Anda di halaman 1dari 24

Manggar, 10 januari 2021

Perihal : Permohonan Bantuan Biaya penelitian Lahan Sawah

Kepada Yth
Kepala Desa Renggiang Kec Simp Renggiang
Kabupaten Belitung Timur
Di-
Tempat

Dengan Hormat,
Bersama ini, saya :

Nama :ALIMI
NIM : 02.01.21.285
Pekerjaan : P3K Dinas Pertanian dan Pangan
Alamat Sekarang : Desa kelubi kec Manggar

Bahwa berhubung saya akan melakukan penelitian untuk penyelesaian tahap akhir
pendididikan S1 di Universitas Polbangtan Bogor, maka dengan ini saya memohon bantuan
Bapak berupa dana penelitian. yang akan saya gunakan untuk segala keperluan yang
berkaitan dengan proses penelitian dimaksud.

Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini saya lampirkan proposal permohonan bantuan
dana penelitian,lembaran pengajuan,ringkasan usulan penelitian dan rencangan
biaya,pendahualuandan latar belakang serta penutup.

Besar harapan saya semoga proposal ini dapat direspon, dengan segala kerendahan hati
sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,
ALIMI
NIP.197104272021211002
PROPOSAL

BIAYA PENELITIAN PENGEMBANGAN


PEMULIHAN KESUBURAN TANAH SAWAH DI
DESA RENGGIANG KEC .SIMP RENGGIANG

OLEH:
ALIMI

LABORATORIUM PT SMM
Dusun Jangkang,Kecamatan Dendang
Kabupaten Belitung timur Kepulauan
Bangka Belitung
LEMBAR PENGAJUAN

1. Judul : Penelitian Pemulihan Kesuburan Tanah Sawah


di Desa Renggiang
2. Unit Kerja : Laboratorium PT SMM
3. Alamat : Dusun Jangkang Kecamatan Dendang Kab Bel Tim
4. Sumber Dana DendangDesa
: APBDES Kab Renggiang
Bel Tim

5. Status Penelitian : Baru


6. Penaggung Jawab
a. Nama : ALIMI
b. Pangkat/Golongan : V
c. Jabatan Fungsional : Penyuluh pertanian
7. Lokasi :
8. Agroekosistem : Sawah irigasi
9. Tahun mulai : 2021
10. Tahun selesai : 2022
11. Output Tahunan : Satu paket informasi tentang pengaruh cara
pengelo-laan limbah pertanian, penggunaan
pupuk terhadap perubahan sifat tanah dan
tanaman padi di lahan sawah terdegradasii
12. Output Akhir : Satu paket teknologi pengelolaan limbah
pertanian, penggunaan pupuk NPK dan hayati
untuk pemulihan produktivitas tanah sawah yang
terdegradasi

Penyuluh pertanian wil Bin Desa


Renggiang

ALIMI
NIP.197104272021211002

ii
RINGKASAN USULAN PENELITIAN

1. Judul : Penelitian Pemulihan Kesuburan Tanah Sawah


di Desa Renggiang

2. Nama dan Alamat Unit : Laboratoriun PT SMM


Kerja/Unit Pelaksana Dusun Jangakang Kec Dendang Kab Bel Tim
Teknis

3. Sifat Usulan Penelitian : Baru

4. Di Tujukan kepada :
Kepala Desa Renggiang

5. Justifikasi : Pencapaian target produksi padi nasional 70,6 juta


ton GKG (meningkat 7%) pada tahun 2011 dan stok
beras mencapai surplus 10 juta ton pada tahun 2015
Kementerian Pertanian memerlukan kerja keras bagi
seluruh pemangku (stake holder) pertanian serta
penerapan teknologi percepatan peningkatan produksi
padi.

Kebutuhan hara setiap tanaman sangat spesifik


tergantung dari sifat tanah, kondisi iklim dan jenis
tanaman. Pupuk merupakan salah satu komponen
penting dalam proses produksi pertanian, oleh karena
itu inovasi teknologi di bidang pupuk (anorganik,
organik, dan hayati) masih terus dikembangkan, baik
dalam pengembangan formula baru, peningkatan
efektivitas maupun peningkatan efisiensi
penggunaannya. Di dalam upaya mencukupi nutrisi
tanaman yang spesifik tersebut, telah dibuat beberapa
formula pupuk majemuk NPK dengan perbandingan
kadar N:P:K (1) 15:15:15, (2) 20:10:10, dan (3) 30:6:8.
Untuk mengetahui formula yang paling efektif bagi
penggunaan pupuk NPK majemuk tersebut diperlukan
penelitian penerapannya di lapang.

