Oleh :
NIM : PO.62.20.1.19.408
1
LEMBAR PENGESAHAN
Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur Pasien
Diabetes Melitus
Pembimbing,
Penguji,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Pendidikan
Kesehatan yang berjudul Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kecemasan dan
Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
1. Ibu Ester Inung Sylvia, M.Kep., Sp.MB. selaku Koordinator sekaligus Dosen
Pembimbing Mata Kuliah Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan Diabetes
Melitus (DM).
2. Teman dan sahabat-sahabat saya Tomi, Elma, Monica, Christine, Ariandi,
Doni, Siti, Eva, Desti dan Veni yang sudah saling membantu dan saling
menguatkan baik dalam perkuliahan dan proses penyelesaian proposal ini.
Akhir kata saya berharap semoga Proposal yang berjudul Terapi Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan terhadap para pembaca.
Palangka Raya
Penulis
3
DAFTAR ISI
A. Powerpoint
B. Leaflet
C. Poster
D. Lembar Konsul
4
DESKRIPSI KEGIATAN EDUKASI KESEHATAN
A. Nama Kegiatan
Pendidikan kesehatan mengenai Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Kecemasan dan Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus
B. Tema Kegiatan
Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur Pasien
Diabetes Mellitus
C. Sasaran Kegiatan
Pasien Diabetes Mellitus.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti Pendidikan Kesehatan diharapkan peserta mampu
memahami terapi relaksasi otot progresif terhadap kecemasan dan kualitas tidur
Pasien diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti Pendidikan Kesehatan selama 30 menit peserta mampu :
a. Menjelaskan kecemasan pasien DM
b. Menjelaskan kualitas tidur pasien DM.
c. Mempraktekan terapi relaksasi otot progresif.
E. Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Selasa, 22 Februari 2022
Jam : 08.00 - 08.30 WIB
Tempat Kegiatan : Kampus A Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
F. Edukator
Fanny Fitriana
G. Topik-topik materi
1. Kecemasan pasien DM
2. Kualitas tidur pasien DM
3. Terapi relaksasi otot progresif
4. Pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kecemasan dan kualitas tidur
pasien DM
5
H. Sumber belajar
1. Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap Kualitas Tidur dan Kadar
Glukosa Darah Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=PENGARUH+PROGRESSIVE+MUSCLE+RELAXA
TIONS+TERHADAP+
+KUALITAS+TIDUR+DAN+KADAR+GLUKOSA+DARAH+DI+DESA+
+HULU+KECAMATAN+PANCUR+BATU+KABUPATEN+DELI+
+SERDANG+Magda+Siringo-ringo1+%2C+Imelda+Sirait2+
%2C+Lindawati+Simorangkir3+1Program+Studi+D3+Keperawatan
%2C+STIKes+Santa+Elisab&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DGuD4tnLAPdgJ
6
I. Langkah-Langkah Kegiatan
No TAHAP KEGIATAN BELAJAR METODE WAKTU
1 Pendahuluan Pembukaan Ceramah, 5 Menit
• Mengucapkan salam tanya jawab
• Memperkenalkan diri
• Menjelaskan tujuan penyuluhan
• Kontrak waktu
2 Penyajian Penyajian Ceramah, 20
• Menjelaskan kecemasan pasien DM tanya jawab Menit
• Menjelaskan kualitas tidur pasien
DM
• Mempratekan Terapi Relaksasi Otot
progresif
• Menjelaskan pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap
kecemasan dan kualitas tidur pasien
DM
• Evaluasi
• Memberi kesempatan pada peserta
untuk memberikan pertanyaan.
J. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu.
b. Penyelenggaraan penyuluhan di Aula Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
c. Persiapan alat dan bahan penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan pendidikan kesehatan berjalan dengan baik.
b. Peserta antusias terhadap materi yang akan disampaikan.
c. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan saat penyuluhan berlangsung.
7
d. Peserta mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang disampaikan.
e. Edukator menjelaskan materi dengan jelas dan dengan suasana yang kondusif.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mampu menyebutkan dan menjelaskan kembali Terapi Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur Pasien Diabetes Mellitus
b. Pertanyaan : Peserta mampu Mengajukan pertanyaan
LAMPIRAN MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
A. Konsep Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan, ada
rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui
masalahnya (Pardede & Simangunsong, 2020). Kecemasan merupakan suatu respon
psikologis maupun fisiologis individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan, atau reaksi atas situasi yang dianggap mengancam (Hulu &
Pardede, 2016).
