Anda di halaman 1dari 15

1

NIAT TERHADAP DAKWAH DALAM PERSPEKTIF HADITS

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kuliah Hadist Dakwah dan
Komunikasi pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
IAIN Bone

Oleh:
Yulianingsih (03182129)
Sukmawati (702332020037)
Laskar Putra Jaya (702332020046)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BONE

2022

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa karena telah memberikan

kesempatan pada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan

hidayah-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Niat

Terhadap Dakwah Dalam Perspektif Hadits” tepat waktu. Makalah ini disusun

guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Hadits Dakwah dan Komuikasi di

kampus. Selain itu, penyusun juga berharap agar makalah ini dapat menambah

wawasan bagi para pembaca.

Penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak

selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan penyusun. Penyusun juga mengucapkan terima kasih

pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima demi

kesempurnaan makalah ini.

Watampone, 03 April 2022

Penulis

2
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN 4

A. Pengertian Dakwah 4

B. Unsur-unsur dan Metode Dakwah 5

C. Pengertian Niat 7

D. Niat Terhadap Dakwah Dalam Perspektif Islam 9

BAB III PENUTUP 11

A. Kesimpulan 11

B. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

3
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang ajarannya bersifat universal, yaitu agama yang

menyebarkan dan menyiarkan ajaran agama Islam kepada seluruh umat manusia.

Islam juga salah satu agama besar di dunia diantara agama lainnya. Manusia akan

tenggelam dalam kesesatan dan tetap dalam kegelapan jika tidak disinari oleh

cahaya Islam. Manusia akan hidup dalam kebingungan jika hidup tanpa pegangan

yang kokoh dengan ajaran Tuhan. Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik

dengan ukuran yang bersumber pada Allah swt, sebagaimana yang telah

diaktualisasikan oleh Rasulullah saw. Apa yang menjadi sifat dan digariskan

“baik” olehnya dapat dipastikan “baik” secara esensi oleh akal pikiran manusia.1

Dakwah merupakan aktifitas dalam mengajak dan membimbing manusia

untuk senantiasa berada di jalan Allah. Dakwah senantiasa menyeruh kepada

kebajikan dan mencegah dari yang mungkar.2 Hal ini mengacu pada firman Allah

swt, dalam Q.S. An-Nahl/16: 125-126


ۚ
َ Dُ‫ك بِ ۡٱل ِح ۡك َم ِة َو ۡٱل َم ۡو ِعظَ ِة ۡٱل َح َسنَ ۖ ِة َو ٰ َج ِد ۡلهُم بِٱلَّتِي ِه َي َأ ۡح َسنُ ِإ َّن َربَّكَ ه‬
‫و َأ ۡعلَ ُمبِ َمن‬D ُ ‫ۡٱد‬
ِ ِ‫ع ِإلَ ٰى َسب‬
َ ِّ‫يل َرب‬
َ Dُ‫بَ ۡرتُمۡ لَه‬D‫ص‬
‫و‬D َ ‫ بِ ِۖۦه َولَِئن‬D‫وقِ ۡبتُم‬DD‫ا ُع‬DD‫ُوا بِ ِم ۡث ِل َم‬
Dْ ‫م فَ َعاقِب‬Dُۡ‫ض َّل عَن َسبِيلِِۦه َوه َُو َأ ۡعلَ ُم بِ ۡٱل ُم ۡهتَ ِدينَ َوِإ ۡن عَاقَ ۡبت‬ َ
َّ ٰ ‫ر لِّل‬ٞ ‫خَي‬
َ‫صبِ ِرين‬ ۡ
Terjemahnya :
Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan
balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan

1
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006),
h.30
2
https://www.risalahislam.com/2013/11/pengertian-islam-menurut-al-quran.html?m=1.
Di akses pada 3 April 2022.

