Anda di halaman 1dari 18

KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT

A. Pendahuluan
Air adalah komponen tubuh manusia yang paling banyak dengan rata-rata membentuk
60% berat tubuh manusia (Sherwood, 2016).. Kandungan air di dalam tubuh seseorang
relative tidak berubah, terutama karena ginjal secara efisien mengatur keseimbangan air.
Persentasi variasi kandungan air dalam tubuh manusia berhubungan erat dengan jumlah
lemak dalam tubuh individu tersebut. Lemak adalah jaringan yang paling kering dengan
hanya memiliki kandungan air sebanyak 10%. Sehingga persentasi air tubuh yang tinggi
terjadi pada tubuh yang langsing disbanding dengan tubuh obesitas (Shrimanker, 2020).

Menurut Sherwood, L. (2016), Air tubuh tersebar antara dua kompatemen cairan utama
yaitu cairan di dalam sel/ cairan intrasel (CIS), dan cairan yang mengelilingi sel/ cairan
ekstrasel (CES). Kompartemen CIS membentuk sekitar dua per tiga dari air tubuh total
Manusia. Sepertiga sisanya merupakan kompartemen CES yang dibagi menjadi plasma
dan cairan interstisium. Plasma membentuk sekitar seperlima dari volume CES, plasma
merupakan bagian cair dari darah. Cairan interstisium membentuk empat perlima dari
kompartemen CES, merupakan cairan di ruang antar sel, cairan ini merendam dan
melakukan pertukaran dengan sel.

Selain plasma dan cairan interstitium, pada CES terdapat bagian minor yang terdiri dari
cairan limfe dan cairan trans-sel. Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan
interstisium ke plasma melalui system pembuluh limfe. Cairan tran-sel merupakan
sejumlah kecil volume cairan yang khusus dan disekresikan oleh sel spesifik ke dalam
rongga tubuh tertentu untuk melakukan fungsi khusus. Contoh dari cairan trans-sel
adalah cairan serebrospinal, cairan intraokulus, cairan synovium, cairan pericardium,
itrapleura, getah pencernaan dan peritoneum.

Table klasifikasi cairan tubuh

Kompartemen Volume cairan Persentase cairan Persentase berat


(L) tubuh tubuh
Cairan tubuh total 42 100 60
Kompartemen Volume cairan Persentase cairan Persentase berat
(L) tubuh tubuh
Cairan intrasel (CIS) 28 67 40
Cairan ekstrasel (CES) 14 33 20
Plasma 2.8 6.6 (20% dari CES) 4
Cairan interstisium 11.2 26.4 (80% dari CES) 16
Limfe Dapat diabaikan Dapat diabaikan Dapat diabaikan
Cairan trans-sel Dapat diabaikan Dapat diabaikan Dapat diabaikan

Sherwood, (2016) menyatakan bahwa dinding pembuluh darah merupakan pemisah


antara plasma dan cairan interstisium, meskipun dipisahkan H2O dan semua konstituen
plasma kecuali protein plasma secara terus menerus dan bebas mengalir antara plasma
dan cairan interstisium menembus dinding kapiler tipis dan berpori. Oleh karena itu
antara plasma dan cairan interstisium tersebut memiliki komponen yang sama, kecuali
cairan interstisium tidak mengandung protein plasma. CIS meniliki komposisi yang
sangat berbeda dengan CES, setiap sel dikelilingi oleh membrane sel yang sangagt
selektif. Perbedaan antara CES dan CIS tersebut antara lain adalah:
a. CIS memiliki protein sel yang tidak dapat menembus membrane untuk keluar sel
b. Distribusi Na+ dan K+ serta anion penyertanya yang tidak seimbang karena efek
pompa Na+-K+ ATPase yang terdapat di membrane semua sel. Pompa ini secara
aktif memindahkan Na+ keluar dan K+ masuk sel. Oleh karena itu Na+ adalah
kation utama CES, dan K+ banyak ditemukan dalam CIS
Volume CES dan osmolalitas CES merupakan dua factor yang diatur untuk
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Volume CES harus diatur secara ketat
untuk membantu mempertahankan tekanan darah. Pemeliharaan keseimbangan garam
sangat penting dalam regulasi jangka Panjang volume CES. Osmolaritas CES harus
diatur secara ketat untuk mencegah membengkaknya atau menciutnya sel. Pemeliharaan
keseimbangan cairan sangat penting dalam mengatur osmolaritas CES (Roumelioti, et
all, 2020).

