Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kuliah Hadist Dakwah dan
Komunikasi pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
IAIN Bone
Oleh:
Yulianingsih (03182129)
Sukmawati (702332020037)
Laskar Putra Jaya (702332020046)
BONE
2022
1
2
KATA PENGANTAR
kesempatan pada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
Terhadap Dakwah Dalam Perspektif Hadits” tepat waktu. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Hadits Dakwah dan Komuikasi di
kampus. Selain itu, penyusun juga berharap agar makalah ini dapat menambah
selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima demi
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Pengertian Dakwah 4
C. Pengertian Niat 7
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang ajarannya bersifat universal, yaitu agama yang
menyebarkan dan menyiarkan ajaran agama Islam kepada seluruh umat manusia.
Islam juga salah satu agama besar di dunia diantara agama lainnya. Manusia akan
tenggelam dalam kesesatan dan tetap dalam kegelapan jika tidak disinari oleh
cahaya Islam. Manusia akan hidup dalam kebingungan jika hidup tanpa pegangan
yang kokoh dengan ajaran Tuhan. Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik
dengan ukuran yang bersumber pada Allah swt, sebagaimana yang telah
diaktualisasikan oleh Rasulullah saw. Apa yang menjadi sifat dan digariskan
“baik” olehnya dapat dipastikan “baik” secara esensi oleh akal pikiran manusia.1
kebajikan dan mencegah dari yang mungkar.2 Hal ini mengacu pada firman Allah
1
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006),
h.30
2
https://www.risalahislam.com/2013/11/pengertian-islam-menurut-al-quran.html?m=1.
Di akses pada 3 April 2022.
4
5
tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi
orang-orang yang sabar.3
berkata: Niat adalah Keinginan hati terhadap apa yang dirasa cocok untuk
niat adalah keinginan kuat untuk melakukan ibadah sebagai bentuk mendekatkan
diri kepada Allah ta’ala. Di dalam syari’at niat itu mempunyai dua pembahasan
yaitu niat ikhlas dalam beramal hanya untuk Allah ta’ala semata, dan tentang hal
ini biasanya di bahas oleh ulama-ulama tauhid dan akhlak serta ulama-ulama
satu dengan ibadah yang lainnya, dan biasanya hal ini di bahas oleh ulama-ulama
ahli fiqih.4
Setiap amal perbuatan yang kita lakukan, hendaknya kita lakukan dengan
niat ikhlas, semata-mata karena Allah swt, karena bila kita melakukan suatu amal
perbuatan/amal kebaikan dan walaupun dalam niat awal kita, kita ikhlas karena
Allah tapi kemudian kita mengharap yang lainnya, maka amal pernbuatan kita itu
tidak akan diterima Allah swt. Seperti yang dijelaska dalam hadits shahih berikut
mengamalkan suatu amalan yang dalam amalnya itu dia menjadikan selain-Ku
itu.” (HR Muslim)
3
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, ( Jakarta: Darus Sunnah, 2012),
h. 282.
4
Mirchandani, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Lautan Lestarti, 2010), h. 597.
5
6
dengan niat terhadap dakwah dalam perspektif hadits ini, agar pembaca
dan pennulis dapat lebih memahami terkait dengan apa itu niat,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
5
Mirchandani, Al-Quran dan Terjemahan, h. 569.
6
7
PEMBAHASAN
A. Pengetian Dakwah
yang tidak bisa dihindari. Setiap lembaga dakwah harus melengkapi diri dengan
dakwah yang tepat sesuai dengan kondisi masyarakat yang dihadapi para juru
dakwah.6 Istilah dakwah dalam Al-qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun
masdar sebanyak lebih dari seratus kata. al-Qur’an menggunakan kata dakwah
kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali
yang menjelaskan istilah dakwah dalam konteks yang berbeda.7 Kalimat dakwah
sifatnya lebih luas dan menyeluruh yakni segala aktivitas yang bernafas seruan
dan ajakan. Sedangkan bila dilihat secara khusus dari kata tabligh maka
kewajiban tersebut menjadi tugas bagi setiap pribadi muslim, baik laki-laki
dan Ibn Hibban). Dengan demikian dilihat dari segi hukumnya adalah termasuk
berdosa jika seseorang yang telah mengaku muslim atau muslimah (baligh), tetapi
6
Ahmad Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: PLP2M, 1983),
h. 4.
7
Yusuf Yunan, Menajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 17.
7
8
enggan melaksanakan dakwah. Karena hukum berdakwah itu adalah wajib bagi
setiap pribadi muslim, maka wajib pula setiap kita membekali diri dengan
berbagai potensi agar dapat berdakwah dengan baik sesuai dengan profesi
masing- masing. Yang dimaksud dengan dakwah disini apa saja yang dilakukan
oleh seseorang yang dapat menjadi contoh teladan bagi orang lain dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan dorongan kepada orang lain
dipahami, seluruh aktifitas pribadi muslim itu harus dijadikan bernilai dakwah,
pemimpin, penguasa, dan lain sebagainya. Bagi Ahmad Mahmud, dakwah jika
ditinjau dari segi kosa kata, merupakan bentukan kata kerja inklinasi dan motivasi
termotivasi melakukan ajaran Islam. Dakwah kepada Islam, artinya tugas untuk
mempengaruhi orang agar ia menjadi condong dan menyukai Islam, baik dengan
cara teoritis atau nasihat mupun secara praktis atau keteladanan (min quolin au
fi’il). Dalam pengertian ini, bentuk dakwah dalam praktiknya bukan hanya
sekedar teoritis-instruktif atau dikenal dengan lisan al-maqal, tetapi menuntut juga
8
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2011), h. 28-31.
8
9
Subjek dakwah adalah pelaku dakwah yang kita kenal dengan sebutan
dengan seberapa besar dan kecilnya audien dakwah tersebut. Posisi da’i harus
dilihat dari segi pengalaman dan pemahaman keagamaan yang memadai. Da’i
Mad’u merupakan target dari pesan dakwah dari seorang da’i. Bisa
dijelaskan bahwa Mad’u sebagai kelompok yang beragam tak terbatas pada ras,
gender, maupun agama tertentu. Tipe Mad’u dibagi menjadi tiga yaitu, Mu’min,
Kafir, dan Munafik. Dari kategori demikian proses penyampaian dakwah memiliki
kepada Mad’u. Bahasan dalam Maddah ini merupakan nilai-nilai keislaman yang
C. Pengertian Niat
9
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi (Jakarta: PT
Rinena Cipta, 2009), h. 13.
10
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi , h. 13.
11
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi , h. 13.
12
Said Ali Wahanif Al-Qthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1994), h. 100.
9
10
Niat adalah salah satu unsur terpenting dalam setiap perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Bahkan dalam setiap perbuatan yang baik dan benar
hadis yang mencantumkan seberapa penting arti menghadirkan niat dalam setiap
perbuatan. Niat juga mengan dung makna keikhlasan terhadap apa yang akan kita
kerjakan. Umar bin al-Khatthab yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim
bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu dengan niat dan
pada intinya setiap niat yang baik pasti menghasilkan perbuatan yang baik pula
dan sebaliknya, setiap niat yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk
pula.13
bahkan semua perbuatan yang hendak dilakukan oleh manusia, niatnya secara
Dengan definisi niat yang seperti ini diharapkan orang Islam atau Muslim
itu tidak hanya 'bicara saja' karena dengan berniat berati bersatu padunya antara
hati, ucapan dan perbuatan. Niat baiknya seorang muslim itu tentu saja akan
keluar dari hati yang khusyu dan tawadhu, ucapan yang baik dan santun, serta
Karena dikatakan dalam suatu hadits Muhammad apabila yang diucapkan lain
dengan yang diperbuat termasuk ciri-ciri orang yang munafik, Imam an-Nawawi
13
Nasaruddin, Teori dan Praktek Da’wah Islamiya, (Jakarta: Firma Dara, 2010), h. 11.