4
5

tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi
orang-orang yang sabar.3

Niat secara bahasa adalah maksud, Imam al-Baidowi rohimahulloh

berkata: Niat adalah Keinginan hati terhadap apa yang dirasa cocok untuk

mendapatkan manfaat dan menangkal mudhorot. Adapaun secara syara’ bahwa

niat adalah keinginan kuat untuk melakukan ibadah sebagai bentuk mendekatkan

diri kepada Allah ta’ala. Di dalam syari’at niat itu mempunyai dua pembahasan

yaitu niat ikhlas dalam beramal hanya untuk Allah ta’ala semata, dan tentang hal

ini biasanya di bahas oleh ulama-ulama tauhid dan akhlak serta ulama-ulama

tazkiyah (penysucian diri)dan niat membedakan ibadah-ibadah antara ibadah yang

satu dengan ibadah yang lainnya, dan biasanya hal ini di bahas oleh ulama-ulama

ahli fiqih.4

Setiap amal perbuatan yang kita lakukan, hendaknya kita lakukan dengan

niat ikhlas, semata-mata karena Allah swt, karena bila kita melakukan suatu amal

perbuatan/amal kebaikan dan walaupun dalam niat awal kita, kita ikhlas karena

Allah tapi kemudian kita mengharap yang lainnya, maka amal pernbuatan kita itu

tidak akan diterima Allah swt. Seperti yang dijelaska dalam hadits shahih berikut

ini: Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Allah swt

berfirman: “Sesungguhnya Akulah yang paling tidak membutuhkan persekutuan

di antara sekutu-sekutu (yang dijadikan oleh manasia). Barangsiapa

mengamalkan suatu amalan yang dalam amalnya itu dia menjadikan selain-Ku

sebagai sekutu bersama-Ku, maka Aku tinggalkan dia dengan sekutunya

itu.” (HR Muslim)

Merujuk kepada apa yang dilakukan Rasulullah saw, upaya

penyampaian ajaran Islam (dakwah) dapat dilakukan dengan tiga

3
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, ( Jakarta: Darus Sunnah, 2012),
h. 282.
4
Mirchandani, Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Lautan Lestarti, 2010), h. 597.

5
6

pendekatan, yaitu lisan, tulisan dan perbuatan. Bahkan perilaku beliau

pun merupakan dakwah. Pendekatan lisan (bil-Lisan) adalah upaya

dakwah yang mengutamakan pada kemampuan lisan. Pendekatan

Tulisan (al-risalah) adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan baik

berupa buku, brosur, maupun media elektronik. Sedangkan

pendekatan perbuatan (dakwah bil-hal) yakni kegiatan dakwah yang

mengutamakan kemampuan kreativitas perilaku da'i secara luas atau

yang dikenal dengan action approach atau perbuatan nyata. Seperti

menyantuni fakir-miskin dan lain sebagainya.5

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dibuatlah makalah terkait

dengan niat terhadap dakwah dalam perspektif hadits ini, agar pembaca

dan pennulis dapat lebih memahami terkait dengan apa itu niat,

dakwah dalam perspektif hadits.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan apa itu pengertian dakwah?

2. Jelaskan apa itu unsur-unsur dan metode dakwah?

3. Jelaskan apa itu niat?

4. Jelaskan apa niat terhadap dakwah dalam perspektif hadits?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu dakwah.

2. Untuk mengetahui unsur-unsur dan metode dakwah.

3. Untuk mengetahui apa itu niat.

4. Untuk mengetahui niat terhadap dakwah dalam perspektif hadits.

BAB II
5
Mirchandani, Al-Quran dan Terjemahan, h. 569.

6
7

PEMBAHASAN

A. Pengetian Dakwah

Perubahan masyarakat yang begitu dinamis seiring dengan laju

perkembangan pengetahuan dan teknologi yang pesat merupakan suatu kenyataan

yang tidak bisa dihindari. Setiap lembaga dakwah harus melengkapi diri dengan

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebelum ia terjun berdakwah di

tengah-tengah masyarakat yang majemuk. Mencermati kenyataan ini, maka dalam

melakukan dakwah dibutuhkan sistem manajemen, rumusan strategi dan metode

dakwah yang tepat sesuai dengan kondisi masyarakat yang dihadapi para juru

dakwah.6 Istilah dakwah dalam Al-qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun

masdar sebanyak lebih dari seratus kata. al-Qur’an menggunakan kata dakwah

untuk mengajak kepada kebaikan yang disertai dengan resiko masing-masing

pilihan. Dalam al-Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46

kali, 39 kali dalam arti mengajak kepada Islam dan kebaikan, dan 7 kali

mengajak ke neraka atau kejahatan. Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat

yang menjelaskan istilah dakwah dalam konteks yang berbeda.7 Kalimat dakwah

sifatnya lebih luas dan menyeluruh yakni segala aktivitas yang bernafas seruan

dan ajakan. Sedangkan bila dilihat secara khusus dari kata tabligh maka

kewajiban tersebut menjadi tugas bagi setiap pribadi muslim, baik laki-laki

maupun perempuan. Kewajiban berdakwah yang afdhal itu adalah secara

terorganisir dengan manajemen yang baik.