Cairan infus

a. Jenis Cairan Infus


Jenis cairan infus terbagi menjadi dua bagian yaitu berdasarkan osmolalitas serum
dan berdasarkan konsentrasi. Penjelasan lebih lenjut mengenai kedua hal tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Jenis cairan berdasarkan osmolaritas serum
a) Cairan Hipotonik
1) Cairan dengan osmolaritas lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi
ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum)
2) Fungsi : menurunkan osmolaritas serum, sehingga cairan ditarik dan
pembuluh darah keluar jaringan, digunakan pada keadaan sel yang
dehidrasi
3) Komplikasi : kolaps kardiovaskular, peningkatan tekanan intra kranial
(TIK)
4) Contoh: NaCl 45%, Dextrosa 2,5%
b) Cairan Isotonik
1) Cairan dengan osmolaritas mendekati serum, sehingga terus berada pada
pembuluh darah
2) Fungsi : mengembalikan tekanan darah pada pasien yang mengalami syok
hipovolemik
3) Komplikasi : risiko overload, khususnya penderita gagal ginjal dan
hipertensi
4) Contoh : Ringer Laktat, NaCl 0,9%, Asering
c) Cairan Hipertonik
1) Merupakan cairan dengan osmolaritas lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke pembuluh
darah
2) Fungsi : menstabilkan tekanan darah, menungkatkan produksi urine,
mengurangi edema (bengkak)
3) Contoh : dekstrosa 5%, NaCl 45% hipertonik, dekstrosa 5% + Ringer
Laktat
2. Jenis cairan berdasarkan konsentrasi
a) Kristaloid
1) Cairan untuk mengatasi syok hipovolemik, asodosis, dehidrasi, pasien
dengan demam, DBD, luka bakar, Syok hemoragik, Trauma
2) KA-En1B
Cairan awal yang diberikan bila status elektrolit belum diketahui pada kasus
emergensi, <24 jam pasca operasi dan bayi premature.
3) KA-EN 3A & 3B
Cairan rumatan untuk memenuhi kebutuhan harian cairan dan elektrolit
tubuh dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti eksresi harian,
digunakan pada keadaan asupan oral terbatas.
4) KA-EN MG3
Cairan rumatan untum memenuhi kebutuhan caran dan elektrolit harian
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian,
digunakan pada pasien pasca operasi (< 24-48 jam)
5) KA-EN 4A
Cairan rumatan untuk bayi dan anak tanpa kandungan kalium, sehingga
dapat diberikan pada pasien berbagai kadar konsentrasi kalium
b) Koloid
1) Albumin
Merupakan jenis cairan yang digunakan sebagai terapi cairan pada kejadian
hipoproteinemia ( yang disebabkan oleh penurunan produksi maupun oleh
peningkatan destruksi/ kehilangan albumin). Dimana kejadian
hipoproteinemia dapat membahayakan penderita akibat terjadinya
gangguan keseimbangan cairan/ tekanan onkotik dan rangkaian penyakit/
kelainan yang ditimbulkan. Beberapa kasus membutuhkan perhatian khusus
sebelum diberikan albumin (dosis dan alogaritma pemberian) seperti sepsis,
multitrauma, gangguan peredaran darah otak, eclampsia, pankreatitis akut,
sindroma nefrotik, gangguan hati gan ginjal.
2) Gelofusin
Merupakan jenis cairankoloid yang diindikasikan pada pasien – pasien
perioperative, pasien dengan luka bakar, pasien dengan trauma, pasien
dengan DSS atau re-syok, maupun sebagai pengganti plasma sebelum
transfuse darah tersedia.
b. Komposisi cairan infus

