Dosen Pengampu :
Dra.Nurmayani,M.Ag
Disusun Oleh :
Rona Ahmad (5202630002)
- Andini Yolanda
- Muhammad Fahreza
- Edi Tri Suryanto (Moderator)
- Mhd. Alfisyahrin Lubis
1. Ibu Nurmayani,M.Ag
Pertanyaan : Apakah masyarakat Indonesia sudah termasuk masyarakat madani ?
Jawaban : masyarakat Indonesia belum masuk ke dalam kategori masyarakat madani karena
masyarakat Indonesia belum memenuhi unsur-unsur pokok sebagai masyarakat madani yaitu
wilayah atau ruang public yang bebas, demokrasi, toleransi, pluralism, keadilan social.
Masyarakat Indonesia belum memenuhi unsur pokok ruang public yang bebas karena masih
ada pihak-pihak yang tidak bebas dalam menyuarakan pendapatnya, meskipun pada era
reformasi ini kebebasan berpendapat jauh lebih dihargai daripada era orde baru. Lalu secara
demokrasi Indonesia masih belum bisa dianggap berpartisipasi dalam politik secara
signifikan karena angka golput masyarakat termasuk sangat tinggi bisa diatas 50%.
Jawaban : masyarakat Indonesia belum masuk ke dalam kategori masyarakat madani karena
masyarakat Indonesia belum memenuhi unsur-unsur pokok sebagai masyarakat madani yaitu
wilayah atau ruang public yang bebas, demokrasi, toleransi, pluralism, keadilan social.
Masyarakat Indonesia belum memenuhi unsur pokok ruang public yang bebas karena masih
ada pihak-pihak yang tidak bebas dalam menyuarakan pendapatnya, meskipun pada era
reformasi ini kebebasan berpendapat jauh lebih dihargai daripada era orde baru. Lalu secara
demokrasi Indonesia masih belum bisa dianggap berpartisipasi dalam politik secara
signifikan karena angka golput masyarakat termasuk sangat tinggi bisa diatas 50%.
Jawaban : Dalam hadits tersebut nabi secara tegas melarang mengubah harta benda wakaf yang
telah diwakafkan, menjualnya, mewariskannya atau bahkan hanya sekedar menghibahkannya.
Namun sebagian ulama memiliki pandangan tersendiri mengenai istibdal. Jika di dalamnya ada
kemashlatan yang lebih besar, para ulama berbeda tentang hukum dan ketentuannya.
Menurut Al-Kasani menyebutkan di dalam madzhab Hanafi menukar harta wakaf dibolehkan
apabila wakif mensyaratkan di dalam ikrar wakaf, dan ini merupakan pendapat dari Abu
Hanifah, Abu Yusuf dan Muhammad. Namun mereka berbeda pendapat apabila wakif tidak
menyebutkan untuk menukarkannya sewaktu-waktu, saat melakukan ikrar wakaf.
Mahzab Maliki
Madzhab Maliki tidak membolehkan praktik tukar guling atau menjual harta wakaf. Namun
dalam permasalahan ini mereka mengecualikan dalam keadaan-keadaan tertentu.
Madzhab Maliki memberikan ketentuan menjual tanah wakaf atau rumah atau apa saja selain
masjid, jika berhubungan dengan kepentingan oranng banyak, maka dalam pelaksanaannya
hendaklah melibatkan hakim atau pemerintah, dan bahkan pemerintah bisa memaksa untuk
menukarnya, tapi dengan syarat memberikan penggantian yang hasilnya dibelikan harta wakaf
pengganti.
Mahzab Syafii
Madzhab asy-Syafii tidak jauh berbeda pendapatnya dengan madzhab Maliki, bahkan lebih
bersikap ketat dan tegas terhadap tindakan istibdal, demi menjaga kelestarian barang wakaf.
Imam Syafi’i melarang secara mutlaq menjual atau menukar masjid, meskipun masjid tersebut
telah rapuh atau rusak.
Mahzab Hambali
Kesimpulan :
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan umat maka kita
sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita
juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini.
Dalam mewujudkan masayarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullah kepada kita sebagai umat akhir zaman.
Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan masyarakat madani dan
bagaimana cara menciptakan suasana pada masyarakat madani, serta ciri-ciri apa saja yang
terdapat pada masyarakat madani. Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus
melihat pada potensi manusia yang ada di mmasyarakat, khususnya Indonesia.