Disusun Oleh :
Kelas AB/N1G, Kelompok 2
PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah pelayanan prima dan pengembangan diri yang
berjudul “PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK ATAU PEMERINTAH DAN
PERBEDAAN LAYANAN PEMERINTAH DAN SWASTA DAN ASPEK PENTING
KOMUNIKASI PELAYANAN PUBLIK” dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terima
kasih kepada ibu Susilowati, S.Sos, M.AB selaku pengampu mata kuliah Pelayanan
Prima dan Pengembangan Diri, dan pihak terkait yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
2. PEMBAHASAN TEORI…………….…………………………………………..….…6
3. PENUTUP……………………………………………………………………………27
Kesimpulan
Saran
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kualitas pelayanan kepada masyarakat ini menjadi salah satu indikator dari
keberhasilan sebuah institusi sebagai sebuah organisasi pelayanan. Jika berbicara
tentang pelayanan publik, maka kita akan dihadapkan pada posisi dan peran organisasi
publik/pemerintah dan organisasi swasta/perusahaan swasta. Organisasi
publik/pemerintah tentu berbeda dengan organisasi swasta/perusahaan swasta, dimana
organisasi swasta lebih berorientasi pada benefit profit (perolehan keuntungan)
sedangkan organisasi publik memiliki fungsi pemberian pelayanan kepada masyarakat.
Komunikasi dalam pelayanan publik sebagai jembatan dalam memulai suatu
hubungan serta berjalan dua arah sangatlah dibutuhkan dalam pelayanan publik.
Melayani dan dilayani merupakan salah satu bentuk proses interaksi dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini dapat terlihat dalam segala macam bentuk layanan publik atau
instansi seperti di pemerintahan, dimana peningkatan dan tuntutan masyarakat akan
pelayanan publik (public 3 service) yang efektif, efisien serta memuaskan dari pegawai
pemerintah sebagai pelayan publik semakin populer.
1.3. Tujuan
Tujuan yang diharapkan tercapai dalam makalah ini antara lain :
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
Menurut kamus Bahasa Indonesia, pelayanan memiliki tiga makna, (1) perihal
atau cara melayani; (2) usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh
imbalan (uang); (3) kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang
atau jasa (http://kamusbahasaindonesia.org/pelayanan). Pengertian pelayanan (service)
menurut American Marketing Association, seperti dikutip oleh Donald (1982:22)
bahwa pelayanan pada dasarnya adalah merupakan kegiatan atau manfaat yang
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada hakekatnya tidak berwujud
serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu, proses produksinya mungkin juga tidak
dikaitkan dengan suatu produk fisik.
Secara etimologis, pelayanan berasal dari kata layan yang berarti membantu
menyiapkan/mengurus apa-apa yang diperlukan seseorang, kemudian pelayanan dapat
diartikan sebagai: perihal/cara melayani; servis/jasa; sehubungan dengan jual beli
barang atau jasa (Poerwadarminta,1995:571). Dari uraian tersebut, maka pelayanan
dapat diartikan sebagai aktifitas yang diberikan untuk membantu, menyiapkan dan
mengurus baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak kepada pihak lain.
Dari beberapa pengertian pelayanan dan pelayanan publik yang telah diuraikan
diatas, dalam konteks pemerintah daerah, pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai
pemberi layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat dan atau organisasi
lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan
tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima
4
1. Fungsional
2. Terpusat
3. Terpadu
1) Terpadu Satu Atap
1. Prinsip Kesederhanaan
2. Prinsip Kejelasan
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan.
4. Prinsip Akurasi
5. Prinsip Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian
hukum.
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja, dan pendukung lainnya
yang memadai, termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan
informatika (telematika).
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
Pelaksana pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta
memberikan pelayanan dengan ikhlas.
c. Pelayanan Jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan oleh publik, seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, pos, dan
sebagainya.