Cairan Osmolaritas Isi Kalori


Natrium Klorida 308 mOsm/L Na+: 154 mmo/L
0,9% Cl : 154 mmo/L
Asering 273,4 mOsm/L Na+: 130 mmo/L
Cairan Osmolaritas Isi Kalori
K+ : 4 mmo/L
Ca+ : 2,7 mmo/L
Cl- : 108,7 mmo/L
Asetat : 28 mmo/L
Natrium Klorida 1026 mOsm/L Na+: 513 mmo/L
3% Cl- :513 mmo/L
Gelofusin 274 mOsm/L Na+:154 mmo/L
Cl- :120 mmo/L
Gelatin partimhydrolisata : 40/100 ml
Ringer Laktat 274 mOsm/L Na+: 130 mmo/L
K+ : 4 mmo/L
Ca+ : 2,7 mmo/L
Cl- : 109,5 mmo/L
Laktat : 27,5 mmo/L
Dekstrosa 5% 278 mOsm/L Glukosa : 50 g
Kalori : 200 kkal
Dekstrosa 10% 556 mOsm/L Glukosa :100 g
Kalori :400 kkal
Kaen 1B 285 mOsm/L Na+: 130 mmo/L
K+ :4 mmo/L
Ca+ : 2,7 mmo/L
Cl- : 109,5 mmo/L
Laktat : 27,5 mmo/L
Kaen 3B 290 mOsm/L Na+: 50 mmo/L
K+ : 20 mmo/L
Cl- : 50 mmo/L
Laktat : 20 mmo/L
Dekstrosa : 27 gr
Kaen 3A 285 mOsm/L Na+: 60 mmo/L
K+ : 10 mmo/L
Cl- : 50 mmo/L
Laktat : 20 mmo/L
Dekstrosa : 27 gr
Lipofundin 20% 380 mOsm/L Minyak kedelai : 100 g 1.908
Trigliserida medium chain : 100g kkal
Gliserol : 25 g
Fosfolipid kuning telur : 12 g
Clinimix 5/25 1900 mOsm/L Dekstrosa : 250 g 1.050
Asam amino : 20 g kkal
Nitrogen : 8,26 g
Na+: 35 mmo/L
K+ : 30 mmo/L
Mg2 :5 mmo/L
Ca2 : 4,5 mmo/L
Asetat : 80 mmo/L
Cl- : 39 mmo/L
Fosfat : 15 mmo/L
Tutofusin 500 mOsm/L Sorbitol : 50 g 200 kkal
NaCl : 3,623 g
Cairan Osmolaritas Isi Kalori
KCl : 1,342 g
CaCl2 : 0,294 g
MgCl2 : 0,610 g
Na asetat : 5,171 g
Aminofluid mOsm/L Na+:17,5 mEq 210 kkal
K+ : 10 mEq
Mg2 : 2,5 mEq
Ca2 : 2.5 mEq
Cl- : 17,5 mEq
SO4 : 2,5 mEq
Asetat : 6,5 mEq
Gluconase : 2,5 mEq
Laktat : 10 mEq
Sitrat : 3 mEq
Fosfat : 5 mmo/L
Zn2+: 2,5 µmol
Glukosa :37,50 g
Total Asam amino bebas : 15 g
Total Nitrogen : 2,35 g
kabiven 1060 mOsm/L Minyak kedelai : 2,9/100 ml 850 kkal
Dekstrosa : 9,8 g/100 ml
Asam Amino : 3,31 g/100 ml
Nitrogen : 526 mg/100 ml
Na+:31 mmo/L
K+ : 23 mmo/L
Mg2 : 7,8 mmo/L
Ca2 : 3,8 mmo/L
Asetat : 38 mmo/L
Cl- : 45 mmo/L
Sulfat :7,8 mmo/L

c. Rumus Tetesan Infus

20 tetes / menit unfus makro = 1cc = 1 ml

60 tetes / menit infus mikro = 1cc = 1 ml

Jadi perbandingan makro dan mikro adalah 20 : 60 = 1:3 artinya satu tetes makro
sama dengan 3 tetes mikro.

