Ketahanan Pangan
Pengertian ketahanan pangan pada International Food Submit dan International Conference of
Nutrition 1992 (FAO 1997) yaitu kondisi tersedianya pangan yang memenuhi kebutuhan setiap orang
setiap saat untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Makna yang terkandung dalam pengertian
ketahanan pangan tersebut mencakup dimensi fisik pangan (ketersediaan), dimensi ekonomi (daya
beli), dimensi pemenuhan kebutuhan gizi individu (dimensi gizi) dan dimensi nilai-nilai budaya dan
religi (pola pangan yang sesuai untuk hidup sehat, aktif, dan produktif serta halal), dimensi
keamanan pangan (kesehatan), dan dimensi waktu (tersedia secara berkesinambungan).
Ketahanan pangan mencakup tiga aspek penting yang dapat digunakan sebagai indikator ketahanan
pangan, yaitu: (1) Ketersediaan, yang artinya bahwa pangan tersedia cukup untuk memenuhi
kebutuhan seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya, serta aman; (2) Distribusi, dimana
pasokan pangan dapat menjangkau seluruh wilayah sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah
tangga; dan (3) Konsumsi, yaitu setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan
mampu mengelola konsumsi kaidah gizi dan kesehatan, serta preferensinya (DKP 2006).
Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi dan interaksi dari ketiga subsistem ketahanan
pangan di atas.
Ketersediaan Pangan
Subsistem ketersediaan pangan mencakup aspek produksi, cadangan serta keseimbangan antara
ekspor dan impor pangan. Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa, sehingga walaupun
produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, volume pangan yang
tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya, serta stabil penyediaannya dari waktu ke
waktu (Suryana 2001).
Distribusi Pangan
Suryana (2001) menyatakan bahwa subsistem distribusi pangan mencakup aspek aksesibilitas atas
pangan secara merata, baik secara fisik maupun ekonomi. Hal ini berarti bahwa sistem distribusi
bukan semata-mata mencakup aspek fisik dalam arti pangan tersedia di semua lokasi yang
membutuhkan, tetapi juga menyangkut keterjangkauan ekonomi yang dicerminkan oleh harga dan
daya beli masyarakat. Meskipun ketersediaan pangan secara mikro/nasional maupun per kapita
mencukupi, namun belum tentu setiap rumah tangga memiliki akses yang nyata secara sama.
Dengan demikian surplus pangan di tingkat wilayah belum menjamin kecukupan pangan bagi
individu.
Konsumsi Pangan
Merujuk teori Parson, keluarga sebagai sistem akan berfungsi dan berkelanjutan
manakala menjalankan fungsi adaptasi (perolehan sumberdaya dari luar keluarga untuk
pemenuhan kebutuhan keluarga), fungsi dalam penentuan tujuan (goal attainment), fungsi
integrasi (pemeliharaan ikatan dan solidaritas dan melibatkan elemen tersebut untuk
mengontorol dan memelihara sistem serta mencegah gangguan utama dalam sistem
keluarga) mengalokasikan sumberdaya, dan fungsi latency (proses dimana energi disimpan
di didistribusikan dalam sistem keluarga). Manakala keempat fungsi tersebut tidak
berjalan dalam keluarga petani, maka kesejahteraan keluarga sulit untuk dicapai.
Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensi yaitu meliputi mata rantai
sistem pangan dan gizi mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, dan status gizi. Secara
ringkas ketahanan pangan sebenarnya hanya menyangkut tiga hal penting yaitu
ketersediaan, akses, dan konsumsi pangan. Aspek ketersediaan pangan tergantung pada
sumberdaya alam, fisik, dan manusia. Pemilikan lahan yang ditunjang oleh iklim yang
mendukung dan disertai dengan SDM yang baik akan menjamin ketersediaan pangan yang
kontinyu.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1958/BAB%20II
%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=7