PENDAHULUAN
A. Defenisi
Cerebral palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak normal
dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan
dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis,
gangguan ganglia basal dan sereblum dan kelainan mental (Kowalak, 2011 ).
B. Etiologi
Menurut Wong (2010), penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu
prenatal, perinatal, dan pascanatal :
a. Pranatal:
Penyebab utama palsi serebral pada periode ini adalah molformasi otak
kongential. Sedangkan penyebab lainnya adalah infeksi intrauteriun ( infeksi
toxoplasma,rubella ,cytomegalovirus,herpes virus dan sfisilis). Pelekatan plasenta
yang abnormal Anoxia.
b. Perinatal:
Penyebab utamanya yaitu anoksia / hipoksia yang dialami bayi selama proses
kelahiran, trauma, Oksigenasi otak yang tidak cukup, Kelahiran multiple,
Kelahiran premature.
c. Childhood:
Penyebab utamanya yaitu trauma kepala, meningitis, injury otak, toxin setelah
operasi.
C. Klasifikasi
a. Tipe spactic atau pyramidal (50% dari semua kasus CP, otot-otot menjadi
kaku dan lemah
b. Tipe disginetik (koreatetoid 20% dari semua kasus CP),otot lengan,tungkai
dan badan secara spontan bergerak perlahan,menggeliat dan tak
terkendali,tetapi bisa juga timbul gerakan kasar dan juga mengejang.
c. Tipe atastik (10% dari semua kasus CP) terdiri dari tremor,langkah yang
goyah dengan gangguan koordinasi dan gerakan abnormal
d. Tipe campuran (20% dari semua kasus CP) merupakan gabungan dari 2 jenis
diatas yang sering ditemukan adalah gabungan dari tipe spastic dan
kareoatetoid
D. Patofisiologi
Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya
neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan berat otak rendah, Anoxia
merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak. Type athetoid/dyskenetik
disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya
pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei cranial. Secara
umun cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya kuadriparesis dengan
retardasimental(Wong’s,2010).
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosa
cebral palsi ditegakkan
Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebabnya suatu proses degeneratif pada cebral palpis.
Pemeriksaan EKG dilakukan pada pasien kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang baik
Foto rentgen kepala
Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang
dibutuhkan
Pemeriksaan metobolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari reterdasi
mental
F. Penatalaksanaan
a. Medik
Pengobatan kausal tidak ada hanya simtomatoik. Pada keadaan ini perlu
kerjasama yang baik dan merupakan suatu tim dokter anak, neurolog,
psikiater,dokter mata, dokter THT ,ahli artopedi ,psikolog, fisioterapi,
occupational, therapis,pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua
pasien.
b. Aspek non medis yang dilakukan
Untuk mengatasi kecatatan motorik yang disertai kecatatan mental
memerlukan pendidikan yang khusus. Kesembuhan dalam arti regenerasi otak
yang sehat dapat diraih dengan perawatan dan pengobatan yang tepat
c. Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu
program latihanm dirumah
d. Tindakan bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dilanjutkan untuk dilakukan
pembedahan otot,tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut
G. Manifestasi klinis
Hingga saat ini, palsi sebral diklasifikasi berdasarkan kerukan gerakan yang
terjad, yang dibagi dalam 4 kategori. Yaitu :
1. Palsi serebral spastik
Merpakan bentuk palsi serebral terbanyak (70-110%). Pada kondisi ini, otot
mengalami kekakuan dan secara permanen akan mengalami kontraktur . jika
kedua tungkai mengalami spastisitas, ketika penderita berjalan,kedua tungkai
tampak bergerak dan lurus. Gembaran klinis ini membentuk kerakteristik
ritme berjalan, yang dikenal dengan gait gunting.
2. Palsi serebral atetoit
Bentuk palsi serebral ini memiliki karakteristik: penderita tidak bisa
mengendalikan gerakan menggeliat,dan lamban.gerakan abnormal ini
mengenai tangan,kaki,lengan atau tungkai dan pada sebagian besar kasus
otot dan lidah. Akibatnya, anak tampak menyeringai dan selalu
mengeluarkan air liur.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas pasien, pasien bernama An. R, lahir pada tanggal 01 januari 2010, jenis
kelamin laki-laki, suku Jawa, bangsa Indonesia.