Jumlah cairan (kolf) x factor tetes


Jumlah tetesan per menit =
Lamanya waktu x 60

Factor tetes dewasa / makro set = 20


Factor tetes anak – anak / pediatrik set = 60
Cara Cepat menghitung Tetesan Infus
Waktu Tetesan
21 jam 8
16 jam 10 Cara Pengalian “Angka 7”
14 jam 12
12 jam 14 Rumus tetes/menit = jumlah kolf x 7
10 jam 16
9 jam 18
8 jam 20
7 jam 24
6 jam 28
5 jam 33

B. ALUR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


Diare,vomitus,diaforesis Luka bakar/ perdarahan Diabetes Pemberian
diuretik

Kehilangan cairan berlebih Kerusakan pembuluh kapiler Hiperglikemia


poliuria
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan dalam masalah cairan & elektrolit adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan elektrolit (natrium, kalium, chloride)
3. Pemeriksaan protein darah, albumin

D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diagnosis keperawatan

No Gejala dan tanda Diagnosis


1 Mayor Hipervolemia
a. Subjektif:
- Ortopnea
- Dispnea
- Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)

b. Objektif:
- Edema anasarka dan/ atauedema perifer
- Berat badan meningkat dalam waktu singkat
- Peningkatan Jugular Venous Pressure (JVP)
dan/ atau Central Venous Pressure (CVP)
- Refleks hepatojugular positif

Minor
a. Subjektif: -

b. Objektif:
- Distensi vena jugularis
- Terdengar suara nafas tambahan
- Hepatomegali
- Kadar Hb/ Ht turun
- Oliguria
- Intake lebih banyak dari output (balans cairan
positif)
- Kongesti paru
2 Mayor Hipovolemia
a. Subjektif: -

b. Objektif:
- Frekuensi nadi meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah menurun
- Tekanan nadi menyempit
- Turgor kulit menurun
- Membran mukosa kering
- Volume urin menurun
- Hematokrit meningkat

Minor
a. Subjektif:
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
No Gejala dan tanda Diagnosis

b. Objektif:
- Pengisisan vena menurun
- Status mental berubah
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urin meningkat
- Berat badan turun tiba-tiba
3 Faktor risiko Risiko ketidakseimbangan
- Prosedur pembedahan mayor cairan
- Trauma/ perdarahan
- Luka bakar
- Aferesis
- Asites
- Obstruksi intestinal
- Peradangan pankreas
- Penyakit ginjal dan kelenjar
- Disfungsi intestinal
4 Faktor risiko Risiko ketidakseimbangan
- Ketidakseimbangan cairan (dehidrasi dan elektrolit
intoksikasi air)
- Kelebihan volume cairan
- Gangguan mekanisme regulai (diabetes)
- Efek samping prosedur (pembedahan)
- Diare
- Muntah
- Disfungsi ginjal
- Disfungsi regulasi endokrin
5 Faktor risiko Risiko hipovolemia
- Kehilangan cairan secara aktif
- Gangguan absorbsi cairan
- Usia lanjut
- Kelebihan berat badan
- Status hipermetabolik
- Kegagalan mekanisme regulasi
- Evaporasi
- Kekurangan intake cairan
- Efek agen farmakologis

2. Rencana tindakan keperawatan

No Diagnosis keperawatan Intervensi


1 Hipervolemia Utama
- Manajemen hipervolemia
- Pemantauan cairan
No Diagnosis keperawatan Intervensi
Pendukung
- Kateterisasi urine
- Manajemen nutrisi
- Manajemen medikasi
- Pemantauan elektrolit
- Pematauan tanda vital
- Dll
2 Hipovolemia Utama
- Manajemen hipovolemia
- Manajemen syok hipovolemik

Pendukung
- Balut tekan
- Manajemen elektrolit
- Manajemen syok
- Pemantauan cairan
- Pemantauan elektrolit
- Pemantauan hemodinamik masiv
- Dll
3 Risiko ketidakseimbangan cairan Utama
- Manajemen cairan
- Pemantauan cairan

Pendukung
- Identifikasi risiko
- Manajemen syok septik
- Pemantauan elektrolit
- Pemantauan tanda vital
- Pencegahan perdarahan
- Dll
4 Risiko ketidakseimbangan elektrolit Utama
- Pemantauan elektrolit

