Anda di halaman 1dari 115

COVER

TUGAS LAPORAN PENDAHULUAN DAN

KASUS

Di ajakun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu : Dedeh H.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh

Kelompok 6 :

1. Iman Sobirin (R.19.01.031)

2. Nana Rochmatun Nazzilah (R.19.01.049)

3. Selvi Alfani (R.19.01.069)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

YAYASAN INDRA HUSADA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU

Jl. Wirapati Telp.(0234)272020 Fax. (0234)2720558

Kecamatan Sindang Kabupaten indramayu

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporan
pendahuluan dan kasus asuhan keperawatan komunitas dengan Gout Artritis dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai gout artritis . kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membaca demi perbaikan tugas di waktu yang akan
datang.

Indramayu, 24 Mei 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………..…….…………………….1
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah............................................................................................................... 7
3. Tujuan Penelitian................................................................................................................ 7
4. Manfaaat.............................................................................................................................8
5. Metode Penulisan dan Pengumpulan Data............................................................................. 9
6. Lokasi dan Waktu.............................................................................................................. 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 11
B. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas.......................................................................... 18
C. Konsep Lanjut Usia........................................................................................................28
D. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Komunitas..............................................................36
E. Tinjauan Teori Penerapan Asuhan Keperawatan...............................................................46
2. Prioritas Masalah & Diagnosa Keperawatan.................................................................... 50
3. Rencana Keperawatan/Intervensi.................................................................................... 53
Pelaksanaan.......................................................................................................................... 52
Tahap Evaluasi......................................................................................................................53
BAB 3.................................................................................................................................. 54
TINJAUAN KASUS............................................................................................................ 54
Sistem Pembuangan Air Kotor.............................................................................................57
A. ANALISA DATA......................................................................................................... 87
SKALA PRIORITAS MASALAH.......................................................................................90
INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS............................................................... 92
KEPERAWATAN KOMUNITAS DI KELURAHAN PLUMBON, INDRAMAYU JAWA
BARAT............................................................................................................................... 92
BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN....................................................................................... 117
1. Pengkajian................................................................................................................... 117
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................................. 117
3. Perencanaan.................................................................................................................117
4. Pelaksanaan................................................................................................................. 114
5. Evaluasi.......................................................................................................................114
B. Saran........................................................................................................................... 114
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 116
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan praktek promotif dan

proteksi kesehatan populasi yang menggunakan pengetahuan atau ilmu

keperawatan, sosial, dan kesehatan masyarakat (ANA, 2006). Diyakini bersama

bahwa tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan komunitas pada abad ini

adalah pemberian asuhan keperawatan pada lansia yang populasinya tumbuh

pesat. Seiring dengan meningkatnya populasi lansia yang dibutuhkan oleh seorang

perawat komunitas untuk melakukan pendekatan multidisiplin yang kreatif dalam

menangani penyakit kronis untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan

fungsional lansia. Pola morbiditas dan mortalitas lansia biasanya mengikuti pola

keseluruhan populasi dengan penyakit yang sering muncul dikalangan kelompok

lansia misalnya penyakit Asam Urat (Elizabeth & Judith, 2006).

Prevalensi asam urat jumlahnya bervariasi pada tiap negara. Prevalensi di USA

diperkirakan 13,6/100.000 penduduk. Prevalensi ini meningkat dengan

meningkatnya umur. Gout arthritis banyak dijumpai pada laki-laki, usia 30-40

tahun, sedangkan pada wanita usia 55-70 tahun, insidens wanita lebih jarang

kecuali setelah menopouse diduga adanya peranan estrogen yang bersifat

urikosurik (Askandar Tjokroprawiro dkk, 2007). Besarnya angka kejadian gout

pada masyarakat Indonesia belum ada data yang pasti. Prevalensi nasional

penyakit sendi adalah 30,3% (bersasarkan diangnosis tenaga kesehatan dan gejala).

Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi penyakit sendi diatas persentase

nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa


Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara

Timur, Kalimantan Selatan dan Papua Barat (Riskesdas, 2007). Menurut Riskesdas

tahun 2013, prevalensi penyakit gout berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan di

indonesia 11,9% dan berdasrkan diagnosis atau gejala 24,7% jika dilihat dari

karakteristik umur, prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (54,8%). Penderita

wanita juga lebih banyak (27,5%) dibandingkan dengan pria (21,8%) (Riskesdas,

2013). Berdasarkan hasil survey di wilayah kerja Puskesmas Plumbon yaitu pada

RW 13 kelurahan Plumbon didapatkan informasi dari kader lansia RW 1 3

hampir 29 % dari 86 lansia mengalami penyakit asam urat, hasil tabulasi asam

urat dari Puskesmas plumbon pada tahun 2021 sebanyak 1024 orang dan 2022

sebanyak 2805 orang, hal ini berarti dalam waktu 1 tahun terjadi peningkatan

sebanyak 63,4 %. Pada 10 orang lansia yang terkena Asam Urat di wilayah RW 13

kelurahan plumbon terkait dengan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat

(makanan tinggi purin) di kalangan masyarakat, serta kurangnya aktivitas fisik/

olahraga pada lansia.

Penyakit asam urat terjadi terutama pada laki-laki mulai dari usia pubertas hingga

mencapai usia puncak 40-50 tahun, sedangkan pada perempuan asam urat mulai

didapati setelah memasuki usia menopouse (Askandar Tjokroprawiro dkk, 2007).

Faktor-faktor yang berpengaruh sebagai penyebab Asam Urat adalah usia, jenis

kelamin, genetik/ keturunan, obesitas, alkohol, hipertensi, gangguan fungsi ginjal,

penyakit-penyakit metabolik, pola makan, kurang konsumsi air putih dan obat-

obatan: aspirin dosis rendah, diuretik, obat-obat TBC. Dari beberapa faktor diatas

salah satunya yang sangat berpengaruh terhadap asam urat yaitu pola makan.

Dimana banyak lansia mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi.

Makanan mengandung zat purin yang tinggi akan di diubah menjadi asam urat.

Makanan tinggi purin misalnya: daging sapi, kacang tanah, emping, kangkung,

bayam, dan daun singkong. Makanan tersebut akan mempengaruhi kadar asam
urat dalam darah (Lanny Sustrani, 2004). Jika kadar asam urat dalam darah

melebihi batas normal (tinggi), maka akan merusak organ-organ tubuh, terutama

ginjal karena saringannya akan tersumbat. Tersumbatnya saringan ginjal

berdampak munculnya batu ginjal dan akhirnya bisa mengakibatkan gagal ginjal.

Asam urat pun merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner. Diduga

kristal asam urat akan merusak endotel/pembuluh darah koroner. Dengan

demikian jika kadar asam urat tinggi upayakan untuk menurunkannya agar

kerusakan tidak menyebar ke organ-organ tubuh lainnya (Askandar

Tjokroprawiro, 2007).

Perawat komunitas memiliki peran yang penting guna mendorong

masyarakat terutama usia lanjut untuk mampu memahami kondisinya sehingga

dapat melakukan perawatan diri secara mandiri (self-care). Perawat komunitas

berupaya untuk meningkatkan aspek kognisi, afektif dan ketrampilan pengelolaan

asam urat pada lanjut usia dan keluarganya sehingga keluhan dan gejala penyakit

asam urat berkurang serta mencegah komplikasi akut dan kronis sehingga

diharapkan kualitas hidup lanjut usia dapat lebih optimal. Penyakit ini dapat

dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan, kegiatan jasmani dan

pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan Asam Urat dan perlunya

diadakan pendekatan individual bagi edukasi Asam Urat. Peran perawat

komunitas yang dapat dilakukan adalah sebagai pendidik (penyuluh kesehatan)

dan pelaksana konseling keperawatan. Peran pelaksana konseling yang dapat

dilakukan meliputi memberikan informasi, dukungan, asuhan dan menentukan

pemecahan masalah yang dapat dilakukan (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).

Berdasarkan data di atas penulis tertarik melakukan studi kasus lebih

lanjut tentang permasalahan diatas dalam melakukan asuhan keperawatan

komunitas pada usia lanjut dengan Asam Urat, di wilayah kerja Puskesmas

Plumbon khususnya di RW 13 Kelurahan Plumbon kecamatan indramayu.


2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian study

kasus ini adalah : “ Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada lansia yang

menderita Asam Urat di Wilayah RW 13 Kelurahan Plumbon Kecamatan

Indramayu?”

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mempelajari dan memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan

asuhan keperawatan komunitas pada lansia yang menderita Asam Urat di Wilayah

RW 13 Kelurahan Plumbon Kecamatan Indramayu?”

b. Tujuan Khusus

Mampu melakukan pengkajian pada lansia yang menderita Asam Urat di

Wilayah RW 13 Kelurahan Plumbon Kecamatan Indramayu.

1. Mampu menganalisis diagnosa keperawatan komunitas pada lansia yang

menderita Asam Urat di Wilayah RW 13 Kelurahan Plumbon Kecamatan

Indramayu.

2. Mampu menyusun rencana keperawatan komunitas pada lansia yang

menderita menderita Asam Urat di Wilayah RW 13 Kelurahan Plumbon

Kecamatan Indramayu.

3. Mampu Melaksanakan tindakan keperawatan komunitas pada lansia yang

menderita Asam Urat di Wilayah RW 13 Kelurahan Plumbon Kecamatan

Indramayu.
4. Mampu melakukan evaluasi tindakan pada lansia yang menderita Asam

Urat di Wilayah RW 13 Kelurahan Plumbon Kecamatan Indramayu.

4. Manfaaat
a. Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melaksanakan proses

asuhan keperawatan komunitas pada lansia yang menderita Asam Urat di Wilayah

RW 13 Kelurahan Plumbon Kecamatan Indramayu.

b. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan penulis tentang asuhan keperawatan

komunitas pada lansia yang menderita Asam Urat di Wilayah RW 13

Kelurahan Plumbon Kecamatan Indramayu.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan masukan di institusi sehingga dapat menyiapkan perawat

yang berkompeten dan berpendidikan tinggi dalam memberikan asuhan

keperawatan yang komperhensif, khususnya dalam memberikan asuhan

keperawatan pada lansia yang menderita Asam Urat.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan pada masyarakat dan khususnya lansia

tentang penyakit Asam Urat sehingga mereka dapat melakukan

pencegahan komplikasi yang akan terjadi melalui pemeriksaan check

uric acid yang teratur dan rutin.


4. Bagi Perawat

Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan tingkat profesionalisme

pelayanan keperawatan yang sesuai standart asuhan keperawatan.

5. Metode Penulisan dan Pengumpulan Data

1. Metode penyusunan

Deskriptif

Metode yang digunakan yang mengungkapkan peristiwa dan bertujuan

pada pemecahan masalah yang dihadapi saat ini dan hasilnya dapat

dievaluasi pada saat ini juga.

a. Studi pustaka

Yaitu mencari informasi-informasi melalui beberapa literature yang

berasal dari buku-buku ilmiah, majalah ilmiah serta media cetak

lainnya yang ada diperpustakaan untuk dijadikan landasan teori

dalam memberikan pelayanan maupun penulisan karya tulis ini.

b. Studi lapangan

Yaitu memberikan asuhan keperawatan secara nyata dilapangan

untuk memperoleh gambaran sebenarnya tentang perkembangan

suatu subyek melalui proses keperawatan.

2. Tehnik pengumpulan data

Dalam pengumpulan data dipakai tehnik sebagai berikut :

a. Observasi
b. Wawancara

c. Pemeriksaan Lingkungan
3. Jenis data

a. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi langsung.

b. Data sekunder.

