Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kartika Puthi Azzahra

Npm : 20-106
Kelas : IH/4C
Matkul : Hukum bisnis internasional

KETERKAITAN TRANSAKSI BISNIS ATAU PERDAGANGAN


INTERNASIONAL YANG DI KAITKAN DENGAN HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL DAN HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL

Seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi dunia telah berdampak


pada meningkatnya transaksi perdagangan antar pelaku usaha yang memiliki
kewarganegaraan yang berbeda. Kegiatan perdagangan yang ada dilakukan
melintasi batas-batas dunia. satu pelaku usaha melakukan investasi di beberapa
negara. Sering kita mendengar sebuah perusahaan yang memiliki pahrik
komponen di negara A. B dan C. Komponen-komponen ini kemudian dirakit di
negara D. Contoh lain adalah sebuah perusahaan yang menggunakan sistem
waralaba untuk dimanfaatkan oleh pelaku usaha yang berasal dari berbagai
negara. Melihat kenyataan ini kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh pelaku
usaha sudah tidak lagi mengenal batas negara.

Setiap pelaku usaha yang akan melakukan transaksi bisnis internasional


harus mampu memahami ketentuan-ketentuan hukum yang ada di negara lain
dimana pelaku usaha melakukan kegiatan bisnis. Berbieara mengenai ketentuan
hukum maka pelaku usaha tidak hanya dituntut mengetahui peraturan perundang-
·undangannya saja namun juga harus memahami ketentuan hukum yang bersifat
tenulis atau kebiasaankebiasaan yang ada di negara setempat. Bahkan yang
terpenting juga pelaku usaha harus memahami seeara benar apa dan bagaimana
hudaya hukum dari masya rakal. khususnya masyarakat bisnis di negara setempat.

Sebagaimana diketahui bahwa setiap transaksi bisnis yang dilakukan


antara pelaku usaha dengan pelaku usaha lain yang berbeda warga negara tidak
terl epas dari pengaturan oleh negara. Oleh karena itu segala ketentuan yang
mengatur tentang transaksi bisnis yang dilakukan oleh pelaku usaha harus
berpedoman pada segala ketentuan hukum yang ada di negara yang hersangkutan.
Seringkali praktek-praktek mengenai transaksi bisnis internasional di negara
pelaku usaha dengan negara pelaku usaha lainnya tid ak sama. Dengan demikian
maka penting sekali bagi setiap negara untuk menyesuaikan (harmonisasi)
ketentuan hukumnya terhadap ketentuan hukum yang ada di negara pelaku usaha
setempat.
Pembaharuan hukum penting sekali dilakukan oleh seliap negara untuk
dapat memiliki peraturan perundang-undangan yang berwawasan internasional,
sehingga ketentuan hukum yang ada dapat menjawab setiap transaksi bisnis
pelaku usaha dalam negeri dengan pelaku usaha dari negara manapun . Sebagai
contoh peraturan perundang-undangan tentang kepailitan. Apabila lerjadinya
ekspansi usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha dari negara asing dengan
mendirikan cabang-cabang usahanya yang baru di Indonesia. Di sini kemudian
muncul kebutuhan unruk memperbaharui hukum nasional agar terjadi hannonisasi
dengan hukum nasional dari berbagai negara. Bahkan bisa terjadi dimana
pemberlakuan suatu sistem hukum oleh negara lain yang dilakukan dengan
perjanjian internasional.

Banyak negara yang berpendapat bahwa dengan melakukan pembaharuan


terhadap ketentuan-ketentuan hukum nasional yang dianggap tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip perdagangan dunia, akan berakibat pada hilangnya kedaulatan
suatu negara. Anggapan ini sesungguhnya tidak sepenuhnya benar. Dalam hal
dilakukannya pembaharuan hukum sepanjang untuk perkembangan pertumbuhan
ekonomi dalam negeri dan tidak mencampuri kebijakan dalam negeri yang
bersifat absolut, hal itu tidaklah dapat digolongkan merongrong kedaulatan suatu
negara

Ketentuan hukum tentang kepailitan dalam kaitannya dengan Hukum


Perdata Internasional yang ada di negara Malaysia dan Singapura. Mengenai
pembubaran atas suatu perusahaan yang dinyatakan pailit. maka dikenal prinsip
pengakuan hukum (Recognization of Orders).' Bahwa untuk mengadili suatu
perusahaan yang dinyatakan pailit di luar negeri dapat dilakukan oleh lembaga
likuidasi negara asal jika mendapatkan pengakuan dari negara tempat perusahaan
berdomisili atau wilayah yurisdiksi dimana perusahaan didirikan. Bahkan kurator
yang akan menangani kasus tersebm juga harus lmendapatkan pengakuan atas
kewenangannya dalam menangani kasus kepailitan tersebut.' Secara yuridis, pada
prinsipnya pengakuan dari pelaku usaha (subjek hukum) perusahaan asing
terhadap hukum asing tidak perlu diartikan sebagai bentuk pengambilalihan
kewenangan hukum rerhadap pengadilan dalam negeri. Bahwa kemudian
perusahan yang akan dinyarakan pailir oleh pengadilan luar negeri bukan berarti
merupakan tindakan ekspioirasi terhadap yurisdiksi suatu negara dalam hal
perdagangan

Anda mungkin juga menyukai