Jerami padi pada setiap habis panen selalu


tersedia, merupakan sumber hara tanaman dan
sumber energi bagi hayati tanah, belum dimanfaatkan
secara optimal oleh para petani. Teknologi
pengomposan in situ bagi pemanfaatan jerami telah
tersedia yaitu dengan penggunaan mikroba
dekomposer untuk mempercepat pengomposan dan
meningkatkan mutu kompos yang dihasilkan. Teknologi

iii
ini mulai digunakan/diapresiasi para pelaku pertanian
pada 2009, tetapi teknologi tersebut masih memerlukan
tenaga yang banyak dan waktu yang relatif lama. Oleh
karena itu perlu dicari teknologi cara pemanfaatan
jerami dengan penggunaan dekomposer yang efektif
dalam mengurangi kebutuhan tenaga dan waktu
pengomposan.

Aktivitas berbagai komunitas hayati tanah seperti


mikroorganisme, mikroflora, dan fauna tanah saling
mendukung dan mengatur terjadinya proses-proses
fisik, kimia, dan hayati tanah. Berbagai mikroorganisme
dapat meningkatkan kesuburan tanah, melalui produksi
berbagai senyawa penting seperti zat organik pelarut
hara, fitohormon, dan antipatogen. Beberapa mikroba
diazotrop endofitik dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan melindungi stress tanaman melalui
metabolisme zat tumbuh alami, meningkatkan
ketersediaan hara dan bahan organik, sekresi senyawa
antimikroba dan hama. Kemampuan mikroba dalam
menambat N2, melarutkan P tak tersedia menjadi
tersedia, menghasilkan zat tumbuh alami, sangat
berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah. Oleh
karena itu teknologi pemanfaatan kemampuan mikroba
tanah tersebut perlu diteliti dan dikembangkan untuk
peningkatan produktivitas tanah sawah.
6. Tujuan :

a. Jangka pendek : 1 Mendapatkan informasi teknologi pemulihan


kesuburan tanah sawah terdegradasi.

2 Mempelajari teknik pengelolaan limbah pertanian


terhadap perubahan sifat kimia, fisika, dan biologi
tanah.
b. Jangka panjang : Mendapatkan teknologi pengelolaan limbah
pertanian, penggunaan pupuk anorganik dan hayati
. untuk pemulihan produktivitas tanah sawah yang
terdegradasi.

7. Luaran yang diharapkan :

a. Jangka pendek : 1 Satu paket informasi pemulihan kesuburan tanah


sawah di Desa Renggiang yang terdegradasi.
Satu paket informasi teknik pengelolaan limbah
2
pertanian terhadap perubahan sifat kimia, fisika, dan
biologi tanah.

iv
b. Jangka panjang Teknologi pengelolaan limbah pertanian,
penggunaan pupuk anorganik dan hayati untuk
pemulihan produktivitas tanah sawah yang
terdegradasi.
8. Out come : 1 Pemulihan produktivitas tanah sawah terdegradasi
penerapan inovasi pengelolaan limbah pertanian,
penggunaan pupuk NPK dan hayati.
2 Peningkatan efisiensi penggunaan pupuk

9. Sasaran akhir : Peningkatan produktivitas tanah guna mendukung


program ketahanan pangan nasional.

10. Lokasi penelitian : Lahan sawah Desa Renggiang

11. Jangka waktu : TA 2021

12. Sumber dana : APBDES Desa Renggiang

, Tabel. Rincian Kebutuhan Dana yang di usulkan dari Anggaran Dana Desa Renggiang

No Financing Cost (Rp)

1 Preparation Rp. 2.000.000;-

2 Data Collection Rp. 1.000.000;-

3 Penyuluhan Lapangan Rp. 2.000.000;-

3 Data Analysis Rp. 1.000.000;-

4 Report Writing Rp. 1.000.000;-

5 Report Seminar Rp. 1.000.000;-

6 Revision Rp. 2.000.000;-

7 Biaya transport Rp.2.000.000

Total Rp.12.000.000

iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Degradasi tanah adalah proses terganggunya salah satu atau lebih fungsi lingkungan
yang melekat pada tanah. Fungsi tersebut meliputi tanah sebagai sarana penghasil biomassa,
penyaring, penyangga, pentransformasi (air, hara, polutan), habitat hayati, dan sumber genetik
(http://www.unescap.org/stat/envstat/stwes-04.pdf). Menurut International Soil Reference and
Information Center (ISRIC) 46,4% tanah di Asia telah terdegradasi dan mengalami penurunan
produktivitas karena telah mengalami kemunduran fungsi biologis tanah. Sebesar 15,1%
tanah tersebut tidak bisa lebih lama dipakai sebagai tanah pertanian karena telah kehilangan
fungsi biologisnya (http://www.goodplanet.info/eng/Pollution/Soils/Soil-degradation/%28theme
%29/1662).