2.4. Azas Penyelenggaraan Pelayanan Publik
a. Pelaksanaan pelayanan;
b. Pengelolaan pengaduan masyarakat;
c. Pengelolaan informasi;
d. Pengawasan internal;
e. Penyuluhan kepada masyarakat; dan
f. Pelayanan konsultasi.
h. Keterbukaan, yaitu setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan
memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan.
i. Akuntabilitas, yaitu proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, yaitu pemberian kemudahan
terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan.
k. Ketepatan waktu, yaitu penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat waktu
sesuai dengan standar pelayanan.
l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan, yaitu setiap jenis pelayanan dilakukan
secara cepat, mudah, dan terjangkau.
12. memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau melaksanakan
perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga
negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
3. memenuhi panggilan untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum
atas permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansi pemerintah
yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
Enam aspek tersebut masing-masing memiliki bobot yakni kebijakan pelayanan publik
30%, profesionalisme sumber daya manusia 18%, sarana dan prasarana 15%, sistem
informasi pelayanan publik 15%, mekanisme konsultasi dan pengaduan 15% serta
inovasi pelayanan publik 7%. Indikator penilaian diperoleh dari persilangan antara
aspek dan lima prinsip dalam melakukan evaluasi.
Pada aspek kebijakan pelayanan, penilaian akan melihat pada standar pelayanan,
maklumat pelayanan, dan survei kepuasan masyarakat. Komponen standar pelayanan
terdiri dari 14 komponen yakni persyaratan, sistem, mekanisme, dan prosedur, jangka
waktu pelayanan, biaya, produk pelayanan, penanganan pengaduan, saran, dan
masukan, dasar hukum, sarana prasarana, kompetensi pelaksana, pengawasan internal,
jumlah pelaksanaan, jaminan pelayanan, jaminan keamanan dan keselamatan
pelayanan dan evaluasi kinerja pelayanan.
Sementara untuk profesionalisme SDM, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain
kompetensi SDM, kesigapan petugas, aturan perilaku dan kode etik, penghargaan dan
sanksi, serta budaya pelayanan. Untuk sarana dan Prasarana melihat ketersediaan ruang
parkir, fasilitas ruang tunggu, fasilitas pengguna layanan berkebutuhan khusus dan
sarana penunjang lainnya. Sedangkan untuk Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP),
akan dilihat terkait pemanfaatan SIPP, pemilikan SIPP, dan pemutakhiran SIPP.
Untuk media konsultasi dan pengaduan yang memiliki bobot penilaian 15%, akan
dilihat dari kelengkapan media yang digunakan. Yang terakhir adalah inovasi
pelayanan publik. Kementerian PANRB juga menilai terobosan untuk menangani
permasalahan pelayanan publik. Indikator dan range nilai evaluasi pelayanan publik
13
menggunakan indeks pelayanan publik. Nilai indeks tertinggi akan mencapai 4,51 –
5,00 dengan kategori A dengan predikat pelayanan prima. Dengan mendapatkan
pelayanan prima dapat diartikan unit pelayanan publik sudah menerapkan seluruh
aspek. Sementara untuk yang masuk ke kategori D – F, akan mendapatkan prioritas
pembinaan.
Menurut Robbins dan Coulter didalam buku Ismail Solihin (2009 : 193), pengendalian,
pengawasan atau (controlling) merupakan proses monitoring terhadap berbagai
aktivitas yang dilakukan sumber daya organisasi untuk memastikan bahwa aktivitas
yang dilakukan tersebut akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan tindakan
koreksi dapat dilakukan untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi.
Maladministrasi merupakan perilaku atau perbuatan melawan hukum dan etika dalam
proses administrasi pelayanan publik. Maladministrasi ada berbagai macam seperti
penyimpangan prosedur, penyalahgunaan wewenang, termasuk kelalaian atau
pengabaian kewajiban hukum, tindakan diskriminatif, permintaan imbalan, dan
lainnya. Tidak hanya oleh Pemerintah, tindakan Maladministrasi bisa jadi juga
14
dilakukan oleh BUMN, BUMD, BHMN maupun badan swasta atau bahkan
perseorangan.
