Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan pada masa nifas sangat penting karena bisa mendeteksi secara
dini dan mengatasi komplikasi yang timbul pasca persalinan dan untuk
memberikan informasi yang penting kepada ibu tentang cara merawat diri dan
bayinya, salah satunya mengenai menyusui. ASI mengandung semua nutrisi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Hingga saat ini,
menyusui merupakan salah satu prioritas bagi para ibu, meskipun perhatian
pada susu formula di negara maju masih terbilang tinggi, manfaat ASI masih
ditekankan di dunia saat ini.1 ASI dapat menyelamatkan nyawa bayi,
mengurangi beban penyakit ibu dan bayi, memenuhi nutrisi kebutuhan bayi,
meningkatkan fungsi kognitif dan kekebalan tubuh bayi, memfasilitasi
perkembangan sistem saraf bayi, menurunkan kejadian diabetes 1 dan 2,
alergi, dan sindrom kematian mendadak pada bayi. 2 Pedoman ke-4
“Mendorong, mendukung, dan mempromosikan pemberian ASI” dari
Australian Dietary Guidelines 2013 diterbitkan oleh National Health and
Medical Research Council mengakui dengan menyusui dapat memberikan
hal positif hasil kesehatan fisik dan mental bagi bayi maupun ibu. Pedoman
ini merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai usia enam bulan, jika
makanan padat diperkenalkan ke makanan bayi pemberian ASI harus
dilanjutkan sampai usia 12 bulan dan seterusnya sebagai makanan
pendamping ASI.3
Masa nifas atau postpartum merupakan masa setelah melahirkan dari
plasenta lahir dan berakhir ketika alat–alat kandungan kembali seperti
sebelum hamil sekitar 6 minggu. Asuhan masa postpartum sangat diperlukan
karena termasuk masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian
masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. 4 Salah satu terapi atau pengobatan
yang biasa digunakan masyarakat saat masa nifas adalah herbal. Obat herbal
merupakan obat yang berasal dari campuran bahan alami yang berbentuk
ramuan dalam formulasi yang diinginkan. Penggunaan obat herbal sekarang
sudah berkembang pesat dengan penggunaan bahan dari alam. Herbal
diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu jamu, obat herbal dan fitofarmaka. 5
Obat herbal dalam bentuk sediaan banyak dijual dimasyarakat umum tetapi
ini belum terstandar. Penggunaan obat herbal ini dimanfaatkan tidak hanya
untuk orang yang sakit, tetapi untuk pemulihan kesehatan misalnya pada ibu
nifas.
Terlepas dari meluasnya penggunaan obat sintetik, obat herbal
memiliki sisi ekonomi dan efek kesehatan yang baik. Penggunaan produk
nabati sedang meningkat di dunia. Obat herbal memiliki efek samping yang
lebih sedikit daripada obat sintetis. Oleh karena itu, penggunaan tanaman obat
dan pengobatan tradisional sangat dianggap sebagai tindakan pencegahan
terhadap masalah pada masa postpartum.6 Beberapa herbal seperti Capsella
bursa-pastoris, kurma, Bubuk Biji Anggur, Anethum graveolens, Plantago
mayor telah direkomendasikan untuk dikendalikan perdarahan postpartum.
Ghalandari dkk. (2017) mengevaluasi efek Hydroalcoholic ekstrak
Capsellabursa pastoris dalam mengurangi perdarahan postpartum. 7 Yadegari
dkk. (2016) juga menyimpulkan bahwa konsumsi kurma mengurangi
perdarahan postpartum.8
Teknik pengobatan komplementer seperti menggunakan suplemen
herbal, pijat, dan lainnya dapat diterapkan sebagai risiko rendah, aman, dan
hemat biaya dalam mendorong pemberian ASI eksklusif dan menciptakan
rasa sejahtera secara keseluruhan bagi ibu dan bayi. Metode ini mungkin
dapat secara efektif menyelesaikan masalah terkait menyusui tanpa perlu
menggunakan farmakologis apa pun atau intervensi kimia. 9 Disamping itu
berdasarkan penelitian berbeda, penggunaan obat-obatan herbal umum di
kalangan wanita selama menyusui untuk informasi sementara yang
mendukung keamanan dan kemanjuran masih kurang. Praduga keamanan
untuk beberapa obat-obatan ini, terutama bila diminum bersamaan dengan
obat-obatan konvensional lainnya, mungkin tidak dibenarkan dan perlunya
penelitian dan dokumentasi lebih lanjut tentang keamanan obat herbal dalam
menyusui, memungkinkan ibu menyusui untuk membuat keputusan.10
Sehingga, dengan semua data dan latar belakang diatas kami tertarik
membuat pembahasan terkait pemanfaatan herbal pada masa nifas dan
menyusui yang dirangkum dari beberapa jurnal terkait.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi pengobatan herbal?
2. Apakah jenis-jenis herbal untuk ibu nifas dan menyusui?
3. Bagaimanakah kadar dan efek samping pemanfaatan herbal untuk ibu
nifas dan menyusui?
4. Bagaimanakah efektivitas herbal bagi ibu nifas dan menyusui?