Pertanian merupakan penyebab utama terjadinya degradasi tanah. Praktek pertanian


yang kurang tepat khususnya penanaman secara monokultur, pengolahan tanah, dan
pengangkutan biomassa tanaman ke luar lahan secara terus menerus (http://en.wikipedia.
org/wiki/Land_degradation) serta irigasi (kualitas air irigasi), penggunaan pupuk/pestisida
yang kurang tepat dan adanya zat polutan merupakan penyebab degradasi tanah (http://www.
Goodplanet.info/eng/Pollution/Soils/Soil-degradation/%28theme%29/1662). Beberapa akibat
dari degradasi tanah antara lain penurunan hasil tanaman, penurunan kualitas air dan
penurunan keaneka-ragaman hayati (http://en.wikipedia.org/wiki/Soil_retrogression_and_
degradation).

Di Indonesia luas lahan terdegradasi mencapai 4.477.459 ha, seluas 1.777.679


mengalami degradasi berat dan sisanya terdegradasi ringan-sedang (Anonim, 2011). Keadaan
ini bisa mengganggu target pencapaian produksi padi nasional dan stok beras mencapai
surpluss 10 juta ton pada tahun 2014. Oleh karena itu diperlukan teknologi pemulihan lahan
terdegradasi tersebut dengan memanfaatan sumberdaya pertanian yang dapat
mempertahankan keberlangsungan produktivitas tanah yang tinggi.

Pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada beras, namun kondisi tersebut
tidak dapat dipertahankan, beberapa penyebabnya antara lain adalah penurunan luas sawah
baku (Fagi, 1999) dan penurunan laju kenaikan produksi dari 1,3 %/tahun pada tahun 1983-
1988 menjadi 0,8 %/tahun pada periode 1999 – 2001 (BPS, 2001). Gejala ini dapat terjadi
karena para petani mempraktekkan budidaya pertanian konvensional yang menyebabkan
terjadinya ketidak-seimbangan hara dalam tanah, kemunduran peran hayati tanah, dan
meningkatnya cekaman biologis (hama/penyakit). Keadaan tersebut diakibatkan dari
penggunaan pupuk dan zat kimia pertanian lainnya yang tidak rasional. Pemakaian pupuk
anorganik yang tidak terkontrol dapat pula menurunkan produktivitas serta kualitas
lingkungan (Moersidi et al., 1990; Sri Rochayati et al., 1990; Sri Adiningsih, 1992).
Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam proses produksi pertanian, oleh
karena itu inovasi teknologi di bidang pupuk (anorganik, organik, hayati) masih terus
dikembangkan, baik dalam pengembangan formula baru, peningkatan efektivitas maupun
peningkatan efisiensi penggunaannya. Selain pupuk, pengembangan inovasi di bidang
formulasi pembenah tanah juga sangat dibutuhkan untuk mengembalikan/meningkatkan
produktivitas lahan sawah yang pada umumnya mempunyai tingkat produktivitas rendah
karena terkendala oleh sifat-sifat tanah yang telah mengalami kemunduran.

Penggunaan pupuk oleh petani di lahan sawah sejak empat dekade terakhir diketahui
belum berimbang karena berbagai hal, antara lain karena mahalnya harga atau kelangkaan
pupuk tertentu seperti KCl dan SP-36. Sebagian besar petani padi sawah hanya menggunakan
pupuk nitrogen dalam bentuk urea karena harganya yang murah (pupuk bersubsidi) dan
pengaruhnya bisa langsung dilihat dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, sedangkan pupuk P
dan K belum banyak digunakan.