6. Lokasi dan Waktu

a. Lokasi

Asuhan keperawatan komunitas ini dilaksanakan di Wilayah RW 13 Kelurahan

Plumbon Kecamatan Indramayu.

b. Waktu

Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada tanggal 24 Mei

sampai tanggal 26 Mei 2022


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Atritis Gout

1. 1. Pengertian

Atritis Gout adalah penyakit heterogen yang disebabkan oleh penumpukan

monosodium urat atau kristal urat akibat adanya supersaturasi asam urat

(Askandar Tjokroprawiro dkk, 2007).

Gout adalah suatu penyakit yang di tandai dengan serangan mendadak,

berulang, dan disertai dengan arthritis yang terasa sangat nyeri karena adanya

endapan kristal monosodium urat atau asam urat yang terkumpul di dalam sendi

sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah. Menurut Dr.

Iskandar Junaidi (2013)

Asam Urat adalah penyakit yang menyerang sendi dan tendon yang

disebabkan timbunan kristal urat. Timbunan kristal urat tersebut disebabkan

karena deposit asam urat yang lama kelamaan membentuk kristal pada sendi atau

tendon yang terkena sehingga mengakibatkan peradangan. Istilah lain asam urat

adalah penyakit pirai atau dalam bahasa Inggris disebut GOUT (Admin, 2009).

Asam Urat nilai normalnya 2,4 mg/dl hingga 6 mg/dl untuk wanita dan 3,0

mg/dl hingga 7 mg/dl untuk pria (Zaenal, 2012).

2. Etiologi

Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap

pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu,dilihat dari

penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolik. Kelainan

ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yang hiperurisemia.


Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:

1. Pembentukan asam urat yang berlebih.

a. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang

bertambah.

b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih

karana penyakit lain, seperti leukemia,terutama bila diobati dengan

sitostatika, psoriasis, polisitemia vera dan mielofibrosis.

2. Kurang asam urat melalui ginjal.

a. Gout primer renal terjadi karena ekskresi asam urat di tubuli distal

ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui

b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,

misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.

3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini tidak

penting.

2. Gambaran Klinis

Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan

sesudah menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak diternui

pada usia 50-60. Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen

penderita gout adalah pria. Urat serum wanita normal jumahnya sekitar 1 mg per

100 mI, lebih sedikit jika dibandingkn dengan pria. Tetapi sesudah menopause

perubahan tersebut kurang nyata. Pada pria hiperurisemia biasanya tidak timbul

sebelurn mereka mencapai usia remaja (Nyoman Kartia, 2009).


Gout Akut biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda

awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien

mungkin juga menderita demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan

akut mungkin didahului oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol

dan stres emosional. Meskipun yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu

jari kaki, tetapi sendi lainnya dapat juga terserang. Dengan semakin lanjutnya

penyakit maka sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan siku

dapat terserang gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh sendiri.

Kebanyakan gejala-gejala serangan Akut akan berkurang setelah 10-14 hari

walaupun tanpa pengobatan.

Perkembangan serangan Akut gout biasanya merupakan kelanjutan dari

suatu rangkaian kejadian. Pertama-tama biasanya terdapat supersaturasi urat

dalam plasma dan cairan tubuh. Ini diikuti dengan pengendapan kristal-kristal urat

di luar cairan tubuh dan endapan dalarn dan seldtar sendi. Tetapi serangan gout

sering merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptura tofi (endapan natrium urat)

yang merupakan penyebab peningkatan konsentrasi asam urat yang cepat. Tubuh

mungkin tidak dapat menanggulangi peningkatan ini dengan memadai, sehingga

mempercepat proses pengeluaran asam urat dari serum. Kristalisasi dan endapan

asam urat merangsang serangan gout. Kristal-kristal asam urat ini merangsang

respon fagositosis oleh leukosit dan waktu leukosit memakan kristal-kristal urat

tersebut maka respon mekanisme peradangan lain terangsang. Respon peradangan

mungkin dipengaruhi oleh letak dan besar endapan kristal asam urat. Reaksi

peradangan mungkin merupakan proses yang berkembang dan memperbesar diri

sendiri akibat endapan tambahan kristal-kristal dari serum.

Periode antara serangan gout akut dikenal dengan nama gout inter kritikal.

Pada masa ini pasien bebas dari gejala-gejala klinik. Gout kronik timbul dalarn
jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan rasa nyeri, kaku dan pegal.

Akibat adanya kristal-kristal urat maka terjadi peradangan kronik, sendi yang

bengkak akibat gout kronik sering besar dan berbentuk nodular. Serangan gout

Aut dapat terjadi secara simultan diserta gejala-gejala gout kronik. Tofi timbul

pada gout kronik karena urat tersebut relatif tidak larut. Awitan dan ukuran tofi

sebanding dengan kadar urat serum. Yang sering terjadi tempat pembentukan tofi

adalah: bursa olekranon, tendon Achilles, permukaan ekstensor dari lengan

bawah, bursa infrapatella dan helix telinga

Tofi-tofi ini mungkin sulit dibedakan secara klinis dari rheumatoid nodul.

Kadang-kadang tofi dapat membentuk tukak dan kemudian mengering dan dapat

membatasi pergerakan sendi. Penyakit ginjal dapat terjadi akibat hiperurisemia

kronik, tetapi dapat dicegah apabila gout ditangani secara memadai (Askandar

Tjokroprawiro dkk, 2007).

3.3. Komplikasi

Komplikasi asam urat biasanya terjadi pada penderita asam urat akut yang

terlambat menangani penyakitnya. Jika kadar asam urat dalam darah melebihi

batas normal (tinggi), maka akan merusak organ-organ tubuh, terutama ginjal

karena saringannya akan tersumbat. Tersumbatnya saringan ginjal berdampak

munculnya batu ginjal dan akhirnya bisa mengakibatkan gagal ginjal. Asam urat

pun merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung koroner. Diduga kristal asam

urat akan merusak endotel/pembuluh darah koroner. Dengan demikian jika kadar

asam urat tinggi upayakan untuk menurunkannya agar kerusakan tidak menyebar

ke organ-organ tubuh lainnya.

4. Patofisiologi
Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah

satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.

Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara

berurutan.

1. Presipitasi kristal monosodium urat.

Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam

plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium,

jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal

urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam

protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk

berespon terhadap pembentukan kristal.

2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)

Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan

respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh

leukosit.

3. Fagositosis

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya

membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik

lisosom.

4. Kerusakan lisosom

Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan

hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini

menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase


radikal kedalam sitoplasma.

5. Kerusakan sel

Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam

cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan

kerusakan jaringan.

4. 5. Penatalaksanaan Arthritis Gout

1. Colchicin: dosis 0,5 × 1,2 kali/hari dan berikan sampai tanda inflamasi

berkurang. Peran colchicin dalam terapi gout adalah menghambat

pagositosis kristal monosodium asam urat oleh neutrofil. Efek samping:

nyeri perut, diare, mual, muntah. Bila ada efek samping obat segera

dihentikan. Dosis harus dikurangi pada pasien yang tua dengan gangguan

fungsi ginjal/hati

2. NSAID: natrium diklofenak, ketoprofen, ibuprofen, endometasin, steroid.

3. Steroid: bila NSAID atau colchicin ada kontraindikasi, misalnya pada

penderita insufisiensi renal, penderita tua atau kongestif. Diberikan lokal

atau sistemik dengan aturan yang ketat karena efek samping kortikosteroid

yang besar. Dosis oral prednisone 0,5 mg/kgBB/hari dan ditapering 10

mg/minggu.

4. Jangan memberikan allupurinol/ probenesid pada serangan akut kecuali

penderita telah mengkonsumsi sebelumnya.

5. Pengobatan hiperurisemia

a. Diet rendah purin


b. Penghambat xantin oksidase: allupurinol dimulai dengan dosis 100 mg

peroral sampai mencapai dosis anatara 200-300 mg/hari, dosis

maksimum 800 mg (dosis disesuaikan dengan fungsi ginjal).

Peningkatan dosis sebaiknya pelan-pelan untuk menghindari

penurunan asam urat yang mendadak, yang mana hal ini dapat

mencetuskan serangan gout arthritis akut. Kadar serum asam urat

dipertahankan < 6,4 mg/dl yaitu kadar di bawah titik saturasi asam

urat di dalam darah. Indikasi batu ginjal, tofus, ekskresi asam urat

dalam urine > 800-1000/hari, alergi urikosurik. Efek samping: demam,

Steven Johnson Syndrome, depresi sumsum tulang, vaskulitis, dan

hepatitis.

c. Urikosurik: probenecid dosis 1-2 g/hari sulfinipirazone dosis 2 × 50 -

400 mg/hari

Bahan – bahan rendah purin dan tinggi purin

Rendah Tinggi purin

Sereal, beras, roti putih, sagu, Daging, jeroan, bebek, daging awetan, ikan/

Tapioca hewan laut, sarden, kepiting, kerang, udang


Susu, telur, margarin, mentega,

buah, kacang (dalam jumlah


Ragi, bir, minuman alcohol
sedikit).
Kedelai, bayam, asparagus, bunga kol,
Kubis, sayur hijau
jamur, emping
Minuman berkarbon

5. 6. Pencegahan Arthritis Gout

Diet rendah purin, turunkan berat badan, hindari alkohol, olahraga ringan

dan teratur, hindari stres, colchisin dosis rendah efektif untuk menghindari

eksaserbasi akut. Colchisin dapat diberikan sampai 6 bulan-1 tahun setelah

serangan gout akut. Jika kadar serum asam urat bisa dipertahankan 5 mg/dl dan

tidak ada serangan akut maka pemberian colchisin untuk maintenance dapat

dihentikan. Obat ini cukup toksik, terutama terhadap ginjal dan hepar, sehingga

perlu hati-hati dalam penggunaannya (Askandar Tjokroprawiro dkk, 2007).

B. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas

1. Pengertian Keperawatan Komunitas

Komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah

nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat serta terikat/dibatasi

wilayah geografi. Contoh: kesatuan-kesatuan seperti kota, desa, RT, RW, dan

lain-lain (Wahit, 2009).

Menurut WHO keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus

yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan

masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat

secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial,

perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang


lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah

dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan kegiatan promosi,

pemeliharaan dan pendidikan kesehatan serta manajemen, koordinasi dan

kontinuitas asuhan dalam layanan kesehatan yang diberikan kepada individu,

keluarga, kelompok/komunitas ( ANA dalam Stanhope & Lancaster, 2004 ).

Keperawatan kesehatan komunitas pada dasarnya adalah pelayanan

keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan

masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan untuk seluruh masyarakat

dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Wahit, 2009).


Berdasarkan uraian diatas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas

mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Merupakan perpaduan antara pelayanan keperawatan dengan kesehatan

komunitas.

2. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care).

3. Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan

pencegahan penyakit (preventif) baik pada pencegahan tingkat pertama,

kedua, maupun ketiga.

4. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan komunitas kepada klien

(individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian.

5. Ada kemitraan perawat kesehatan komunitas dengan masyarakat dalam

upaya kemandirian klien.

6. Memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lain dan masyarakat.

2. Paradigma keperawatan komunitas

Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok,

yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan. Sebagai sasaran praktik

keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.

1. Individu Sebagai Klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari

aspek biologi, psikologi, social, dan spiritual. Peran perawatan pada

individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang

mencakup kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial,


psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,

keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian

pasien/ klien.

2. Keluarga Sebagai Klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara

terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan

maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau

masyarakat atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam

fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu

kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga

diri dan aktualisasi diri.

Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus

pelayanan keperawatan yaitu:

a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan

lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat

b. Keluarga seabagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam

kelompoknya sendiri.

c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang

diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh

anggota keluarga tersebut.

3. Masyarakat Sebagai Klien

Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh


adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki

identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan


kesehatan komunitas didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan

peran dan fungsi dengan afektif. Kesehatan adalah proses yang

berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif.

Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi

kesehatan yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.

Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti: air,

udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah

mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.

Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang

dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut

saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam

menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

3. Tujuan keperawatan komunitas

1. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara

menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal secara mandiri.

2. Tujuan Khusus

a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.

b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka


mengatasi masalah kepearawatan.
c. Tertanganinya kelompok kelompok keluarga rawan yang memerlukan

pembinaan dan asuhan keperawatan.

d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/ rawan yang memerlukan

pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di

masyarakat.

e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak

lanjut dan asuhan keperawatan di rumah.

f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko

tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di

rumah dan di puskesmas.

g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk

menuju keadaan sehat optimal (R. Fallen & R. Budi, 2010).

4. Fungsi Keperawatan Komunitas

1. Memberikan pedoman yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan

masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui

asuhan keperawatan.

2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai

dengan kebutuhannya.

3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan

masalah, komunikasi yang efektif dan efisien, serta melibatkan peran

sertamasyarakat.

4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan

permasalahan atau kebutuhannya, sehingga mendapatkan pelayanan


yangcepat agar mempercepat prose penyembuhannya.

5. Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk

individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk

di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk

kelompok bayi, balita dan ibu hamil (R. Fallen & R. Budi, 2010).

Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga

tingkat yaitu:

1. Tingkat Individu

Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang

mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, Ibu hamil dll)

yang dijumpai di poloklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat

perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan

individu.

2. Tingkat Keluarga

Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga

dengan mengatur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu

mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi

masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga,

menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya

dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.

3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.

a. Pembinaan kelompok khusus


b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

4. Individu

Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,

psikologi, soaial dan spiritual. Maka peran perawat adalah membantu agar

individu dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena kelemahan fisik dan

mental yang dialami, keterbatasan pengetahuannya dan kurangnya

kemampuan menuju kemandirian.

5. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal

dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan

atau adopsi. Antara keluarga satu dan yang lainya saling tergantung dan

berinteraksi, bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai

masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainya

dan keluarga yang ada disekitarnya. Dari permasalahan tersebut, maka

keluarga merupakan fokus pelayanan kesehatan yang strategis :

a. Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan

b. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan

seluruh anggota keluarga

c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan

d. Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan dalam perawatan

e. Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan dalam perawatan

Kesehatan
f. Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-

usaha kesehatan masyarakat.

6. Kelompok khusus

Yaitu sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,

umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan

terhadap masalah kesehatan antara lain :

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat

perkembangan dan pertumbuhan seperti lanjut usia.

b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan

dan bimbingan serta asuhan keperawatan kasus penyakit menular

seperti: TBC, AIDS, Kusta dan lain-lain

C. Konsep Lanjut Usia

1. Definisi

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini

berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan

kepekaan secara individual (Hawari, 2001). Lansia bukan suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan

(Pudjiastuti, 2003).

Batasan umur lansia menurut World Health Organization (WHO):

Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun


Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun

Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun

2. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung

rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya

umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai

berikut:

1. Perubahan Fisik

a. Sel

Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya

cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal,

dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme

perbaikan sel.

b. Sistem Persyarafan

Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun,

berat Otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra

sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan

pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih

sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,

kurang sensitive terhadap sentuhan.

c. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram

(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya

membedakan warna menurun.

d. Sistem Pendengaran

Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi

suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,

50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani

menjadi atrofi menyebabkan oteosklerosis.

e. Sistem Cardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung

menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan

sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke

duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun

menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya

resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg,

diastole normal ± 95 mmHg.

f. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu

thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi

beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara

lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigildan

tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi

rendahnya aktifitas otot.


g. Sistem Respirasi

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik

nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan


kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya

aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak

berganti.

h. Sistem Gastrointestinal

Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun,

pelebaran esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun,

waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul

konstipasi, fungsi absorbsi menurun.

i. Sistem Genitourinaria

Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun

sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi

atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun

dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks

sekunder.

j. Sistem Endokrin

Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),

penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone,

dan testoteron.

k. Sistem Kulit

Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses

keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas

akibat penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan

rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan


pada bentuk sel epidermis.

l. Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan

pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon

mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot sehingga

gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

2. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

a. Perubahan fisik.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

d. Hereditas.

e. Lingkungan.

f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya

kekakuan sikap.

g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.

h. Kenangan lama tidak berubah.

i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,

berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor

terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari


factor waktu.

3. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami

pensiun. Berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun.

a. Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang.


b. Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup

tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya.

c. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.

d. Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awarness of

mortality).

4. Perawatan Lansia

Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan

yaitu:

a. Pendekatan Psikis

Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang

berperan sebagai support system, interpreter dan sebagai sahabat

akrab.

b. Pendekatan Sosial

Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita,

memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan klien lansia,

rekreasi, menonton televise, perawat harus mengadakan kontak

sesama mereka, menanamkan rasa persaudaraan.


c. Pendekatan Spiritual

Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya

dengan Tuhan dan Agama yang dianut lansia, terutama bila lansia

dalam keadaan sakit.


D. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan Komunitas

1. Pengkajian

Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang

bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien.

Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah:

a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri:

umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,

keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.

b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman):

1) Perumahan: rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan,

sirkulasi dan kepadatan.

2) Pendidikan: apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan

untuk meningkatkan pengetahuan.

3) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: apakah

tidak menimbulkan stress.

4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan:

apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas

mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.

5) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini

gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah

terjadi.

6) System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat


dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan

pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,

radio, koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.

7) Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan

apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah

UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan

yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk

konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.

8) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan

apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini

hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.

c. Status kesehatan komunitas

Status kesehatan dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic, antara

lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan

imunisasi.

2. Analisa data

dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam

suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan

pemikiran yang kritis.

Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar stressor yang

mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada

masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun

diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: Masalah Kesehatan,


Karakteristik populasi, Karakteristik Lingkungan (R. Fallen & R. Budi,

2010). Analisis faktor – faktor yang berhubungan dengan masalah atau

lazimnya disebut dengan etiologi. Untuk menetapkan etiologi dari masalah

keperawatan di Komunitas dapat menggunakan beberapa pilihan di bawah

ini :

a. Faktor budaya masyarakat

b. Pengetahuan yang kurang

c. Sikap masyarakat yang kurang mendukung

d. Dukungan yang kurang dari pemimpin formal atau informal

e. Kurangnya kader kesehatan di masyarakat

f. Kurangnya fasilitas pendukung di masyarakat

g. Kurangnya efektifnya pengorganisasian

h. Kondisi lingkungan dan geografis yang kurang kondusif

i. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai

j. Kurangnya ketrampilan terhadap prosedur pencegahan penyakit

k. Kurangnya ketrampilan terhadap prosedur perawatan kesehatan

l. Faktor financial

m. Komunikasi/ koordinasi dengan sumber pelayanan kesehatan kurang

efektif
3. Diagnosa Keperawatan

Menyimpulkan masalah keperawatan di komunitas berdasarkan klasifikasi

kepemilikan masalah menurut OMAHA

1. Formulasi penulisan diagnosa keperawatan :

a. Problem

b. Etiologi

c. Data yang mendukung

2. Tipe Diagnosa keperawatan Komunitas ada 3 diantaranya:

a. Diagnosa actual, dimana karakteistiknya adalah adanya data mayor

(utama) sehingga masalah cukup valid untuk diangkat.

b. Diagonsa Resiko dan Resiko Tinggi, dimana karakteristiknya adalah

adanya faktor-faktor di komunitas yang beresiko. Data-data yang

menunjang untuk diagnosa resiko adalah data yang memvalidasi

faktor-faktor resiko.

c. Diagnosa Sehat/ Sejahtera/ Wellnes, dimana diagnosa ini adalah

menggambarkan keadaan sehat dikomunitas. Penulisannya

menggunakan tabel potensial peningkatan. Diagnosa ini perlu

diangkat dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan

kondisi di komunitas yang sudah sehat tersebut dengan kegiatan

Promotif dan Preventif (Imam Subekti, 2005).

Berikut ini adalah daftar Diagnosa Keperawatan Komunitas

berdasarkan Klasifikasi Kepemilikan Masalah OMAHA. Diagnosa


keperawatan OMAHA ini terdiri dari 4 klasifikasi masalah, yaitu

Lingkungan, Psikososial, Fisiologis, dan Perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan dan terdiri dari 40 macam masalah.


DAFTAR KLASIFIKASI MASALAH MENURUT OMAHA

I.Pemilikan II.Pemilikan Psikososial III.Pemilik Fisiologis IV.Pemilik Perilaku

Lingkungan yang berhubungan

dengan kesehatan

Pendapatan Komunikasi dengan . Pendengaran . Nutrisi

Sanitasi sumber masyarakat


. Penglihatan . Pola istirahat dan
Pemukiman Kontak sosial
tidur
Keamanan Perubahan peranan
. Berbicara dan bahasa
pemukiman/ Hubungan antar anak . Aktifitas fisik

tempat kerja . Geligi


. Kegelisahan agama
. Kebersihan
yang lain
. Pengamatan perorangan
. Kesedihan

. Penyalahgunaan obat
. Nyeri
. Stabilitas emosi

. Keluarga berencana
. Kesadaran
. Seksualitas manusiawi

. Penyedia pelayanan
. Bungkus/ kulit
. Memelihara keorang
kesehatan
tuaan
. Fungsi
. Peraturan penulisan
. Anak/dewasa neuromuskuluskeletal
resep
ditelantarkan
. Respirasi
. Tekhnis prosedur
. Perlakuan salah
. Sirkulasi
terhadap anak/orang . Lain - lain

dewasa
. Digesti – hidrasi

. Pertumbuhan dan
. Fungsi perut
perkembangan
. Fungsi genitourinaria
. Lain – lain

. Ante partum/ post

partum

. Lain - lain
4. Menyusun Rencana Asuhan Keperawatan

Komponen dalam menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas

antara lain:

1. Prioritas masalah, menggunakan skoring

2. Merumuskan Tujuan

a. Berorientasi pada masyarakat

b. Berorientasi pada masalah dan faktor-faktor penyebabnya

c. Jangka waktu pencapaian (jangka panjang-jangka pendek)

3. Merumuskan Kriteria Hasil

Menuliskan ukuran/ standar pencapaian hasil yang diharapkan sesuai

tujuan

4. Menyusun Aktifitas/ Intervensi

a. Pendekatan 3 tingkat pencegahan

b. Kerjasama lintas program dan sector

5. Menetapkan:

a. Penanggung jawab

b. Menetapkan waktu pelaksanakan


c. Menetapkan tempat pelaksanaan

d. Menetapkan metode dan media yang digunakan

5. Pelaksanaan

Adalah pelaksanaan kegiatan - kegiatan yang telah direncanakan dengan

melibatkan secara aktif masyarakat melalui kelompok-kelompok yang ada di

masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat dan bekerjasama dengan pimpinan formal di

masyarakat, Puskesmas/ Dinas Kesehatan atau sector terkait lainnya yang meliputi

kegiatan:

1. Promotif :

a. Pelatihan kader kesehatan

b. Penyuluhan kesehatan/ pendidikan kesehatan

c. Standarisasi nutrisi yang baik

d. Penyediaan perumahan

e. Tempat-tempat rekreasi

f. Konseling perkawinan

g. Pendidikan seks dan masalah-masalah genetika

h. Pemeriksaan kesehatan secara periodic


2. Preventif :

a. Keselamatan dan kesehatan kerja

b. Pencegahan penyakit dan masalah kesehatan

c. Pemberian nutrisi khusus

d. Pengamatan/ penyimpanan barang, bahan yang berbahaya

e. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

f. Imunisasi khusus pada kelompok khusus

g. Personal Hygiene dan kesehatan lingkungan

h. Perlindungan kecelakan kerja dan keselamatan kerja

i. Menghindari dari sumber alergi

3. Pelayanan Kesehatan Langsung:

a. Pelayanan kesehatan di Posyandu Balita, Lansia

b. Home Care
c. Rujukan

d. Pembinaan pada kelompok-kelompok di masyarakat

Pada pelaksanaan praktek keperawatan komunitas berfokus pada tingkat

pencegahan yaitu:

1. Pencegahan Primer
Pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat, mencakup

pada kegiatan kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap

penyakit.

