Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH CINDERELLAH COMPLEX TERHADAP

PERENCANAAN KARIR SISWI KELAS 12 SMAN 50


JAKARTA
Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial untuk Memenuhi
Persyaratan Tugas Akhir Mata Kulias Metode Penelitian Kuantitatif

Disusun Oleh:
Prima Fenta Oktora
201901500885

JURUSAN BIMBINGA DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 2
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 2
B. IDENTIFIKASI MASALAH .......................................................................................... 6
C. PEMBATASAN MASALAH ......................................................................................... 7
D. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 7
E. TUJUAN PENELITIAN .................................................................................................. 8
F. MANFAAT PENELITIAN ............................................................................................. 8
1. Manfaat Teoritis ................................................................................................................ 8
2. Manfaat Praktis.................................................................................................................. 8
G. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI.......................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ................ 11
A. Landasan Teori ................................................................................................................ 11
1. Cinderella Complex ........................................................................................... 11
2. Perencanaan Karir ............................................................................................. 21
3. Penelitian Yang Terkait .................................................................................... 28
4. Kerangka Berpikir ............................................................................................. 29
5. Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 32
a. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................................... 32
b. Desain Penelitian ............................................................................................................. 32
c. Populasi dan Sampel ....................................................................................................... 32
d. Metode Pengumpulan Data............................................................................................ 33
e. Instrumen Penelitian ....................................................................................................... 34
f. Definisi Operasional ....................................................................................................... 34
a) Cinderella Complex .......................................................................................... 34
b) Perencanaan Karir ............................................................................................. 35
g. Teknik Analisis Data ...................................................................................................... 40
a) Uji Normalitas ................................................................................................... 40
b) Uji Lineritas ...................................................................................................... 41
c) Uji Hipotesis ..................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 43

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam kehidupan modern sekarang yang dimana setiap orang memiliki

akses yang luas dalam berkarir, Karir menurut Soetjipto dkk adalah bagian dari

perjalanan hidup seseorang bahkan bagi sebagian orang merupakan suatu tujuan

hidup (dalam Riadi, 2018). Sehingga seseorang hidup untuk menjalankan karier

yang dipilihnya dan menjadi bagian dari kehidupan hingga akhir hayat. Dengan

perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, memudahkan seseorang untuk

memilih dan menentukan arah karirnya dikarenakan mudahnya kita untuk

mengakses dunia hanya dalam hitungan detik untuk mengetahui banyak informasi

yang berguna untuk menambah asumsi dalam menentukan karier yang selaras

dengan minat dan bakat kita yang sesuai perkembangan zaman.

Ditunjang dengan pendidikan yang semakin menjadi bagian terpenting dan

wajib dalam kehidupan, Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang

harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan

Pemerintah Daerah (Presiden, 2008), yang mewajibkan setiap warga Republik

Indonesia untuk melaksanakan pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah.

Dalam hal ini termasuk peserta didik SMA yang menjadi bagian dari sistem

pendidikan yang wajib untuk dilaksanakan oleh setiap warga Indonesia.

Peserta didik yang menjalankan pendidikan pada tingkat SMA ialah sudah

memasuki masa-masa remaja yakni rentang usia remaja dapat dibagi menjadi dua

2
bagian, yaitu bagian pertama pada usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 tahun

atau 18 tahun dinamakan dengan remaja awal, selanjutnya, untuk usia 17 tahun

atau 18 sampai dengan 21 tahun/22 tahun dinamakan dengan tingkat remaja akhir

menurut Ali dan Asrori dalam (Dewinta, 2022). Sehingga seorang yang sedang

menempuh pendidikan dibangku SMA termasuk kategori remaja akhir.

Pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua aspek

yang bersifat biologis atau fisiologis juga bersifat psikologis, sehingga dapat

dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa remaja adalah

berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya dengan

lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada perilaku remaja(Ajhuri &

K.F., 2019). Sehingga masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan

karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan

fisiknya. Sehingga seringkali pada fase ini seseorang akan dilanda kebingungan

dan kecemasan pada dirinya yang sebelumnya belum pernah dialami, hal ini

disebabkan bahwa fase remaja akhir merupakan masa berkembangnya identitas

dirinya. dimana Identitas adalah suatu pengorganisasian dorongan-dorongan,

kemampuan-kemampuan, keyakinan-keyakinan, dan pengalaman-pengalaman

individu kedalam citra diri yang konsisten. munculnya sebuah tuntutan dan

tanggung jawab yang lebih banyak dari dirinya dibandingkan masa sebelumnya

yang berasal dari sistem sosial dan norma-norma yang berlaku pada dirinya (Erik

Erickson).

3
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri

harus di dukung oleh orang terdekat, menurut pandangan teori psikososial

Erikson, faktor sosial dan budaya berperan dalam perkembangan manusia,

termasuk di dalamnya perkembangan kemandirian anak (Sa’diyah, 2017). Dan

menjadi mandiri adalah hal yang harus dan wajib dimiliki oleh seseorang yang

sudah memasuki masa-masa akhir remaja dan hendak menempuh masa dewasa.

Dikarenakan semakin banyaknya tanggungjawab dan kewajiban yang diberikan

oleh sistem masyarakat dan norma-norma yang melakat pada dirinya

membutuhkan kemandirian untuk mampu bertahan dari segala dinamika

kehidupannya.

Pada masyarakat muncul sebuah stigma negatif terhadap perempuan yang

dimana perempuan identik sebagai sosok yang lemah dan berpangku tangan pada

sosok pria. Ketergantungan yang ditunjukkan dengan ketakutan akan kemandirian

ini disebut oleh Dowling sebagai cinderella complex, yakni ketergantungan

perempuan secara psikologis dimana terdapat keinginan yang kuat untuk dirawat

dan dilindungi orang lain yaitu laki-laki serta keyakinan bahwa sesuatu dari

luarlah yang akan menolongnya. Istilah Cinderella Complex ini diambil dari salah

satu tokoh cerita dongeng Cinderella yang terbaring dipeti kaca menanti sang

pangeran untuk membangkitkannya.

Stigma sosial yang telah membudaya ini membawa pengaruh yang sangat

kuat dalam tataran masyarakat. cinderella complex membawa persepsi pada

masyarakat luas bahwa perempuan itu adalah sosok yang harus dilindung dan

4
tidak mandiri secara fisik dan pasikis, hal ini didukung oleh patriarki yang

melekat pada masyarakat hingga saat ini, Patriarki adalah sebuah sistem sosial

yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam

organisasi sosial. Posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala

aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Menurut Pinem (dalam Israpil,

2017).

Dari budaya patriarki ini menjadi faktor eksternal yang menimbulkan efek

stereotip pada masyarakat bahwa perempuan setelah melewati masa remaja adalah

bertugas dirumah saja yakni merawat anak, membersihkan rumah, dan lain-lain

yang berhubungan dengan urusan rumah, sehingga sangat bergantung pada

suaminya. Perempuan dibesarkan untuk tergantung pada laki-laki dan merasa

lemah tanpa kehadiran laki-laki. Masyarakat diajarkan untuk percaya bahwa

perempuan tidak bisa mandiri diatas kakinya sendiri, bahwa perempuan

terlalu rapuh, terlalu delikatif, membutuhkan perlindungan (Fauzan, 2021).