Akibat pengelolaan hara yang kurang tepat serta tidak digunakannya bahan organik
sebagai salah satu input, telah terjadi penurunan kadar bahan organik tanah di lahan sawah.
Hasil kajian yang dilakukan Kasno et al. (2000) menunjukkan bahwa sekitar 65% tanah
sawah di Indonesia berkadar C-organik di bawah batas kritis (< 2%), dan hanya 35% yang
berkadar C-organik > 2 %, inipun terjadi pada lahan sawah yang bergambut. Hasil kajian
Balai Penelitian Tanah menunjukkan 49,5% lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten
Karawang mempunyai kadar bahan organik rendah dan rendah-sedang, 30,6% lahan sawah
berkadar bahan organik sedang-tinggi dan tinggi, serta sisanya (19,9%) berkadar bahan
organik sedang (Laporan Tahunan 2009, hal 104). Kadar bahan organik tanah berkorelasi
positif dengan produktivitas tanaman padi sawah dimana makin rendah kadar bahan organik
makin rendah produktivitas lahan (Karama et al., 1990).
Jerami padi sebagai hasil sisa panen belum dimanfaatkan secara optimal, pada sisi lain
jerami sebagai sumber C-organik bagi hayati tanah dan sumber hara tanaman, secara berkala
selalu tersedia, setiap panen dihasilkan jerami rata-rata 1,5 x hasil gabah. Oleh karena itu
pengembalian jerami perlu dilakukan oleh para petani di setiap lahan sawah pada setiap
musim tanam. Dengan demikian maka secara tidak sadar para petani menerapkan pengelolaan

2
hara terpadu bagi lahan sawahnya. Ketepatan pengelolaan tanah akan memperbaiki
komunitas hayati tanah sehingga dapat mengembalikan peranan hayati tanah bagi
kesuburan tanah- tanaman. Aktivitas berbagai komunitas hayati tanah seperti
mikroorganisme, mikroflora, dan fauna tanah saling mendukung bagi keberlangsungan proses
siklus hara, membentuk biogenic soil structure (Witt, 2004) yang mengatur terjadinya
proses-proses fisik, kimia, dan hayati tanah. Berbagai mikroorganisme dapat meningkatkan
kesuburan tanah, melalui produksi berbagai senyawa penting seperti zat organik pelarut hara,
fitohormon, dan antipatogen. Beberapa mikroba diazotorop endofitik dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan melindungi strees tanaman melalui metabolisme zat
tumbuh alami, meningkatkan ketersediaan hara dan bahan organik, sekresi senyawa
antimikroba dan hama. Kemampuan mikroba dalam menambat N2, melarutkan P tak tersedia
menjadi tersedia, menghasilkan zat tumbuh alami, merombak bahan organik sangat
berperan dalam meningkatkan kesuburan
tanah.
Pengelolaan hara terpadu mensyaratkan penggunaan pupuk organik dan anorganik
secara proposional sebagai sumber hara tanaman. Secara kuantitatif, kandungan hara pupuk
organik relatif rendah, namun keunggulan lain dari pupuk organik dapat memperbaiki sifat
kimia, fisika, dan biologi tanah serta meningkatkan efisiensi pemupukan. Pupuk organik
mengandung hampir semua hara esensial sehingga disamping dapat mensuplai hara makro
dalam jumlah kecil juga dapat menyediakan unsur mikro. Dengan demikian maka
pemanfaatan pupuk organik dapat mencegah kekahatan unsur mikro pada tanah marginal atau
tanah yang telah diusahakan secara intensif akibat dari pemupukan yang kurang berimbang.

1.2. Dasar Pertimbangan


Praktek pertanian yang hanya mengandalkan penggunaan agrokimia secara terus
menerus dapat mengakibatkan degradasi lahan sawah. Hal ini dapat mengganggu pencapaian
target produksi padi nasional dan stok beras mencapai surplus 10 juta ton pada tahun 2014.
Oleh karena itu diperlukan teknologi pemulihan lahan terdegradasi tersebut dengan
memanfaatan sumberdaya pertanian yang dapat mempertahankan keberlangsungan
produktivitas tanah yang tinggi.

Kebutuhan hara setiap tanaman sangat spesifik tergantung dari sifat tanah, kondisi
iklim dan jenis tanaman. Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam proses
produksi pertanian, oleh karena itu inovasi teknologi di bidang pupuk (anorganik, organik,
hayati) masih terus dikembangkan, baik dalam pengembangan formula baru, peningkatan
3
efektivitas maupun peningkatan efisiensi penggunaannya. Di dalam upaya mencukupi nutrisi