2. Pencegahan Sekunder

Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan

masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini

menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk menghambat proses

penyakit.

3. Pencegahan Tersier

Kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat

berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga (R. Fallen &

R. Budi, 2010).

2. Tahap Evaluasi

1. Perkembangan masalah kesehatan yang telah ditemukan

2. Pencapaian tujuan keperawatan ( Terutama Tujuan Jangka Pendek )

3. Efektifitas dan efisien tindakan/kegiatan yang telah dilakukan

4. Rencana tindak lanjut

E.Tinjauan Teori Penerapan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data


inti dan data sub sistem.

A. Data Inti komunitas meliputi :

1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

a. Lokasi

b. Batas wilayah/wilayah

2. Data demografi

a. Jumlah penderita Asam Urat

b. Berdasarkan jenis kelamin

c. Berdasarkan kelompok penderita Asam Urat

Pada umumnya usia > 60 tahun lebih banyak yang menderita

Asam Urat

B. Data sub sistem

1. Data lingkungan fisik

a. Fasilitas umum dan kesehatan

1) Fasilitas umum

Sarana kegiatan kelompok, meliputi : Karang taruna,

Pengajian, Ceramah agama, PKK.

2) Tempat perkumpulan umum


Balai desa, RW, RT, Masjid/Mushola.

3) Fasilitas Kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan, presentasi pemakaian sarana

atau fasilitas kesehatan. Puskesmas, Rumah sakit, Para dokter

swasta, Praktek kesehatan lain.

4) Kebiasaan check up kesehatan

2. Ekonomi

a. Karekteristik pekerjaan

b. Penghasilan rata-rata perbulan

3. Keamanan dan transportasi

Keamanan :

a. Diet makan

Kebiasaan makan makanan tinggi purin, Kebiasaan makan

makanan berlemak, Lain-lain.

b. Kepatuhan terhadap diet

c. Kebiasaan berolahraga

d. Struktur organisasi : ada / tidak ada

e. Terdapat kepala desa dan perangkatnya

f. Ada organisasi karang taruna


g. Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna, panti,

posyandu)

h. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : tidak

ada / ada ( Sebutkan )

i. Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit Asam Urat : ada /

belum ada

j. Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan : ada / belum ada


4. Sistem komunikasi

a. Fasilitas komunikasi yang ada

Radio, TV, Telepon/handphone, Majalah/koran.

b. Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok Lansia

dengan Asam Urat diantaranya adalah:

1) Poster tentang diit Asam Urat

2) Pamflet tentang penanganan Asam Urat

3) Leaflet tentang penanganan Asam Urat

4) Kegiatan yang menunjang kegiatan Asam Urat

5) Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas

kesehatan dari Puskesmas : ada/ tidak ada

5. Pendidikan

Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal : SD,

SLTP, SLTA, Perguruan tinggi.


6. Rekreasi

Tempat wisata yang biasanya dikunjungi untuk rekreasi.

2. Prioritas Masalah & Diagnosa Keperawatan

Menentukan prioritas masalah dengan menggunakan tabel prioritas

masalah :

Ada berbagai cara menentukan prioritas masalah, diantaranya :


1. Metode Paper and Pencil Tool ( Ervin, 2002 )

Masalah Pentingnya Kemungkinan Peningkatan Total

masalah untuk perubahan positif terhadap kualitas

dipecahkan : jika diatasi : hidup bila diatasi

Rendah Tidak ada


:

Sedang Rendah
Tidak ada
Tinggi Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang

2. Metode penepisan OMAHA

No Masalah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total

Keterangan :
1) Sesuai dengan peran perawat komunitas

2) Jumlah yang beresiko

3) Besarnya resiko

4) Kemunkinan untuk penkes

5) Minat masyarakat

6) Kemungkinan untuk di atasi

7) Sesuai dengan program pemerintah

8) Sumber daya tempat


9) Sumber daya waktu

10) Sumber daya dana

11) Sumber daya peralatan

12) Sumber daya orang

Score :

0 : Sangat rendah

1–2 : Rendah

3–4 : Sedang

5 : Tinggi
3. Skoring diagnosis keperawatan komunitas (Depkes, 2003)

Masalah 1 2 3 4 5 6 Total

Keterangan :

1. Perhatian masyarakat

2. Prevalensi kejadian

3. Berat ringannya masalah

4. Kemungkinan masalah untuk diatasi

5. Tersedianya sumber daya masyarakat

6. Aspek politis

Score :

0 : Sangat rendah

1–2 : Rendah

3–4 : Sedang

5 : Tinggi
Diagnosa Keperawatan

1. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang masalah kesehatan lansia

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tumbuh

kembang lansia dan perubahan-perubahan pada lansia


2. Ketidakmampuan masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan

berhubungan dengan pengetahuan masyarakat yang kurang.

3. Ketidakpatuhan lansia melakukan pemeriksaan asam urat berhubungan

dengan Faktor penghasilan yang rendah

4. Kurang pengetahuan lansia tentang diet asam urat berhubungan dengan

ketidakmampuan mengambil keputusan tentang pemilihan, pengolahan

serta pengaturan diet asam urat.

3. Rencana Keperawatan/Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan 1 : Kurangnya kesadaran masyarakat tentang

masalah kesehatan lansia berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang tumbuh kembang lansia dan perubahan - perubahan

pada lansia.

Tujuan :

1) Tujuan jangka panjang : Kelompok Lansia RW 13 mengerti tentang

perubahan – perubahan yang terjadi pada usia lanjut usia.

2) Tujuan jangka pendek

Kelompok Lansia RW 13 mampu:

a) Mengerti penyebab perubahan – perubahan yang terjadi pada usila.

b) Mampu menjaga kesehatan diri sendiri.


Kriteria Hasil

6) Lansia mampu menyebutkan perubahan apa yang terjadi pada dirinya


7) Mampu menjelaskan penyebab perubahan yang terjadi pada lansia

8) Derajat kesehatan lansia meningkat

Intervensi

1. Beri penyuluhan tentang kesehatan lansia serta perubahan – perubahan

yang terjadi pada usila.

2. Beri leaflet tentang kesehatan lansia untuk membantu pemahaman

para lansia.

3. Kerjasama dengan lintas program dan sektor : kader lansia setempat

untuk melanjutkan memberi pendidikan kesehatan tentang kesehatan

lansia.

Penanggung Jawab : Petugas Kesehatan Setempat

Waktu Pelaksanaan : Tanggal 23 Mei 2022

Tempat Pelaksanaan : Balai RW 13 Kelurahan Plumbon

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Media yang digunakan : Leaflet dan SAP

2. Diagnosa Keperawatan 2 : Ketidakmampuan masyarakat menggunakan

pelayanan kesehatan berhubungan dengan pengetahuan masyarakat yang

kurang.
Tujuan :

1) Tujuan jangka panjang : Kelompok Lansia RW 13 mampu

memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan yang

disediakan secara efektif.

2) Tujuan jangka pendek

Kelompok Lansia RW 13 mampu:

a) Mengetahui manfaat berobat ke fasilitas kesehatan yang ada

b) Mampu meningkatkan kesadaran untuk mengikuti

kegiatanposyandu lansia.

Kriteria Hasil

1) Kegiatan pelayanan posyandu lansia dapat berjalan secara efektif

2) Meningkatkan derajat kesehatan lansia

3) Lansia menyatakan kesediannya untuk mau mengikuti

kegiatanposyandu lansia secara rutin.

Intervensi

1. Motivasi lansia untuk menggunakan sarana kesehatan

yang disediakan atau pergi ke posyandu Lansia secara

rutin.

2. Beri penyuluhan tentang Asam Urat serta dampak jika

tidak periksa atau ditindak lanjuti.


3. Kerjasama dengan lintas sektor : Kader dan Tokoh

Masyarakat untuk rutin menghadiri Posyandu Lansia agar

jadi contoh kepada Lansia setempat.

Penanggung Jawab : Petugas

Kesehatan SetempatWaktu Pelaksanaan :

Tanggal 24 Mei 2022

Tempat Pelaksanaan : Balai RW 13 Kelurahan

Plumbon

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Media yang digunakan : Leaflet dan SAP

3. Diagnosa Keperawatan 3 : Ketidakpatuhan lansia untuk

melakukan pemeriksaan asam urat berhubungan dengan faktor

penghasilan yang rendah

Tujuan

1) Tujuan jangka panjang : Kelompok Lansia RW 13 rutin

untuk melakukan pemeriksaan asam urat di Puskesmas,

Posyandu Lansia atau Pustu setempat.

2) Tujuan jangka

pendek Kelompok

Lansia RW 13

mampu:

a) Mengetahui tentang manfaat, jadwal dan kegiatan posyandu lansia.


b) Mampu meningkatkan kesadaran untuk mengikuti

kegiatan posyandu lansia.

Kriteria Hasil

1) Kegiatan pelayanan posyandu lansia dapat berjalan secara

efektif serta kunjungan posyandu meningkat sampai

dengan 100 % dalam kurun waktu 1 tahun.

2) Lansia mampu menyebutkan manfaat posyandu lansia

dengan benar, jadwal posyandu lansia di RW 13 dan

kegiatan posyandu lansia. Lansia menyatakan

kesediannya untuk mau mengikuti kegiatan posyandu

lansia secara rutin.

Intervensi

1. Motivasi lansia untuk menggunakan sarana kesehatan

yang disediakan atau pergi ke posyandu Lansia secara

rutin.

2. Beri penyuluhan tentang Asam Urat serta dampak jika

tidak periksaatau ditindak lanjuti.

3. Kerjasama dengan lintas sektor : Petugas Puskesmas dan

Kader dalampelaksanaan posyandu lansia.

Penanggung Jawab : Petugas

Kesehatan SetempatWaktu Pelaksanaan :

Tanggal 24 Mei 2022

Tempat Pelaksanaan : Balai RW 13 kelurahan

plumbon
Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Media yang digunakan : Leaflet dan SAP

4. Diagnosa Keperawatan 4 : Kurang pengetahuan lansia tentang

diet Asam Urat berhubungan dengan ketidakmampuan

mengambil keputusan tentang pemilihan, pengolahan serta

pengaturan diet Asam Urat.

Tujuan :

1) Tujuan jangka panjang : Kelompok Lansia RW 13

mengerti tentang diet Asam Urat dan menerapkan dalam

kehidupan sehari - hari.

2) Tujuan jangka

pendek Kelompok

Lansia RW 13

mampu:

a) Mengetahui komposisi menu untuk Asam Urat.

b) Mampu menyebutkan apa saja pantangan makanan

untuk penderitaAsam Urat.

Kriteria Hasil

1) Lansia mengerti dan menerapkan diet Asam Urat dalam

kehidupansehari - hari.

2) Mampu memperagakan mengkonsumsi sesuai komposisi

menu yangdiajarkan.
3) Mampu menyebutkan dengan benar makanan pantangan

untukpenderita Asam Urat.

Intervensi

1. Beri penyuluhan tentang Asam Urat komposisi menu

diet untukpenderita Asam Urat.