Salah satu faktor lain munculnya cinderella complex ialah pola asuh yang

selama ini disematkan oleh orangtua dalam mendidik dan mengajarkan anak

perempuannya untuk dimanja dan dituruti segala hal yang diinginkan dan tidak

dibiarkan untuk memilih dan melakukan apa-apa yang diinginkan dan tidak

dibatasi segala keinginannya, hal ini menimbulkan pola pikir bahwa segala yang

diinginkan harus dituruti dan disediakan. Jika pola asuh ini diteruskan maka

memunculkan ketidakmandirian pada diri anak perempuan tersebut dan akan

selalu bergantung pada orang lain.

5
Cinderella complex ini mampu untuk menimbulkan pola pikir pada peserta

didik perempuan SMA dalam memilih jalan karier selanjutnya. Karena kita

dibesarkan oleh lingkungan dan pendidikan yang berbeda-beda tegantung

bagaimana kita dibentuk, namun budaya cinderella complex masih banyak

melekat pada pola pikir masyarakat kita. Menimbulkan perspektif yang dalam

terhadap pilihan karir siswi SMA. Karena hal inilah peneliti ingin meneliti

seberapa jauh dampak dari cinderella complex terhadap pilihan karier siswi SMA

dalam menempuh jalan karier selanjutnya.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat

diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Stereotip cinderella complex bahwa perempuan adalah sosok yang

lemah dan tidak mandiri sehingga bergantung pada pria

2. Cinderella complex memunculkan pemahaman dimasyarakat bahwa

perempuan tidak lebih baik dari laki-laki terutama dalam pembahasan

ini adalah bidang karier.

3. Pola pikir pada sebagian perempuan karena pola asuh yang cenderung

membuatnya menjadi ketergantungan dan manja sehingga

mempengaruhi pemilihan karier saat SMA.

6
C. PEMBATASAN MASALAH

Cinderella complex memberikan dampak pada pemilihan karir siswi SMAN

50 Jakarta, maka peneliti membatasi penelitian hanya pada :

1. Analisis munculnya cinderella complex yang terjadi pada siswi kelas

12 SMAN 50 Jakarta dalam menentukan karier.

2. Mencari keterkaitan antara cinderella complex dengan konsep diri

yang dibangun oleh siswi kelas 12 SMAN 50 Jakarta.

3. Mencari keterkaitan antar pola pikir cinderella complex dengan

pilihan karier setelah lulus SMA

D. RUMUSAN MASALAH

Dari beberapa uraian yang penulis kemukakan pada bagian latar belakang

tersebut, penulis dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana pilihan siswi kelas 12 SMAN 50 Jakarta dalam memilih

karier setelah lulus SMA?

2. Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua dan lingkungan sekitar dalam

membentuk pilihan karier peserta didik siswi kelas 12 di SMAN 50

Jakarta?

3. Adakah hubungan cinderella complex dengan pilihan karier siswa kelas

12 SMAN 50?

7
E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk memahami faktor yang membentuk pola pikir cinderella complex

pada peserta didik.

2. Untuk mengetahui adakah hubungan antara pola pikir cinderella

complex dengan pilihan karier siswi di SMAN 50 Jakarta.

F. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan

wawasan, informasi, pemikiran, dan ilmu pengetahuan kepada pihak

lain

yang berkepentingan.

b. Sebagai acuan dan pertimbangan bagi penelitian yang selanjutnya

khususnya yang berkaitan dengan pola pikir cinderella complex

terhadap pendidikan khususnya karier

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak sekolah mampu menjadi pengetahuan dan wawasan

terhadap mengenal peserta didiknya khususnya perempuan bahwa

terdapat pengalaman psikis yang memicu timbulnya pertimbangan

8
karier yang dilandasi pada ketidakmandirian siswi disekolah

tersebut.

b. Bagi penulis, diharapkan mampu untuk menerapkan ilmu yang telah

dipelajari dan berguna bagi kelangsungan ilmu pengetahuan

kedepannya.

1. Manfaat Sosial

a. Memberikan pemahaman terhadap masyarakat akan isu cinderella

complex yang ada pada perempuan.

b. Menjadi bahan landasan akan kesadaran bersama terhadap isu ini

dan menjadikannya pelajaran dalam mendidik dan memberikan pola

asuh terhadap anak terkhusus anak perempuan.

c. Pentingnya perencanaan yang matang pada peserta didik dalam

menentukan karier yang dipilih.

G. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Struktur organisasi skripsi berisi mengenai keseluruhan isi skripsi dan

pembahasannya. Struktur organisasi skripsi dapat dijabarkan dan dijelaskan

dengan sistematika penulisan yang runtun. Struktur organisasi skripsi berisi

tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab. Struktur organisasi

skripsi di mulai dari bab I sampai bab V.

Bab I berisi uraian mengenai pendahuluan. Bagian awal dari skripsi ini

menjelaskan dan memaparkan mengenai latar belakang, identifikasi masalah,

9
rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

struktur organisasi skripsi.

Bab II berisi tentang kajian teori-teori yang terdiri dari hakekat cinderella

complex, faktor-faktor munculnya cinderella complex, dampak nya muncul dari

cinderella complex, dampak dan pengaruh dari cinderella complex, bentuk-

bentuk pencegahan dan mengatasi cinderella complex, dan pemahaman

mengenai karier yang berisi (pengertian, jenis-jenis, cara dan langkah-langkah

membentuk karier, dan perencanaan karier) penelitian terdahulu yang relevan,

kerangka pemikirin, asumsi, dan hipotesis.

Bab III bagian ini membahas mengenai komponen dari metode penelitian. Bab

ini berisi tentang metode penelitian, desain penelitian, subjek dan objek

penelitian, operasionalisasi variabel, rancangan pengumpulan data, instrumen,

prosedur penelitian dan rancangan analisis data.

Bab IV bagian ini membahas mengenai pencapaian hasil penelitian dan

pembahasannya. Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dicapai meliputi

pengolahan data serta analisis temuan dan pembahasannya.

Bab V menjadikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis

temuan penelitian. Bab ini menyajikan simpulan terhadap hasil analisis temuan

dari penelitian, ada dua alternatif cara penulisan kesimpulan, yakni dengan cara

butir demi butir atau dengan uraian padat. dan saran penulis sebagai bentuk

pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian.