4
tanaman yang spesifik tersebut, telah dibuat beberapa formula pupuk majemuk
NPK, teknologi pengomposan jerami padi dan formula pupuk hayati spesifik untuk tanaman
padi. Untuk mengetahui formula yang paling efektif bagi penggunaan pupuk NPK majemuk,
pupuk organik dan pupuk hayati untuk pemulihan kesuburan tanah sawah yang terdegradasi
tersebut diperlukan penelitian penerapannya di lapang.
Jerami padi pada setiap habis panen selalu tersedia, merupakan sumber hara tanaman
dan sumber energi bagi hayati tanah, belum dimanfaatkan secara optimal oleh para petani.
Teknologi pengomposan in situ bagi pemanfaatan jerami telah tersedia yaitu dengan
penggunaan mikroba dekomposer untuk mempercepat pengomposan dan meningkatkan mutu
kompos yang dihasilkan. Teknologi ini mulai digunakan/diapresiasi para pelaku pertanian
pada 2009, tetapi teknomlogi tersebut masih memerlukan tenaga yang banyak dan waktu yang
relatif lama. Oleh karena itu perlu dicari teknologi cara pemanfaatan jerami dengan
penggunaan dekomposer yang efektif dalam mengurangi kebutuhan tenaga dan waktu
pengomposan.

Aktivitas berbagai komunitas hayati tanah seperti mikroorganisme, mikroflora, dan


fauna tanah saling mendukung dan mengatur terjadinya proses-proses fisik, kimia, dan hayati
tanah. Berbagai mikroorganisme dapat meningkatkan kesuburan tanah, melalui produksi
berbagai senyawa penting seperti zat organik pelarut hara, fitohormon, dan antipatogen.
Beberapa mikroba diazotorop endofitik dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
melindungi strees tanaman melalui metabolisme zat tumbuh alami, meningkatkan
ketersediaan hara dan bahan organik, sekresi senyawa antimikroba dan hama. Kemampuan
mikroba dalam menambat N2, melarutkan P tak tersedia menjadi tersedia, menghasilkan zat
tumbuh alami, sangat berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah. Oleh karena itu
teknologi pemanfaatan kemampuan mikroba tanah tersebut perlu diteliti dan dikembangkan
untuk peningkatan produktivitas tanah sawah.

1.3. Tujuan

Jangka pendek:

1. Mendapatkan informasi teknologi pemulihan kesuburan tanah sawah terdegradasi.


2. Mempelajari teknik pengelolaan jerami terhadap perubahan sifat kimia, fisika, dan biologi
tanah.

5
Jangka panjang:

Mendapatkan teknologi pengelolaan jerami padi, penggunaan pupuk anorganik dan


hayati untuk pemulihan produktivitas tanah sawah yang terdegradasi.

1.4. Keluaran yang diharapkan

Jangka pendek :

1. Informasi teknologi pemulihan kesuburan tanah sawah terdegrasai.


2. Informasi teknik pengelolaan jerami padi terhadap perubahan sifat kimia, fisika, dan
biologi tanah.
Jangka panjang :

Teknologi pengelolaan jerami padi, penggunaan pupuk NPK dan hayati untuk
pemulihan produktivitas tanah sawah yang terdegradasi.

1.5. Perkiraan manfaat dan dampak dari kegiatan yang dirancang

Lahan sawah terdegradasi dapat dipulihkan kesuburannya dengan pengelolaan jerami


padi in situ dengan memanfaatkan pupuk hayati yang disertai dengan pemupukan berimbang
sehingga dapat meningkatkan efisensi pupuk, meningkatkan kualitas lingkungan dan
produktivitas berkelanjutan.

6
menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Namun kenyataannya petani di
lapang belum menggunakan rekomendasi sesuai dengan status hara tanah. Pupuk yang
tersedia di lapangan bervariasi dari pupuk majemuk dan tunggal, pupuk majemuk yang
umum dijumpai di lapang antara lain NPK Phonska, NPK Pelangi dan NPK Kujang
tergantung daerahnya. Pupuk tunggal yang masih banyak beredar adalah urea dan SP-36,
sedangkan pupuk KCl sudah susah dicari di lapang.
Di lapang, jerami padi belum optimum digunakan, lebih banyak ditumpuk di
pematang dan dibakar. Sebagian besar penggunaan jerami padi bersaingan dengan
penggunaan lain seperti untuk pakan ternak dan bahan pembuatan jamur. Sehingga
pemanfaatan jerami padi hanya tunggul sisa hasil panen yaang tertinggal di sawah.
Di dalam usaha penyediaan pangan/beras pada jumlah dan kualitas yang cukup tanpa
merusak lingkungan dan sumberdaya alam, banyak faktor harus diperhitungkan (dipenuhi).
Pengelolaan tanah diarahkan pada perbaikan struktur fisik, komposisi kimia dan
keseimbangan biota tanah yang optimum (Abbot 1989 in Witt 2004), sehingga interaksi
antara abiotik-biotik tanah optimal. Dengan demikian maka penerapan pengelolaan tanaman
terpadu yaitu pendekatan dalam sistem usaha tani padi yang berlandaskan keterpaduan antara
sumber daya dan pengelolaan tanaman dengan penerapan good agricultural practices.
Dimana dalam pengelolaan hara pemberian pupuk merupakan perpaduan pupuk organik,
pupuk anorganik dan pupuk hayati. Scholes et al, 1994 menyatakan bahwa untuk
memperbaiki dan mempertahankan kesuburan tanah tropika adalah dengan memanipulasi
populasi biologi tanah.