2. Beri contoh menu diet Asam Urat.

3. Kerjasama dengan lintas program sektor : Kader untuk

meneruskan pendidikan kesehatan komposisi menu diet

penderita hipertensi setiapkegiatan posyandu lansia.

Penanggung Jawab : Petugas

Kesehatan SetempatWaktu Pelaksanaan :

Tanggal 24 Mei 2022

Tempat Pelaksanaan : Balai RW 13 Kelurahan

Plumbon

Metode : Diskusi dan Tanya Jawab

Media yang digunakan : Leaflet dan SAP

Pelaksanaan

Adalah pelaksanaan kegiatan – kegiatan yang telah

direncanakan dengan melibatkan secara aktif masyarakat melalui

kelompok – kelompok yang ada di masyarakat, tokoh – tokoh

masyarakat dan bekerjasama dengan pimpinan formal

di masyarakat, Puskesmas/Dinas Kesehatan atau sektor terkait

lainnya, yangmeliputi kegiatan :


1. Promotif :

a. Penyuluhan kesehatan/pendidikan kesehatan

b. Standarisasi nutrisi yang baik

c. Pemeriksaan kesehatan secara periodik

2. Preventif :

a. Pencegahan penyakit dan masalah kesehatan

b. Pemberian nutrisi khusus

c. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

d. Imunisasi khusus pada kelompok khusus

3. Pelayanan kesehatan lansung :

a. Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia

b. Rujukan

Tahap Evaluasi

1. Perkembangan masalah kesehatan yang telah ditemukan

2. Pencapaian tujuan keperawatan ( Terutama Tujuan Jangka Pendek )

3. Efektifitas dan efisien tindakan/kegiatan yang telah dilakukan

4. Rencana tindak lanjut


BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Keperawatan

3.1.1 Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 23 – 25 Juli 2022. Data yangdikumpulkan

meliputi:

1. Data Geografi

Wilayah RW 13 terletak dalam Kelurahan Plumbon Kecamatan Indramayu Kabupaten

Indramayu dengan batas-batas sebagai berikut:

Batas wilayah sebelah barat : Gang depung Batas wilayah sebelah timur :

Jalan Raya 145

Batas wilayah sebelah selatan : Gang tumaritis Batas wilayah sebelah utara :

Gang surapati

RW 13 dibagi menjadi 5 RT. Di dalam RW 13 terdapat jalan-jalan kampung yang

merupakan gang-gang yang menghubungkan wilayah- wilayah RT dalam RW dan

wilayah RW lain yang berdekatan. Sepanjang jalan-jalan kampung terdapat selokan-

selokan air yang berhubungan dengan saluran air besar yang ada di sepanjang jalan raya.

Sebagian besar wilayah RW 13 digunakan untuk pemukiman penduduk dan hanya

sebagian kecil yang digunakan untuk areal

48
49

pertanian. Sebagaimana wilayah dalam kota, kondisi medan RW 1 3 s e muanya

datar dan tidak ada pegunungan maupun jurang.

2. Data Demografi

Hasil pendataan selama 3 hari ditemukan penduduk sebanyak 25 jiwadengan rincian

sebagai berikut:

a. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin

20%
Laki-laki 5
jiwa

Perempuan
80% 20 jiwa

Gambar. 1 : Diagram Jenis Kelamin Kelompok Lansia di RW I3. Kelurahan Plumbon


Kecamatan Indramayu Bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 1 diketahui bahwa dari 25 lansia, 20 jiwa(80%) adalah

Perempuan dan 5 jiwa (20%) adalah Laki-laki.


50

b. Distribusi penduduk menurut kelompok umur

Distribusi Menurut Usia


55 - 57 tahun

4% 5 jiwa
12% 20% 58 - 60 tahun
8 jiwa
16%
61 - 63 tahun

4 jiwa
32%
16% 64 - 66 tahun

4 jiwa

67 - 69 tahun

Gambar. 2 : Diagram Usia Kelompok Lansia di RW 13 Kelurahan Plumbon Kecamatan


Indramayu Bulan Mei 2022

Berdasarkan gambar. 2 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 8jiwa (32%) berusia

antara 58 – 60 tahun, 5 jiwa (20%) berusia

antara 55 – 57 tahun, 4 jiwa (16%) berusia 61 – 63 tahun ataumasuk klasifikasi

lanjut usia (Elderly).

c. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan
Tidak
Sekolah 0
jiwa

32% SD 10 jiwa
40%
SMP 7 jiwa

SMA 8 jiwa
28%

Perguruan
Tinggi 0
jiwa

Gambar. 3 : Diagram Tingkat Pendidikan Kelompok Lansia di RWII Kelurahan


Plumbon Kecamatan Indramayu Bulan Mei 2022
51

Berdasarkan gambar. 3 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 10 jiwa (40%)

berpendidikan setingkat SD, 8 jiwa (32%) berpendidikan SMA, 7 jiwa (28%)

berpendidikan SMP.

d. Distribusi penduduk menurut jenis pekerjaan

Jenis Pekerjaan

Tidak
Bekerja 14
jiwa
32%
PNS 1 jiwa

56%
8%
Pensiunan 2
4%
jiwa

Wiraswasta
8 jiwa

Gambar. 4 : Diagram Jenis Pekerjaan Kelompok Lansia di RW 13 Kelurahan Plumbon


Kecamatan Indramayu Bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 4 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 14 jiwa (56 %) tidak

bekerja, 8 jiwa (32%) wiraswasta, 2 jiwa (8%)

pensiunan, 1 jiwa (4%) PNS.


52

3. Data Status Kesehatan

a. Sarana Tempat Pengobatan Lansia


Sarana Tempat Pengobatan
Tidak
berobat 0
orang

Kader 0
40%
orang
Dukun 0
60% orang

Dokter/
Mantri 10
orang

Pkm/ RS 15
orang
Gambar. 5: Diagram Sarana Tempat Pengobatan Kelompok Lansiadi RW 13 Kelurahan
Plumbon Kecamatan Indramayu Bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 5 tersebut diketahui bahwa 25 lansia, 15 orang (60%)

menggunakan sarana tempat pengobatan di puskesmas/ RS, 10 orang (40%)

menggunakan sarana tempat pengobatan di Dokter/ Mantri.

b. Penyakit yang sering diderita Lansia

Penyakit Yang Sering di Derita

Hipertensi

Asam Urat

Gastritis
100% (Maag)

Gangguan
Pendengaran

Gambar. 6 : Diagram Penyakit Yang Sering Diderita KelompokLansia di RW 13


Kelurahan Plumbon Kecamatan Indramayu Bulan Mei 2022
53

Berdasarkan gambar. 6 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia(100%) penyakit yang

sering dikeluhkan adalah asam urat.

c. Lansia yang memiliki kartu sehat/ Jamkesmas

Memiliki Kartu Sehat/ Jamkesmas

Ya 25 orang

Tidak 0
100% orang

Gambar. 7 : Diagram Lansia yang memiliki kartu sehat/ Jamkesmas Kelompok


Lansia di RW 13 Kelurahan Plumbon Kecamatan Indramayu Bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 7 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia(100%) memiliki kartu

sehat/ Jamkesmas.

4. Data Perumahan

a. Keadaan ventilasi rumah


Keadaan Ventilasi

28%
Baik 18
rumah

72% Kurang 7
rumah

Gambar. 8 : Diagram Keadaan Ventilasi Rumah Kelompok Lansiadi RW 13 Plumbon


Kecamatan Indramayu Bulan mei 2022
53

Berdasarkan gambar. 8 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 18 rumah (72%) keadaan

ventilasi rumah yang dimiliki adalah baik, dan 7 rumah (28%) keadaan ventilasi rumah

yang dimiliki kurang.

b. Kepemilikan Jendela Rumah

Kepemilikan Jendela Rumah

Ya 25jiwa

Tidak 0 jiwa
100%

Gambar. 9 : Diagram Kepemilikaan Jendela Rumah KelompokLansia di RW 13


Kelurahan Plumbon Kecamatan Indramayu Bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 9 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia (100%) memiliki jendela

di rumahnya.

c. Luas Jendela Rumah


Luas Jendela Rumah

8%
Memenuhi
Syarat 23
Rumah

Tidak
92% Memenuhi
Syarat 2
Rumah

Gambar. 10 : Diagram Luas Jendela Rumah Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan Indramayu Bulan2022
55

Berdasarkan gambar. 10 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 23 rumah (92%) luas

jendelanya memenuhi syarat dengan ukuran lebih dari 10 % luas lantai rumah dan 2

rumah (8%) luas jendelanya tidak memenuhi syarat dengan ukuran kurang dari 10 %

luas lantai rumah.

d. Kondisi Jamban
Kondisi Jamban

Baik 25
100% rumah

Buruk 0
rumah

Gambar. 11 : Diagram Kondisi Jamban Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan Indramayu BulanJuli 2022

Berdasarkan gambar. 11 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia (100%) kondisi jamban

yang dimiliki adalah baik.


56

e. Kepemilikan MCK

Kepemilikan
MCK
1 buah
25

100
% > dari
1
buah 0

Gambar. 12 : Diagram Kepemilikan MCK Kelompok Lansia di RW I 3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan Indramayu Bulan 2022

Berdasarkan gambar. 12 tersebut diketahui bahwa dari 25 rumah(100%) memiliki

MCK 1 buah.

f. Letak MCK

Letak MCK

Di Dalam
Rumah 25
Rumah
100%

Di Luar
Rumah 0
Rumah

Gambar. 13 : Diagram Letak MCK Kelompok Lansia di RW 13. Kelurahan Plumbon


Kecamatan Indramayu

Berdasarkan gambar. 13 tersebut diketahui bahwa dari 25 rumah(100%) letak MCK

nya didalam rumah.


57

g. Jarak sumber air dengan MCK > dari 10 meter

Jarak Sumber Air Dengan MCK > 10 meter

> dari 10
meter 25
Rumah

< dari 10
100%
meter 0
Rumah

Gambar. 14 : Diagram Jarak Sumber Air Dengan MCK > Dari 10meter Kelompok
Lansia di RW 13 Kelurahan Plumbon Kecamatan Indramayu

Berdasarkan gambar. 14 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia(100%) jarak sumber

air dengan MCK > dari 10 meter.

h. Sistem Pembuangan Air Kotor


Sistem Pembuangan Air Kotor
SPAL sistem
peresapan
tertutup 25
Rumah
Sistem
Peresapan
terbuka 0
Rumah
Di buang ke
100%
selokan/ sungai0
Rumah

Di buang
sembarangan tanpa
saluran 0Rumah

Gambar. 15 : Diagram Sistem Pembuangan Air Kotor/ LimbahKelompok Lansia di RW


I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 15 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia(100%) memiliki

sistem pembuangan limbah yang tertutup.


58

5. Data Kesehatan Lingkungan

a. Data kepemilikan tempat sampah


Kepemilikan Tempat Sampah

20%
Ada 20
rumah

Tidak ada
80% 5 rumah

Gambar. 16 : Diagram Kepemilikan Tempat Sampah KelompokLansia di RW I3


Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 16 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia,

20 rumah (80%) memiliki tempat sampah di rumahnya, dan 5rumah (20%) tidak

memiliki tempat sampah dirumahnya

b. Data kondisi tempat sampah

Kondisi Tempat Sampah

40% Terbuka
10 rumah

60%
Tertutup
15 rumah

Gambar. 17 : Diagram Kondisi Tempat Sampah Kelompok Lansiadi RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022
59

Berdasarkan gambar. 17 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia,

15 rumah (60%) tempat sampah yang dimilki dalam keadaan tertutup dan 10 rumah (40%)

tempat sampah yang dimiliki dalam keadaan terbuka.

c. Data cara pembuangan sampah


Cara Pembuangan Sampah

Dibakar 0
rumah

Dimasukkan
kedalam
lubang 0
rumah

Dibuat pupuk
0 rumah
100%

TSU 25 rumah

Gambar. 18 : Diagram Cara Pembuangan Sampah KelompokLansia di RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarakan gambar. 18 diketahui bahwa dari 25 lansia (100%) membuang sampah ke

Tempat Pembuangan Sampah Umum (TSU).


