DISUSUN OLEH :
NIM : 21032023
SEKSI : 202121280010
DOSEN PEMBIMBIMBING:
SULAIMAN,S.Pd.l,M.Pd
PRODI BIOLOGI
2022
SYARIAH
Syariah memiliki kedudukan yang kuat dalam ajaran islam. Ia seperti tiang yang membuat kokoh
sebuah bangunan. Tanpa tiang maka bangunan tidak akan berdiri. Maka begitu juga dengan syariah yang
menadi tiang dari agama islam.
Kosa kata syariah dalam bahasa Arab memiliki arti jalan yang ditempuh atau garis yang
seharusnya dilalui. Dari sisi terminologi, syariah bermakna pokok-pokok aturan hukum yang
digariskan oleh Allah SWT untuk dipatuhi dan dilalui oleh seorang muslim dalam menjalani
segala aktivitas hidupnya (ibadah) di dunia. Semua aktivitas kehidupan seperti bekerja,
memasak, makan, belajar, sholat, dan lain sebagainya adalah merupaka ibadah sepanjang
diniatkan untuk mencari ridha Allah.
Universal, bermakna dapat diterapkan bagi semua manusia dalam setiap waktu dan
keadaan. Sifat universal akan terlihat lebih jelas dalam aturan mengenai muamalah, ketika Allah
mengharamkan babi dan riba, maka haram untuk seluruh manusia, sejak dari zaman Nabi
Muhammad SAW sampai dengan akhir zaman.
2) Mahkum Fihi
Mahkum fihi adalah perbuatan mukallaf yang berkaitan dengan khitab alSyari` yang bersifat
tuntutan, pilihan atau wada`. Seperti firman Allah Swt: al-Baqrah 43 terdapat tuntutan melaksanakan
yang bersifat tegas dalam shalat sehingga shalat menjadi wajib untuk dilaksanakan bagi mukallaf. Begitu
juga dalam firman Allah Swt, al-An`am 151 ada tuntutan untuk meninggalkan pembunuhan secara tegas
maka membunuh menjadi terlarang atau haram.
3) Mahkum Alaih
Mahkum alaih adalah manusia yang memiliki perbuatan yang bersinggungan dengan khitab al-
Syari` atau hukum al-Syari`. Selain mahkum alaih, istilah ini juga dikenal dengan mukallaf atau yang
dibebani hukum.
Penghambaan yang tidak saja mengatur hubungan hamba dengan Allah Swt tapi juga mengatur
hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. Contoh: bersedekah, tolong-menolong,
jual-beli, dll. Pada ibadah gairu mahdhah tidak ada ketentuan pasti tentang pelaksanaannya. Yang
terpenting adalah, segala amalan yang dilakukan dengan iman dan ikhlas maka bernilai ibadah disisi
Allah Swt.
Tujuan yang ingin diwujudkan dibalik penetapan hukum tersebut adalah agar terciptanya
kemashlatan bagi manusia itu sendiri pada kehidupan dunia dan akhirat nanti. Oleh sebab itu Imam al-
Syathiby menyebutkan dalam kitab al-Muwafaqat bahwa,
Dari penyataan di atas dapat dipahami pada dua kehidupan manusia, yaitu dunia dan akhirat
memiliki kemashalatan yang berbeda. Oleh sebab itu, apa saja yang menjadi kemashalatan dunia dan
kemashlahatan akhirat.