Pendukung
- Manajemen cairan
- Manajemen elektrolit
- Manajemen mual
- Manajemen muntah
- Pemantauan cairan
- Dll
5 Risiko hipovolemia Utama
- Manajemen hipovolemia
- Pemantauan cairan

Pendukung
- Manajemen cairan
- Manajemen demam
- Manajemen muntah
- Manajemen perdarahan
No Diagnosis keperawatan Intervensi
- Pemantauan elektrolit
- Perawatan luka
- Dll

3. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan utama

No Intervensi keperawatan Tindakan keperawatan


1 Manajemen hipovolemia Observasi
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia (frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urine
menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan

Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified Trendlenburg
- Berikan asupan cairan oral

Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (NaCl,
RL)
- Kolaborasi pemberian cairan hipotonis (glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin,
plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah
2 Pemantauan cairan Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor elastisitas atau turgor kulit
- Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
- Monitor kadar albumin dan protein total
- Monitor hasil pemeriksaan serum (osmolalitas
serum, hematokrit, natrium, kalium, BUN)
- Monitor intake dan output cairan
- Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
- Identifikasi tanda-tanda hipervolemia
- Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan
No Intervensi keperawatan Tindakan keperawatan
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3 Manajemen syok Observasi
hipovolemik - Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
- Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
- Monitor status cairan (masukan dan haluaran,
turgor kulit, CRT)
- Periksa tingkat kesadaran dan pupil
- Periksa seluruh tubuh terhadap adanyan DOTS
(deformity, open wound, tenderness, swelling)

Terapeutik
- Pertahankann jalan napas paten
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
- Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika
perlu
- Lakukan penekanan langsung pada perdarahan
eksternal
- Berikan posisi syok (modified trendlenberg)
- Pasang jalur IV berukuran besar
- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
- Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi
lambung
- Ambil sampel darah ubtuk pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L
pada dewasa
- Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20
ml/ KgBB pada anak
- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
4 Manajemen cairan Observasi
- Monitor status hidrasi
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Monitor status hemodinamik (MAP, CVP. PAP,
PCWP)
No Intervensi keperawatan Tindakan keperawatan
Terapeutik
- Catat intake output dan hitung balans cairan 24
jam
- Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu

Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen di rumah

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
5 Pemantauan elektrolit Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab
ketidakseimbangan elektrolit
- Monitor kadar elektrolit serum
- Monitor mual, muntah, diare
- Monitor kehilangan cairan, jika perlu
- Monitor tanda dan gejala hipokalemia
- Monitor tanda dan gejala hiperkalemia
- Monitor tanda dan gejala hiponatremia
- Monitor tanda dan gejala hipernatremia
- Monitor tanda dan gejala hipokalsemia
- Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia
- Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia
- Monitor tanda dan gejala hipermagnesemia

Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

E. ANALISA TINDAKAN KEPERAWATAN


a. Memasang infus
No Langkah Keterangan
1 Memeriksa rencana keperawatan pasien terkait jenis cairan,
jumlah yang diberikan, dan kecepatan aliran
2 Mengidentifikasi pasien dengan memeriksa tanda-tanda vital,
turggor kulit, alergi terhadap plester, kecenderungan
perdarahan, penyakit/ cedera pada ekstremitas dan kondisi vena
3 Mempersiapkan pasien
a. Menjelaskan prosedur kepada pasien bahwa penusukan
vena akan menimbulkan rasa tidak nyaman dalam
beberapa detik, akan tetapi bila cairan telah mengalir,
rasa tidak nyaman akan hilang.
b. Menjelaskan kepada pasien durasi tindakan diselesaikan
c. Menjelaskan kepada pasien agar tidak banyak bergerak
(atau memasang bidai pada anak)
4 Mencuci tangan
5 Membuka dan menyiapkan set infus
a. Memeriksa cairan dengan prinsip yang sama dengan obat,
dan tanggal kadaluarsa
b. Mengeluarkan set infus dari bungkusnya dan luruskan.
Pertahankan ujung selang tetap steril
c. Menggeser klem rol kurang lebih 2-5 cm dibawah ruang
drip dan tutup klem
d. Membuka penutup botol cairan dan menusukan set infus
ke botol cairan
e. Menggantung botol cairan pada tiang infus. Tiang harus
diatur sedemikian rupa sehingga botol cairan berada
sekitar 90 cm diatas kepala pasien
f. Mengisi ruang drip dengan cara menekan dan
melepaskannya sampai terisi setengah penuh