60

d. Keberadaan Lalat
Keberadaan Lalat

12%

Ada 3
rumah

Tidak Ada
22 rumah
88%

Gambar. 19 : Diagram Keberadaan Lalat Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarakan gambar. 19 diketahui bahwa dari 25 lansia, 22 rumah(88%) tidak ada lalat

di rumahnya dan 3 rumah (12%) ada lalat dirumahnya.

e. Sumber Lalat di rumah

Sumber Lalat di
Rumah
Sampah
7Rumah

Kotoran
28
Hewan0
%
52 Genangan
% Air 0Rumah
20
% Selokan
5Rumah

Tidak ada
lalat13

Gambar. 20 : Diagram Sumber Lalat Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan Plumbon


Kecamatan indramayu bulan mei 2022
61

Berdasarkan gambar. 20 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia,

13 rumah (52%) tidak ada lalat, 7 rumah (28%) sumber lalat berasal dari sampah, 5

rumah (20%) sumber lalat berasal dari selokan.

f. Kepemilikan Tempat Penampungan air


Kepemilikan Tempat Penampungan Air

Ada 25
rumah
100%
Tidak ada 0
rumah

Gambar. 21 : Diagram Kepemilikan Tempat Penampungan AirKelompok Lansia di RW


I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 21 diketahui bahwa dari 25 lansia (100%)memiliki tempat

penampungan air.

g. Frekuensi pengurasan tempat penampungan air

Frekuensi Pengurasan Tempat


Penampungan Air

Setiap
hari 10
rumah
40%
3 x/
minggu
60% 15 rumah

Tidak
pernah 0
rumah

Gambar. 22 : Diagram Frekuensi Pengurasan Tempat Penampungan Air Kelompok


Lansia di RW I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022
62

Berdasarkan gambar. 22 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia,

15 rumah (60%) menguras tempat penampungan airnya 3 x/ minggu dan 10 rumah (40%)

menguras tempat penampungan airnya setiap hari.

6. Data Perilaku Terhadap Kesehatan

a. Kebiasaan Mandi dan Sikat Gigi

Kebiasaan Mandi dan Sikat Gigi

Tidak pernah
0 jiwa
16%
1 kali 0 jiwa

2 kali 21
jiwa

84% 3 kali 4 jiwa

> 3 kali 0
jiwa

Gambar. 23 : Diagram Kebiasaan Mandi dan Gosok Gigi Kelompok Lansia di RW I3


Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 23 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 21 jiwa (84%) mandi

dan sikat gigi 2 kali sehari dan 4 jiwa (16 %) mandi dan sikat gigi 3 kali sehari.
63

b. Penggunaan Sabun Saat Mandi

Penggunaan Sabun Saat Mandi

Ya 25 jiwa

Gambar. 24 : Diagram Penggunaan Sabun Saat Mandi KelompokLansia di RW I3


Tidak 0 jiwa
Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022
100%

Berdasarkan gambar. 24 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia(100%) ketika mandi

menggunakan sabun mandi.

c. Penggunaan Pasta Gigi

Penggunaan Pasta Gigi

Ya 25 jiwa

Tidak 0 jiwa
Gambar. 25 : Diagram Penggunaan Pasta Gigi Kelompok Lansia diRW I3 Kelurahan
Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 25 tersebut diatas diketahui bahwa dari 25lansia (100%) ketika

sikat gigi menggunakan pasta gigi.


64

d. Tempat Buang Air Besar

Tempat BAB

WC sendiri

Jamban

Kolam/
Sungai
100%
Sembarang
tempat

Gambar. 26 : Diagram Tempat Buang Air Besar Kelompok Lansiadi RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 26 diketahui bahwa dari 25 lansia (100%)tempat BAB di WC

sendiri.

e. Sumber Air Minum


Sumber Air Minum
Mata Air/Sungai 0Rumah

Sumur Keluarga 0Rumah

Sumur Umum0 Rumah

100%

PAM 25

Rumah

Gambar. 27 : Diagram Sumber Air Minum Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 27 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia(100%) sumber air

minum yang digunakan dari PAM.


65

f. Kebiasaan Memasak Air Sebelum Diminum


Kebiasaan Memasak Air Sebelum Diminum

Ya 25 Rumah

100%

Tidak 0Rumah

Gambar. 28 : Diagram Kebiasaan Memasak Air Sebelum DiminumKelompok Lansia di


R W I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 28 tersebut diketahui bahwa 25 lansia (100%)memasak air sebelum

diminum.

g. Kebiasaan Membersihkan Rumah


Kebiasaan Membersihkan Rumah

1 kali 7
Rumah
28%
2 kali 18
Rumah

> 2 kali 0
72% Rumah

Tidak Pernah
0 Rumah

Gambar. 29 : Diagram Kebiasaan Membersihkan Rumah Kelompok Lansia di RW I3


Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 29 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 18 rumah (72%)

membersihkan rumah 2 kali sehari dan 7 rumah (28%) membersihkan rumah 1 kali

sehari.
66

7. Data Keadaan Umum Kelompok Lansia Asam Urat

a. Indeks Masa Tubuh (IMT)


IMT

28% Normal 7 jiwa


40%
Kurus 8 jiwa

Gemuk 10
jiwa
32%

Gambar. 30 : Diagram Indeks Masa Tubuh (IMT) KelompokLansia di RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 30 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 10jiwa (40%) berbadan

gemuk, 8 jiwa (32%) kurus dan 7 jiwa (28%) normal.

b. Penghasilan Perbulan
Penghasilan Perbulan

Rp. <
500.000
16%
11 jiwa
44%
Rp. >
500.000

10 jiwa
40%
Rp. >
1.000.000

4 jiwa

Gambar. 31: Diagram Penghasilan Perbulan Kelompok lansiaKelompok Lansia di RW


I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022
67

Berdasarkan gambar. 31 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 11jiwa (44%)

berpenghasilan kurang dari Rp. 500.000, 10 jiwa (40%)

berpenghasilan lebih dari Rp. 500.000 dan 4 jiwa (16%)

berpenghasilan lebih dari Rp.1.000.000

c. Nilai Asam Urat


Nilai Asam Urat

< 6 mg/dl 0
jiwa
20%

> 6 mg/dl
pada
perempuan
80% 20 jiwa

> 7 mg/dl
pada laki-
laki 5 jiwa

Gambar. 32 : Diagram Nilai Asam Urat Kelompok LansiaKelompok Lansia di RW I3


Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 32 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia,

20 jiwa (80%) nilai asam uratnya lebih dari 6 mg/dl padaperempuan dan5 jiwa (20%)

lebih dari 7 mg/dl pada laki-laki.


68

d. Lamanya Menderita Asam Urat

Lamanya Menderita Asam Urat

< 1 tahun
15 jiwa
40%
1- 2
tahun 10
60%
jiwa
> 2 tahun
0 jiwa

Gambar. 33 : Diagram Lamanya Menderita Asam Urat Pada Kelompok Lansia


Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 33 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 15 jiwa (60%)

mengalami Asam Urat selama kurang dari 1 tahun dan 10 jiwa ( 40% ) mengalami Asam

Urat selama 1 – 2 tahun.

e. Sumber Motivasi
Sumber Motivasi

Keluarga 8
jiwa
20%

48% Petugas
Kesehatan
12 jiwa
32%
Tetangga/
Teman
sebaya 5
jiwa

Gambar. 34 : Diagram Sumber Motivasi Pada Kelompok LansiaKelompok Lansia di


RW I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022
69

Berdasarkan gambar. 34 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 12jiwa (48%) sumber

motivasi yang di dapat dari petugas kesehatan, 8 jiwa (32%) sumber motivasi dari

keluarga, dan 5 jiwa (20%) sumber motivasi dari tetangga/ teman.

f. Motivasi yang di Dapat

Motivasi Yang
Didapat
Dalam pola
makan

40
% Aktifitas
52 dan
%
8 Mengontrol
% Kadar
Asam Urat 10
jiwa

Gambar. 35 : Diagram Motivasi yang di Dapat Kelompok Lansiadi RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 35 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 13jiwa (52%) motivasi

yang didapat adalah pola makan menghindari pantangan, 10 jiwa (40%) mengontrol

Kadar Asam Urat dan 2 jiwa (8%) aktifitas dan istirahat yang cukup.
70

g. Sumber Informasi tentang Asam Urat


Sumber Informasi Tentang Asam Urat

Media
16% Elektronik 4
jiwa

24% Media Cetak 6


60%
Petugas
Kesehatan 15
jiwa

Gambar. 36 : Diagram Sumber Informasi Asam Urat KelompokLansia di RW I3


Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 36 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 15 jiwa (60%)

memperoleh informasi tentang Asam Urat dari petugas kesehatan, 6 jiwa (24%)

memperoleh informasi dari media cetak dan 4 jiwa (16%) dari media elektronik.

h. Jenis Informasi yang diperoleh tentang Asam Urat

Jenis Informasi Yang Diperoleh Tentang Asam


Urat

Pengertian
Asam Urat 5
20% jiwa

Komplikasi
12%
Asam Urat 3
68% jiwa

Pola hidup
sehat penderita
Asam Urat 17
jiwa

Gambar. 37 : Diagram Jenis Informasi yang diperoleh tentangAsam Urat Kelompok


Lansia di R W I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022
71

Berdasarkan gambar. 37 tersebut diketahui bahwa 25 lansia, 17 jiwa (68%) mendapatkan

informasi tentang pola hidup sehat Asam Urat, 5 jiwa (20%) mendapatkan informasi

tentang pengertian asam urat, 3 jiwa (12%) mendapatkan informasi tentang komplikasi

asamurat.

i. Jenis Kegiatan yang di Ikuti dalam Program Puskesmas

Jenis Kegiatan Yang di Ikuti Dalam Program


Puskesmas
PenyuluhanKesehatan tentang Asam Urat 7
12%

jiwa
28%
Posyandu
Lansia 15
jiwa

60% Senam
sehat
penderita
Asam Urat 3
jiwa

Gambar. 38 : Diagram Jenis Kegiatan yang di Ikuti dalam ProgramPuskesmas


Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 38 tersebut diketahui bahwa 25 lansia, 15 jiwa (60%) aktif

mengikuti posyandu lansia, 7 jiwa (28%) aktif mengikuti penyuluhan kesehatan, 3 jiwa

(12%) aktif mengikutisenam lansia.


72

j. Kendala Mengikuti Kegiatan Puskesmas

Kendala Mengikuti Kegiatan


Puskesmas
Waktu/jadw
al
kurang pas
32
% Kegiatannya

60 membosanka
% 8
% Tidak ada
15
jiwa

Gambar. 39 : Diagram Kendala Mengikuti Kegiatan PuskesmasKelompok Lansia di RW


I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 39 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 15 jiwa (60%) tidak

mengalami kendala apapun, 8 jiwa (32%) kendalanya adalah waktu/ jadwal kurang pas,

2 jiwa (8%) kendalanya adalah kegiatannya membosankan.