Jadi Pengawasan Ombudsman disini merupakan upaya bagaimana tindak lanjut atau
penegakkan hukum dari penyimpangan yang dilakukan oleh penyelenggaran pelayanan
publik.
2.8. Pengaduan
Istilah pengaduan dalam pelayanan publik merupakan kata atau tindakan yang bersifat
positif bahkan membangun. Dari definisi tersebut dapat kita pahami bahwa pengaduan
pelayanan publik yang disampaikan masyarakat kepada penyelenggara pelayanan
publik merupakan salah satu bentuk kontrol atau pengawasan yang dilakukan
masyarakat kepada penyelenggara pelayanan publik, karena dalam Pelayanan Publik
masyarakat merupakan salah satu dari tiga unsur pengawas eksternal yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Pengaduan
masyarakat juga berguna bagi pimpinan dalam organisasi penyelenggara pelayanan
publik untuk melakukan evaluasi terhadap bawahannya dalam melaksanakan standar
pelayanan publik.
Dalam pengelolaan pengaduan yang telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 76
Tahun 2013 tentang Pengelolaan Pengaduan, ada beberapa tahapan penting yang perlu
diketahui oleh penyelenggara Pelayanan Publik agar Tata Kelola Pengaduan dapat
15
berjalan secara efektif dan efisien, diantaranya yaitu: (1) Tersedianya sarana
penyampaian pengaduan, dapat melalui telepon, sms, WA, datang langsung, dsb; (2)
Adanya pejabat yang mengelola pengaduan; (3) Terdapat sistem mekanisme prosedur
pengaduan; (4) Terdapat jangka waktu penyelesaian pengaduan; (5) Menyusun laporan
secara berkala hasil pengelolaan pengaduan yang telah dilakukan sebagai bahan
evaluasi dan pertimbangan kebijakan peningkatan pelayanan publik.
Pada Tahun 2010, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) melalui
Direktorat Aparatur Negara telah melakukan kajian dengan judul Manajemen
Pengaduan Masyarakat dalam pelayanan Publik, dalam kesimpulannya, Bappenas
memberikan beberapa rekomendasi kepada penyelenggara pelayanan publik dalam
memperbaiki pengelolaan pengaduan masyarakat, diantaranya: (1) Memperbaiki
perencanaan penanganan pengaduan; (2) Memiliki Standar Operasional Prosedur
(SOP) penanganan Pengaduan yang jelas; (3) Mengembangkan sistem monitoring dan
evaluasi manajemen Pengaduan; (4) Peningkatan kualitas SDM Pengelola Pengaduan;
(4) Adanya sosialisasi manajemen pengaduan kepada seluruh Stakeholder (pegawai dan
masyarakat sebagai pengguna layanan). Beberapa rekomendasi Bappenas tersebut
setidaknya memberikan gambaran perbaikan yang bisa dilakukan oleh penyelenggara
pelayanan publik dalam pengelolaan pengaduan masyarakat.
Tujuan dibentuknya Hukum Pelayanan Publik sama dengan pembentukan hukum pada
umumnya yaitu untuk menciptakan kebaikan, menjamin keadilan dan ketertiban dalam
kehidupan bermasyarakat. Kebaikan yang diinginkan dalam hukum pelayanan publik
adalah Good Governance dan Clean Government.
