Anda di halaman 1dari 4

PSIKOSOSIAL TEMU 10

Konsep Kehilangan, Kematian dan Berduka

Oleh:
Luh De Novitariani (203213205)

A-14A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
2021
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu
ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau
terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan (Hidayat, 2012). Dalam
Hidayat (2012), grieving (berduka) adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi
bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian. Saat sedang
berduka atau mendapatkan berita buruk, setiap orang akan mengalami 5 fase berduka yang terdiri
dari fase menyangkal, marah, tawar-menawar, depresi, dan menerima . Teori 5 fase berduka ini
pertama kali dikemukakan oleh seorang psikiater bernama Elisabeth Kubler-Ross. 5 fase berduka
yaitu:

1. Fase penyangkalan (Denial)


2. Fase Marah ( Anger)
3. Fase Tawar Menawar (Bargaining)
4. Fase Dipresi (Depression)
5. Fase Penerimaan (Acceptence)

Melakukan wawancara kepada Ibu Ketut yang baru saja kehilangan anaknya dikarenakan
kecelakaan pada saat akan berangkat kuliah. Disini perawat melakukan wawancara 5 fase
berduka kepada Ibu Ketut.

Perawat: Selamat pagi ibu, maaf menggangu waktunya

Ibu Ketut: Iya pagi sus

Perawat: Maaf sebelumnya ibu, kalau boleh tau ini dengan ibu siapa?

Ibu Ketut: Ketut sus, ada apa ya?

Perawat: Maaf sebelumnya ibu, kedatangan saya kemari ingin melakukan wawancara kepada
ibu tentang konsep berduka, dikarenakan sebelumnya saya dengar ibu kehilangan
orang yang ibu sayangi, apakah ibu bersedia saya wawancarai?

Ibu Ketut: Bersedia sus, tapi mungkin saya sedikit emosional saat menjawab

Perawat: baik ibu terimakasih, untuk waktunya apakah 15 menit apakah ibu bersedia?

Ibu Ketut: Bersedia Sus


Perawat: Baik ibu kalau begitu wawancara saya mulai ya

Ibu Ketut: Baik sus

Perawat: Pada saat ibu mendengar bahwa anak ibu meninggal dunia perasaan yang pertama kali
muncul bagaiman?

Ibu Ketut: Saya awalnya tidak percaya sus dengan apa yang terjadi sama anak saya, saya tiak
bisa menerima kenyataan jika anak saya sudah meninggal apalagi saya melihat keadaan
anak saya meninggal banyak bergelimang darah, saya sangat sedih sekali

Perawat: Apakah pada saat itu, ibu sempat merasakan marah dengan keadaan yang terjadi?

Ibu Ketut: Iya sus, saya sangat marah sampai melempar benda yang ada disamping saya dan
saya terus menangis. Saya sempat bertanya, kenapa harus saya yang mengalami hal seperti
ini, kenapa harus anak saya yang meninggal.

Perawat: Setelah perasaan marah itu apakah ibu sempat berbicara dengan dokter?

Ibu Ketut: Sempat sus, saya sempat memohon agar anak saya dapat hidup Kembali, saya bilang
ke dokter untuk melakukan apa saja agar anak saya dapat bernafas kembali.
Namun Dokter mengatakan meraka sudah melakukan yang terbaik untuk anak
saya tapi anak saya tidak bisa diselamatkan

Perawat: Setelah mendengar perkataan dokter seperti itu, Bagaimana persaan ibu?

Ibu ketut: Saya putus asa sus, saya menyerah dengan keadaan, saya sangat sedih karena
kepergian anak yang begitu saya sayangi. Rasanya saya ingin menyusul dia saja, saya
ingin mati rasanya pada saat itu.

Perawat: Apakah ibu mengalami kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas atau mungkin
ibu ada mengalami penurunan nafsu makan?

Ibu Ketut: Iya sus, Saya tidak mau makan dan saya juga tidak bekerja untuk beberapa hari
terakhir. Saya juga tidak ingin berbiacara kepada orang yang saya temui,
saya hanya ingin sendiri saja

Perawat: Setelah 1 Bulan Terakhir kepergian anak ibu, apakah ibu sudah mulai bisa
menerimanya?
Ibu Ketut: Iyaa sudah lumayan sus, tapi jika teringat saya masih sedih dan meangis, namun saya
sudah mulai melakukan aktivitas sehari-hari saya, dan mencoba menerima kenyataan
pahit ini. Saya berfikir jika saya larut dengan kesedihan ini saya tidak akan bisa hidup
dan pastinya anak saya pasti akan sedih melihat saya seperti ini.

Perawat: Baik ibu, Terimakasih banyak atas kesempatan wawancara yang ibu berikan, saya
harap kedepannya ibu lebih tegar dan semangat dalam menjalani hidup ya ibuk

Ibu Ketut: Baik sus,sama-sama

Perawat: Terimakasih juga ibu sudah kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang saya ajukan
ibu ya, kalau begitu saya permisi ke ruangan, Selamat beristirahat ibu, selamat
pagi

Ibu Ketut: Baik sus selamat pagi juga

Anda mungkin juga menyukai