Kecemasan (anxiety) merupakan perasaan takut yang tidak jelas penyebabnya
dan tidak didukung oleh situasi yang ada. Kecemasan dapat dirasakan oleh
setiap orang jika mengalami tekanan dan perasaan mendalam yang menyebabkan
masalah psikiatrik dan dapat berkembang dalam jangka waktu lama. (Marbun,
Pardede & Perkasa, 2019). Kecemasan yang terjadi tidak saja dialami oleh seorang
pasien tetapi dapat juga dialami oleh perawat karena perawat terkadang cemas
ketika berhadapan dengan pasien dan keluarga pasien Pardede, Keliat, Damanik, &
Gulo (2020)
8
cekaman menjadi nyata, kita kewalahan dan merasakan kecemasan (Jurnal Edukasi
Vol 2, No 2, July 2016).
9
gula darah secara rutin dan pemakaian obat sesuai aturan. Seseorang yang
menderita penyakit DM memerlukan banyak sekali penyesuaian di dalam hidupnya,
sehingga penyakit DM ini tidak hanya berpengaruh secara fisik, namun juga
berpengaruh secara psikologis pada penderita.
Saat seseorang didiagnosis menderita DM maka respon emosional yang
biasanya muncul yaitu penolakan, kecemasan dan depresi, tidak jauh berbeda
dengan penyakit kronis lain. Penderita DM memiliki tingkat depresi dan kecemasan
yang tinggi, yang berkaitan dengan tritmen yang harus dijalani dan terjadinya
komplikasi serius. Kecemasan yang dialami penderita berkaitan dengan tritmen
yang harus dijalani seperti diet atau pengaturan makan, pemeriksaan kadar gula
darah, konsumsi obat dan juga olah raga. Selain itu, resiko komplikasi penyakit
yang dapat dialami penderita juga menyebabkan terjadinya kecemasan.
Alexander dan Seyle mengatakan konflik psikologis, kecemasan, depresi, dan
stress dapat menyebabkan semakin memburuknya kondisi kesehatan atau penyakit
yang diderita oleh seseorang. Penderita DM jika mengalami kecemasan, akan
mempengaruhi proses kesembuhan dan menghambat kemampuan aktivitas
kehidupan sehari-hari. Pasien diabetes yang mengalami kecemasan memiliki
control gula darah yang buruk dan meningkatnya gejala-gejala penyakit.
Kecemasan merupakan hal yang tidak mudah untuk dihadapi oleh penderita DM.
Oleh karena itu, penderita DM tentu sangat membutuhkan dukungan dari
lingkungan sosialnya
Gangguan kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan yang meliputi
perasaan khawatir, takut, was-was yang ditimbulkan oleh pengaruh ancaman atau
gangguan terhadap sesuatu yang belum terjadi dan dapat mempengaruhi aktivitas.
Penderita DM merupakan suatu gangguan metabolisme yang secara genetis dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, sehingga didapati hiperglikemi dan glukosuria. Dewasa adalah
individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan
dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Kecemasan dan depresi memang faktor-faktor yang dapat membuat seseorang
menjadi rentan dan lemah, bukan hanya secara mental tetapi juga fisik. Penelitian
terbaru membuktikan kecemasan, depresi dan gangguan tidur malam hari adalah
faktor pemicu terjadinya penyakit diabetes khususnya di kalangan pria. (Amidah,
2002)
10
B. Kualitas Tidur
1. Pengertian
selama tubuh dalam periode istirahat. Selama periode tidur terjadi penurunan
individu dapat dibangunkan dari tidurnya kembali dengan rangsangan dari luar.