1.3 Tujuan Penulisan


Mahasiswa mengetahui,
1. Definisi pengobatan herbal
2. Jenis-jenis herbal untuk ibu nifas dan menyusui
3. Kadar dan efek samping pemanfaatan herbal untuk ibu nifas dan
menyusui
4. Efektivitas herbal bagi ibu nifas dan menyusui
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Perawatan pada masa nifas dan menyusui sangat penting karena bisa
mendeteksi secara dini dan mengatasi komplikasi yang timbul pasca
persalinan dan untuk memberikan informasi yang penting kepada ibu tentang
cara merawat diri dan bayinya. Penggunaan obat herbal sebagai obat
tradisional telah dilakukan oleh nenek moyang sejak berabad-abad yang lalu.
WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional dalam pemeliharaan
kesehatan masyarakat, pencegahan penyakit, dan pengobatan penyakit.
Penggunaan obat tradisional dinilai lebih aman dari penggunaan obat modern
karena memiliki efek samping lebih sedikit daripada obat modern.
Penggunaan obat herbal ini dimanfaatkan tidak hanya untuk orang yang sakit,
tetapi untuk pemulihan kesehatan misalnya pada ibu nifas dan menyusui.

3.2 Saran
Peran tenaga kesehatan dan dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam
pemanfaatan herbal dimasa nifas dan menyusui. Hendaknya kita sebagai
tenaga kesehatan senantiasa memberikan dukungan ibu dalam melewati
masalah-masalah pada masa nifas dan menyusuinya dengan memberikan
terapi komplementer/herbal sesuai dengan kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Iacovidou N. Breastfeeding in the Course of History. J Pediatr Neonatal


Care. 2015;2(6):1–7.
2. Dieterich CM, Felice JP, O’Sullivan E, Rasmussen KM. Breastfeeding and
Health Outcomes for the Mother-Infant Dyad. Pediatr Clin North Am
[Internet]. 2013;60(1):31–48. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.pcl.2012.09.010
3. Slavin J. Dissecting the dietary guidelines. Vol. 65, Food Technology.
2013. 40–47 p.
4. Kurniati CH, Azizah AN. Identifikasi Pemanfaatan Obat Herbal Pada Ibu
Nifas. JIDAN (Jurnal Ilm Bidan). 2021;8(2):59–65.
5. Adiyasa MR, Meiyanti M. Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia:
distribusi dan faktor demografis yang berpengaruh. J Biomedika dan
Kesehat. 2021;4(3):130–8.
6. Ghalandari S, Kariman N, Sheikhan Z, Shahrahmani H, Asadi N.
Systematic review on variety of effective treatment methods for postpartum
hemorrhage in Iran and world. Iran J Obstet Gynecol Infertil.
2016;19(15):16–38.
7. Ghalandari S, Kariman N, Sheikhan Z, Mojab F, Mirzaei M, Shahrahmani
H. Effect of Hydroalcoholic Extract of Capsella bursa pastoris on Early
Postpartum Hemorrhage: A Clinical Trial Study. J Altern Complement
Med. 2017;23(10):794–9.
8. Amir S, Akbari A, Nasiri M, Akhlaghi F. The effect of consumption of the
date fruit on the amount and duration of the postpartum bleeding. 2016;
(May 2020).
9. Rahnemaie FS, Zare E, Zaheri F, Abdi F. Effects of complementary
medicine on successful breastfeeding and its associated issues in the
postpartum period. Iran J Pediatr. 2019;29(1):1–10.
10. Sim TF, Sherriff J, Hattingh HL, Parsons R, Tee LBG. The use of herbal
medicines during breastfeeding: A population-based survey in western
australia. BMC Complement Altern Med. 2013;13.

Anda mungkin juga menyukai