73

k. Pengetahuan tentang Asam Urat


Gambar. 40 : Diagram Pengetahuan Lansia tentang Asam UratKelompok Lansia di RW
Pengetahuan tentang
Asam Urat
20 Baik 5
%
jiwa
52 Cuku
% 28 p 7
% jiwa

Berdasarkan gambar. 40 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 13 jiwa (52%)

mengatakan bahwa pengetahuan tentang Asam Urat ialah kurang, 7 jiwa (28%)

mengatakan bahwa pengetahuan Asam Urat ialah cukup dan 5 jiwa (20%) mengatakan

bahwa pengetahuan tentang Asam Urat ialah baik.

l. Penyebab Asam Urat


Penyebab Asam Urat
Kegemukan 8
jiwa

Kurang
28% 32% olahraga 10
jiwa

Mengkonsumsi
alkohol 0 jiwa
40%
Konsumsi
makanan
tinggi purin 7
jiwa
Gambar. 41 : Diagram Pengetahuan Lansia Tentang PenyebabAsam Urat Kelompok
Lansia di RW I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022
74

Berdasarkan gambar. 41 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 10 jiwa (40%)

mengatakan bahwa penyebab Asam Urat karena kurang olahraga, 8 jiwa (32%)

mengatakan karena kegemukan, 7 jiwa (28%) mengatakan karena konsumsi makanan

tinggi purin.

m. Penanggulangan Asam Urat


Gambar. 42 : Diagram Pengetahuan Lansia Tentang Penanggulangan Asam Urat
Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Penanggulangan
Asam Urat
Pengobatan
daridokter

20
%
Melakukan
52
% pola hidup
28 sehat yang
% dianjurkan
pengobat
an

Berdasarkan gambar. 42 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia,

13 jiwa (52%) mengatakan penanggulangan Asam Urat dengan pengobatan dari dokter,

7 jiwa (28%) mengatakan melakukan pola hidup sehat yang dianjurkan petugas

kesehatan, 5 jiwa (20%) mengatakan dengan pengobatan sendiri.


75

n. Upaya Penderita Asam Urat Agar Tidak Menimbulkan Komplikasi

Upaya Penderita Asam Urat Agar Tidak


Menimbulkan Komplikasi
Mengurangi konsumsi makanan tinggipurin 2 jiwa

Banyak
12% 8% mengkonsumsi
12% air putih dan
buah-buahan
kecuali alpukat
& durian 3 jiwa
Berolahraga
yang sesuai 17
68% jiwa

Menjaga
kestabilan
Berat Badan 3
jiwa

Gambar. 43 : Diagram Pengetahuan Lansia Tentang Upaya Penderita Asam Urat Agar
Tidak Menimbulkan KomplikasiKelompok Lansia di RW I3 Kelurahan Plumbon
Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 43 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 17 jiwa (68%)

mengatakan berolahraga yang sesuai agar tidak terkena komplikasi Asam Urat, 3 jiwa

(12%) mengatakan banyak mengkonsumsi air putih dan buah-buahan kecuali alpukat

dan durian serta menjaga kestabilan berat badan, 2 jiwa (8%) mengatakan mengurangi

konsumsi makanan tinggi purin.


76

8. Tindakan Secara Umum

a. Tindakan Ketika Ada Gejala Asam Urat


Tindakan Ketika Ada Gejala Asam Urat

Pengobatan
Tradisional
(Alternatif) 8
jiwa

20%
Memeriksakan
48% ke dokter/
petugas
kesehatan 12
32% jiwa

Menunggu
perkembangan
penyakit/
berdiam diri 5
jiwa

Gambar. 44 : Diagram Tindakan Ketika Ada Gejala Asam UratKelompok Lansia di RW


I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 44 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 12 jiwa (48%)

mengatakan memeriksakan ke dokter/ petugas kesehatan ketika ada gejala asam urat, 8

jiwa (32%) pengobatan tradisional, 5 jiwa (20%) menunggu perkembangan penyakit/

berdiam.
77

b. Tindakan Yang Dilakukan Ketika Nilai Asam Urat Sudah Normal

Tindakan Yang Dilakukan Ketika Nilai Asam Urat


Sudah Normal
Tetap melakukan anjuran dokter mulai dari pantangan- pantangan
makanan dan polaaktifitas 10 jiwa

40% Akan
48%
menggunakan
pengobatan
tradisional untuk
12% pengobatan
langsung 3 jiwa
Kembali seperti
biasa saat sebelum
terkena Asam Urat
12 jiwa

Gambar. 45 : Diagram Tindakan Yang Dilakukan Ketika Nilai Asam Urat Sudah Normal
Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 45 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 12 jiwa (48%)

mengatakan tindakan yang dilakukan ketika nilai asam urat sudah normal adalah

kembali seperti saat sebelum terkena asam urat, 10 jiwa (40%) mengatakan tetap

melakukan anjurandokter mulai dari pantangan-pantangan makanan dan pola aktifitas,

3 jiwa (12%) mengatakan menggunakan pengobatan tradisional untuk pengobatan

lanjutan.
78

9. Pola Makan

a. Jumlah Konsumsi Makanan Mengandung Purin


Jumlah Konsumsi Makanan Mengandung Purin

20% 12% > 3 x seminggu


3 jiwa

2-3 x seminggu
17 jiwa
68%
< 2 x seminggu
5 jiwa

Gambar. 46 : Diagram Jumlah Konsumsi Makanana Tinggi PurinDalam Seminggu


Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 46 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia,17 jiwa (68%)

mengkonsumsi makanan yang mengandung purin 2-

3 x seminggu, 5 jiwa (20%) mengkonsumsi kurang dari 2 xseminggu dan 3 jiwa (12%)

lebih dari 3 x seminggu.

b. Jumlah Konsumsi Buah


Jumlah Konsumsi Buah

8% 2 - 3x/hari
15 jiwa
32%
1x/hari 8
60% jiwa
Tidak
pernah 2
jiwa

Gambar. 47 : Diagram Jumlah Konsumsi Buah Perhari KelompokLansia di R


W I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022
79

Berdasarkan gambar. 47 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 15 jiwa (60%)

mengatakan hanya 2 – 3 kali perhari mengkonsumsi buah, 8 jiwa (32%) mengatakan 1

kali perhari mengkonsumsi buah dan 2 jiwa (8%) mengatakan tidak pernah

mengkonsumsi buah.

c. Jumlah Konsumsi Sayur


Jumlah Konsumsi Sayur

2 - 3x/hari
8% 7 jiwa
28%

1x/hari 16
jiwa

64%
Tidak
pernah 2
jiwa

Gambar. 48 : Diagram Jumlah Konsumsi Sayur Perhari Pada Lansia Kelompok Lansia di
R W I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 48 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 16 jiwa (64%)

mengatakan 1 kali perhari mengkonsumsi sayur, 7 jiwa (28%) mengatakan 2 – 3 kali

perhari, 2 jiwa (8%) mengatakan tidak pernah mengkonsumsi sayur.


80

10. Pola Aktivitas

a. Olahraga Harian
Olahraga Harian

Ya 12
43% Jiwa

Tidak 13 jiwa
57%

Gambar. 49 : Diagram Olahraga Harian Yang Dilakukan Kelompok Lansia di RW


I3 Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 49 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 13 jiwa (57%) tidak

melakukan olahraga setiap harinya dan 12 jiwa (43%) melakukan olahraga setiap hari.

b. Jenis Olahraga Yang Dilakukan

Jenis
Olahraga Jalan pagi,
joging, senam
aerobik 20 jiwa
20%
Bermain bola,
badminton, tenis
meja 5 jiwa
80%
Bertanding
dalam cabang
olahraga 0 jiwa

Gambar. 50 : Diagram jenis olahraga yang dilakukan KelompokLansia di RW I3


Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022
81

Berdasarkan gambar. 50 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia,20 jiwa (80%) jenis

olahraga yang dilakukan setiap harinya adalah jalan pagi, joging, senam, lari dan 5 jiwa

(20%) bermain bola, badminton dan tenis meja.

c. Frekuensi efektif olahraga


Frekuensi Efektif Olahraga

> 3x
seminggu 5
20% jiwa
1 - 3x
seminggu 5
60%
20% jiwa
1 - 3x sebulan
15 jiwa

Gambar. 51 : Diagram frekuensi efektif olahraga Kelompok Lansiadi RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 51 tersebut diketahui bahwa 25 lansia, 15 jiwa (60%)

menjalankan olahraga efektif sebanyak 1 – 3 kali sebulan dan 5 jiwa (20%) menjalankan

olahraga 1 – 3 kali seminggu dan ada yang lebih dari 3 kali seminggu.
82

d. Lama ketika berolahraga


Lamanya Olahraga

15 - 30 menit
12%
18 jiwa
16%
30 - 45 menit
4 jiwa
72%
> 45 menit 3
jiwa

Gambar. 52 : Diagram lamanya olahraga Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 52 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 18jiwa (72%)

melakukan olahraga selama 15 – 30 menit, 4 jiwa

(16%) olahraga selama 30 – 45 menit, 3 jiwa (45%) olahraga lebih

dari 45 menit.

11. Pengendalian stress

a. Jumlah waktu tidur malam hari


Jumlah Waktu Tidur Malam Hari

< 5 jam 10

40% jiwa
6 - 8 jam
60% 15 jiwa
> 9 jam 0
jiwa

Gambar. 53 : Diagram jumlah waktu tidur malam KelompokLansia di RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022
83

Berdasarkan gambar. 53 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia, 15 jiwa (60%) waktu

tidurnya selama 6 - 8 jam dan 10 jiwa (40%) waktu tidurnya selama kurang dari 5 jam.

b. Kegiatan Liburan
Kegiatan Liburan

1x seminggu

8% 2 jiwa

20%
1 - 2x
seminggu 5
jiwa
72%
< 1x dalam
sebulan 18
jiwa

Gambar. 54 : Diagram kegiatan liburan Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan Plumbon


Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 54 tersebut diketahui bahwa dari 18 jiwa(72%) kegiatan liburannya

kurang dari 1 kali dalam sebulan, 5 jiwa(20%) kegiatan liburannya 1 – 2 kali seminggu, 2

jiwa (8%) kegiatan liburannya 1 kali seminggu.


84

12. Gaya Hidup

a. Pengkonsumsian Alkohol
Konsumsi Alkohol

Ya 0 jiwa

Tidak 25 jiwa

100%
Gambar. 55 : Diagram pengkonsumsian alkohol Kelompok Lansiadi RW I3 Kelurahan
Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 55 tersebut diketahui bahwa dari 25 lansia(100%) tidak ada

yang mengkonsumsi alkohol.

b. Pengkonsumsian Kopi
Konsumsi Kopi

32%
Ya 8 jiwa

68%
Tidak 17 jiwa

Gambar. 56 : Diagram pengkonsumsian kopi Kelompok Lansia di RW I3 Kelurahan


Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022
85

Berdasarkan gambar. 56 tersebut diketahui bahwa 25 lansia, 17

jiwa (68%) tidak mengkonsumsi kopi dan 8 jiwa (32%) mengkonsumsi kopi.

c. Jumlah Bubuk Kopi yang dikonsumsi


Jumlah Bubuk Kopi Yang Dikonsumsi

< 2 sendok teh


16% 12%
3 jiwa

2 - 3 sendok
teh 18 jiwa

72%
> 3 sendok teh
4 jiwa

Gambar. 57 : Diagram jumlah bubuk kopi yang di konsumsiKelompok Lansia di RW I3


Kelurahan Plumbon Kecamatan indramayu bulan mei 2022

Berdasarkan gambar. 57 tersebut diketahui bahwa dari 18 jiwa (72%) mengkonsumsi 2 –

3 sendok teh kopi yang digunakan, 4 jiwa (16%) mengkonsumsi lebih dari 3 sendok teh

kopi dan 3 jiwa (12%) kurang dari 2 sendok teh kopi.


