Toaz - Info Hadis Mubham Dan Hadis Majhul PR
Toaz - Info Hadis Mubham Dan Hadis Majhul PR
DISUSUN OLEH :
Luqman Nulhakim (11180360000024)
M. Maulana Fahmi (11180360000029)
Aqrobi Aunillah (11180360000029)
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hadis Mubham dan Hadis Majhul”
tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Drs. Harun Rasyid, M. Ag. selaku dosen ‘Ulumul Hadis atas
bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka
dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
ii
DAFTAR ISI
Judul………………………………………………………………………
Kata pengantar……………………………………………………………ii
Daftar Isi………………………………………………………………….iii
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………..2
1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………………2
BAB 2: PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hadis Mubham…………………………………………….. ……3
2.2 Macam-macam dan Contoh Hadis Mubham ………………... ...................3
2.3 Cara Mengetahui Hadis yang Mubham…………………………………... 4
2.4 Hukum Hadis Mubham…………………………………………………... 5
2.5 Definisi Hadis Majhul..................................................................................5
2.6 Macam-macam dan Contoh Hadis Majhul ……………………………….5
2.7 Cara Mengetahui Hadis yang Majhul..........................................................7
2.8 Hukum Hadis Majhul ……………………………………………………..7
BAB 3: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………. ………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hadis sebagai sumber ajaran pokok agama Islam yang kedua setelah Al-Qur’an, tentu
perlu dipelajari segala aspek mengenainya. Bukan cuma sebagai sumber ajaran pokok yang
kedua, hadis pula menjadi penjelas (bayan) bagi Al-Qur’an, agar dapat mudah memahaminya,
kemudian menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memudahkan dalam
mempelajarinya, ulama telah membagi hadis dalam berbagai macam kategori. Kemudian
memiliki nama masing-masing sesuai penggolongannya. Maka perlu bagi kita orang yang
tekun pada disiplin ilmu ini, untuk mengetahui pembagian tersebut.
Salah satu diantara banyak nama hadis yang digolongkan oleh para ulama, yaitu hadis
mubham dan hadis majhul. Pada makalah ini, kami akan uraikan: definisi, macam-macam,
contoh-contoh, cara mengetahui, dan hukum dari kedua hadis tersebut. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita untuk lebih memahami kedua jenis hadis tersebut.
1
1.1 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari hadis mubham dan hadis majhul?
2. Apa saja macam-macam hadis mubham dan hadis majhul?
3. Apa saja contoh-contoh hadis mubham dan hadis majhul?
4. Bagaimana cara mengetahui hadis mubham dan hadis majhul?
5. Apa hukum dari hadis mubham dan hadis majhul?
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
1. Untuk mengetahui definisi dari hadis mubham dan hadis majhul.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam hadis mubham dan hadis majhul.
3. Untuk mengetahui apa saja contoh-contoh hadis mubham dan hadis majhul
4. Untuk mengenal cara mengetahui hadis mubham dan hadis majhul.
5. Untuk mengetahui hukum dari hadis mubham dan hadis majhul.
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui definisi dari hadis mubham dan hadis majhul.
2. Mengetahui apa saja macam-macam hadis mubham dan hadis majhul.
3. Mengetahui apa saja contoh-contoh hadis mubham dan hadis majhul.
4. Mengenal cara mengetahui hadis mubham dan hadis majhul.
5. Mengetahui hukum dari hadis mubham dan hadis majhul.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hadis Mubham
Arti Mubham menurut Bahasa adalah samar tidak jelas. Jadi perawinya atau orang
ketiga yang menjadi objek pembicaraan tidak dijelaskan siapa nama dan dari mana dia.
Menurut istilah, adalah :
ُهُوُُالرُاوُيُالُذُيُلُمُُيُسُمُُفُيُالسُندُُأُوُُالُمُتُن
Seorang perawi yang tidak disebutkan Namanya baik dalam sanad atau dalam matan.
Jadi mubham adalah tidak adanya penyebutan nama seseorang pada hadis dengan jelas,
karena hanya disebutkan seorang laki-laki atau seorang perempuan saja tidak disebutkan nama
jelas. Mubham ada kalanya dalam sanad atau dalam matan.
1. Hadis Mubham
Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan, melalui Al-Hajjaj bin
Farafhisah dari seorang laki-laki dari Abu Salamah dari Abi Hurairah berkata : Rasulullah saw.
bersabda :
“Orang mukmin adalah seorang mulia yang murah sedangkan orang durhaka adalah
penipu yang tercela”.
Dalam sanad hadis di atas hanya disebutkan dari seorang laki-laki dai Abu Salamah
dari... tanpa menyebutkan nama si laki-laki tersebut, maka dinamakan mubham.
3
Hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Hurairah ra. Berkata : ada seorang
laki-laki bertanya kepada kepada Rasulullah : Sedekah apa yang paling utama? Rasul
menjawab : Sedekah sedang anda dalam kedaan sehat, sangat perlu....1
Maka laki-laki disitu merupakan mubham dalam matan hadis. Contoh lain:
Artinya:
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ada seorang lelaki bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengenai islam bagaimana yang baik. Beliau menjawab, “Memberikan makan (pada orang
yang membutuhkan), serta mengucapkan salam pada orang yang dikenal dan yang tidak
dikenal.” (HR. Bukhari no. 6236).
Maka seorang lelaki pada matan hadis tersebut, merupakan tanda mubham nya.
1
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, Bumi Aksara, hlm, 187.
2
Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya) hal.154
4
Mubham yang ada pada sanad, dapat merusak sanad tersebut, karena ilmu hadis dibangun
atas pengetahuan tentang keadaan perawinya. Statusnya adalah dhaif, dan merupakan hadis
yang mardud (tertolak).
Adapun mubham yang ada pada matan, selama status hadisnya sahih ataupun hasan,
maka ia merupakan hadis yang maqbul dan dapat dijadikan hujjah.
2. Hadis Majhul
5
“Seorang perawi disebutkan dalam sanad tetapi tidak ada yang mengambil
periwayatnya selain satu orang perawi”.
Misalnya, hadis diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Al-Hakim melalui jalan Hisyam
bin Yusuf dari Abdullah bin Sulaiman An-Nufali dari Muhammad bin Ali bin Abdullah bin
Abbas dari ayahnya dari kakeknya secara marfu’ :
“Cintailah Allah karena sesuatu yang diberikan kepadamu dari pada nikmat-nikmat-
Nya, cintailah aku karena cinta Allah, dan cintailah ahli keluarganya karena
mencintaiku”.3
Abdullah bin Sulaiman An-Nufali tidak diketahui jati dirinya (majhul al-‘ayn), karena
tidak ada yang meriwayatkan dari padanya kecuali Hisyam bin Yusuf.
“Periwayatan seseorang diambil dari dua orang atau lebih, tetapi tidak ada yang
tsiqah. Atau diartikan : tidak ada yang menukil tentang jarh (cacat) dan ta’dilnya
(menilai adil).
Contohnya, hadis yang diriwayatkanoleh Ibnu Majah melalui Itsam bin Ali dari Al-
A’masy dari Abu shaq dari Hani’ bin Hani’ berkata : Ammar masuk ke rumah Ali, maka Ali
menyambutnya : “Selamat datang seorang suci dan disucikan” aku mendengar Rasulullah
saw. bersabda :
Hani’ bin Hani’ tidak diketahui identitasnya (majhul al-hal), karena tidak ada seorang
tsiqah yang meriwayatkan hadisnya atau tidak ada yang menerangkan tentang ke-tsiqah-annya.
Dengan demikian hadis di atas hukum hadis majhul tertolak (mardud), maka status hadisnya
dhaif menurut pendapat mayoritas ulama hadis.4
3
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, Bumi Aksara, hlm, 185.
4
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, Bumi Aksara, hlm, 186.
6
Untuk mengetahui suatu hadis yang majhul, maka diperlukan pengetahuan terhadap sifat-
sifat seorang perawi dan periwayatan darinya. Karena tidak memiliki ciri-ciri khusus seperti
mubham. Kitab yang menyangkut banyaknya sifat rawi: Mudlih Auham al Jama’ wa at-Tafriq,
karya Al-Khatib. Kitab yang menyangkut periwayatan dari seorang perawi: Al-Wuhdan, karya
Imam Muslim. Keduanya merupakan kitab diantara banyak kitab yang diperlukan untuk
mengetahui hadis majhul.5
- Al-Wuhdan, karya Muslim, menjelaskan para perawi yang hanya satu orang yang mengambil
periwayatannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mubham adalah tidak adanya penyebutan nama seseorang pada hadis dengan jelas,
karena hanya disebutkan seorang laki-laki atau seorang perempuan saja tidak disebutkan nama
5
Mahmud Thahhan, Taisir Mustalah Hadis, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif) hal 149-152.
7
jelas. Mubham ada kalanya dalam sanad atau dalam matan. Mubham yang ada pada sanad,
dapat merusak sanad tersebut, karena ilmu hadis dibangun atas pengetahuan tentang keadaan
perawinya. Statusnya adalah dhaif, dan merupakan hadis yang mardud (tertolak). Adapun
mubham yang ada pada matan, selama status hadisnya sahih ataupun hasan, maka ia merupakan
hadis yang maqbul dan dapat dijadikan hujjah.
Hadis majhul adalah hadis yang didalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak
dikenal jati dirinya atau dikenal orang nya tetapi tidak dikenal identitas atau tidak dikenal sifat-
sifat keadilan dan ke-dhabith-annya. Hadis majhul merupakan hadis yang mardud(ditolak).
Karena pada dasarnya, seorang perawi harus dikenal ketsiqqahannya dan masyhur di
masyarakat. Hal ini harus ada pada setiap hadis. Statusnya adalah dhaif. Terkecuali ia memiliki
muttabi’ dan syahid yang banyak, maka status nya naik menjadi hasan ligairihi.
8
DAFTAR PUSTAKA
‘Itr, Nuruddin,2017. ‘Ulumul Hadis,Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi, 2009. Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, Semarang: PT Pustaka
Rizki Putra.
Khon, Abdul Majid, 2012. Ulumul Hadis, Jakarta: Imprint Bumi Aksara.