10
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Cinderella Complex

1.1 Pengertian Cinderella Complex

Cinderella complex adalah sebuah gejala psikologi yang pada

umumnya terjadi pada sebagian besar perempuan pada masyarakat yang

telah membudaya sejak dahulu. menurut Dowling (Muthmainnah,

dalam Fauzan, 2021) cinderella complex adalah ketergantungan secara

psikologis pada perempuan dan terdapat keinginan yang kuat untuk

dirawat, dilindungi orang lain (laki-laki) dan keyakinan bahwa sesuatu

diluar dirinyalah yang akan menolongnya. awalnya istilah cinderella

complex pertama kali dikemukakan Dowling oleh Pada tahun 1981,

dalam bukunya yang berjudul "The Cinderella Complex; Womans

Hidden Fear From Independence. ". Dalam bukunya Dowling berbagi

pengalaman hidupnya setelah melakukan penelitian dan penyelidikan

terhadap pasien-pasien yang melakukan konseling terhadapnya, dimana

dalam buku tersebut menjelaskan bahwa terdapat sebuah sindrom yang

melekat pada perempuan yakni kecenderungan perempuan untuk

tergantung secara psikis, yang ditunjukan dengan adanya keinginan

yang kuat untuk dirawat dan dilindungi orang lain terutama laki-laki,

11
serta keyakinan bahwa suatu dari luarlah yang akan menolongnya.

Sindrom ini yang menyebabkan bahwa perempuan tidak bisa mandiri

dalam memutuskan kehendak dirinya, yang menurut Dowling bahwa

sindrom ini telah membudaya dan mendarah daging hampir diseluruh

dunia, tidak sedikit perempuan yang tidak menyadari bahwa dirinya

memiliki ketergantungan yang besar terhadap faktor diluar dirinya

dalam hal ini adalah bergantung pada laki-laki. Hal ini didukung oleh

pernyataan dari Symonds (dalam Syarif, 2016) menyatakan bahwa

masalah Cinderella Complex merupakan masalah dari hampir semua

perempuan yang pernah ditemuinya. Dimana para perempuan yang

tampak dari luar sangat berhasil juga cenderung menjadi tergantung dan

tanpa sadar mengabdikan sebagian besar energi mereka untuk

mendapatkan cinta, pertolongan dan perlindungan terhadap apa yang

kelihatannya sulit dan menantang di dunia. Karena keterbatasan yang

diciptakan oleh perempuan itu sendiri, menyebabkan dirinya tidak

secara penuh menggunakan dan memanfaatkan otak dan fisiknya dalam

memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi

pada hidupnya.

Dowling (dalam Hapsari, A. D., Mabruri, M. I. & Hendriyani, 2014)

menjelaskan bahwa cinderella complex biasanya menyerang gadis-gadis

enam belas tahun atau tujuh belas tahun, kerap kali menghalangi

mereka dari pergi melanjutkan pendidikan, mempercepat mereka

memasuki pernikahan usia muda. Maka dari itu sindrom cinderella

12
complex menjadi pertimbangan perempuan untuk menentukan masa

depannya atau dalam menentukan karir yang hendak dipilih dan

direncakan. Karena ketidakmandirian inilah perempuan merasa ragu

dan takut dalam memilih jalan karir dan masa depannya.

Ketidakmandirian inilah yang menjadi kekhawatiran perempuan dalam

menentukan masa depannya hal ini ditunjang dari penelitian yang

dilakukan psikolog Elizabeth Douvan, bahwa sampai usia delapan belas

tahun (dan kadang-kadang lebih) para gadis sungguh-sungguh tidak

memperlihatkan gerak ke arah kemandirian menurut Dowling (dalam

Hapsari, A. D., Mabruri, M. I. & Hendriyani, 2014).

Di era yang mengalami kemajuan dan perkembangan dibidang

IPTEK dan informasi, tidak membatasi seseorang untuk mendapatkan

pengetahuan baru dan lebih luas, karena secara perangkat teknologi

telah menucukupi untuk kita dapat mengakses segala hal yang telah

terjadi di seluruh dunia dalam hitungan detik.dan ini yang dinamakan

globalisasi, menurut Martono (dalam Redaksi, 2022)bahwa “Globalisasi

dapat didefinisikan sebagai penyebaran kebiasaan-kebiasaan yang

mendunia, ekspansi hubungan yang melintasi benua, organisasi

kehidupan sosial pada skala global, dan pertumbuhan sebuah kesadaran

global bersama”. Maka dari pengertian globalisasi diatas tidak mungkin

perkembangan budaya kita tidak berubah, namun karena sudah begitu

mengakarnya budaya cinderella complex diseluruh dunia maka akan

menjadi hambatan tersendiri untuk merubah budaya tersebut secara

13
signifikan serta ditambah dengan menguatnya budaya patriarki yakni

begitu kuat dalam kehidupan sehari-hari, (dalam You, 2019)

menjelaskan bahwa patriarkal menetapkan kriteria bagi posisi

perempuan yang tidak setara secara struktural dalam keluarga dan

masyarakat dengan menetapkan hak-hakyang berbeda di antara laki-laki

dan perempuan. Dalam budaya patriarki ini sangat melekat bahwa

kekuasaan laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga

laki-laki akan berusaha untuk mengendalikan perempuan sesuai dengan

kehendaknya. Maka muncul ketergantungan dan ketidakmandirian yang

terjadi pada perempuan walau teknologi dan informasi semakin canggih

namun masih terbatasi oleh pola pikir yang telah membudaya dan

benturan ideologi dalam memahami hak dan kewajiban gender.

Selain itu peran keluarga dan masyarakat juga memberikan pengaruh

yang besar terhadap kemandirian perempuan disekitarnya. Cara orang

tua mendidik yang mengikuti budaya yang ada maka tidak jarang cara

mendidik anak perempuan mereka dengan penuh hati-hati dan

memberikan apapun yang diinginkan atau memanjakannya, sehingga

sering kali menimbulkan ketergantungan yang terjadi saat masa-masa

dewasanya. Dan norma yang berlaku pada masyarakat juga memiliki

adil besar terhadap menjelaskan identitas seorang perempuan

dimasyarakat yakni sebegai sosok yang harus dilindungi, dianggap

sebagai sosok yang lemah, serta menomorduakan kepentingan

perempuan diatas laki-laki. Namun faktor intenal dirinya pun juga

14
mempengaruhi seorang perempuan untuk mampu menjadi sosok yang

mandiri dan tidak lepas dari pengalaman dirinya yang dialami selama

hidupnya, memberikan kepribadian yang ketergantungan dan tidak

mandiri.

1.2 Aspek-aspek Cinderella Complex

Cinderela complex merupakan sindrom yang dialami oleh

perempuan yang merasa bahwa dirinya adalah pribadi yang lemah,

bergantung, dan tidak berdaya. Ketidakberdayaan ini yang oleh

sebagian besar perempuan menjadi alasan dirinya untuk

menggantungkan dirinya kepada orang lain dan tidak berusaha untuk

menjadi pribadi yang mandiri, oleh Dowling (1981) (dalam

Oktaviyanti, 2013) digambarkan sebagai ketidakberdayaan perempuan

karena ketergantungan yang sudah dilatih sejak anak-anak.

Ketergantungan ini ditunjukkan dengan tidak adanya kemandirian pada

dirinya. Menurut Watson (dalam Budiman, n.d.) “kemandirian berarti

kebebasan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan

sesuatu dengan tepat, gigih dalam usaha, dan melakukan sendiri segala

sesuatu tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain.” Maka dengan

adanya kemandirian seseorang akan terbebas dari kekangan atau

tekanan dari pihak yang bisa jadi merugikan dirinya. Dan konsep

kemandirian ini diperjelas lebih rinci lagi ole, Beller menyebutkan

beberapa tanda kemandinan yaitu adanya pengambilan inisiatif,

15
mencoba mengatasi riutangan-rintangan dalam lingkungan, mencoba

mengarahkan penlakunya menuju kesempumaan, memperoleh

kepuasan dari bekerja dan mencoba mengerjakan tugas rutinnva (

Rianty dalam Anggriany, 2015).

