Sengketa internasional terdiri dari dua kata yaitu sengketa dan internasional, Kata
sengketa atau dispute sendiri menurut John Collier dan Vaughan Lowe membedakan
antara sengketa atau dispute dengan konflik atau conflict.1 Sengketa adalah suatu
perselisihan tertentu yang berkaitan dengan hak, kepentingan atau ketidaksepahaman
dimana disertai dengan adanya pernyataan claim, klaim balik atau penolakan. Sedangkan
konflik adalah suatu keadaan yang menimbulkan pertikaian antara para pihak dan
seringkali tidak focus. Menurut Merrils sengketa adalah “specific disagreement
concerning a matter of fact, law or policy in which a claim or assertion of one party is
met with refusal, counter-claim or denial by another” yang artinya, adanya
ketidaksepahaman secara spesifik mengenai suatu fakta, hukum atau kebijakan yang
disertai dengan claim atau pernyataan suatu pihak dipenuhi, klaim balik, penolakan dan
lain sebagainya. Secara singkatnya dapat dipahami bahwa setiap sengketa adalah konflik,
akan tetapi setiap konflik belum tentu sengketa. Jadi sengketa adalah adanya
ketidaksepahaman mengenai suatu objek yang disertai dengan klaim oleh satu pihak dan
ditolak oleh pihak lainnya.
1
John Collier & Vaughan Lowe, The Settlement of Disputes in International Law, (New York: Oxford University
Press, 1999), 1
2
Willa Wahyuni, Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Diplomatik,
https://www.hukumonline.com/berita/a/penyelesaian-sengketa-internasional-secara-diplomatik-lt62317c3c9c7f9,
diakses pada tanggal 4 Juni 2022 pukul 12.24 WIB
suatu Negara. Hal ini dikarenakan saat ini subjek-subjek hukum internasional telah
meluas hingga mencakup banyak actor non-negara.3 Jadi, dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwasannya sengketa internasional adalah suatu ketidaksepahaman atau
ketidaksepakatan spesifik mengenai suatu fakta, hukum atau kebijakan yang disertai
dengan adanya klaim atau pernyataan yang bertentangan yang tidak hanya mencakup
urusan dalam negeri suatu negara dengan negara yang membawa konsekuensi di lingkup
internasional, bisa juga terjadi antara negara dengan individu, negara dengan lembaga
atau badan yang menjadi subjek hukum internasional.
3
Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), 298