Kemidian di tegaskan dalam hadits Rasulullah saw yang artinya:”

sampaikan bagiku walaupun sepotong ayat”. (HR al-Bukhari, Tirmidhi, Ahmad

dan Ibn Hibban). Dengan demikian dilihat dari segi hukumnya adalah termasuk

berdosa jika seseorang yang telah mengaku muslim atau muslimah (baligh), tetapi
6
Ahmad Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: PLP2M, 1983),
h. 4.
7
Yusuf Yunan, Menajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 17.

7
8

enggan melaksanakan dakwah. Karena hukum berdakwah itu adalah wajib bagi

setiap pribadi muslim, maka wajib pula setiap kita membekali diri dengan

berbagai potensi agar dapat berdakwah dengan baik sesuai dengan profesi

masing- masing. Yang dimaksud dengan dakwah disini apa saja yang dilakukan

oleh seseorang yang dapat menjadi contoh teladan bagi orang lain dalam rangka

mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan dorongan kepada orang lain

untuk melaksanakan amar makaruf nahi mungkar. Dengan demikian dapat

dipahami, seluruh aktifitas pribadi muslim itu harus dijadikan bernilai dakwah,

seperti berbicara, berpakaian, berumah tangga, mencari nafkah, sebagai

pemimpin, penguasa, dan lain sebagainya. Bagi Ahmad Mahmud, dakwah jika

ditinjau dari segi kosa kata, merupakan bentukan kata kerja inklinasi dan motivasi

(fi’lun imalatun wa tanghabu). Melalui analisa ini, dakwah diartikan sebagai

usaha memberikan penawaran kepada orang agar bersikap condong dan

termotivasi melakukan ajaran Islam. Dakwah kepada Islam, artinya tugas untuk

mempengaruhi orang agar ia menjadi condong dan menyukai Islam, baik dengan

cara teoritis atau nasihat mupun secara praktis atau keteladanan (min quolin au

fi’il). Dalam pengertian ini, bentuk dakwah dalam praktiknya bukan hanya

sekedar teoritis-instruktif atau dikenal dengan lisan al-maqal, tetapi menuntut juga

bentuk tindakan empiris yang dikenal dengan lisan al-hal.8

B. Unsur-Unsur dan Metode Dakwah

Dakwah memiliki beberapa unsur yang menjadikan dakwah bisa efektif

dilakukan, yakni sebagai berikut:

1. Subjek Dakwah (Dai)

8
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2011), h. 28-31.

8
9

Subjek dakwah adalah pelaku dakwah yang kita kenal dengan sebutan

Da’i atau Muballigh ditengah masyarakat. Dalam pelaksanaannya pendakwah bisa

melakukannya sendirian ataupun secara bersama-sama. Hal ini disesuaikan

dengan seberapa besar dan kecilnya audien dakwah tersebut. Posisi da’i harus

dilihat dari segi pengalaman dan pemahaman keagamaan yang memadai. Da’i

bertanggung jawab atas pesan yang disampaikan.9

2. Objek dakwah (Mad’u)

Mad’u merupakan target dari pesan dakwah dari seorang da’i. Bisa

dijelaskan bahwa Mad’u sebagai kelompok yang beragam tak terbatas pada ras,

gender, maupun agama tertentu. Tipe Mad’u dibagi menjadi tiga yaitu, Mu’min,

Kafir, dan Munafik. Dari kategori demikian proses penyampaian dakwah memiliki

karakteristik yang berbeda-beda.10

3. Materi dakwah (Maddah)

Materi dakwah adalah bahan yang dijadikan sandaran untuk disampaikan

kepada Mad’u. Bahasan dalam Maddah ini merupakan nilai-nilai keislaman yang

tercakup kepada akidah (keimanan), syariah, muammalah, dan ahlaq.11

Metode dakwah merupakan langkah penting, dalam hal ini biasanya

setiap pendakwah memiliki cara yang khas dalam pembawaannya. Pendakwah

biasanya membawakan dengan cara menyesuaikan kepada aspek psikologi dan

sosiologi dari audiennyaa. Tujuannya untuk diyakinkan dan dikerjakan.12

C. Pengertian Niat

9
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi (Jakarta: PT
Rinena Cipta, 2009), h. 13.
10
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi , h. 13.
11
Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi , h. 13.
12
Said Ali Wahanif Al-Qthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1994), h. 100.

9
10

Niat adalah salah satu unsur terpenting dalam setiap perbuatan yang

dilakukan oleh manusia. Bahkan dalam setiap perbuatan yang baik dan benar

(ibadah) menghadirkan niat hukumnya fardhu bagi setiap pelaksananya. Banyak

hadis yang mencantumkan seberapa penting arti menghadirkan niat dalam setiap

perbuatan. Niat juga mengan dung makna keikhlasan terhadap apa yang akan kita

kerjakan. Umar bin al-Khatthab yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim

bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu dengan niat dan

sesungguhnya masing-masing orang mendapatkan apa yang dia niatkan.” Jadi

pada intinya setiap niat yang baik pasti menghasilkan perbuatan yang baik pula

dan sebaliknya, setiap niat yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk

pula.13

Niat termasuk perbuatan hati maka tempanya adalah didalam hati,

bahkan semua perbuatan yang hendak dilakukan oleh manusia, niatnya secara

otomatis tertanam didalam hatinya. Aspek niat itu ada 3 hal:14

1. Diyakini dalam hati.

2. Diucapkan dengan lisan (tidak perlu keras sehingga dapat mengganggu

orang lain atau bahkan menjadi riya.

3. Dilakukan dengan amal perbuatan.

Dengan definisi niat yang seperti ini diharapkan orang Islam atau Muslim

itu tidak hanya 'bicara saja' karena dengan berniat berati bersatu padunya antara

hati, ucapan dan perbuatan. Niat baiknya seorang muslim itu tentu saja akan

keluar dari hati yang khusyu dan tawadhu, ucapan yang baik dan santun, serta

tindakan yang dipikirkan masak-masak dan tidak tergesa-gesa serta cermat.

Karena dikatakan dalam suatu hadits Muhammad apabila yang diucapkan lain

dengan yang diperbuat termasuk ciri-ciri orang yang munafik, Imam an-Nawawi

13
Nasaruddin, Teori dan Praktek Da’wah Islamiya, (Jakarta: Firma Dara, 2010), h. 11.
14
Nasaruddin, Teori dan Praktek Da’wah Islamiya, h. 12.

10
11

berkata,“Niat adalah fardhu, shalat tidak sah tanpanya” Ibnul Mundzir , Syaikh

Abu Hamid al-Isfirayini, Qadhi Abu ath-Thayyib, dan Muhammad bin Yahya dan

lain-lainnya menukil ijma’ ulama bahwa “alat tidak sah tanpa niat.” Jadi para

ulama telah berijma’ bahwa shalat tanpa niat tidak sah, ijma’ ini berdasar kepada

hadis yang disampaikan oleh Umar ibnul Khaththab radliallahu anhu berkata: Aku

mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :“Amalan-amalan itu

hanyalah tergantung dengan niatnya. Dan setiap orang hanyalah mendapatkan

sesuai dengan apa yang dia niatkan. Maka siapa yang amalan hijrahnya karena

Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa

yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia peroleh atau karena wanita yang ingin

ia nikahi maka hijrahnya itu kepada apa yang dia tujukan/niatkan”.15

Niat itu termasuk bagian dari iman karena niat termasuk amalan hati.

Wajib bagi seorang muslim mengetahui hukum suatu amalan sebelum ia

melakukan amalan tersebut, apakah amalan itu disyariatkan atau tidak, apakah

hukumnya wajib atau sunnah. Karena di dalam hadits ditunjukkan bahwasanya

amalan itu bisa tertolak apabila luput darinya niatan yang disyariatkan.

Disyaratkannya niat dalam amalan-amalan ketaatan dan harus dita`yin

(ditentukan) yakni bila seseorang ingin shalat maka ia harus menentukan dalam

niatnya shalat apa yang akan ia kerjakan apakah shalat sunnah atau shalat wajib,

dhuhur, atau ashar, dan seterusnya. Bila ingin puasa maka ia harus menentukan

apakah puasanya itu puasa sunnah, puasa qadha atau yang lainnya. Amal

tergantung dari niat, tentang sah tidaknya, sempurna atau kurangnya, taat atau

maksiat. Seseorang mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan namun perlu

diingat niat yang baik tidaklah merubah perkara mungkar (kejelekan) itu menjadi

ma’ruf (kebaikan), dan tidak menjadikan yang bid`ah menjadi sunnah.16

15
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) h. 61.
16
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 87.

11
12

D. Niat Terhadap Dakwah Dalam Perspektif Hadits

Niat adalah hal fundamental bagi setiap Muslim ketika mengerjakan

sesuatu. Segala sesuatunya sangat bergantung pada niatnya. Manusia yang

mendirikan masjid tapi niatnya untuk pamer, maka hal itu tidak akan bernilai

ibadah. Tapi, sedekah seratus rupiah, jika dilandaskan pada niat ikhlas dan

keridhaan Allah, niscaya akan bernilai ibadah di sisi Allah. Hal ini perlu

ditegaskan, karena kini semakin banyak yang melakukan kebajikan namun

tujuannya bukan untuk mendapatkan ridha Allah swt, melainkan pujian manusia,

karena gengsi, jabatan, dan ingin menunjukkan eksistensi bahwa dirinya orang

baik. "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang

(tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang

ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka

hijrahnya adalah kepada apa yang dia diniatkan. (HR Bukhari).17

Dalam hadis lain, Rasul saw bersabda, "Seandainya dunia ini ditimbang,

maka nilainya di sisi Allah sama seperti salah satu sayap nyamuk. Allah tidak

akan memberikan di dunia ini, walaupun seteguk air, untuk orang-orang yang

ingkar." (HR Tirmidzi, no 2242, shahih gharib). Rasulullah saw menceritakan

pengalaman generasi sebelumnya dalam berdakwah. Mereka ada yang digergaji,

tetapi mereka tetap sabar. Mereka rela mengorbankan kehidupannya demi

tegaknya dakwah Islam, bukan untuk pamer. Ini semua dikisahkan Rasul saw,

untuk meneguhkan hati umat Islam agar tabah dan ikhlas dalam beramal.

Keikhlasan mereka harus dilandasi dengan niat yang suci dan tawakal kepada

Allah. Begitulah capaian dakwah yang diusung oleh dai-dai yang ikhlas, teguh

dalam memegang perjanjiannya dengan Allah, dan beramal secara kontinu tiada

henti. Itulah buah dari kekuatan iman. "Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu

penyakit dan keletihan, kekhawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan
17
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 89.

12
13

dan kesusahan bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus

dosa-dosanya." (HR Bukhari).18

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

18
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 90.

13
14

Dakwah merupakan aktifitas dalam mengajak dan membimbing manusia

untuk senantiasa berada di jalan Allah. Dakwah senantiasa menyeruh kepada

kebajikan dan mencegah dari yang mungkar. Niat adalah Keinginan hati terhadap

apa yang dirasa cocok untuk mendapatkan manfaat dan menangkal mudhorot.

Adapaun secara syara’ bahwa niat adalah keinginan kuat untuk melakukan ibadah

sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala.

Niat dalam berdakwah adalah keinginan seorang dai dalam mengajak

atau membimbing mad’u untuk senantiasa berada di jalan Allah swt.

B. Saran

Saran yang bisa penulis berikan perlu adanya metode penilitian lebih

lanjut akan upaya niat terhadap dakwah dalam perspektif hadits dan perlunya

peningkatan dikusi terhadap mahasiswa sebagai salah satu cara memaksimalakan

potensi genarasi dalam membentengi  dirinya dari radikalisme agama yang

berkembang.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qthani, Said Ali Wahanif. Dakwah Islam Dakwah Bijak. Jakarta: Gema Insani
Press, 1994.

Amrullah, Ahmad. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: PLP2M,


1983.

14
15

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Ismail, Ilyas, dan Prio Hotman. Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam. Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2011.

Mirchandani. Al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta: Lautan Lestarti, 2010.

Munir, Muhammad dan Wahyu Ilahi. Manajemen Dakwah. Jakarta : Kencana,


2006.

Nasaruddin. Teori dan Praktek Da’wah Islamiya. Jakarta: Firma Dara, 2010.

Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi. Jakarta: PT


Rinena Cipta, 2009.

Yunan, Yusuf. Menajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006.

15

Anda mungkin juga menyukai