86

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DIAGNOSIS KEPERAWATAN KOMUNITAS KELURAHAN PLUMBON


INDRAMAYU ,JAWA BARAT
A. ANALISA DATA

No Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan

Komunitas

1 Sebagian besar kelompok lansia di Kurangnya pengetahuan


1.lansia (52 %) dari kelompok lansia tentang
RW II Kelurahan Plumbon 25 lansia yang diet Asam Urat

mengatakan tidak mengetahui tentang menderita asam urat


mengatakan
diet asam urat
13makanannya
dirumah tidak
dipisah dengan
anggota keluarga
yang lain

2. 17 lansia (68 %)
dari 25 lansia
mengatakan tidak
mengerti tentang
diet asam urat
3).Sebanyak 10
lansia (44 %)
mengatakan
penghasilan
perbulan mere-
87

2. Sebagian kelompok lansia di kelurahan 1.10 lansia (40 %) dari 25 Ketidakpatuhan


plumbon mengatakan tidak mampu lansia yang menderita kelompok lansia
melakukan pemeriksaan asam urat asam urat berpendidikan untuk melakukan
SD pemeriksaan asam
urat
2. Sebanyak 10 lansia (44
%) mengatakan
penghasilan perbulan
mereka < Rp. 500.000,-

3).Sebanyak 14 lansia (56


%) mengatakan tidak
mampu melakukan chek
asam urt akarena tidak
punya uang Kurangnya
kesadaran kelompok
lansia tentang masalah
kesehatan lansia

3. Sebagian besar kelompok lansia di desa1).10 lansia (40 %) dari 25 Kurangnya


lansia yang menderita
plumbon kurang memahami pentingyah kesadaran
asam urat berpendidikan
kesehatan lansia SD kelompok lansia
tentang masalah
2).15 lansia (60 %)
mengatakan jarang kesehatan lansia.
mengikuti kegiatan senam
lansia.

3).13 lansia (43 %) dari 25


lansia mengatakan jarang
olahraga.
88

B. SKORING DAN PRIORITAS MASALAH

Dari hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan skoring untuk
menentukan prioritas masalah, adapun skoring tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Masalah Kriteria Penepisan


No Total
Kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Kurang

pengetahuan

kelompok
1. 4 2 3 5 5 5 4 5 5 4 4 5 51
lansia

tentang diet

Asam Urat

Ketidakpatuhan

kelompok lansia
2. 4 3 3 5 5 4 4 5 5 3 4 5 50
melakukan

pemeriksaan
89

Asam Urat

Kurangnya

kesadaran

3kelompok lansia 4 3 3 5 5 3 4 4 4 4 5 5 49
.
tentang masalah

kesehatan lansia

Keterangan:
Sangat Rendah : 1
Rendah :2
Sedang :3
Tinggi :4
Sangat Tinggi :5

SKALA PRIORITAS MASALAH

Berdasarkan skoring diatas, maka prioritas masalah keperawatan komunitas di Kelurahan plumbo

No. Masalah Keperawatan Jumlah


90

1. .pengetahuan kelompok lansia tentang diet asam urat


berhubungan dengan ketidakmampuan mengambil
keputusan tentang pemilihan, pengolahan serta pengaturan 51
Kurang diet asam urat.

2. Ketidakpatuhan kelompok lansia melakukan pemeriksaan asam


urat berhubungan dengan faktor penghasilan yang rendah
50

3. Kurangnya kesadaran kelompok lansia tentang masalah 49


kesehatan lansia berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan kelompok lansia tentang kondisi perubahan
pada lansia.

INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS


91

PLAN OF ACTION/ RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN KOMUNITAS DI KELURAHAN PLUMBON, INDRAMAYU JAWA BARAT

NO MASALAH RENCANA TUJUAN SASARA WAKT TEMPA PENANGG SUMBER


KEPERAWATAN TINDAKAN N U T UNG DANA
(SDKI) (SIKI) JAWAB
1. Defisit Pengetahuan 1.Kerjasama dengan 1 :.Kelompok Lansia di sabtu 11 Kantor Ketua Dana swadaya di
lintas program sektor : Lansia desa desa juni 2022 desa Kader bantu
Petugas Puskesmas plumbon plumbon Jam:10.00 plumbon Lansia
dalam hal penyuluhan dalam waktu 3 Dana swadaya
x pertemuan Bidan di bantu dana
2.Koordinasi dengan mengerti setempat desa
kader dalam persiapan tentang diet Lansia di Kantor
tempat, waktu, dan Asam Urat dan desa desa Mahasiswa
peralatan penyuluhan menerapkan plumbon plumbon keperawata
dalam n stikes Dana swadaya di
3.Kerjasama dengan kehidupan indramayu bantu dana desa
kader untuk sehari - hari.
melakukan pendidikan Lansia di
kesehatan komposisi 2.Mengetahui desa
menu diet penderita komposisi plumbon
asam urat setiap menu untuk
kegiatan posyandu Asam Urat.
lansia
3.Mampu
menyebutkan
apa saja
pantangan
makanan
untuk
penderita
Asam Urat
92

2. Koping Komunitas 1.Kerjasama dengan 1.Tujuan Lansia di Sabtu 17 Kantor Ketua Kader Dana swadaya
tidak Efektif lintas program sektor :
Kelompok desa juni 2022 desa Lansia di bantu dana
Petugas Puskesmas Lansia dalam plumbon Jam:10,00 plumbon desa
dalam hal penyuluhan waktu 3 x Bidan
pertemuan setempat
2. Koordinasi rutin untuk
dengan kader dalam melakukan Mahasiswa
persiapan tempat, pemeriksaan Lansia di Keperawata
waktu dan penyuluhan asam urat di desa
Puskesmas, plumbon
3.Beri penyuluhan Posyandu
tentang Asam Urat Lansia atau
serta dampak jika Pustu
tidak periksa atau setempat.
ditindaklanjuti.
2.Mengetahui Lansia di
tentang desa
manfaat, plumbon
jadwal dan
kegiatan
posyandu
lansia.

3.meningkatk
an kesadaran
untuk
mengikuti
kegiatan
posyandu
lansia.
Mampu
114

3. Defisit Kesehatan 1. Koordinasi Kelompok Lansia di Sabtu 25 Kantor Ketua Kader Dana swadaya di
Komunitas dengan kader dalam Lansia desa desa juni 2022 desa Lansia bantu dana desa
persiapan tempat, plumbondala plumbon Jam 10.00 plumbon
waktu dan peralatan m waktu 3 x Bidan
untuk penyuluhan pertemuan setempat
2. Lakukan mengerti
persiapan tempat dan tentang Lansia di Mahasiswa
waktu untuk kondisi desa keperawatan
penyuluhan perubahan plumbon stikes
yang terjadi indramayu
3. Beri pada lanjut
penyuluhan tentang usia.
kesehatan lansia serta Lansia di
kondisi perubahan 2.Mengerti desa
yang terjadi pada penyebab plumbon
lansia perubahan
4. Beri leaflet perubahan
tentang kesehatan yang terjadi
lansia untuk pada lansia.
membantu
pemahaman para 3. Mampu
lansia. menjaga
kesehatan diri
sendiri
115

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya :

1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit Guat


2. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah Guat
3. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas

Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan yaitu :

1. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan di fokuskan pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan kusus terhadap penyakit, contoh : imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
2. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnose dini dan tindakan untuk menghambat proses penyakit.
3. Pencegahan tersier yaitu kegiatan yang menenkankan pengembalian individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidak mampuan
keluarga. Contoh : membantu keluarga yang mempunyai keluarga dengan penyakit Guat untuk melakukan pemerikasaan secara teratur ke
pelayanan kesehatan.

EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian terhadap progam yang telah di laksanakan dibandingakan dengan tujuan semula dan di jadikan dasar urnuk
memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sedangkan focus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :

4. Relefansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksaan
116

5. Perkembangan atau kemajuan proses : kesesuaian dengan perencanaan, peranstaf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
6. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumberdana dan penggunaannya serta keuntungan progam
7. Efiktifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas akan tindakan yang di laksanakan.
8. Dampak. Apakah status eksehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan. Apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
117

BAB 4

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari pembahasan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus,

penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

Adanya persamaan antara data-data dasar yang ada pada tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus.

b. Analisa Data

Hanya dapat dilaksanakan apabila terdapat klien secara nyata.

2. Diagnosa Keperawatan

Tidak semua diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Tinjauan

Pustaka ditemukan pada Tinjauan Kasus. Pada Tinjauan Pustaka

didapatkan 4 diagnosa keperawatan sedangkan pada Tinjauan Kasus

didapatkan 3 diagnosa keperawatan. 1 diagnosa keperawatan dari Tinjauan

Pustaka yang tidak ditemukan pada Tinjauan Kasus ialah ketidakmampuan

lansia menggunakan pelayanan kesehatan. Hal tersebut terjadi karena dari

25 lansia seluruhnya mau pergi ke pelayanan kesehatan/ posyandu

3. Perencanaan
118

Tidak semua rencana tindakan pada tinjauan pustaka dapat

direncanakan pada tinjauan kasus, tetapi disesuaikan dengan kondisi atau

keadaan klien yang dihadapi.


114

4. Pelaksanaan

Semua yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan

keadaan kelompok lansia yang menderita asam urat serta para kelompok

lansia sudah mampu melaksanakan diet asam dengan tidak mengkonsumsi

makanan yang mengandung tinggi purin.

5. Evaluasi

Evaluasi dapat diukur tercapainya suatu tujuan sesuai dengan kriteria

hasil yang diharapkan. Dari hasil evaluasi diketahui bahwa para kelompok

lansia setelah mendapatkan pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang

asam urat, kelompok lansia mampu melaksanakan diet asam urat.

B. Saran

Pada penulisan karya tulis ini, ada beberapa saran yang ingin penulis

sampaikan kepada beberapa pihak yang terkait :

1. Untuk lansia diharapkan setelah dilakukan studi kasus ini pengetahuan

dan ketrampilan lansia lebih bertambah sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidupnya menjadi lansia yang sehat

2. Untuk kader lansia RW 13 diharapkan mampu meningkatkan

ketrampilan dalam mengelola posyandu lansia sehingga lansia dapat

termotivasi untuk mengikuti posyandu lansia

3. Untuk Puskesmas Plumbon diharapkan dapat melakukan studi kasus

untuk permasalahan kesehatan masyarakat yang lain sehingga masalah

kesehatan yang ada dimasyarakat dapat teratasi lebih baik


115

4. Untuk penelitian selanjutnya dapat memberikan perencanaan yang lebih

berkembang bagi kesehatan lansia serta masyarakat disekitar tempat tinggal lansia.
116

DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2009, Asam Urat, file:///C:Users/USER/Documents/AsamUrat.htm,8 agustus


2012 17.00

Anderson, Elizabeth T., 2006, Keperawatan Komunitas, Edisi: 3, EGC, Jakarta Fallen, R., 2010,

Keperawatan Komunitas, Edisi: 1, Nuha Medika, Yogyakarta

Henny, Komang Ayu, 2011, Asuhan Keperawatan Komunitas, Edisi: 1, EGC,Jakarta

Makhfudli, Ferry Efendi 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Edisi: 1,Salemba Medika,
Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal, 2011, Ilmu Keperawatan Komunitas, Edisi: 2, SalembaMedika,


Jakarta

Nyoman, Kartia, 2009, Asam Urat, Edisi: 2, B First, Yogyakarta

Subekti, Imam, 2005, Asuhan Keperawatan Komunitas, Edisi: 1, LaboratoriumKeperawatan


Komunitas, Malang

Sustrani, Lanny, 2006, Asam Urat, Edisi: 3, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tim Penyusun, 2012, Buku Pedoman Penulisan Tugas Akhir, Fakultas IlmuKesehatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya

Tjokroprawiro, Askandar, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi: 1,Airlangga
University Press, Surabaya

Zaenal, 2012,Penyakit Asam Urat, file:///C:/users/USER/Document/Asam-Urat-Obat-Herbal-


Penyakit.htm, 8 agustus 2012 17.15
117

Anda mungkin juga menyukai