Hukum pelayanan publik sebagaimana hukum pada umumnya juga dapat dijadikan
sebagai sebuah alat menciptakan tatanan masyarakat dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Roscoe Pound (1870-1964), pemikir mazhab hukum Anthro-
Sociological Jurisprudence pertama kali menyatakan bahwa hukum sebagai sarana
rekayasa sosial (law as a tool of social engineering). Dengan demikian Hukum
Pelayanan Publik adalah produk hukum yang ditetapkan pemerintah dan parlemen yang
memiliki kewenangan membentuk hukum agar penyelenggara pelayanan publik harus
tunduk terhadap aturan hukum pelayanan publik.
berisi nilai, persepsi, dan acuan perilaku penyelenggara dan pelaksana (ASN). Sanksi
yang diatur dalam UU ini bagi ASN tidaklah ringan, selain pidana, untuk pelanggaran
tertentu, penyelenggara dan pelaksana pelayanan publik dapat diberhentikan sebagai
ASN.
Terdapat banyak bentuk sanksi yang diatur dalam UU Pelayanan Publik, seperti
misalnya teguran tertulis, pembebasan dari jabatan, penurunan gaji, penurunan pangkat,
dan sebagainya. Tulisan ini hanya menjabarkan tentang Sanksi berupa pemberhentian
dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan pemberhentian tidak hormat ASN
yang bersumber dari UU Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
2. Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan sektor publik berasal dari pajak, retribusi, laba
BUMN/BUMD, pinjaman luar negeri, obligasi, dan sumber lain yang sah
(pemerintahan), sumbangan, dana abadi, pinjaman, hibah, dan lain sebagainya
(nonpemerintahan). Sedangkan sektor komersial sumber pendanaannya lebih
fleksibel, dari segi internal berasal dari modal pemilik dan laba yang ditahan,
sedang dari eksternal adalah utang bank, obligasi, dan penerbitan saham baru.
3. Pertanggung jawaban
18
Sektor publik menguasai dan senantiasa berupaya agar dana publik bisa
semakin berpihak kepada masyarakat. Dalam hal ini sektor publik bertanggung
jawab kepada publik melalui perwakilan di DPR/DPRD (organisasi pemerintahan),
dan langsung kepada masyarakat yang terkait (nonpemerintahan). Sedangkan
sektor komersial menguasai dana pemilik, bertanggung jawab kepada para
pemilik yaitu pemegang saham, dan kreditor.
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sektor komersial lebih fleksibel jika dibandingkan dengan
sektor publik yang lebih cenderung ada unsur politik dalam pembentukan struktur
organisasinya. Sektor komersial berusaha menyediakan barang dan jasa yang jadi
kebutuhan dan permintaan konsumen. Sedangkan pada sektor publik lebih bersifat
birokratis, kaku, dan hirarkis.
Organisasi sektor publik mempunyai fungsi yang lebih luas, yaitu sebagai
berikut:
realisasi anggaran. Sedangkan untuk pos-pos neraca (aset, utang dan ekuitas)
menggunakan basis akrual, sampai saatnya keseluruhan sistem akuntansi
keuangannya menggunakan basis akrual (menurut PP 71/2010).
a. Physical Performance
Yaitu aspek penampilan fisik yang ditampilkan oleh pemberi layanan. Berupa ekspresi
wajah saat melayani, sikap dan respon fisik, kesopanan, ketulusan yang ditampilkan,
termasuk hal yang lainnya seperti uniform berupa pakaian yang dipergunakan haruslah
mampu membuat nyaman para pelanggan agar tidak terkesan kaku, formal dan
birokratis, melainkan para pelanggan merasakan adanya kesan persahabatan, friendly
dan professional. Untuk itu seragam yang selama ini ditampilkan oleh aparatur baik
pemerintah maupun perusahaan perlu diperbaharui disesuaikan dengan tugas
pelayanannya sehingga memberikan kesan yang lebih positif bagi para pelanggan.
b. Psychologycal Performance
Penampilan fisik sesungguhnya merupakan wujud dari apa yang dirasakan dalam diri
setiap pemberi layanan. Karena setiap perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu
adalah hasil dari sebuah keyakinan, perasaan dan motivasi yang ada dalam setiap diri.
