atau kalimat satu dengan
kalimat yang lain dan sekaligus menentukan jenis hubungan. Salah satu
yangtermasuk kata perangkai ini adalah kata depan. Kata depan sendiri artinya adalah
bentuk terkait secara sistematis. Dalam tulisan ini diharapkan pembaca dapat
memahami penerapan kata perangkai.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
a. Kebersihan seseorang tergantung dari usaha yang dilakukannya.
b. Berkembang tidaknya pengusaha kecil tergantung dari bantuan
pemerintah.
c. Baik atau tidaknya perilaku seseorang tergantung dari perhatian orang
tuanya.
6. Untuk menyatakan kekhususan atau pembatasan suatu masalah atau hal,
contoh :
a. Dia sedang bersedih dilihat dari ekspresi wajahnya.
b. Perbuatan orang itu sangat terpuji dari segi kemanusiaan.
c. Dari segi kedokteran, penyakitnya sulit disembuhkan.
d. d. Dari pihak istri tidak ada masalah.
7. Untuk menyatakan alasan. Dalam hal ini kata dari dapat bervariasi dengan
kata berdasarkan, contoh :
a. Dari keterangan beberapa orang saksi, dia memang tidak bersalah.
b. Puisi itu ditulis dari pengalamannya selama di penjara.
c. Dari catatannya dapat dikatakan bahwa anak itu memang ulet.
Uraian di atas merupakan keseluruhan fungsi kata perangkai “dari”. Akan tetapi
dalam kehidupan berbahasa sering kita jumpai pemakaian kata “dari” yang
menyimpang. Dalam hal ini kata “dari” menyatakan milik, contoh :
a. Anak dari Pak Lurah baru pulang dari Irian.
b. Ayah dari teman saya sedang dirawat di rumah sakit.
c. Kesimpulan dari diskusi itu sudah dirumuskan.
d. Para pelajar dari SMP II sedang mengadakan karya wisata.
Pemakaian kata dari dalam kalimat di atas merupakan pemakaian yang salah,
sebab dalam bahasa Indonesia kata yang menyatakan pemilik dapat berhubungan
langsung dengan sesuatu yang dimilikinya. Akan tetapi, kata dari yang menyatakan
milik dalam kalimat di bawah ini harus ada karena apabila dihilangkan akan
menimbulkan kerancuan makna kalimat, contoh :
3
a. Ayah dari ibu sudah sangat tua.
b. Adik dari Hasan baru kelas dua SD.
c. Ibu dari Bapak Kepala Sekolah sedang berpergian ke luar negeri.
Kata dari dalam kalimat di atas tidak dapat dihilangkan, karena akan
mengaburkan makna kalimat tersebut. Kata dari pada kalimat di atas untuk
memperjelas hubungan milik antarkata yang dihubungkan.
B. Pemakaian Kata “pada”
Untuk memahami pemakaian kata “pada” yang tepat dalam sebuah kontek
kalimat, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu fungsi kata “pada” dalam kalimat
bahasa Indonesia.
Ada empat fungsi kata “pada” dalam bahasa Indonesia, yaitu :
1. Sebagai pengantar keterangan tempat (penganti di) untuk orang atau binatang.
contoh : Gading hanya terdapat pada gajah.
2. Sebagai pengantar keterangan waktu, contoh : Pada hari Minggu yang lalu
kami sekeluarga pergi ke Garut.
3. Bersama-sama dengan kata ter tentu membentuk suatu ungkapan dengan arti
menurut, contoh : Pada hakekatnya manusia mempunyai kodrat yang sama.
4. Dipakai bersama dengan kata bergantung, yaitu artinya dengan tergantung
dari, contoh : Keberhasilan itu sangat bergantung pada keuletan kita sendiri
Dalam kehidupan berbahasa sehari-hari, kita sering menjumpai kalimat-kalimat
yang menggunakan kata “pada” yang tidak tepat. Pemakaian kata “pada” sering
bertukar tempat dengan kata depan di. Perhatikan contoh berikut ini: Pada dinding
tergantung sebuah lukisan.
C. Pemakaian Kata “daripada”
Kata “daripada" berasal dari kata “dari” dan “pada”, penulisannya harus
serangkai. Kata ini hanya memiliki satu fungsi, yaitu untuk menyatakan suatu
perbandingan. contoh : Kebenaran daripada kata-katanya masih diragukan.