14
Nasaruddin, Teori dan Praktek Da’wah Islamiya, h. 12.
10
11
berkata,“Niat adalah fardhu, shalat tidak sah tanpanya” Ibnul Mundzir , Syaikh
Abu Hamid al-Isfirayini, Qadhi Abu ath-Thayyib, dan Muhammad bin Yahya dan
lain-lainnya menukil ijma’ ulama bahwa “alat tidak sah tanpa niat.” Jadi para
ulama telah berijma’ bahwa shalat tanpa niat tidak sah, ijma’ ini berdasar kepada
hadis yang disampaikan oleh Umar ibnul Khaththab radliallahu anhu berkata: Aku
sesuai dengan apa yang dia niatkan. Maka siapa yang amalan hijrahnya karena
Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa
yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia peroleh atau karena wanita yang ingin
Niat itu termasuk bagian dari iman karena niat termasuk amalan hati.
melakukan amalan tersebut, apakah amalan itu disyariatkan atau tidak, apakah
amalan itu bisa tertolak apabila luput darinya niatan yang disyariatkan.
(ditentukan) yakni bila seseorang ingin shalat maka ia harus menentukan dalam
niatnya shalat apa yang akan ia kerjakan apakah shalat sunnah atau shalat wajib,
dhuhur, atau ashar, dan seterusnya. Bila ingin puasa maka ia harus menentukan
apakah puasanya itu puasa sunnah, puasa qadha atau yang lainnya. Amal
tergantung dari niat, tentang sah tidaknya, sempurna atau kurangnya, taat atau
maksiat. Seseorang mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan namun perlu
diingat niat yang baik tidaklah merubah perkara mungkar (kejelekan) itu menjadi
15
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) h. 61.
16
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 87.
11
12
mendirikan masjid tapi niatnya untuk pamer, maka hal itu tidak akan bernilai
keridhaan Allah, niscaya akan bernilai ibadah di sisi Allah. Hal ini perlu
karena gengsi, jabatan, dan ingin menunjukkan eksistensi bahwa dirinya orang
baik. "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang
(tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang
ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka
Dalam hadis lain, Rasul saw bersabda, "Seandainya dunia ini ditimbang,
maka nilainya di sisi Allah sama seperti salah satu sayap nyamuk. Allah tidak
akan memberikan di dunia ini, walaupun seteguk air, untuk orang-orang yang
untuk meneguhkan hati umat Islam agar tabah dan ikhlas dalam beramal.
Keikhlasan mereka harus dilandasi dengan niat yang suci dan tawakal kepada
Allah. Begitulah capaian dakwah yang diusung oleh dai-dai yang ikhlas, teguh
dalam memegang perjanjiannya dengan Allah, dan beramal secara kontinu tiada
henti. Itulah buah dari kekuatan iman. "Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu
penyakit dan keletihan, kekhawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan
17
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 89.
12
13
dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 90.
13
14
kebajikan dan mencegah dari yang mungkar. Niat adalah Keinginan hati terhadap
apa yang dirasa cocok untuk mendapatkan manfaat dan menangkal mudhorot.
Adapaun secara syara’ bahwa niat adalah keinginan kuat untuk melakukan ibadah
B. Saran
lanjut akan upaya niat terhadap dakwah dalam perspektif hadits dan perlunya
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qthani, Said Ali Wahanif. Dakwah Islam Dakwah Bijak. Jakarta: Gema Insani
Press, 1994.
14
15
Ismail, Ilyas, dan Prio Hotman. Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam. Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2011.
Nasaruddin. Teori dan Praktek Da’wah Islamiya. Jakarta: Firma Dara, 2010.
15