20
Untuk itu agar mampu menampilkan sikap yang positif dalam memberikan pelayanan
membutuhkan sebuah pemahaman yang utuh dan motivasi yang kuat 35 dalam
memberikan pelayanan yang terbaik. Hal ini bermula dari mindset pelayanan dalam
setiap individu pemberi layanan. Mindset ini memberikan suatu pemenuhan kebutuhan
bahwa melayani adalah memberikan suatu pemenuhan kebutuhan pada setiap
pelanggan dengan cara yang terbaik, penuh senyum dan perasaan gembira dalam setiap
pemberi layanan yang diberikan.
c. Verbal Expression
Perpaduan antara keyakinan yang bermula dari sebuah perubahan mindset dan tampilan
fisik dalam pelayanan haruslah dapat terwujud pada cara bagaimana seorang pemberi
layanan mampu menampilkan ekspresi komunikasi verbal yang mengesankan bagi
setiap bagi setiap pelanggan. Untuk itu keterampilan berkomunikasi bagi setiap
pelanggan merupakan hal yang sangat penting. Termasuk ekspresi verbal yang
disampaikan melalui telepon. Karena hal ini salah satu cara membangun citra melalui
suara pada saat seseorang berinteraksi pertama kali dengan institusi layanan sebelum
melakukan interaksi langsung.
Front Office Department menjadi cerminan dari pelayanan yang diberikan oleh
perusahaan, bahkan untuk usaha penginapan seperti hotel, kedudukan front office tidak
hanya berfungsi sebagai penerima tamu, front office juga berfungsi sebagai tempat
administrasi untuk menunjang kepuasan tamu. Front office juga dikenal sebagai the
21
first and the last impression of the guest, yaitu bagian kesan yang mendalam yang
pertama dan yang terakhir dari tamu. Setiap tamu yang datang ke kantor, pertama kali
ditangani dan diurus oleh bagian kantor depan (check-in procedure), dan juga ketika
tamu meninggalkan kantor yang juga diurus dan ditangani kembali oleh kantor depan
(check-out procedure). Front office atau resepsionis atau staff kantor depan adalah area
depan sebuah pusat informasi perusahaan dimana seorang atau sekelompok tamu tiba
dan pertama kali bertemu atau berinteraksi dengan staf perusahaan. Staf front office ini
akan menangani pertanyaan apa pun yang ditanyakan oleh tamu, dan menempatkan
mereka dalam kontak pertama dengan orang yang relevan di perusahaan tersebut. Front
office akan menerima pertanyaan yang diajukan oleh tamu/pelanggan dan kemudian
akan meneruskannya ke departemen terkait di perusahaan. Jika tamu/pelanggan
memiliki pertanyaan seputar penjualan atau pemasaran, maka Front office akan
menghubungi bagian pemasaran atau penjualan.
· Perusahaan perseorangan.
· Firma (FA).
· Persekutuan Perdata.
· Yayasan – Foundation.
Tujuan Perusahaan/Corporate :
· Menjamin adanya focus tujuan dari berbagai anggota yang ada dalam perusahaan.
23
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Menurut Bab I 10 Pasal 1 Ayat 1 UU Nomor 25 Tahun 2009, yang dimaksud pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
7. Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan Publik Menurut Robbins dan Coulter didalam buku
Ismail Solihin (2009 : 193), pengendalian, pengawasan atau (controlling) merupakan proses
monitoring terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan sumber daya organisasi untuk
memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan tersebut akan dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan tindakan koreksi dapat dilakukan untuk memperbaiki penyimpangan yang
terjadi.
8. Dari definisi tersebut dapat kita pahami bahwa pengaduan pelayanan publik yang
disampaikan masyarakat kepada penyelenggara pelayanan publik merupakan salah satu bentuk
kontrol atau pengawasan yang dilakukan masyarakat kepada penyelenggara pelayanan publik,
karena dalam Pelayanan Publik masyarakat merupakan salah satu dari tiga unsur pengawas
eksternal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
10. Mengenai analisis perbedaan sifat dan karakteristik sektor pemerintah/publik dengan sektor
swasta dapat kita lihat dari beberapa perbandingan seperti ; Tujuan Organisasi, Sumber
Pembiayaan, Pertanggung jawaban, Struktur Organisasi, Karakteristik Anggaran dan akuntansi
keuangan.