Dalam kehidupan berbahasa sehari-hari, kita sering menemukan pemakaian
kata “daripada” yang menyimpang dari makna yang seharusnya. Kata ini digunakan
4
untuk mengamati kata “dari” yang menyatakan milik. Perhatikan kalimat-kalimat
berikut ini. Kita sering menemukan bentuk penyimpangan, yaitu :
1. Untuk menunjukkan bahwa sesuatu atau seseorang merupakan anggota dari
satu kelompok, contoh : Sebagian daripada utangnya telah dibayar.
2. Untuk menyatakan perbandingan yang menunjukkan tingkat yang sama,
contoh : Daripada Siti, Aminah sama pandainya.
3. Dipakai bersama-sama dengan kata tergantung, conoh : Semua itu tergantung
daripada sarana yang ada.
5
menjadi imbuhan dari kata lain sehingga penulisannya disambung. Jadi, kata ke- yang
berfungsi sebagai awalan maka penulisannya adalah disambung.
Contoh kata dengan awalan ke- dan akhiran -an sendiri beragam, bisa
mengambil contoh kata kebersamaan, kemampuan, keindahan, kecantikan, dan lain
sebagainya. Penulisannya sekali lagi disambung, dan berikut contoh dalam kalimat:
“Kemampuan bertahan hidup, sehingga ujian akan terasa mudah untuk dilalui”.
Kata ke- selain berfungsi sebagai imbuhan juga berfungsi sebagai kata depan
atau preposisi. Ketika kata ke- ini berfungsi sebagai kata depan maka otomatis
penulisannya adalah dipisah. Kata depan seperti ini masuk ke dalam kategori kata
dasar, sehingga penulisannya dipisah dengan kata di depannya. Misalnya kata ke
depan, ke belakang, ke Jakarta, ke Bandung, ke Singapura, dan lain sebagainya.
Sehingga cukup mengingat satu fungsi ini maka penulisan ke- yang benar dijamin
akan selalu bisa dilakukan. Sebab selain dengan fungsi sebagai penunjuk keterangan
tempat, maka penulisannya disambung.
Selain punya dua fungsi di atas, kata ke- juga memiliki fungsi lain yakni
sebagai penunjuk angka atau urutan. Sehingga akan sering dijumpai kata ke- yang
diikuti oleh angka dan bisa juga diikuti oleh urutan penomoran. Teknik atau aturan
penulisannya untuk fungsi ini kemudian dibagi menjadi dua.
Angka berupa huruf, kata ke- bisa diikuti oleh angka namun dalam bentuk
huruf. Ketika menjumpai penulisan seperti ini maka penulisan ke- yang benar adalah
dengan disambung. Misalnya kata kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Sehingga
menunjukan angka atau urutan namun ditulis dengan huruf, sehingga penulisan ke-
wajib disambung.
Berupa angka, sedangkan untuk kata ke- yang diikuti oleh angka Arab maka
penulisannya diikuti oleh tanda strip (-) baru kemudian dituliskan angkanya.
Contohnya adalah kata ke-7, ke-3, ke-10, dan lain sebagainya. Adapun contoh
penulisannya dalam kalimat adalah sebagai berikut:
1. Bapak Joko Widodo merupakan Presiden ke-7 di Indonesia.
2. Pada abad ke-14 ajaran Islam mulai masuk ke tanah air.
6
Namun, jika kata ke- diikuti oleh angka dengan huruf yang menjelaskan dua
hal, tiga hal, tiga tempat, dan sebagainya. Artinya angka yang ada di depan kata ke-
tersebut bukan urutan melainkan punya makna angka sesungguhnya. Maka
penulisanya adalah dipisah. Misalnya:
1. Kakak pergi ke dua tempat sekaligus hari ini.
2. Ayah berkunjung ke tiga rumah sakit dalam sepekan untuk menjalankan
tugasnya.
7
Kedua, makna ‘kealatan’. Makna itu terdapat pada ujaran yang menyatakan alat
yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Alat yang dimaksud dapat berupa benda
konkret dan abstrak. Perhatikan contoh berikut.: “Dia mandi dengan air hujan”.