Perempuan yang mengalami Cinderella Complex menunjukkan

rendahnya kemandirian. Aspek-aspek Cinderella Complex Dowling

(Erwin dalam Fauzan, 2021) memberi gambaran bahwa perempuan

yang mengalami cinderella complex menunjukkan rendahnya

kemandirian, yang kemudian ditunjukkan dengan aspek-aspek

cinderella complex sebagai berikut:

a. Mengharapkan pengarahan dari orang lain

Ketergantungan pada perempuan telah mematikan inisiatif dan

orisinalitasnya. Akibatnya perempuan selalu ragu-ragu dalam bertindak.

Sesuatu hal dapat dikerjakan apabila sudah mendapatkan pengesahan

secara sosial. Tindakan atau keputusan akan diambil apabila sudah

melalui tahap meminta pendapat atau pengarahan dari orang lain.

b. Kontrol diri eksternal

Aspek ini terlihat ketika perempuan mendapatkan keberhasilan

dirinya berhenti pada titik tertentu dan tidak ingin meraih keberhasilan

yang lebih jauh lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan

cenderung mengatribusikan atau melekatkan keberhasilan kepada

sumber-sumber luar, misalnya soal keberuntungan. Selain itu cenderung

16
merasa tidak mempunyai kontrol untuk memecahkan masalah sendiri

atau untuk mempengaruhi lingkungan.

c. Rendahnya harga diri

Pada diri perempuan terdapat kurangnya harga diri, akibatnya

seringkali menekan inisiatif dan membuang aspirasinya. Hal ini terkait

juga dengan perasaan tidak aman yang sangat mendalam serta

ketidakpastian mengenai kemampuan serta nilai diri mereka.

Kurangnya harga diri berkaitan erat dengan kecemasan, perasaan

lemah, dan tidak mampu. Dowling (dalam Sa’diyah,2012) menjelaskan

perempuan yang tergantung memiliki harga diri (Self esteem) yang

rendah sehingga sering sekali menekan inisiatif dan aspirasinya.

d. Menghindari tantangan dan kompetisi

Hal ini terkait dengan faktor emosional seperti takut salah, merasa

tidak enak dengan teman, tidak bersemangat, kurangnya optimisme

dalam hidup yang seringkali menghalangi kompetensi mereka untuk

menghadapi ketakutan, persaingan, dan terus maju menghadapi segala

rintangan.

e. Mengandalkan laki-laki

Ketergantungan dan kurangnya pengalaman membuat perempuan

takluk dan mengandalkan laki-laki baik sebagai pelindungnya maupun

secara ekonomis. Perempuan berani melakukan sesuatu jika ada laki-

laki yang menyertai dan merestuinya. Tanggung jawab secara ekonomis

17
dan pemimpin dibebankan pada laki-laki. Setiap kali perempuan

menghadapi hidup yang semakin berat, kemungkinan menyerah dan

masuk ke dalam perlindungan laki-laki selalu ada. Hal ini mengurangi

kuatnya keinginan untuk bertahan mandiri. Perempuan cenderung

berkembang menjadi pribadi yang tergantung pada laki-laki baik secara

ekonomis maupun psikologis. Ketergantungan ini akibat dari

perempuan memiliki kecemasan yang terlalu berlebihan dan nampak

tidak memiliki alasan yang kuat. Sehingga hal tersebut menyebabkan

orang tersebut tidak bisa melakukan hal apapun seorang diri seperti

telihat pasif dan tidak bisa melakukan hal apapun tanpa bantuan dari

orang lain.

f. Ketakutan kehilangan feminitas

Kaum perempuan diserang kepanikan gender yakni ketakutan bahwa

kesuksesan dan kemandirian ketika bekerja adalah tidak feminine.

Perempuan takut akan kehilangan karakteristik sebagai individu yang

penuh kasih sayang, berbudi halus, hangat, kalem dan suka berhati-hati.

Dari aspek yang telah dijelaskan Dowling menjadi landasan peneliti

dalam membuat instrument alat ukur dalam penelitian yang akan

dilakukan.

1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Cinderella Complex

Cinderella complex memberikan pengaruh yang besar terhadap

tumbuhkembang perempuan dimasyarakat, keluarga, sekolah, dan

18
tempat kerja. Hal ini ditunjang dari pernyataan Santoso, dkk. (2008:12)

mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi cinderella complex

antara lain: pola asuh orang tua, media komunikasi massa, pekerjaan

atau tugas yang menuntut pribadi, dan agama. Sehingga faktor

seseorang perempuan memiliki pola pikir cinderella complex tidak

lepas dari bagaimana pola asuh orang tua dalam mendidik anak

perempuannya hingga besar namun jika begitu kita tidak bisa

menyalahkan sepenuhnya kepada pola asuh orang tua dalam mendidik

karena pola asuh orang tua akan bergantung pada budaya yang ada pada

keluarga tersebut, dan pada media-media masa yang menjadi sumber

informasi pengetahuan dalam mendidik anak perempuannya, karena

media masa juga terpengaruh dari budaya tersebut, karena media masa

membuat gambaran bahwa perempuan harus didik sesuai dengan

budaya yang ada. Bahkan sejak dini masyarakatpun telah membuat

norma tingkah laku baik dan buruk terhadap perempuan yang lebih

banyak mengajarkan anak harus feminim, bersikap lemah lembut,

menuruti apa-apa yang dikatakan orang tua dan lain-lainnya. Hal ini

diperjelas dengan pendapat dari Wulansari

Wulansari (2010:7) mengatakan bahwa cinderella complex

dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor

eksternal meliputi peran penting lingkungan pada tumbuh kembangnya

cinderella complex di dalam diri perempuan, seperti :

19
a. Budaya Budaya patriarki yang masih lekat di dalam masyarakat

Indonesia menyebabkan ketergantungan (Anggriany dan Astuti,

2003:41).

b. Pola asuh orang tua Orang tua dalam mendidik anak memberi nilai

bahwa ciri-ciri sifat yang secara stereotipe diasosiasikan dengan laki-

laki lebih bernilai dibandingkan perempuan sehingga perempuan

merasa inferior.

c. Media massa Media menyajikan standar nilai kecantikan atau

keindahan yang pada akhirnya akan mempengaruhi terjadinya

kecenderungan cinderella complex pada diri perempuan.

Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi cinderella complex

ialah harga diri. Harga diri yang dibangun dengan sebuah konsep

pemikiran yang telah dibentuk sejak kecil hingga dewasa, yang

membuat perempuan merasa bahwa dirinya harus dijadikan nomor satu

untuk dilayani dan dikasihi sehingga menjauhi kemandirian dan selalu

merasa lemah karena butuh untuk dilindungi. Menurut penjelasan

Dowling (1995:103) yaitu kepercayaan diri serta harga diri yang rendah

menghalangi perempuan untuk mandiri karena perempuan merasa tidak

kompeten dengan dirinya sendiri. Perempuan yang tergantung memiliki

harga diri yang rendah sehingga seringkali menekan inisiatifnya dan

membuang aspirasinya (Dowling, 1995:25-29).

20
2. Perencanaan Karir

2.1 Pengertian Perencanaan Karir

Karir adalah pilihan dari kehidupan kita, setiap dari manusia

memiliki karirnya yang dipilih masing-masing seperti yang dijelaskan

dalam KBBI karir adalah perkembangan dan kemajuan dalam

kehidupan, pekerjaan, jabatan, dan sebagainya, sehingga karena

kehidupan ini yang selalu berubah menuntun setiap manusia untuk

mengembangkan dirinya menuju pribadi yang memiliki kehidupan yang

lebih baik lagi.

Sedangkan menurut John J. Pietrofesi dan Howard Splete (dalam

Manrihu, 1988) menyatakan bahwa karir adalah suatu proses yang

berjalan terus menerus dan berlangsung sepanjang tahap kehidupan

serta mencakup pengalaman-pengalaman rumah tangga sekolah dan

masyarakat yang berkaitan dengan konsep diri individu serta

implementasinya dalam gaya hidup ketika orang itu hidup senang dan

mendapat penghasilan. Hal ini didukung oleh pendapat Hornby (dalam

Walgito, 2010) karir ialah suaru pekerjaan atau profesi. Lalu menurut

Bruce (dalam Sukardi, 1987) menyatakan bahwa karier adalah suatu

runtutan dari pekerjaan, jabatan, dan kedudukan yang dijalankan oleh

individu selama masa hidupnya.

Dari pengertian karir diatas menjelaskan bahwa karir adalah sebuah

perjalan dalam kehidupan manusia yang terus-menerus mengalami

21
peningkatan dalam kehidupannya baik dalam rumah tangga pendidikan,

pekerjaan, dan segala aktifitas dalam kehidupannya selama dia hidup

didunia.

Selanjutnya definsi perencanaan, menurut KBBI, perencanaan

memiliki arti sebagai sebuah proses, cara, atau perbuatan merencanakan

(merancangkan), lalu dari definisi para ahli menurut William G.

Chunningham (dalam Andi (2011)) menjelaskan bahwa perencanaan

adalah suatu proses kegiatan untuk memilah dan menelaborasikan

wawasan, fakta, imajinasi, dan pendapat untuk masa depan yang

memiliki tujuan untuk memadukan hasil yang diharapkan.

Jadi perencanaan adalah sebuah proses merancang yang dilakukan

seseorang dalam memadukan segala pengalaman, wawasan, fakta dan

data serta pendapat, guna mencapai hasil yang menjadi tujuan yang

diharapkan.

Super (dalam Sharf, 1992: 156) memaparkan bahwa perencaan karir

adalah suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi dan

mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan karirnya.

Perencanaan karir membutuhkan interpretasi diri terhadap membuat

langkah-langkah perencanaan yang akan diambil.

Lalu menurut Dillard (1985: 24), menjelaskan bahwa perencanaan

karir merupakan proses pencapaian tujuan karir individu, yang ditandai

dengan adanya : tujuan yang ditandai dengan adanya tujuan yang jelas

setelah menyelesaikan pendidikan, cita-cita yang jelas terhadap

22
pekerjaan, dorongan untuk maju dalam bidang pendidikan dan

pekerjaan yang dicita-citakan, persepsi yang realistis terhadap diri dan

lingkungan, kemampuan mengelompokkan pekerjaan yang diminati,

memberikan penghargaan yang positif terhadap pekerjaan dan nilai-

nilai, kemandirian dalam proses pengambilan keputusan, kematangan

dalam mengambil keputusan, dan menujukkan cara-cara realistis dalam

mencapai cita-cita pekerjaan.

Setelah memahami definisi yang telah dijelaskan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa perencanaan karir adalah sebuah langkah mandiri

yang dilakukan seseorang dalam merangkai, menghubungkan dan

menyeleksi berbagai informasi mengenai dirinya dan pekerjaan atau

jabatan guna mencapai kesiapan yang terarah dalam mewujudkan cita-

cita yang menjadi pilihan karir hidupnya. Perencanaan yang matang

ialah perencanaan yang terarah menuju pilihan karirnya dimasa depan,

namun perencanaan karir yang matang juga bersifat fleksibel yakni

memiliki pilihan alternatif terhadap pilihan karirnya.

2.2 Tujuan Perencanaan Karir

Secara umum tujuan perencanaan karir untuk peserta didik terdapat

pada (Salahudin, 2010:117) yakni peserta didik mendapatkan

pengetahuan tentang dunia kerja serta informasi karir untuk menunjang

keterampilan kerja, memiliki kapasitas untuk membuat identitas karir

diri sendiri (cara yang dapat dilakukan yakni mengidentifikasi ciri-ciri

23
dari suatu pekerjaan, mengetahui persyaratan yang dibutuhkan,

mengenali aspek sosio-psikologis dari suatu pekerjaan, mengenali

peluang dari pekerjaannya, serta mengetahui kesejahteraan dalam

bekerja), memiliki keahlian untuk merencanakan masa depan,

mengenali minat dan bakat yang dimiliki karena berpengaruh untuk

karir kedepannya, serta memiliki kematangan untuk mengambil

keputusan karir.

Lalu menurut Dillard (dalam khairun, 2016:19) dijelaskan bahwa

tujuan karir sebagai berikut

a. Memperolah kesadaran dan pemahaman diri (acquiring self

awerness and understanding). Dalam hal ini, kesadaran dan

pemahaman diri merupakan penilaian dari kelebuhan dan

kelemahan yang dimiliki individu.Langkah ini penting dalam

memberikan panilaian yang realistis tentang dirinya sendiri untuk

dipergunakan dalam perencanaan karirnya agar diperoleh arah yang

efesien dalam kehidupan.

b. Mencapai kepuasan pribadi (attaraining personal satisfaction).

Melalui karir yang direncanakan terlebih dahulu, diharapkan

individu tersebut akan mendapatkan kepuasaan pribadi dari karir

yang ditekuninya dalam kehidupannya.

c. Mempersiapkan diri untuk memperolah penempatan dan

penghasilan yang sesuai (preparing for adequate placement).

24
Rencana karir ditunjukan untuk mempersiapkan penempatan yang

memadai dan menghindarkan penempatan yang tidak diharapkan.

d. Efektivitas usaha dan penggunaan waktu (efficiently and effort).

Tujuannya untuk memilih secara sistematis, sehingga

menghindarkan individu dari usaha coba-coba, sehingga

membentuk dalam penggunaan waktu secara efesien.

Maka dapat diambil kesimpulan tujuan dari perencanaan karir untuk

peserta didik adalah untuk mencapai pemahaman mengenai informasi

seputar peluang kerja dan kebutuhan akan keterampilan yang

dibutuhkan saat ini, lalu untuk mempersiapkan peserta didik untuk

membangun keterampilan yang dibutuhkan didunia kerja saat ini, dan

yang terakhir adalah menyesuaikan bakat dan minat peserta didik

dengan kebutuhan dunia kerja.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Karir

Menurut Parson dan Williamson (dalam Suherman, 2007: 57) faktor

yang mempengaruhi perencanaan karir adalah kemampuan (abilities),

minat (interest) dan prestasi (achievement). Adapun penjelasan dari

ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan, yaitu kepercayaan diri terkait dengan bakat yang

menonjol disuatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau

bidang kesenian. Sekali terbentuk suatu kemampuan dapat menjadi

bekal yang memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang

25
pekerjaan atau saat memasuki jenjang perguruan tinggi pada suatu

bidang tertentu. Seseorang yang memiliki kemampuan atau bakat

yang menonjol biasanya memiliki tingkat kepercayaan diri yang

cukup tingi dalam mengaktualisasikan dirinya.

b. Minat, yaitu kecenderungan yang agak menetap kepada seseorang

untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang

bergaul atau bergabung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan

dengan bidang tersebut.

c. Prestasi, yaitu suatu hasil belajar (prestasi belajar), yang didapatkan

dari suatu kemampuan individu yang didapatkan siswa dari usaha

belajar.

2.4 Aspek Perencanaan Karir

Menurut Super perencanaan karier terdiri dari dua aspek

yaitu pengetahuan dan sikap. Aspek pengetahuan meliputi individu

mengetahui mengenai dirinya. Aspek sikap meliputi menggunakan

berbagai pengetahuan dan informasi pekerjaan (Savickas dalam

Sitompul, 2018). Menurut Parsons (Winkel dalam Sitompul, 2018),

ada tiga aspek yang harus terpenuhi dalam membuat suatu

perencanaan karir, yaitu:

a. Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu

pengetahuan dan pemahaman akan bakat, minat, kepribadian,

26
potensi, prestasi akademik, ambisi, keterbatasanketerbatasan, dan

sumber-sumber yang dimiliki.

b. Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu

pengetahuan akan syarat-syarat dan kondisi-kondisi yang

dibutuhkan untuk sukses dalam suatu pekerjaan, keuntungan dan

kerugian, kompensasi, kesempatan, dan prospek kerja di berbagai

bidang dalam dunia kerja.

c. Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan

pemahaman diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia

kerja, yaitu kemampuan untuk membuat suatu penalaran realistis

dalam merencanakan atau memilih bidang kerja dan/atau

pendidikan lanjutan yang mempertimbangkan pengetahuan dan

pemahaman diri yang dimiliki dengan pengetahuan dan

pemahaman dunia kerja yang tersedia.

Aspek ini berisi penilaia sebuah kemampuan untuk

menghubung-hubungkan secara realistis dalam membuat rencana

atau memilih jenis pekerjaan atau pendidikan lanjutan dengan

pertimbangan yang ada, yaitu berbagai pengetahuan dan

pemahaman diri individu dengan pengetahuan dan pemahaman

mengenai dunia kerja yang ada.

Maka dari pendapat para ahli mengenai aspek dari perencanaan karir

maka dapat disimpulkan bahwa dalam merencanakan karir maka

dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mengenai diri sendiri baik

27
dari segala aspek diri, lalu dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman

mengenai informasi dunia kerja yang diminati, dan yang terakhir adalah

mempertimbangkan dengan logis dan realistis mengenai hubungan

antara kemampuan diri dengan dunia kerja.

3. Penelitian Yang Terkait

Penelitian ini mengenai pengaruh cinderella complex terhadap

perencanaan karir siswi kelas 12 SMAN 50 Jakarta Timur Berdasarkan

eksplorasi peneliti, ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Yang pertama penelitian dari Nani Prasetyani tahun 2012 yang berjudul

“Hubungan Antara Kecenderungan Cinderella Complex Dengan Prestasi

Belajar pada Mahasiswi Jurusan PGMI angkatan 2012 UIN Maliki Malang”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecenderungan

cinderella complex dengan prestasi belajar pada mahasiswi jurusan PGMI

angkatan 2012 UIN Maliki Malang. Menghasilkan kesimpulan bahwa

hubungan antara kecenderungan cinderella complex dengan prestasi belajar

adalah hubungan negatif yang significant antara kecenderungan cinderella

complex dengan prestasi belajar.

Kedua adalah penelitian dari Indra Bangkit Komara tahun 2016 yang

berjudul “Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Prestasi Belajar dan

Perencanaan Karir Siswa”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi belajar dan perencanaan

28
karir siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bantul. Hasil penelitian dapat

disimpulkan ada hubungan positif antara kepercayaan diri dan prestasi belajar

dengan perencanaan karir siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bantul.

Ketiga adalah penelitian dari Chusnal Iffah tahun 2013 yang berjudul

“Pengaruh Kecenderungan Cinderella Complex Terhadap Kualitas

Perencanaan Karir Pada Mahasiswi UNNES”. Penelitian ini bertujuan untuk

Menguji pengaruh kecenderungan cinderella complex terhadap kualitas

perencanaan karier pada mahasiswi Universitas Negeri Semarang. Hasil dari

Penelitian ini disimpulkan bahwa semakin tinggi kecenderungan cinderella

complex, maka semakin rendah kualitas perencanaan karier-nya. Sebaliknya

semakin rendah kecenderungan cinderella complex maka semakin tinggi

kualitas perencanaan karier-nya.

4. Kerangka Berpikir

Dimasa sekarang yang sudah maju akan teknologi dan ilmu pengetahuan

sehingga akses kita pada dunia lebih mudah, maka sudah sewajarnya setiap

orang memiliki akses yang sama untuk meraih cita-cita dalam berkarir.

Namun tidak semua peserta didik memiliki kemauan untuk meraih cita-cita

dan berkarir setinggi-tingginya. Banyak faktor yang menghambat seorang

pelajar untuk mampu meraih cita-cita yang tinggi. Salah satu sebabnya

adalah ketidakmandirian dan kecemasan yang berlebihan.

29
Dowling (dalam Hapsari, A. D., Mabruri, M. I. & Hendriyani, 2014)

menjelaskan bahwa cinderella complex biasanya menyerang gadis-gadis

enam belas tahun atau tujuh belas tahun, kerap kali menghalangi mereka

dari pergi melanjutkan pendidikan, dan mempercepat mereka memasuki

pernikahan usia muda. Hal inilah yang menghambat sebagian besar

perempuan yang akan melanjutkan pendidikannya ke yang lebih tinggi

terhambat dan tidak berani untuk melakukan perencanaan karir setelahnya

dan memilih untuk bergantung pada pihak lain yang memiliki kuasa yang

menurutnya lebih besar dari.

Santoso, dkk. (2008:12) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi cinderella complex antara lain: pola asuh orang tua, media

komunikasi massa, pekerjaan atau tugas yang menuntut pribadi, dan agama.

Dengan eratnya budaya patriarki dimasyarakat memunculkan cinderella

complex yang terbenak dalam pikiran remaja-remaja perempuan yang

seharusnya bisa meraih karir yang lebih baik.

Efeknya adalah sebagian remaja perempuan yang memiliki sindrom

cinderella complex menghambat dirinya untuk melakukan perencanaan karir

kedepannya dalam meraih cita-cita karena hambatan budaya patriarki yang

sangat kental di masyarakat.

Cinderellah
Complex

Faktor-Faktor Terbentuknya
Cinderellah Complex

30
Pola Asuh Media Tugas Yang Agama
Orangtua Komunikasi Menuntut
Massa Pribadi

Terbentuknya Sindrom Cinderella Complex


yang Menghambat Perempuan dalam
Merencakan Karir

5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian Menurut Priyono (2016:66) hipotesis merupakan

proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban

sementara atas pertanyaan peneliti. Adapun hipotesis yang penulis

kemukakan adalah sebagai berikut :

Pengaruh cinderella complex (X1), terhadap perencanaan karir (Y)

Ha : Terdapat pengaruh antara cinderella complex (X1), terhadap

perencanaan karir (Y).

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara cinderella complex (X1), terhadap

perencanaan karir (Y)

31
BAB III
METODE PENELITIAN

a. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 Oktober sampai tanggal 23

November 2022. Penelitian ini dilukukan di SMAN 50 Jakarta. Pemilihan

lokasi ini didasari atas alasan bahwa permasalahan-permasalahan yang diteliti

ada di lokasi ini dan kebetulan SMAN 50 merupakan lokasi peneliti PPL.

b. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

korelasi. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013). Menurut

Nana Sudjana dan Ibrahim mengatakan bahwa penelitian korelasi

mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauhmana variasi

dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain

(dKampus, 2018)

c. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik perempuan

kelas XII SMA Negeri 50 Jakarta dengan rentan usia 17-18 tahun. Populasi

32
menurut Sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2013).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini peneliti menggunakan

teknik Sampling Purposive, teknik ini melalui penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu(Sugiyono, 2013). Teknik purposive sample ini

biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan

keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel

yang besar dan jauh.

d. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Peneliti

dapat menggunakan satu atau lebih metode dalam mengumpulkan data

sehingga terkumpulkannya data-data yang dibutuhkan. Cara yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data adalah dengan menggunakan metode

angket (kuesioner) dan skala psikologi. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya(Sugiyono, 2013). Sedangkan Skala Psikologi adalah instrumen

33
pengukuran untuk mengidentifikasi konstrak psikologis(Psikologi &

Diponegoro, 2007).

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis dengan

menggunakan model skala Likert, Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang ten tang

fenomena sosial. Dalampenelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara

spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Menurut Sugiyono dalam skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai

titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan.

e. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena

ini disebut variabel penelitian(Sugiyono, 2013). Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah skala cinderella complex menurut Dowling dan

skala perencanaan karir.

f. Definisi Operasional

a) Cinderella Complex

Cinderella complex adalah sebuah gejala psikologi yang pada umumnya

terjadi pada sebagian besar perempuan pada masyarakat yang telah

34
membudaya sejak dahulu. menurut Dowling (Muthmainnah, dalam Fauzan,

2021) cinderella complex adalah ketergantungan secara psikologis pada

perempuan dan terdapat keinginan yang kuat untuk dirawat, dilindungi

orang lain (laki-laki) dan keyakinan bahwa sesuatu diluar dirinyalah yang

akan menolongnya.

Untuk mengungkapkan skala cinderella complex yang terjadi pada siswi kelas

12 SMAN 50 Jakarta maka digunakan skala cinderella complex, skala ini

berdasarkan teori dari Dowling, Dowling menggambarkan bahwa perempuan yang

mengalami cinderella complex menunjukkan rendahnya kemandirian, yang

kemudian ditunjukkan dengan aspek-aspek cinderella complex sebagai berikut:

a. Mengharapkan pengarahan dari orang lain

b. Kontrol diri eksternal

c. Rendahnya harga diri

d. Menghindari tantangan dan kompetisi

e. Mengandalkan laki-laki

f. Ketakutan kehilangan feminitas

b) Perencanaan Karir

perencanaan karir adalah sebuah langkah mandiri yang dilakukan

seseorang dalam merangkai, menghubungkan dan menyeleksi berbagai

informasi mengenai dirinya dan pekerjaan atau jabatan guna mencapai

kesiapan yang terarah dalam mewujudkan cita-cita yang menjadi pilihan

karir hidupnya.

35
Untuk mengungkapkan kesiapan dalam perencanaan karir siswi kelas 12

SMAN 50 Jakarta, maka telah disusun skala perencanaan karir Menurut

Parsons, ada tiga aspek yang harus terpenuhi dalam membuat suatu

perencanaan karir, yaitu:

a. Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri

b. Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja

c. Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman

diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja,

1. Kisi-Kisi Skala

Indikator skala yang yang telah dibuat berdasarkan definisi operasional

diatas adalah sebagai berikut

Variabel
Aspek-aspek Indikator No Item Jumlah
Penelitian

Mengharapkan Kebergantungan pada orang 1,4 2


pengarahan dari lain
orang lain

Cinderella Tidak mampu menyelesaikan 3,6 2


masalah pribadi
Complex

Sulit menentukan pilihan 5,8 2


pribadi

Kontrol diri Kebahagiaan hidup ditentukan 7,10,2,39 4


eksternal orang lain

36
Kehidupannya diarahkan oleh 9.12,41,43 4
orang lain

Rendahnya Merasa dirinya lemah dan tidak 11.14,42,45 4


harga diri mampu

Tidak percaya dengan 13,16,46,47 4


kemampuan dirinya

Menghindari Tidak mampu untuk 15,18,44,49 4


tantangan dan menghadapi masalah yang
kompetisi terjadi

Takut dalam menangani 17,20,48,50 4


hambatan yang terjadi

Mengandalkan Memilih menyerahkan 19,22, 2


laki-laki masalahnya kepada laki-laki

Takut untuk berkonfrontasi 21,2450 4


dengan laki-laki

Ketakutan Takut menjadi pribadi yang 23,26 2


kehilangan tidak lembut dan anggun
feminitas

Takut untuk bekerja 25,28 2

Perencanaan Pengetahuan Mengetahui bakat, minat, dan 27,30 4


dan kemampuan diri sendiri
Karir pemahaman
diri sendiri
Mampu mengetahui dan 29,32 4
mengendalikan emosional dan

37
perasaan diri sendiri

Pengetahuan Memiliki sumber informasi 31,34 4


dan mengenai dunia kerja yang ada
pemahaman di masyarakat
dunia kerja

Mengetahui yang keahlian 33,36 4


yang dibutuhkan dalam
pekerjaan

Penalaran yang Mampu mengetahui pekerjaan 35,38 2


realistis akan yang sesuai dengan bakat,
hubungan minat, dan kemampuan yang
pengetahuan
tersedia di dunia kerja saat ini
dan
pemahaman
Memiliki perencanaan dalam 37,40 2
mewujudkan karir yang dipilih

2. Validitas dan Realibilitas Instrumen

a) Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan variabel

data yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang tentang

vaiabel yang dimaksud.

