Dosen Pengampu :
Fijriani, M. Pd. Kons
Disusun oleh :
Identifikasi masalah :
Nilai Semester 5 Ade turun dari semester sebelumnya
Pesimis terhadap perkuliahan yang dijalani
Kurang percaya diri
Diagnosis masalah :
Ade kehilangan kepercayaan diri dan ketidakmampuan mengambil keputusan.
Langkah-langkah Penanganan Kasus :
1. Klien datang untuk meminta bantuan kepada konselor secara sukarela.
2. Konselor mendorong klien untuk mengungkapkan perasaaan secara bebas, dan
berkaitan dengan masalahnya.
3. Konselor secara tulus menerima dan menjernihkan perasaan klien
yang sifatnya negative dengan memberikan respon yang tulus dan menjernihkan
kembali perasaan klien.
4. Setelah perasaan negative klien terungkapkan, maka secara psikologis bebannya
mulai berkurang.
5. Konselor menerima perasaan positif yang diungkapkan oleh klien.
6. Saat klient mencurahkan perasaannya secara berangsur muncul perkembangan
terhadap wawasan (insigt) mengenai dirinya. Dan pemahaman (understanding) serta
penerimaan diri tersebut.
7. Apabila klien telah memiliki pemahaman terhadap masalahnya dan
menerimanya, maka klien mulai membuat keputusan untuk melangkah
memikirkan tindakan selanjutnya.
Arah Solusi Penanganan Kasus :
Pertama konselor menciptakan suasana konseling senyaman mungkin sehingga saat Ade
menceritakan dan mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya secara terbuka.
Dalam kasus ini Ade kehilangan kepercayaan diri dan ketidakmampuan mengambil
keputusan. Konselor juga memberitahukan keadaan yang Ade alami saat ini, agar dia
memahami permasalahan yang dialami. Selanjutnya konselor mengarahkan sebagaimana
Ade lakukan dimasa sekarang agar Ade bisa melanjutkan hidupnya.
4. Contoh Dialog PCC
Konseli/ konselor Dialog Tahapan
Konseli Assalamu’alaikum. Opening
Konselor Wa’alaikumsalam
Silahkan masuk Ari, silahkan duduk! Arie mau duduk
dimana? Silahkan Arie pilih tempat duduk yang
membuat Arie nyaman!
Konseli Iya Pak terimakasih, Saya duduk di sini saja.
Konselor Apakah Arie sudah merasa nyaman duduk disitu? Lead
Konseli Sudah Pak.
Konselor Baiklah kalau Arie sudah merasa nyaman. Lead
Ngomong-ngomong bagaimana kabar Arie hari ini?
Konseli Alhamdullilah baik Pak
Konselor Bapak dengar Ari kemarin juara tenis meja tingkat Topik netral
Asrama PP2 UM ya?
Konseli Iya Pak, kebetulan saja teman-teman pada mengalah
dan akhirnya Saya yang menjadi juara Pak
Konselor Pengalaman apa yang Ari peroleh dari perlombaan Lead
tersebut? dan apa perasaan apa yang Ari rasakan saat
menjadi juara tenis meja?
Konseli Ya Saya bisa menerapkan teknik-teknik bermain tenis
meja dengan bagus, sehingga Saya merasa senang bisa
mengalahkan mereka semua
Konselor Dengan kata lain Ari merasa senang menjadi juara Reflection of
tenis meja tingakat Asrama felling
Konseli Ya seperti itulah Pak, soalnya Saya hobi main tenis
meja
Konselor Ehm… begitu ya Ari Alih topik
Bapak merasa sangat senang Ari datang kemari,
sehubungan dengan kedatangan Ari kesini adakah
sesuatu yang ingin diceritakan atau disampaikan
kepada Bapak
Konseli Iya Pak, Saya ingin menceritakan sesuatu kepada
Bapak
Konselor Bapak merasa sangat senang sekali Ari mau
berbagi cerita.
Sekarang Ari coba ceriterakan!
Konseli Ehm…
Konselor Baiklah Ari, sebelum kita berbincang-bincang lebih Raport
lanjut perlu Ari ketahui disini Bapak sebagai konselor
wajib menampung segala apa yang ingin diceritakan
dan wajib menjaga kerahasiaan konseli baik itu hal-
hal yang bersifat pribadi dan umum.