6 Mengisi (priming) selang infus


a. Membuka klem dan membiarkan cairan mengalir di
sepanjang selang
b. Memastikan tidak ada gelembung udara dalam selang.
Sentil selang jika perlu untuk mengeluarkan gelembung
udara yang menempel pada sisi-sisi selang
7 Memakai sarung tangan
8 Meletakan perlak dan pengalas di bawah bagian yang akan
dilakukan penusukan
9 Memilih lokasi penusukan vena. Bila tidak ada kontra indikasi,
pilihlah vena yang tidak dominan, vena relatif lurus, tidak
bercabang dan cukup jauh dari persendian
10 Memasang torniquet sekitar 5-10 cm di atas lokasi penusukan
11 Mendesinfeksi lokasi penusukan dengan swab alkohol dengan
teknik sirkuler atau dari atas ke bawah sekali apusan
12 Menusukan jarum kateter IV
a. Meregangkan kulit dibawah lokasi penusukan dengan
menggunakan tangan non dominan
b. Memegang kateter IV pada sudut 15-300 dengan lubang
jarum (bevel) menghadap ke atas
No Langkah Keterangan
c. Menusukan jarum menembus kulit dan masuk dalam vena
d. Ketika terlihat ada darah dalam kompartemen, kurangi
sudut kateter sampai hampir sejajar kulit dan dorong
kateter sepenuhnya ke dalam vena sambil menarik jarum
perlahan-lahan
13 Melepaskan torniquet
14 Menyambungkan kateter IV dengan ujung selang set infus
15 Memfiksasi kateter dengan menggunakan strip plester
a. Memposisikan satu strip dengan bagian yang lengket
mengarah ke atas pada bagian bawah kepala (hub) kateter
dan menyilangkan keduasisi sehingga bagian yang lengket
menempel pada kulit
b. Merekatkan plester yang kedua dengan bagian yang
lengket menempel pada kulit
c. Merekatkan plester yang ketiga dengan bagian yang
lengket menempel pada selang infus
16 Memasang balutan dengan kassa steril/ penutup steril diatas
tempat penusukan. Memberi label pada balutan yang
bertuliskan tanggal dari waktu penusukan
17 Mengatur tetesan infus dengan menyetel klem rol sesuai dengan
kebutuhan pasien
18 Membereskan alat-alat dan memerhatikan respon pasien
19 Memposisikan pasien pada posisi nyaman
20 Melepaskan sarung tangan
21 Mencuci tangan
22 Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan

b. Transfusi darah

No Langkah Keterangan
1 Memeriksa rencana transfusi, kondisi pasien, dan riwayat
tranfusi/ reaksi transfusi dan alasan transfusi saat ini
2 Mengikuti protokol instansi untuk mendapatkan produk darah
dari bank darah
3 Mmengidentifikasi pasien dengan double checking (oleh 2
perawat) untuk memastikan produk darah diberikan pada pasien
yang tepat
a. Mengecek nama awal dan akhir pasien dengan meminta
pasien menyebutkan namanya (jika mampu) dan
menyocokan dengan identitas dan tanggal lahir pada
gelang pasien
b. Menyocokan identitas pasien dengan kartu kompatibilitas
pada produk darah
c. Menyocokan kartu kompatibilitas dengan produk darah
4 Mengecek produk darah
a. Tanggal kadaluarsa pada kantung darah
b. Untuk whole blood, periksa golongan darah ABO, tipe Rh
(pada catatan pasien)
No Langkah Keterangan
c. Warna yang tidak normal dan adanya bekuan
5 Menjelaskan prosedur kepada pasien, perlunya transfusi,
produk darah yang akan diberikan, perkiraan waktu yang
dibutuhkan dan hasil yang diharapkan.
6 Memeriksa dan mencatat tanda vital
7 Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
8 Memasang kateter IV jika belum terpasang sebelumnya ke
dalam vena perifer yang besar dan mulai infus cairan NaCl
0,9% dengan menggunakan set transfusi darah
9 Menghangatkan darah jika diperlukan dengan menggunakan
penghangat darah
10 Menghentikan aliran cairan NaCl dengan menutup klem rol
11 Memindahkan ujung infus dari botol ke kantung darah
12 Memulai transfusi darah dengan kecepatan lambat, sekitar 25-
50 ml/ jam selama 15 menit pertama. Tetapa bersama pasien
selama 15 menit pertama dan periksa tanda vital setiap 15 menit
selama 30 menit pertama atau sesuai dengan kebijakan institusi
13 Meningkatkan kecepatan transfusi jika tidak terjadi efek
samping. Kecepatan infus dipertahankan tetap dalam batas yang
aman. Packed Red Cell (PRC) biasanya diberikan selama 1,5-2
jam sedangkan whole blood diberikan selama 1-3 jam
14 Memeriksa kondisi pasien setiap 30 menit dan jika timbul efek
samping hentikan transfusi dan mulai alirkan NaCl
15 Setelah darah ditransfusikan, bersihkan selang dengan
mengalirkan NaCl
16 Membuang semua bahan dan set produk darah pada tempat
yang disediakan
17 Membantu pasien ke posisi nyaman
18 Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
19 Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan

c. Pengambilan darah vena

No Langkah Keterangan
1 Menyiapkan alat dan bahan
2 Menjelaskan prosedur pada pasien sertajenis dan tujuan
pengambilan sampel
3 Mencuci tangan
4 Memasang sarung tangan
5 Memilih dan mengkaji kondisi vena
6 Memasang pengalas di bawah area vena yang dipilih
7 Memasang torniquet pada lengan di atas daerah penusukan.
Menganjurkan pasien untuk membuka & menutup tangannya,
atau menepuk-nepuk vena tersebut
8 Membersihkan area penusukan dengan swab alkohol secara
sirkuler
9 Membuka jarum, memegang dengan tangan dominan,
menusukan jarum dengan sudut 15-450 dan bevel mengarah ke
No Langkah Keterangan
atas. Pertahankan teknik steril.
10 Bila jarum sudah masuk vena, tarik plunger sampai darah
mengisi spuit sesuai kebutuhan. Bila menggunakan vacutainer,
pegang plastik adapter, tekan tabung vacuum dan biarkan darah
masuk hingga sesuai kebutuhan
11 Melepaskan torniquet begitu darah sudah dapat diambil
12 Menarik jarum dari vena secara perlahan dan menggunakan
swab alkohol untuk menekan tempat penusukan. Bila darah
telah berhenti keluar, berikan plester
13 Menempatkan darah pada tabung yang sesuai. Jika dibutuhkan,
beri label pada tabung
14 Merapikan alat dan membuang alat/bahan yang sudah
terkontaminasi
15 Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
16 Mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dengan
benar dan beri label pada tabung yang memuat nama pasien,
nomor identifikasi, tanggal dan waktu pengambilan darah
17 Mengirimkan segera darah ke laboratorium
18 Mendokumentasikan prosedur yang dilakukan

F. REFERENSI

PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. (Edisi 1). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.
Roumelioti, M. E., Glew, R. H., Khitan, Z. J., Rondon-Berrios, H., Argyropoulos, C. P.,
Malhotra, D., Raj, D. S., Agaba, E. I., Rohrscheib, M., Murata, G. H., Shapiro, J.
I., & Tzamaloukas, A. H. (2018). Fluid balance concepts in medicine: Principles
and practice. World journal of nephrology, 7(1), 1–28.
https://doi.org/10.5527/wjn.v7.i1.1
Sherwood, L. (2016). Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem (N. Yesdelita (ed.); 6th
ed.). EGC.
Shrimanker I, Bhattarai S. Electrolytes. [Updated 2020 Sep 12]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541123/

Anda mungkin juga menyukai