Ketiga, makna ‘kesertaan’. Makna itu terdapat pada ujaran yang menyatakan
adanya benda yang menyertai pelaku. Penyerta pada umumnya benda tak bernyawa
sehingga tidak ikut aktif mengambil bagian dalam peristiwa. Perhatikan contoh
berikut: “Pencuri itu lari dengan barang curiannya”.
8
Pemakaian kata “untuk” dalam kedua kalimat di atas tidak tepat dan merupakan
penyimpangan. Oleh karena itu, kata “untuk” dalam kalimat di atas harus dihilangkan
sehingga kalimat itu menjadi efekif, contoh :
1. Untuk masalah itu, saya belum bisa berkomunikasi.
2. Saya masih harus banyak belajar untuk diri sendiri.
3. Dia sulit mencapai angka 7 untuk mata pelajaran IPS.
9
Mereka bukan orang Indonesia, dan sebagainya. Secara sederhana, contoh bisa dilihat
pada frasa berikut: bukan itu, bukan rumah saya, bukan kakak saya, bukan mobil ini,
bukan dia, dan sebagainya.
Sama halnya dengan kata bukan, kata tidak juga digunakan sebagai makna
penyangkalan atau pengingkaran. Akan tetapi, kata tidak digunakan untuk verba dan
adjektiva. Verba adalah kelas kata yang menandai proses, kejadian, atau lebih
sederhananya sering disebut sebagai kata kerja, seperti makan, minum, tidur, pulang,
pergi, duduk, dan mandi. Adjektiva atau lebih sering disebut kata sifat adalah kata-
kata yang bisa ditambah dengan kata lebih, cukup, atau sangat, seperti pintar, tinggi,
rendah, mahal, murah, panas, dan dingin. Verba dan adjektiva biasanya digunakan
sebagai predikat di dalam kalimat, misalnya: (1) Adik saya membeli buku, (2) Dia
sangat cantik, dan (3) Tas itu mahal. Kata membeli, frasa sangat cantik, dan mahal di
dalam kalimat-kalimat tersebut berfungsi sebagai predikat. Kalimat-kalimat tersebut
tidak memiliki makna ‘penyangkalan’ atau ‘pengingkaran’ karena tidak ada kata
tidak. Kata tidak digunakan sebelum verba atau adjektiva, seperti pada kalimat: (1)
Dia tidak belajar kemarin, (2) Mereka tidak membeli buku itu, (3) Kota Padang tidak
dingin, dan (4) Tas ini tidak mahal. Secara lebih sederhana, contoh bisa dilihat pada
frasa berikut: tidak makan, tidak tidur, tidak tinggi, tidak rendah, tidak murah, dan
tidak jauh.
10
M. Pemakaian Kata “kami dan kita”
Dalam ilmu Linguistik bahasa Indonesia, kedua kosakata tersebut memiliki
persamaan dan perbedaan. Persamaannya keduanya sebagai kata ganti orang pertama
jamak (the first person plural). Perbedaannya “kita” bersifat inklusif dan “kami”
bersifat ekslusif. Dengan demikian, kata “kita” melibatkan pendengar, pembaca atau
lawan bicara, sedangkan kata “kami” tidak.
Perbedaan mendasar adalah kata kami dan kita tentu saja adalah maknanya.
Kata kami sendiri mempunyai makna “aku dengan yang lain”. Sementara itu, kata
kita mempunyai makna “aku, kamu, dan juga yang lain.” Dalam ranah ilmu bahasa,
perbedaan makna pada kata kami dan kita lazim disebut dengan klusivitas. Istilah
klusivitas sendiri merupakan istilah untuk kata yang seolah bermakna sama, namun
ternyata berbeda, laiknya kami dan kita. Tak hanya kata kami dan kita, masih ada
beberapa kata lagi yang termasuk ke dalam kelompok klusivitas. Kata-kata tersebut
lazimnya ditemukan pada bahasa-bahasa yang tergolong dalam rumpun bahasa
Austronesia.
1. Contoh Kami dalam Kalimat
a. Kami sedang melakukan rapat untuk perayaan Hari Kemerdekaan tahun ini.
b. Kami telah melaporkan perbuatannya itu ke kantor polisi.
c. Kami tidak mengetahui keberadaannya saat ini.
d. Kami sudah menasihatinya beberapa kali, namun dia masih saja berbuat
seperti itu.
e. Kami hanya sekadar memberitahumu saja dan tidak memaksamu untuk
mempercayainya.
f. Mohon maaf, kami tidak bertanggung jawab atas perbuatan orang itu.
g. Maaf, kami tidak tahu menahu soal itu.
h. Kami akan menghubungimu segera, jika sudah mendapat informasi terbaru
tentang orang tuamu itu.
11
i. Telah kami serahkan permasalahan tersebut ke pihak yang bertanggung
jawab.
j. Kami berterima kasih atas bantuan Anda selama ini.
k. Kami meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan para penumpang
saat ini.
2. Contoh Kita dalam Kalimat
a. Kita selaku hamba-Nya hanya bisa bertawakal serta tetap terus berikhtiar.
b. Kita baru akan menyadari pentingnya suatu hal saat kita kehilangan hal
tersebut.
c. Marilah kita mulai kegiatan ini dengan berdoa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
d. Kita pasti akan menjadi juara, jika mampu berusaha dengan maksimal.
e. Daripada bingung, lebih baik kita tanyakan saja hal itu ke pak ustaz.
f. Marilah kita tutup kegiatan ini dengan mengucapkan syukkur kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
g. Semoga kegiatan yang kita jalani ini berjalan lancar dan bermanfaat untuk
sesama.
h. Mari kita sambut bintang tamu kita, Isyana Sarasvati!
i. Mari, kita kobarkan semangat perjuangan kita!
j. Sesaat lagi, kita akan mengetahui siapa yang akan menjadi pemenang di
kompetisi lawak tunggal tahun ini.
k. Kita pasti bisa membawa tim ini menjadi juara!
N. Pemakaian Kata “suatu dan sesuatu”
Suatu adalah numeralia yang memaknai ‘satu; hanya satu’, sedangkan sesuatu
merupakan pronomina yang berarti ‘kata untuk menyatakan barang atau hal yang
tidak tentu’.
Menurut Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2 (2007), perilaku sintaksis suatu
dan sesuatu tidaklah sama. Kata suatu langsung diikuti nomina, suatu hari contohnya.
Suatu sebaiknya tidak diletakkan pada akhir kalimat. Sebaliknya, sesuatu dapat
12
berposisi di akhir kalimat. Sesuatu pun bisa diikuti oleh kata lain dengan dijembatani
konjungtor yang. Contohnya adalah Ilham berfirasat orang itu sedang memikirkan
sesuatu yang ekstrem. Selain itu, sesuatu dapat juga ditutup dengan keterangan,
seperti Ilham berfirasat orang itu sedang memikirkan sesuatu di kamarnya.
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kreatifitas dalam memilih kata merupakan kunci utama bagi seorang pengarang
maupun untuk penulisan gagasan serta ungkapan. Penguasaan dalam mengolah kata
juga menjadi faktor penting untuk menghasilkan tulisan yang indah dan enak di baca.
sehingga makna dengan tepat pada setiap pilihan kata yang ingin disampaikan.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://ahmadfauzi-makalah-karyailmiyah.blogspot.com/2014/02/pemilihan-kata-
dalam-bahasa-indonesia.html
https://narabahasa.id/linguistik-umum/morfologi/suatu-sesuatu
https://dosenbahasa.com/perbedaan-kami-dan-kita-beserta-contohnya
https://ceritabahasa.co/2018/12/18/antara-dan-antar/
https://scientia.id/2020/09/06/pasangan-kata-bukan-dan-tidak-dalam-bahasa-
indonesia/
https://brainly.co.id/tugas/16625984
https://jagokata.com/arti-kata/karena.html#:~:text=%5Bkarena%5D%20Arti
%20karena%20di%20KBBI,arti%20dan%20definisi%20di%20jagokata.
https://jagokata.com/arti-kata/karena.html#:~:text=%5Bkarena%5D%20Arti
%20karena%20di%20KBBI,arti%20dan%20definisi%20di%20jagokata.
https://www.duniadosen.com/penggunaan-kata-dan/#Berkenalan_dengan_Kata_dan
https://www.duniadosen.com/penulisan-ke-yang-benar/#1_Sebagai_Awalan
15