Mikroba tanah sangat berperan dalam membantu pertumbuhan dan peningkatan


produksi tanaman. Hal ini disebabkan berbagai mikroba tanah berperan dalam penambatan
N2-udara (baik yang hidup bebas maupun bersimbiose), pelarutan P, penyedia K, penghasil
hormon tumbuh dan perangsang pembungaan, serta penghasil zat pengendali penyakit.
Berbagai bakteri tanah yang dikenal dengan rhizobakteri, hidup bebas di sekitar perakaran,
merupakan bakteri pemacu tumbuh tanaman yang populer disebut sebagai plant growth
promoting rhizobacteria (PGPR). PGPR mampu menstimulasi pertumbuhan tanaman karena
berperanan dalam meningkatkan ketersediaan hara atau memproduksi fitohormon pemacu
tumbuh (Kloepper and Schroth, 1978). Berbagai jenis bakteri telah diidentifikasi sebagai
PGPR, paling banyak dari genus Pseudomonas (Kloepper, 1993), Azotobacter,
Azozospirillum, Acetobacter, Burkholderia, dan Bacillus (Glick, 1995). Beberapa
rhizobakteri mampu memacu pertumbuhan tanaman karena memproduksi asam indol asetat
7
(AIA) yang juga dikenal sebagai auksin eksogen. Auksin merupakan salah satu golongan
senyawa yang berperan dalam menginduksi pemanjangan organ tanaman pada bagian sub-
apikal (Weerasooriya, 2005). Kemampuan menghasilkan AIA tersebar diantara bakteri yaitu
bakteri tanah, bakteri efifitik, dan bakteri endofitik (Patten and Glick, 1996). Beberapa bakteri
juga mampu menghasilkan sitokinin. Sitokinin ditransfer ke daun melalui xylem, berfungsi
untuk meningkatkan energi metabolisme yang digunakan untuk mematahkan dominansi
apikal dan pembentukan kuncup bunga. Inokulasi Azospririllum brasiliense Spl3t.SR2 dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman bagian atas lebih tinggi dibanding dengan tanaman yang
diberi hormon tumbuh AIA pada konsentrasi optimum 0,01 ppm (Tien et al., 1979).

Pemanfaatan kemampuan hayati tanah (pupuk hayati) dipadukan dengan penggunaan


pupuk anorganik merupakan inovasi teknologi yang paling tepat bagi usaha meningkatkan
dan mempertahankan produksi tanaman padi. Teknologi tersebut merupakan teknologi yang
ramah lingkungan, pengunaan pupuk anorganik yang efisien, dan produktivitas berkelanjutan.
Teknologi ini didasarkan atas penggunaan pupuk anorganik secara rasional yaitu berdasarkan
atas sifat tanah (terutama kadar hara) dan kebutuhan tanaman, pemanfaatan hayati tanah
unggul, dan penggunaan bahan organik insitu.

Sisa tanaman (jerami padi), hewan, atau juga sisa jutaan makhluk kecil yang berupa
bakteri jamur, ganggang, hewan satu sel, maupun banyak sel merupakan sumber bahan
organik yang sangat potensial bagi produktivitas tanah. Apabila bahan tersebut dikelola
dengan baik, akan sangat berguna untuk perbaikan sifat fisik, kimia dan hayati tanah, dan
sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Sebelum mengalami proses
perombakan atau dekomposisi, sisa hewan dan tumbuhan ini tidak berguna bagi tanaman,
karena unsur hara terikat dalam bentuk organik yang tidak dapat diserap tanaman. Dengan
adanya dekomposisi, bahan organik akan dipecah menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana
dan menyediakan unsur hara yang berguna bagi tanaman. Pirngadi (2009) menyatakan bahwa
penggunaan bahan organik dapat meningkatkan hasil padi secara nyata (16%)