11. Menurut Akh Muwafik (2010:78) Terdapat tiga aspek penting dalam komunikasi pelayanan
publik antara lain, Communicator Performance Image. Aspek pertama dalam sebuah
komunikasi pelayanan adalah kesan yang ditampilkan oleh aparatur pelayanan yaitu,
bagaimana pemberi layanan mencitrakan dirinya dalam memberikan pelayanan khususnya
pada saat berinteraksi dengan pelanggan. Terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi
efektivitas pemberian layanan dalam aspek pertama yaitu, physical performance yaitu aspek
penampilan fisik yang ditampilkan oleh pemberi layanan, psychologycal performance yaitu
penampilan fisik sesungguhnya merupakan wujud d ari apa yang dirasakan dalam diri setiap
pemberi layanan, verbal expression dalam keterampilan berkomunikasi bagi setiap pelanggan
merupakan hal yang sangat penting. Termasuk ekspresi verbal yang disampaikan melalui
26
telepon. Karena hal ini salah satu cara membangun citra melalui suara pada saat seseorang
berinteraksi pertama kali dengan institusi layanan sebelum melakukan interaksi langsung.
12. front office tidak hanya berfungsi sebagai penerima tamu, front office juga berfungsi
sebagai tempat administrasi untuk menunjang kepuasan tamu dan menerima pertanyaan yang
diajukan oleh tamu/pelanggan dan kemudian akan meneruskannya ke departemen terkait di
perusahaan. Jika tamu/pelanggan memiliki pertanyaan seputar penjualan atau pemasaran, maka
Front office akan menghubungi bagian pemasaran atau penjualan.
13. Tujuan Perusahaan/Corporate yaitu untuk mencapai keberhasilan dan keuntungan sebesar
- besarnya dalam usahanya, mengatur serta menentukan kerjasama dengan perusahaan lain,
berguna untuk melaksanakan merger dengan perusahaan lain, mengundang orang-orang yang
berkeahlian untuk bekerjasama didalam perusahaan, dan menjamin adanya focus tujuan dari
berbagai anggota yang ada dalam perusahaan.
3.2. Saran
Dari kesimpulan yang diuraikan, maka disini kami akan memberikan saran diharapkan
layanan pemerintah kedepan akan lebih baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Adapun saran-saran sebagai berikut:
1. Kepada para pemerintah yang memberikan layanan kepada masyarakat diharapkan lebih
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, sehingga masyarakat yang dilayani bisa
merasa puas.
3. Bagi pihak kecamatan perlu mengadakan pendidikan atau pelatihan bagi aparatur dalam
meningkatkan keterampilan sesuai dengan tugas dan bidangnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ary, D., (1982). Pengantar Penelitian dan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.
Poerwadarminta, W.J.S. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: PT. Balai Pustaka
https://www.pengadaan.web.id/2020/05/tugas-dan-peran-front-office-department.html
diakses pada tanggal 10 September 2021
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/enam-aspek-fokus-utama-evaluasi-pelayanan-
publik#:~:text=Lebih%20lanjut%20dijelaskan%2C%20enam%20aspek,serta%20inovasi%20
pelayanan%20publik%207%25 diakses pada tanggal 13 September 2021
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--tata-kelola-pengaduan-pelayanan-publik diakses
pada tanggal 13 September 2021
https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--langgar-pelayanan-publik-asn-bisa-
diberhentikan diakses pada tanggal 13 September 2021
https://media.neliti.com/media/publications/108607-ID-penyelenggaraan-pelayanan-publik-
di-indo.pdf diakses pada tanggal 13 September 2021
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/262/2/E31113326_skripsi_12-11-
2020(FILEminimizer)_1-2.pdf diakses pada tanggal 14 September 2021