Dari penelitian secara sintigrafi terlihat bahwa waktu transit pada usus halus
manusia relatif konsisten, tidak tergantung pada sifat bentuk sediaan
(partikulat atau monolitik). Waktu transit di usus halus biasanya sekitar 3-4
jam, mulai dari pengosongan lambung sampai mencapai hubungan Uunction)
ileo-caecal, walaupun bisa saja terjadi waktu transit lebih singkat. terutama
pada individu yang secara regular melakukan olah raga berintensitas tinggi.
Pengosongan lambung dapat saja tidak terduga karena tergantung pada
waktu/urutan pembersihan. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan nyata
waktu ekspose dalam kondisi asam (pH 1,5 - 2,5) pada keadaan puasa. Dalam
keadaan makan, pH dapat naik antara 4 sampai 5, dan aktivitas penyaringan
pilorus akan mempermudah retensi objek berukuran cukup besar, misal tablet
salut enterik.
Oleh karena pada saat memasuki duodenum terjadi peningkatan pH
secara tajam, perubahan ini dapat dimanfaatkan sebagai pemicu
disolusi polimer asidik yang digunakan sebagai penyalut atau
matrik. Ketebalan salutan merupakan dasar untuk memulai proses
inisiasi pelepasan obat pada lokasi yang sesuai di usus halus. Usaha
awal untuk memodifikasi lokasi (titik) pelepasan dengan
menebalkan lapis salut telah berhasil dan digunakan untuk
memfasilitasi sasaran sekal (cekal) obat seperti 5-amino salisilat (5-
ASA).
Prinsip yang sama digunakan dalam studi desain untuk memodulasi
penghantaran dari suatu alat Pulsincap. Sistem ini menggunakan 2
pemicu, pertama diawali dengan pengosongan ke dalam usus halus,
dan kedua pemelar berupa kap hidrogel yang dikeluarkan dari dasar
badan kapsul. Selain itu, tersedia pula 2 pemicu tambahan:
metabolisme sekal yang memberikan peluang untuk pemisah
paksaan (cleavage) secara reduktif dan ghkosidik, dan pH rendah
yang dihasilkan dari fermentasi bakteri dan polimer larut.
b. Peran fermentasi sekal
Tidak mungkin mengobati penyakit pada kolon-naik melalui rektum. Oleh karena
itu, pemberian obat secara oral merupakan cara yang dapat diandalkan untuk
penghantaran obat.
Spesifik
Umumnya hal ini dapat
dikelompokkan:
Nonspesifik
1. Spesifik
Secara teoritis perlu diperhatikan sifat biokimia nonmamalia tentang bakteri
kolonik. Mekanismenya adalah sebagai berikut:
Penggunaam polimer peka -pH yang akan melarut pada pH rendah disertai dengan
metabolisme sekal polisakarida (serat larut).
Reduksi azo dari polimer yang mengandu'ng ikatan yang dapat dlplsah paksa
(cleavage) berdasarkan pemutusan secara reduksi.
Kombinasi antara salut enterik dengan salut konvensional melalui disolusi penghalang
(barier) tergantung waktu.
Sistem pemelaran yang dapat mengeluarkan bahan aktif (misal teknologi Pulsincap) atau
terjadi pemecahan salut.
Memperlambat transit di kolon (bentuk sediaan pelet) untuk melepas bagian terbesar dari
obat apabila terperangkap pada kolon-naik.
Jadi, pendekatan dalam pengembangan sediaan kolonik yang
diberikan melalui pemberian oral adalah sebagai berikut:
Material ini diaplikasikan, baik dalam bentuk larutan dalam pelarut organik
maupun dalam bentuk dipersi dalam air. Secara praktis penggunaan polimer salut
enterik adalah polimer yang melarut pada pH 7 atau lebih tinggi (untuk sasaran
kolon). Polimer salut enterik yang melarut pada pH lebih rendah dari 7 digunakan
untuk salut enterik konverisional. pH di usus halus masih sangat mungkin bersifat
asidik sehingga sasaran obat dilepas akan sulit tercapai: pH di usus halus mulai
dari duodenum (pH 5,4 - 6,1) sampai di ileum (pH 7 - 8).
pH kolon menunjukkan sedikit agak rendah dari pH usus halus (5,5 - 7,0)
karena keasaman kolon ditentukan oleh ketersediaan serat yang dapat
difermentasi dan keberadaan bakteri. Perbedaan pH dari "ras" dan waktu transit
di kolon kemungkinan disebabkan oleh perbedaan pola "diet".
Pemilihan polimer salut enterik yang melarut pada pH ≥ 7 akan melepas obat
pada daerah terminal usus halus. Optimisasi ketebalan penyalut yang sangat
penting untuk menjamin pelepasan obat akan berlangsung di kolon dan tidak
sepanjang salur cerna.