B. Analisa Data
I. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS: Ibu pasien mengatakan pasien panas Hipertermia Peningkatan
DO: Suhu tubuh anak 38,2ºC, N : 158 produksi
panas
x/menit, RR 38x/ menit, akral hangat,
mukosa bibir kering
C. Implementasi
1. Diagnosa yang pertama melakukan implementasi yaitu melakukan kompres hangat pada
anak pada kedua lipatan ketiak, leher, kedua selakangan, dan kedua lipatan belakang lutut,
Memantau suhu tubuh anak secara berkala, Menganjurkan pada keluarga pasien agar
memberikan minum air putih sedikit tapi sering minimal sehari 1344cc/ hari. Dengan
menggunakan rumus berdasarkan berat badan pasien: (100x10=1000) + (4x50=200) =
1200cc, ditambah 12% dari 1200cc setiap kenaikan suhu 1C, jadi 1200+144=1344cc.
Berkolaborasi pemberian antipiretik,
D.Evaluasi
1. Untuk diagnosa pertama, Kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam tinjauan pustaka
sebagai berikut: Suhu tubuh dalam batas normal (36-37.5ºC), Nadi dalam batas normal (80-
120), RR dalam batas normal (15-30) akral tidak panas, mukosa bibir lembab (Nanda,
2012).Evaluasi pada kasus ini pada hari ketiga didapatkan data: Ibu pasien
mengatakananaknya anaknya sudah tidak panas, S: 37.4ºC, Nadi 102 x/menit, RR 22x/menit,
akral dingin, mukosa bibir lembab.Sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan pada awal
memberikan asuhan keperawatan ini tujuan keperawatan tercapai, Intervensi keperawatan
dihentikan.
2. Untuk diagnosa kedua, Kriteria hasil yang ditetapkan dalam tinjauan pustaka sebagai
berikut: Anak akan mengekspresikan tentang kebutuhan dan mengembangkan metode dalam
berkomunikasi dengan orang lain, anak mampu bertukar pesan secara akurat dengan orang
lain, menggunakan bahasa tertulis, berbicara, nonverbal, menggunakan bahasa isyarat
(Nanda, 2011). Evaluasi pada kasus ini pada hari ketiga didapatkan data: ibu pasien
mengatakan bahwa pasien mampu mengucap satu kata dan tidak lambat dalam berespon,
namun anak belum mampu mengkombinasikan dua kata, pasien tampak belum mampu
mengkombinasikan dua kata, respon pasien tidak lambat saat ada rangsangan. Sesuai dengan
kriteria hasil yang ditetapkan pada awal memberikan asuhan keperawatan ini tujuan
keperawatan tercapai sebagian, belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan,
intervensi dilanjutkan.
3. Untuk diagnosa ketiga, Kriteria hasil yang ditetapkan dalam tinjauan pustaka sebagai
berikut: Melakukan ketrampilan sesuai dengan perkembangan usianya, mampu melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri sesuai usia, menunjukkan peningkatan dalam berespon
(Suriadi, dkk, 2010). Evaluasi pada kasus ini pada hari ketiga didapatkan data: ibu pasien
mengatakan anaknya belum mampu mengikuti kegiatan permainan (menyusun dua balok),
pasien tampak belum mampu menyusun dua balok, belum ada peningkatan perkembangan
pada anak, anak belum mampu mengikuti permainanyang diberikan sesuai dengan usianya.
Sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan pada awal memberikan asuhan keperawatan ini
tujuan keperawatan belum tercapai/belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan,
intervensi dilanjutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Berker, Nadire. 2005. The Help Guide To Cerebral palsy.Turkey: Mosly Elsevier.
Carpernito, L. J. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan; alih bahasa indonesia, Kusrini
Semarwati Kadar. Edisi 10 Jakarta: EGC
onna L. Wong. 2004. Pedoman KlinisKeperawatan Pediatrik; alih bahasa Indonesia, Sari
kurnianingsih. Edisi 4. Jakarta: EGC
Gunardi, Hartono. 2011. Buku Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia