Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKIAL

DIRUANGAN UNIT GAWAT DARURAT (UGD) RS IR. ISMOYO

OLEH

ISA SANDRIATIN

N202101064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
Laporan pendahuluan

Kasus asma bronkial Di ruangan unit gawat darurat ( UGD )

A. DEFINISI

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakhea dan
bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah- ubah secara spontan
maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).

Asma bronkial adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan


masyarakat di hampir semua negara di dunia, di derita oleh anak- anak sampai
dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat
mengancam jiwa seseorang. Lebih dari seratus juta penduduk di seluruh dunia
menderita asma dengan peningkatan prevalensi pada anak- anak (GINA, 2006).

Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari


luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab
alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa
datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko
kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran
adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan bagian
bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebih.
(Nurarif & Kusuma, 2015)

B. ETIOLOGI

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) dalam bukunya dijelaskan klasifikasi asma
berdasarkan etiologi adalah sebagai berikut :
1. Asma ekstrinsik/alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari bulu halus,
binatang, dan debu.
2. Asma instrinsik/idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik atau emosi sering
memicu serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40
tahun setelah menderita infeksi sinus/ cabang trancheobronkial.
3. Asma campuran
Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan
intrinsik.
C. TANDA DAN GEJALA
Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom yang
dihasilkan mekanisme multiple yang akhirnya menghasilkan kompleks
gejala klinis termasuk obstruksi jalan nafas reversible. Ciri-ciri yang sangat
penting dari sindrom ini, di antaranya dispnea, suara mengi, obstruksi jalan
nafas reversible terhadap bronkodilator, bronkus yang hiperresponsitif
terhadap berbagai stimulasi baik yang spesifik maupun yang nonspesifik, dan
peradangan saluran pernafasan. Semua ciri-ciri tadi tidak harus terdapat
bersamaan. Serangan asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak nafas.
Gejala yang sering terlihat jelas adalah penggunaan otot nafas tambahan, dan
timbulnya pulsus paradoksus (Djojodibroto, 2016)
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut
Halim Danokusumo (2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah :
1. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
c. Wheezing belum ada
d. belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum


b. Wheezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada
j. Rongen paru
k. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
E. PATOFISIOLOGI
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan oleh
limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul
IgE dengan sel mast. Sebagian besar allergen yang mencetus asma bersifat
airborne dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas, allergen tersebut
harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu terentu. Akan tetapi,
sekali sensitivitasi telah terjadi, klien akan memperlihatkan respon yang
sangan baik, sehingga sejumlah kecil allergen yang mengganggu sudah dapat
menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas (Nurarif & kusuma, 2015).
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut asma
adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis, beta- adrenergik,
dan bahan sulfat. Sindrom pernafasan sensitif-aspirin khususnya terjadi
pada orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-
kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial yang
diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal. Baru kemudian
muncul asma progresif. Klien yang sensitive terhadap aspirin dapat
didesentisasi dengan pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani terapi ini,
toleransi silang juga akan terbentuk terhadap.
agen anti-inflamasi non-steroid. Mekanisme yang menyebabkan
bronkospasme karena penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi
mungkin berkaitan dengan pemebentukan leukotrien yang diinduksi secara
khusus oleh aspirin (Solomon, 2015).
Antagons ᵝ-adenergik biasanya menyebabkan obtruksi jalan napas pada
klien asma, halnya dengan klien lain. Dapat menyebabkan
peningkatan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut harus dihindari. Obat
sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit, natrium
sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas dignakan dalam industri makanan
dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat menimbulkan obstruksi
jalan nafas akut pada klien yang sensitive. Pajanan biasanya terjadi
setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa ini,
seperti salad, buah segar, kentang, karang, dan anggur (Irman Somarti, 2012 )
F. PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial adalah sebagai berikut
(Somantri,2009).
1. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan:
a. Saatnya serangan
b. Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)
2. Pemberian obat bronkodilator
3. Penilaian terhadap perbaikan serangan.
4. Pertimbangan terhadap pemberian kartikosteroid.
5. Penatalaksanaan setelah serangan mereda
a. Cari faktor penyebab
b. Modifikasi pengobatan penunjang selanjutya
G. PATHWAY

Inflamasi dinding bronkus

Obstruksi saluran nafas (bronkospasme)

Wheezing

penyempitan jalan nafas

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Peningkatan kerja pernapasan

Peningkatan kebutuhan oksigen

Hiperventilasi

Retensi c02

Gangguan pola tidur


Asidosis respiratorik
RESUME KASUS ASMA BRONKIAL

1. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 25-12-2021
Jam : 14 :15 wita
Ruangan : unit gawat darurat ( UGD )
A. Identitas klien
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Agama : islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : jl.mekar, kel. kadia, kota kendari
B. Identitas penanggung jawab klien
Nama : An. A
Umur : 14 tahun
Agama : islam
Pekerjaan : jln. Mekar, kel. kadia, kota kendari
Hubungan dengan klien : Anak
2. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keluhan utama
Sesak nafas
B. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke ugd dengan keadaan sesak nafas, nafas cepat dan dangkal
dan mengalami kelemahan fisik, oleh karena itu klien di larikan ke rumah
sakit oleh keluarga.
C. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan bahwa memiliki riwayat penyakit asma bronkial
D. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa dikeluarga dahulu pernah menderita penyakit
asma bronkial
E. Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda – tanda vital
TD : 130 / 80 mmhg
N : 80 x / menit
RR : 20 x / menit
Suhu : 36, 8 ℃
Sp02 : 94
3. KLASIFIKASI DATA

NO. DIAGNOSA DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1 Bersihan  Klien mengatakan  Nafas pasien tampak
jalan nafas sesak nafas sesak
tidak efektif  klien mengatakan  Terdengar ada suara
berhubungan jika terlalu banyak wheezing
dengan aktifitas cuaca  Pernafasan klien cuping
penyempitan dingin nafas sesak hidung
jalan nafas  Klien tampak lemas
 P : 20x/m
 TD : 130/80 mmHg
 N:80x/m
 S : 36,8

2 Gangguan  Klien mengatakan  klien tampak letih dan


pola tidur tidurnya terganggu lemah
berhubungan karena sesak nafas  klien nampak susah tidur
dengan sesak dan batuk di malam hari
 P : 20x/m
nafas
 TD : 130/80 mmHg
 N:80x/m
 S : 36,8
4. ANALISIS DATA

No Data Etiologi Masalah


.
1 DS. Terdengar bunyi Bersihan jalan nafas
 klien mengatakan wheesing tidak efektif
sesak nafas
 klien mengatakan Penyempitan jalan

jika terlalu banyak nafas

aktifitas cuaca
dingin nafas sesak
DO.
 Nafas klien
tampak sesak
 Terdengar ada
suara wheezing
 Pernafasan klien
cuping hidung
Keadaan umum
Kesadaran : compos
mentis
Tanda – tanda vital
TD : 130 / 80 mmhg
N : 80 x / menit
RR : 20x / menit
Suhu : 36, 8 ℃
Sp02 : 93

2 DS. Sesak nafas Gangguan pola tidur


 Klien mengatakan
tidurnya terganggu
karena sesak nafas
dan batuk
DO.
 Pasien tampak
letih dan lemah
Keadaan umum
Kesadaran : compos
mentis
Tanda – tanda vital
TD : 130 / 80 mmhg
N : 80 x / menit
RR : 20 x / menit
Suhu : 36, 8 ℃
Sp02 : 93

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan
nafas
B. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak nafas
6. INTERVENSI KEPERAWATAN

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


. (NOC) (NIC)
1 Bersihan jalan Noc: Nic:
nafas tidak  Respiratory status :  Pastikan kebutuhan
efektif ventilation oral / tracheal
berhubungan  Respiratory status : suctioning
dengan airway patency  Berikan oksigen
penyempitan  Aspiration control
 Anjurkan pasien untuk
jalan nafas setelah dilakukan
istirahat dan napas
tindakan keperawatan
dalam
selama 1x24 jam pasien
 Posisikan pasien untuk
menunjukkan
memaksimalkan
keefektifan jalan nafas
ventilasi
dibuktikan dengan
 Lakukan fisioterapi
kriteria hasil
dada jika perlu
 Mendemonstrasikan
 Keluarkan sekret
batuk efektif dan suara
dengan batuk atau
nafas yang bersih, tidak
suction
ada sianosis dan
 Auskultasi suara
dyspneu (mampu
nafas, catat adanya
mengeluarkan sputum,
suara tambahan
bernafas dengan mudah,
 Berikan bronkodilator
tidak ada pursed lips)
 Monitor status
 Menunjukkan jalan
hemodinamik
nafas yang paten (klien
 Berikan pelembab
tidak merasa tercekik,
udara kassa basah nacl
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam lembab
rentang normal, tidak  Berikan antibiotik
ada suara nafas  Atur intake untuk
abnormal) cairan
 Saturasi o2 dalam batas
mengoptimalkan
normal
keseimbangan
2 Gangguan pola Noc. Nic.
tidur  anxiety control sleep enhancement
berhubungan  comfort level
 jelaskan pentingnya
dengan sesak  setelah dilakukan tindaka
tidur yang adekuat
nafas keperawatan selama
 fasilitasi untuk
1x24 jam Gangguan pola
mempertahankan
tidur pasien teratasi
aktivitas sebelum tidur
dengan kriteria hasil
(membaca)
 jumlah jam tidur dalam
 ciptakan lingkungan
batas normal
yang nyaman
 pola tidur,kualitas dalam
 kolaburasi pemberian
batas normal
obat tidur
 perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
 mampu mengidentifikasi
hal yang meningkatkan
tidur
7. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI

NO. TANGGAL/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


JAM KEPERAWATAN
1 25-12- Bersihan jalan  Memastikan S:
2021 nafas tidak kebutuhan oral / Klien
14: 15 am efektif tracheal mengatakan
berhubungan suctioning sesak nafas
dengan  Memberikan sudah sedikit
penyempitan oksigen berkurang
jalan nafas  Menganjurkan O:

pasien untuk  Klien tampak

istirahat dan sedikit rileks

napas dalam dan sesak

 Memposisikan sudah

pasien untuk berkurangTD=

memaksimalkan 130/80

ventilasi mmHg, RR=

 Melakukan 25x/i

fisioterapi dada A : masalah

jika perlu teratasi sebagian

 Mengeluarkan P : intervensi

sekret dengan 1,3,4,5,7,8

batuk atau dilanjutkan

suction
 Melakukan
Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan
 Melakukan
kolaborasi
pemberian
bronkodilator
 Melakukan
kolaborasi
pemberian
antibiotik
 Mempertahankan
hidrasi yang
adekuat untuk
mengencerkan
secret
 Menjelaskan
pada pasien dan
keluarga tentang
penggunaan
peralatan : o2,
suction, inhalasi.
2 25-12- Gangguan pola  Mengevaluasi S:
2021 tidur efek-efek Klien
15: 00 berhubungan medikasi mengatakan tidur
dengan sesak masih terganggu
nafas terhadap pola O:
tidur Pasien tampak
 Menjelaskan lemah
pentingnya tidur Batuk berdahak
yang adekuat Sesak nafas
 Memfasilitasi pada malam hari
untuk A:
mempertahankan Masalah
aktivitas sebelum teratasi sebagian
tidur (membaca) P:
 Menciptakan Intervensi
lingkungan yang dilanjutkan
nyaman
 Melakukan
kolaborasi
pemberian obat
tidur

Anda mungkin juga menyukai