Tidur merupakan suatu siklus yang ditandai adanya penurunan kesadaran dan
aktifitas fisik dan prose metabolisme disertai periode mimpi selama periode
2. Fungsi Tidur
istirahat. Penggunaan energi selama sehari penuh perlu diganti dengan periode
istirahat pada waktu malam hari untuk mengurangi penggunaan energi (Potter
dewasa kebutuhan waktu istirahat tidur yaitu kurang lebih 7-8 jam pada malam
11
berhubungan dengan penurunan kualitas tidur malam dimana sekitar 30%
individu mengalami insomnia. Hubungan antara insomnia dan usia yaitu adanya
b. Gaya hidup
Perubahan pola tidur dapat dipengaruhi oleh aktivitas rutin sehari-hari pada
individu yang kerjanya 2 shift siang dan malam mengalami kesulitan dalam
mengatur jadwal tidurnya. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi pola tidur
adalah akibat bekerja berat, latihan, aktivitas sosial yang larut serta perubahan
c. Stress emosional
Ini menyebabkan adanya tekanan yang sering menimbulkan frustasi
4. Kualitas tidur
selama periode tidur secara subjektif yang diukur dengan menggunakan kuisioner
standart dan pengukuran secara objektif dengan menggunakan poligrafi atau secara
kuesioner PSQI yang terdiri dari 7 komponen yaitu waktu yang diperlukan untuk
dapat memulai tidur, lamanya waktu tidur, persentase antara waktu tidur dengan
waktu yang dihabiskan pasien diatas tempat tidur, gangguan tidur yang sering
12
tidur, gangguan yang sering dialami saat siang hari dan kualitas tidur secara
subjektif.
Kualitas tidur pasien lebih buruk dibandingkan dengan individu yang sehat.
Tidur yang kurang memiliki dampak terhadap status kesehatan dan mempengaruhi
Gangguan tidur pada pasien DM berhubungan dengan tanda dan gejala klinik.
Menurut Cunha, Zaneti & Hass (2008) gangguan tidur yang terjadi pada pasien DM
dioresis osmotik dan dehidrasi yang dimanifestasikan dengan gejala nokturia serta
13
C. Terapi Relaksasi Otot Progresif
1. Pengertian
Definisi Relaksasi Otot Progresif Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot
progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi,
ketekunan, atau sugesti. Relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi mendalam
yang dapat mengendalikan kecemasan dan gangguan psikologis lain. Teknik ini
melibatkan pergantian antara tegangan dan relaksasi pada otot-otot utama tubuh.
Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan.Teknik ini dapat digunakan oleh pasien tanpa
bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari di rumah,
2. Tujuan Relaksasi
Beberapa peneliti merekomendasikan penggunaan metode non farmakologi
seperti terapi relaksasi otot progresif sebagai pilihan yang tepat untuk menurunkan
kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur pasien Covid-19 dengan diabetes
melitus. Liu et, al (2020), mengatakan relaksasi otot progresif adalah teknik
relaksasi yang mendalam, berdasarkan prinsip bahwa ketegangan otot adalah
respons fisiologis tubuh manusia terhadap pikiran yang mengganggu. Selain itu
latihan relaksasi otot progresif ini sangat mudah untuk dipelajari dan juga bisa
dilakukan dimana saja serta hemat karena tidak membutuhkan teknologi ataupun
peralatan khusus (Aksu, Erdogan, & Ozgur, 2018).
Latihan relaksasi otot membantu pasien mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kualitas tidur karena dapat menurunkan ketegangan, stres, tekanan
darah, detak jantung, produksi asam laktat, dan kepekaan terhadap nyeri bila
dilakukan secara teratur dengan teknik yang tepat (Rihiantoro et, al., 2019).
3. Prosedur
14
c. Kepalan tangan pasien dilepaskan dan dipandu untuk merasakan relaks
sepuluh detik.
d. Gerakan tersebut dilakukan dua kali sehingga klien merasakan ketegangan
otot dan merasakan relaks yang dialami.
2. Gerakan kedua : untuk melatih kekuatan otot tangan bagian belakang. Kedua
tangan sejajar kedepan jari-jari menghadap ke langit dan tekuk kedua
pergelangan naik kemudian turun.
3. Gerakan ketiga : untuk melatih otot besar pada bagian atas (biseps)
a. Kedua tangan menggenggam sambil mengepal.
b. Setelah mengepal tarik kedua tangan menuju pundak bahu.
4. Gerakan keempat : untuk melatih kekuatan otot bahu diharapkan mengendur.
a. Kedua bahu diangkat setinggi-tingginya sampai menyentuh kedua telinga.
b. Rasakan sensasi gerakan ketegangan di bahu punggung dan leher.