Tabel 16.1 Polimer enterik berbasis ftalat.
Selulosa asetat ftalat 6,0 - 6,4 C-A-P Aqua coal CPD Eastman FMC
metakrilat-metil
metakrilat (1 : 1) 6,5 - 7,5 Eudragit S 100/L 12,5 Rohm Gm bH
Kopolimer asam
metakrilat-metil Eastacryl 30 D
metakrilat (1 : 1)
Tabel 16.3 Berbagai polimer enterik
Sekigawa dan Onda mengembangkan sediaan padat disalut yang sesuai untuk
pemberian bersasaran di kolon secara oral (Gambar 16.2). Produk dibuat dengan cara
menyalut suatu inti yang mengandung obat. Lapis pertama disalut dengan chitosan
dengan derajat deasetilasi tertentu dan dengan derajat polimerisasi spesifik.
kemudian permukaan luar disalut dengan polimer enterik, seperti hidroksipropil
metilselulosa asetatsuksinat. Sasaran pelepasan bahan aktif adalah pada daerah
kolon.
Gambar 16.2 Sediaan padat disalut sesuai untuk pemberian oral oleh Sekigawa dan Onda.
Sementara itu. Yamada dkk mengembangkan sediaan penghantaran kolonik
berbentuk kapsul. Bahan aktif dan suatu asam organik padat diisikan ke dalam
kapsul gelatin keras yang terutama terdiri atas chitosan. Permukaan kapsul yang telah
diisi disalut lapis tipis dengan polimer enterik terdiri dari hidroksipropil metilselulosa
ftalat, hidroksipropil metilselulosa asetatsuksinat, selulosa asetatftalat, kopolimer
metakrilat, dan shelak.
Fukui dkk menggunakan tablet salut enterik dengan pelepasan diatur waktu
dan tablet yang disalut kempa. Tablet inti mengandung diltiazem hidroklorida
sebagai model obat, ditutupi oleh lapis luar hidroksipropilselulosa secara
pengempaan dan akhirnya lapis salut enterik. Tablet berguna sebagai sistem
penghantaran obat oral yang melepas obat pada lokasi spesifik termasuk
sasaran kolon.
Gupta dkk menggunakan pelet sebagai dasar penghantaran obat untuk 5-asam
aminosalisilat (5-ASA). Inti dibuat dengan cara pelapisan obat pada inti inert diikuti
penyalutan dengan lapisan dalam yang terdiri atas kombinasi 2 kopolimer independen-
pH Eudragit RL dan RS dan lapisan terluar dari Eudragit FS yang merupakan kopolimer
met-akrilat pHdependen.
Kogars dkk membuat matrik pelet peka-pH untuk penghantaran spesifik kolon ibuprofen
dengan teknik peletisasi secara ekstrusi sferonisasi. Variasi utama teknik ini tetletak
pada kandungan Eudragit S dan asam sitrat dalam inti matrik, yang juga mengandung
mikrokristalin selulosa dalam formulasinya. Petet disalut enterik untuk mencapai waktu
lag 15 menit pada pH 7,4 dapar fosfat.
Catatan:
1. Secara tidak langsung, penggunaan pemicu berdasarkan pH untuk mencapai kolon
dengan memanfaatkan metabolisme fermentasi dart serat larut, akan menurunkan pH
lokal menjadi sekitar 5. Perlu diperhatikan bahwa untuk mencegah pelepasan prematur
obat pada segmen atas salur cema digunakan aplikasi salut penghalang yang akan
menyebabkan tidak terjadinya disolusi sampai sediaan meninggalkan lambung. Dalam
hal ini harus digunakan sistem tergantung waktu (time-dependen) karena kondisi dalam
lumen lambung cukup homogen sampai dicapai "ileocecal junction".
1. Bentuk fisik formulasi akan sangat mempengaruhi retensi pada kolonnaik karena
partikulat ditahan lebih baik dari monolitik.
2. Biopolimer tetutama yang menunjukkan sifat memelar sering digunakan dalam formulasi
pelepasan obat terkendali. Cukup banyak dari polimer ini melepas sebagian obat pada
segmen atas salur cema sehingga produk dapat disalut enterik untuk menjamin agar
pelepasan obat dalam lambung dan bagian proksimal usus halus terjadi seminimal
mungkin. Sistem salut dengan penundaan waktu ( time delayed) dengan waktu lag yang
sesuai, yang dihasilkan dari penyalutan dengan ketebalan tertentu sebagai salut
penghalang , dapat diharapkan berfungsi sama.
Terimakasih...