2.2. Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian terkait

Hasil kajian tentang penggunaan kompos, pupuk NPK, dan pupuk hayati
memperlihatkaan bahwa penggunaan NPK-tunggal (berupa urea, SP-36, dan KCl), NPK 15-
15-15, dan NPK 20-10-10 memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang relatif sama,
tetapi penggunaan NPK 30-6-8 memberikan pertumbuhan tanaman hasil padi yang paling
rendah (Balittanah, 2011). Sedangkan penggunaan pupuk hayati + kompos 2,5 t/ha
8
Jangkang, 10 Januari 2022
Nomor: 001-01/EA-CID/SMM/2022

Kepada Yth.
Kepala Desa Renggiang
Di tempat

Perihal : Hasil Anafisis Tanah Persawahan Desa


Renggiang Lampiran : Report of Analysis Tana h Sawah
Simpang Renggiang

Dengan hormat,
Sehubungan dengan surat dari Pemerintahan Desa Renggiang No 154/XI/DRG/2021
tanggal 8 November 2021 terkait permohonan analisis tanah persawahan di Dusun Simpang
Renggiang I RT 02 oleh Kepala Desa Simpang Renggiang, maka dengan ini kami
sampaikan bahwa PT SMM telah melakukan pengecekan ke lokasi dan pengambilan
sampel tanah untuk diuji di Lab PT MAS (Mitra Agro Servindo) pada tanggal 16
Desember 2021. Berikut kami lampirkan hasil analisis tim R&D PT Sahabat Mewah dan
Makmur terkait permohonan Bapak/lbu.

Demikian surat dari kami, atas perhatian nya kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,
PT Sahabat Mewah dan Makmur

E¥¥AH DAN MAKMUR

Rid an Damanik
Gen ral Manager

PT Sahabat Newah dan Nakmur

9
REPORT OF ANALYSIS

Logam
Tersedia, ftTK AI i’i dd
AS Tatal
”Ra P2O5
CONTOH Kejenuha
La6 ’ *o Aln
n Basa
” P-Bray I”P2O5K”Ca*Mg’Na’Mn dddd
Contoh
Cniol+/Kg
mg/100g
TanahRSSU 2, i0,3
6,6 0,’,2Z37 8,
er›ggiang2465 75,42 10,95 0,107G,4750.1841,7630,0027,702 *2, 2 910
5 86 58

NetRenSedTin Sangat Rend
Status Rendah
ratdahangggi Tinggi“.” ah
%
.
Rekomendasi:
1. Perlu diberikan pemberian bahan organik seperti kompos untuk memperbaiki KTK
(Kapasitas Tukar Kation) tanah dosis 7-10 ton/ha
2. Setelah pemberian Bahan organik/kompos segera lakukan pemberian pupuk Dolomit dengan dosis 1-2 ton per hektar
untuk memenuhi kebutuhan unsur Ca dan Mg
3. Pemberian pupuk KCI dan Urea tetap perlu dilakukan pada saat penanaman, berdasarkan kebutuhan dan jenis
tanaman yang akan dibudidayakan
4. Nilai pH sangat baik pada kondisi netral, artinya penyerapan hara tidak akan
terganggu oleh faktor keasaman tanah.
Kriteria penilaian hasil analisis tanah

parameter tanah * nilai


sangat renda sangat
rendah h sedang tinggi tinggi
C (%) <1 1-2 2-3 3-5 *5
0,1- 0,51-
N (%) <0,1 o,2 0,21-0,5 0,75 >0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 HCL 25% (mg/100g) <15 15-20 21-40 41-60 >60
P2O5 Bray (ppm P) <4 5-7 8-10 11-15 >15
P2O5 olsen (ppm P) <5 5-10 11-15 16-20 >20
KTK/CEC (me/100 g tanah) <10 10-20 21-40 41-60 >60
susunan kation <5 5-16 17-24 25-40 >40
Ca (me/100 g tanah ) <2 2-5 6-10 11-20 >20
2,1-
Mg (me/100 g tanah ) <0,3 0,4-1 1,1-2,0 8,0 >8
0,1- 0,6-
K (me/100 g tanah ) <0,1 0,3 0,4-0,5 1,0 >1
0,1- 0,8-
Na(me/100 g tanah ) <0,1 0,3 0,4-0,7 1,0 >1
Kejenuhan basa (%) <20 20-40 41-60 61-80 >80
kejenuhan alumunium (%) <5 5-10 10-20 20-40 >40
cadangan mineral (%) <5 5-10 11-20 20-40 >40
Salinitas/DHL (dS/m) <1 1-2 2-3 3-4 >4
persentase natrium dapat
tukar/ESP (%) <2 2-3 5-10 10-15 >15

sangat masa agak agak alka


masam m masam netral alkalis lis
4,5- 6,6-
pH H2O <4,5 5,5 5,5-6,5 7,5 7,6-8,5 >8,5

Margi
unsur mikro DIPA* defisiensi nal cukup
0,5-
Zn (ppm) 0,5 1,0 1
2,5-
Fe (ppm) 2,5 4,5 4,5
Mn (ppm) 1 1
Cu (ppm) 0,2 0,2

8
(NPK)-rekomendasi pada sistem budidaya pengelolaan tanaman terpadu (PTT) maupun
konvensional (praktek petani) memberikan hasil nyata lebih tinggi dibanding dengan yang
hanya pemberian kompos 5 t/ha ataupun demikian pula pada penggunaan mikroorganisme
lokal (MOL) pada system rice intensification (SRI). Keadaan ini memberikan indikasi bahwa
kombinasi penggunaan bahan organik, pupuk hayati (mikroba yang unggul/hasil seleksi), dan
pupuk anorganik ½ dosis rekomendasi pada tanah sawah ini merupakan kombinasi yang
paling ideal bagi budidaya tanaman padi sawah (Balittanah, 2011).

Bagian penting dari siklus karbon, nitrogen, fosfor, sulfur dan air yang terjadi di dalam
tanah sebagian besar melibatkan interaksi mikroba dan fauna tanah dengan sifat kimia dan
fisika tanah (Doran dan Parkin, 1996). Kadar dehidrogenase tanah menggambarkan besarnya
aktivitas mikroba tanah, semakin tinggi kadar dehidrogenase tanah aktivitas mikroba tanah
juga semakin tinggi. Kadar dehidrogenase paling tinggi dicapai oleh perlakuan sistem
Konvensional dengan pengunaan pupuk hayati + kompos 2,5 t/ha + ½ (NPK)-rekomendasi
sebesar 49,9 ppm nyata lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya yang hanya 11,4 –
27,53 ppm. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Nayak et al. (2010) menyebutkan bahwa
aktivitas dehidrogenase pada lahan sawah adalah sekitar 18,47 ppm saat curah hujan rendah
dan sekitar 17,45 ppm saat curah hujan tinggi. Demikian pula pada SRI ternyata penggunaan
MOL dikombinasikan dengan kompos 2,5 t/ha + ½ (NPK)-rekomendasi cenderung
memberikan kadar dehidrogenase lebih tinggi dibanding dengan hanya pemberian kompos 5
t/ha. Keadaan ini juga terlihat pada sistem PTT yang dibarengi dengan kompos 2,5 t/ha + ½
(NPK)-rekomendasi lebih baik dibanding dengan kompos 5 t/ha atau pemupukan NPK-
rekomendasi. Dengan demikian maka aktivitas mikroba tanah paling tinggi pada perlakuan
pupuk hayati + kompos 2,5 t/ha + ½ (NPK)-rekomendasi, pemakaian pupuk hayati dapat
meningkatkan populasi mikroba tanah, pemberian kompos 7 t/ha cukup memenuhi kebutuhan
sumber energi bagi mikroba dan penggunaan ½ (NPK)-rekomendasi cukup untuk memenuhi
kebutuhan hara makro esensial baik bagi mikroba maupun tanaman padi.

9
PENUTUP

Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat

terutama melalui kegiatan PTT dengan optimasi lahan sawah merupakan tanggung jawab kita

bersama.

Sebagai salah seorang Penyuluh Pertanian merasa lebih perlu untuk diberikan peran

maupun bantuan dalam rangka meningkatkan mutu Pertanian dan kesejahteraan petani dan

masyarakat . Peran serta pemerintah dalam meningkatkan peran dan fungsi penyuluh pertanian

sangat diperlukan.

Demikian proposal ini dibuat sebagai gambaran dan untuk menjadikan bahan
pertimbangan, bersama sesuai analisa dan gambaran yang di lampirkan hasil penelitian lahan
sawah di desa Renggiang agar dapat mengambil langkah-langkah yang dipertlukan untuk
mengembalikan kesuburan lahan persawahan di wilawayah binaan saya.

10
11
,

12
13
15

Anda mungkin juga menyukai