5. Gerakan kelima dan keenam : untuk melatih melemaskan otot dahi, mata, dan
rahang.
a. Mengerutkan dahi dan alis sampai keriput.
b. Kedua mata dipejamkan sehingga merasakan ketegangan otot sekitar kedua
mata.
6. Gerakan ketujuh : untuk mengendurkan otot rahang. Dengan cara menggigit gigi
sampai merasakan ketegangan pada otot rahang.
7. Gerakan kedelapan : untuk mengendurkan otot sekitar mulut. Bibir dirapatkan
kemudian memoncongkan sekuat-kuatnya sampai merasakan ketegangan otot
mulut.
8. Gerakan kesembilan : untuk merengangkan otot leher depan dan belakang.
a. Diawali gerakan otot leher bagian belakang kemudian otot leher bagian
depan.
b. Istirahatkan kepala bersandar pada bantal.
c. Dorong kepala menekan bantal sehingga merasakan ketegngan otot leher
bagian belakang.
15
9. Gerakan ke sepuluh : untuk melatih kekuatan otot leher depan.
a. Kepala menghadap ke bawah.
b. Dagu di usahakan sampai menyentuh dada.
10. Gerakan ke sebelas : untuk melatih otot punggung.
a. Busungkan dada tahan sepuluh detik kemudian relaks seperti biasa.
16
D. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kecemasan dan Kualitas
Tidur Pasien Diabetes Melitus
Penelitian menunjukkan pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kecemasan
kualitas tidur pada diabetes sangat signifikan, relaksasi otot progresif mengendalikan
masalah komplikasi pada diabetes yaitu kecemasan dan gangguan tidur (insomnia),
dimana teknik latihan mengarahkan gerakan mengencangkan dan melemaskan bagian
sistem otot tubuh dimana efektifitasnya memberikan perasaan rileks progresif.
Pada saat melaksanakan relaksasi otot progresif prosedur salah satu persiapan
yang dibutuhkan adanya kepercayaan, perasaan, pikiran yang diarahkan dalam
membandingkan bagaimana perasaan yang dialami saat waktu kelompok sistem otot
tubuh dikencangkan dilemaskan kondisi tegang (Malassiolis, et.al. 2002, Smiltzer et.al
2013 dalam Nawa dan Kusnanto Utami, 2018). Dalam penelitian ini penderita diabetes
ditemukan bahwa rata-rata kualitas tidur yang sangat buruk yang sering disebut
insomnia. Seorang pasien yang tidurnya kurang dapat menyebabkan beberapa
gangguan pada respon imun, endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Erlina E., Haroen,
H., Susanti, RD., 2012 dalam Gay, 2010 & Caple & Grose,2 011).
Hal itu menunjukkan bahwa terapi relaksasi otot progresif efektif untuk
menurunkan kecemasan. Terapi relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik
manajemen stress dan kecemasan. Terapi tersebut dalam pelaksanaannya
mengkombinasikan relaksasi pikiran dan juga melibatkan ketegangan dan relaksasi
dari berbagai macam otot tubuh. Sehingga selain bisa untuk menurunkan kecemasan
secara kognitif juga mampu mengurangi dampak kecemasan secara fisiologis.
Mekanisme terapi relaksasi otot progresif membutuhkan sebuah konsentrasi
seperti saat meditasi. Saat proses terapi pasien diminta untuk memejamkan mata
dengan memfokuskan pikirannya untuk me- rasakan setiap ketegangan atau relaksasi
dari masing-masing otot yang ditegangkan dan dirilekskan. Dalam proses relaksasi
otot progresif terdapat pembelajaran dimana individu diajarkan untuk membedakan
perasaan disaat tegang maupun rileksasi. Hal itu dilakukan secara berulang-ulang
sehingga secara tidak langsung individu mampu mempelajari mekanisme yang harus
dilakukan saat terjadi kecemasan dan kualitas tidur terganggu. Salah satu mekanisme
yang sering dilakukan oleh seseorang dalam menurunkan atau menghilangkan
kecemasan dan kualitas tidur yaitu dengan represi. Represi adalah proses penyimpanan
impuls yang tidak tepat ke dalam alam bawah sadar sehingga impuls tersebut tidak
dapat diingat kembali (Stuart, 2007).
17
18