Konseli Ehm.. begini Pak, Saya merasa bingung dan galau
karena Saya mencintai seseorang tetapi teman-
temannya tidak menyukai hubungan Saya
Konselor Hmm.. baiklah Ari, Bapak harap pada pertemuan kali Harapan
ini Ari bisa menyelesaikan segala permasalahan yang keberhasilan
dialami Ari
Konseli Iya, Pak
Konselor Baiklah Ari, sehubungan dengan apa yang dikatakan Restatement
Ari tadi, coba ceritakan kembali mengenai mencintai
seseorang tetapi teman-temanya tidak suka.
Konseli Begini Pak, sebelum Saya mencintai Via, Saya dekat
dengan yang namanya Vita, dia itu teman dekatnya
Via, ya bisa dikatakan mereka itu sahabat.
Konselor Bapak sangat mendukung dengan apa yang Ari telah Acceptance
lakukan, dan apabila cara tersebut dilakukannya
kembali dengan memberikan pemahaman kepada
teman-teman yang belum bisa menerima InsyaAllah
akan berhasil, dan mereka sadar dan menerimanya.
Konseli Iya, Pak nanti Saya akan melakukannya lagi
Konselor Ya baiklah Ari, kita tadi dari awal sampi saat ini
sduah membahas megenai permasalahan Ari yaitu:
1. Teman-teman Via tidak bisa menerima Ari Summary
berpacaran dengan Via, karena Ari pernah kenal
dengan Vita yang dulunya adalah teman Via.
2. Disaat Vita sudah bisa menerima kedekatan Ari
dengan Via, tetapi teman-teman Vita belum bisa
menerimanya.
Adapun kelanjutannya untuk memberikan pemahaman
kepada beberapa teman yang belum bisa menrima
hubungan Ari dan Vita, sangat tergantung pada diri
Ari sendiri dan Bapak yakin Ari mampu
melaksanakannya !
Konseli Iya, Pak. Saya akan melakukannya.
Konselor Bagaimana Ari dengan konseling ini ? atau adakah Terminasi
hal-hal lain yang ingin dibicarakan lagi ?
Konseli Sudah tidak ada Pak, terimakasih Bapak telah
membantu menyelesaikan masalah Saya ini.
Konselor Itu sudah tugas Bapak, dan nanti Ari bisa kesini lagi
untuk menindak lanjuti dari apa yang akan dilakukan
Ari dan jika Ari menemui masalah baru, serta sulit
menyelesaikannya sendiri, Ari tidak perlu segan-segan
datang kemari.
Konseli Iya, Pak. Saya pamit dulu.
Assalamu’alaikum.
Konselor Wallaikum’salam
b. Analisis Kasus
Identifikasi Masalah
1. Egois
2. Marah
3. Kecewa
4. Stress
5. Kasih Sayang
6. Depresi
7. Trauma
Diagnosis Masalah
Masalah yang terjadi pada Fitri tentunya berasal dari factor eksternal yang
berasal dari keluarganya sendiri. Keluarganya yang menyebabkan psikisnya
Fitri terganggu hingga memerlukan psikiater untuk membantu menangani
dirinya dan mengkonsumsi obat.
Faktor keluarga adalah hal yang sangat penting untuk ruang lingkup
pertumbuhan anak, keluarga adalah sekolah pertama untuk anak dan
berkembang. Hal-hal ini adalah gejala yang timbul dari luar klien yang dapat
mengakibatkan hambatan dalam diri klien serta mengganggu diri klien untuk
kedepannya.
a. Keterlibatan
Kehangatan hubungan, perhatian, pemahaman, penghayatan dll. Penggunaan topik
netral pada awal pertemuan yakni yang berhubungan dengan keberhasilan seorang
konseli. Ditahap ini, konselor melakukan perkenalan singkat yang humoris untuk
membuat suasana lebih rileks, disini juga tugas konselor memberikan pemahaman
bagaimana konseling realitas tersebut, meyakinkan bahwa apa yang diutarakan klien
akan terjamin kerahasiaannya dan merangkul klien untuk semua permasalahan
ataupun topik yang akan dibawakannya. Dengan demikian klien merasa kehangatan
dari konselor untuk membantunya dalam permasalahan yang dihadapi klien.
e. Pembuatan Komitmen
Rencana akan bermanfaat jika konseli membuat suatu komitmen untuk
melaksanakannya. Komitmen dapat secara lisan atau tertulis. Ditahap kelima ini,
konselor mengarahkan dan menginformasikan klien untuk membuat komitmen
terhadap apa yang terjadi kedepannya. Dengan maksud bahwa konselor
mengharapkan klien bisa berkomit atas apa yang sudah ia buat dan melatih klien
dapat menciptakan kehidupan selanjutnya lebih baik lagi kedepannya.
f. Tidak Menerima Alasan Kegagalan
Konselor tidak boleh mengeksplorasi alasan-alasan mengapa konseli gagal dalam
melaksanakan rencana. Konselor memusatkan perhatian kembali pada rencana baru
yang lebih cocok. Pada tahap ke enam ini, jika rencana komitmen yang sudah klien
tentukan di tahap sebelumnya gagal. Konselor tidak boleh menyudutkan klien
dengan memberatkan pertanyaan-pertanyaan seputar kegagalan klien dalam
menjalankan komitmennya. Disini tugas konselor adalah membantu klien untuk
membangkitkan lagi niat dan harapannya kedepan dengan membuat rencana
komitmen yang lebih pas dan cocok.
g. Peniadaan Hukuman
Pemberian hukuman pada konseli yang gagal melaksanakan rencana sebetulnya
akan memperkuat identitas gagal konseli. Pada tahap ke tujuh ini, jika rencana
komitmen yang sudah direncanakan gagal lagi. Konselor tidak boleh menghukum
klien, hal ini sangat menjadi pembelajaran untuk konselor bahwa dalam tahap
konseling tidak boleh dan tidak pernah ada pemberian hukuman kepada klien.
Karena hal ini sangat membuat klien takut dan mengakibatkan gagal dalam
konseling serta penyalahgunaan SOP terhadap janji konselor sendiri.
h. Pantang Menyerah.
Konselor berkeyakinan bahwa konseli memiliki kemampuan untuk berubah Pada
tahap terakhir ini, konselor mengharapkan kepada klien untuk tetap focus pada
tujuannya kedepan, konselor juga membantu klien untuk terus melatih klien agar
memiliki keyakinan bahwa yang ia jalani sekarang berpotensi untuk memiliki
perubahan di masa yang akan datang asalkan klien tetap dalam pendiriannya untuk
berjuang dan tidak putus asa.
d. Arah Solusi
Solusi yang akan saya berikan terhadap permasalahan yang dihadapi klien saya saat ini
ialah mengarahkan klien untuk tetap focus pada tujuannya seperti bertanggung jawab atas
tingkah lakunya, bertanggung jawab kepada komitmen yang sudah dirancangnya. Selain
mengarahkan saya juga menginformasikan kepada klien terkait hal-hal yang
berkesinambungan dengan rencana yang sudah ia buat, seperti jika rencana ia gagal jangan
merasa kecil hati, teruslah belajar dan membuat rencana baru yang lebih cocok dengan
masalah yang ia hadapi. Setelah saya mengarahkan dan menginformasikan terkait rencana
klien, saya membantu klien dalam melatih dirinya untuk menjalani hidup sesuai dengan apa
yang sudah ia rencanakan dan terus focus pada tujuannya agar kelak klien saya dapat keluar
dari zona kehidupannya yang lampau ini.
9. Analisis Video Koreal
Analisis Proses Konseling, terkait :
a. Masalah yang di selsesaikan (tepat atau tidak menggunakan Koreal)
b. Bahasa komunikasi konseling (Sudah sesuai dengan penerpan Koreal atau belum)
c. Teknik konseling (sudah sesuai dengan Yang seharusnya dlm teknik Koreal atau
bagaimana)
Konseli : ”Assalamualaikum”.
Konselor : “Waalaikumsalam. Silahkan duduk..” (sambil menghampiri dan menjabat
tangan konseli)
Konseli : “Makasih bu”.
Konselor : “Ini mas Dwi, betul?”
Konseli : “Iya bu,saya yang kemarin menghubungi ibu”.
(attending)
Konselor : “Mas Dwi asli tegal?”.
Konseli : “Bukan,saya asli Pemalang”.
Konselor : “Berarti disini ngekos atau ikut saudara?”.
Konseli : “Saya disini ngekos bu”
Konselor : “Ngekos dimana?”
Konseli : “Disitu deket kok bu, masih daerah sini”
Konselor : “Kalo berangkat jalan kaki ya?”
Konseli : “Iya bu, soalnya kan deket”
Konselor : “Mas Dwi mungkin pernah melakukan konseling?”
Konseli : “Iya udah pernah bu,beberapa kali”
Konselor : “Ya berarti mas Dwi sudah tau ya kalau dalam konseling ini kita dibatasi oleh waktu,
untuk hari ini kita bisa melakukan konseling sekitar 30 menit. Jika dibutuhkan konseling lebih
lanjut kita bisa melakukannya dilain waktu. Oh iya, kabar mas Dwi gimana? Kok kelihatannya
pucet kaya gitu”.
Konseli :” Iya bu, sebenernya lagi kurang sehat. Sering begadang tiap malem”.
Konselor : “Mas Dwi sering begadang? Kenapa kok sering begadang?
Konseli : “Iya bu, gara-gara mikirin mantan saya”.
(pertanyaan terbuka)
(pertanyaan tertutup)
Konselor : “Oh jadi dalam setahun penuh ini, mas Dwi ini setiap malem begadang gitu,
cuma memikirkan mantan?”
Konseli : “Nggak bu, cuman akhir-akhir ini aja, aku denger gitu ya Cuma kabar burung
sih dari temen kalo katanya dia udah tunangan, tadinya saya tuh nggak percaya bu. Saya belum
bisa terima aja loh bu. Tp setelah aku kepo-kepoin dia di media sosial teryanta emang bener bu
kalo dia udah tunangan. Banyak foto-foto berdua dan statusnya juga bertunangan”.
(empati)
Konselor : “Iya saya mengerti perasaan mas dwi. Lalu gini ya mas dwi, dia kan sudah
bertunangan. Kalo sudah bertunangan dengan laki-laki lain berarti mau ke jenjang ke yang lebih
lanjut, yang lebih serius”.
(merencanakan)
Konselor : “Sekarang dari mas Dwi sendiri ya, apa yang mba desi inginkan setelah melihat
keadaan seperti ini?”
Konseli : “Setelah melihat sendiri seperti itu, saya ingin sekali melupakan dia tapi saya
masih keingetan terus sama dia, masih belum bisa ikhlas”.
(Konfrontasi)
Konselor : “Mas Dwi kan tadi bilang ingin melupakan, nah lalu apa dengan mas dwi
menangis, begadang tiap malam, apa mas Dwi bisa melupakan mantannya?”
Konseli : “enggak bu”.
Konselor : “Kalo begitu mas Dwi udah tau gimana cara ngelupain mantannya mas dwi”.
Konseli : “Iya bu gimana? Apa Ibu punya saran?”
Konselor : “Mas dwi kan tadi bilang sering kepo-kepo di sosmednya, nah mungkin mas
dwi bisa menghapus sosial medianya atau membatalkan pertemanan di media sosial ataupun
lain sebagainya hanya untuk melupakan mantan. Itu saran dari saya”.
Konseli : “Jadi saya harus mendelcon media sosialnya gitu bu?”
Konselor : “Iya, itu baru tahap pertama”.
(merencanakan)
(dorongan)
Konselor : “Nah oke, pasti bisa ya kan mas dwi ganteng. Jangan putus asa, aura mas dwi itu
bagus untuk mencari perempuan yang lain. Apalagi kalo fokus dengan kuliah dan cepat cepat
wisuda dan mencari uang maka akan lebih baik lagi tentunya”.
(konfrontasi)
Konselor : “Tadi kan mas Dwi bilang kalo akan mendelcon atau menghapus media
sosialnya dan fokus pada kuliah. Nah sekarang kita melakukan planing ya, dan mas Dwi akan
melakukannya mulai kapan?”
Konseli : “Sekarang bu, sekarang saya bisa mendelconnya”. (sambil membuka hp)
Konselor : “Oke bagus”.
Konseli :” Udah bu, saya udah mendelcon dia”.
Konselor : “Ya saya percaya dengan mas dwi, tuh kan mas dwi mempunyai keberanian, mas
dwi tuh sudah mampu melakukan apa yang mas dwi dikatakan”.
(menyimpulkan)
Konselor : “Setelah konseling ini, mas dwi mungkin bisa menyimpulkan sesuatu”.
Konseli : “Iya bu, ternyata saya ini terlalu bodoh ya bu masih mengharap-
harapkan dia.Seharusnya saya itu bisa bangkit dari dulu bu, dia aja bisa bahagia kenapa
saya enggak”.
Konselor : “Ya pastinya mas dwi akan mendapatkan pasangan yang lebih
baik”.Konseli : “Amin..”
(pertanyaan terbuka)
(mengakhiri konseling)
Konseli : “Makasih ya bu, yaudah saya pamit dulu”. (berdiri dan menjabat
tangan)Konselor : “Iya hati-hati”.
Konseli : “Assalamualaikum”Konselor : “Waalaikumsalam”