Terdapat perbedaan pengelompokan jenis-jenis validitas. Penulis

menggunakan uji validitas isi untuk meneliti instrumen yang akan diujikan.

Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi

yang harus diukur. Pengujian validitas isi dilakukan dengan meminta

38
pertimbangan ahli yaitu Dosen Bimbingan Konseling, Universitas Indraprasta

PGRI.

Pengujian validitas item dalam penelitian ini menggunakan rumus

korelasi pearson product moment. Adapun rumusnya :

𝑟 𝑛(𝛴𝑋𝑌) − (𝛴𝑋)(𝛴𝑌)
ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√[𝑛(𝛴𝑋 2 ) − (𝛴𝑋)2 ][𝑛(𝛴𝑋 2 ) − (𝛴𝑋)2 ]

Keterangan:

𝑛= Jumlah responden

𝑋= Skor variabel (jawaban responden)

𝑌= Skor total dari variabel untuk responden ke-𝑛

Ketentuan validitas instrumen sahih apabila hasil r hitung > r tabel .

b) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpulan data. Suatu angket dikatakan reliabel jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan atau pernyataan adalah konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu. Tujuan utama pengujian reliabilitas adalah untuk

mengetahui konsisten atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen

apabila digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau respon.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbach’s


Alpha, dengan metode pengambilan keputusan menggunakan batasan 0,60.
Apabila nilai cronbach alpha > 0,60 maka reliabel, sebaliknya apabila nilai
Cronbach Aplha < 0,60 maka dinyatakan tidak reliabel.

Untuk menguji realibilitas angket maka menggunakan rumus sebagai


berikut :

39
2
𝐾 ∑𝜎
𝑟=[ ] [1 − 𝑏]
𝐾−1 2
𝜎𝑡

Keterangan:
r : Reliabilitas instrumen
K : Banyaknya butir item pertanyaan
2
∑𝜎 𝑏 : Jumlah varians butir
2
𝜎 :Varians total
𝑡

g. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data

Penelitian ini bertujuan antara lain untuk mengetahui hubungan antara

kecenderungan cinderella complex dengan perencanaan karir pada siswi kelas

XII di SMAN 50 Jakarta. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka

teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisa

product moment dengan teknik analisa statistik.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian

berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas ini menggunakan rumus

chi kwadrat, yaitu :

∑(𝑓𝑜− 𝑓ℎ )2
𝑋2 =
𝑓ℎ

Keterangan:

X2 = chi kwadrat

fo = frekuensi yang diperoleh

40
fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari

frekuensi yang diharapkan dalam populasi. Untuk mengetahui normal

tidaknya distribusi data dilakukan dengan membandingkan chi-kwadrat yang

dihitung dengan chi-kwadrat tabel signifikan 5% dengan derajat kebebasan

sama dengan K-1. Jika p lebih besar atau sama dengan 0.05 maka dapat

dikatakan data berdistribusi normal, sebaliknya jika harga p lebih kecil dari

0.05 maka data berdistribusi tidak normal.

b) Uji Lineritas

Uji lineritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara variabel bebas dan terikat berbentuk liner atau tidak.

Keterangan :

𝑅𝐾𝑟𝑒𝑔
𝑓𝑟𝑒𝑔 =
𝑅𝐾𝑟𝑒𝑠

F reg = harga F untuk garis regresi

RK reg = rerata kuadrat regresi

RK res = rerata kuadrat residu.

Taraf signifikan yang digunakan untuk uji lineritas hubungan variabel bebas

dengan variabel terikat pada penelitian ini adalah taraf signifikan 5% dengan

derajat kebebasan (db) untuk regresi harga F adalah 1 lawan N-1. Jika harga p

lebih besar dari 0.05 maka kedua variable mempunyai hubungan yang linear,

sebaliknya jika harga p lebih kecil

dari 0.05 maka hubungan antara kedua variabel tidak linear.

41
c) Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji lineritas, selanjutnya dilakukan

pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis korelasi. Menganalisa

hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment

dari Pearson dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

𝑛∑𝑋𝑌 − ∑𝑋∑𝑌
𝑟𝑥𝑦 =
√[𝑛∑𝑋 2 − (∑𝑋 2 )][𝑛∑𝑌 2 − (∑𝑌)2 ]

rxy = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total

Σx = Jumlah skor variabel X

ΣY = Jumlah skor variabel Y

ΣXY = Jumlah perkalian skor X dan Y

N = Jumlah sampel

Berikut adalah pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien

korelasi menurut Sugiyono (2009: 184):

Tabel 4. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

Sangat rendah
0,00-0,199
Rendah
0,20-0,399
Sedang
0,40-0,599
kuat
0,60-0,799
Sangat Kuat
0,80-1,000

42
DAFTAR PUSTAKA
Ajhuri, & K.F. (2019). Psikologi Perkembangan Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. In Psikologi Perkembangan
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Anggriany, N. (2015). Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna
Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Psikologi.
Budiman, N. (2010). Perkembangan Kemandirian Pada Remaja.
Pendidikan, 4(3), 57–71.
http://marefateadyan.nashriyat.ir/node/150
Dewinta, N. (2022). Pengertian Remaja Menurut Para Ahli,
Karakteristik dan Masalah Umum pada Remaja - Berita sedang
viral Pengertian Sedang Viral. https://lambeturah.id/pengertian-
remaja-menurut-ahli-karakteristik-dan-masalah-umum-pada-
remaja/
dKampus. (2018). Memahami Metode: Pendekatan Penelitian
Kuantitatif - dKampus. DKampus.
https://www.dkampus.com/2016/03/memahami-metode-
pendekatan-penelitian-kuantitatif/
Fauzan, M. A. (2021). Analisis dan Penanganan Perilaku
Kecenderungan Cinderella Complex. Indonesian Journal of
School Counseling: Theory, Application, and Development, 1(1),
41. https://doi.org/10.26858/ijosc.v1i1.19322
Hapsari, A. D., Mabruri, M. I., &, & Hendriyani, R. (2014).
Cinderella Kompleks Pada Mahasiswi Di Universitas Negeri
Semarang. Journal Psychology Universitas Negeri Semarang,

43
3(1), 5–12.
https://scholar.googleusercontent.com/scholar?q=cache:aw31R6m
-
9RkJ:scholar.google.com/+Menurut+Dowling+(Hapsari,+Iqbal,+
%26+Hendriyani,+2014)+cinderella+complex&hl=id&as_sdt=0,5
Israpil, I. (2017). Budaya Patriarki dan Kekerasan Terhadap
Perempuan (Sejarah dan Perkembangannya). Pusaka, 5(2), 141–
150. https://doi.org/10.31969/pusaka.v5i2.176
Manis, S. (2018). Pengertian Karir, Aspek, Faktor Dan Bentuk
Pengembangan Karir Menurut Para Ahli Lengkap. Kajian
Pustaka. https://www.pelajaran.co.id/2018/22/pengertian-karir-
aspek-faktor-dan-bentuk-pengembangan-karir-menurut-para-ahli-
lengkap.html
Presiden. (2008). Peraturan Pemerintah RI Tentang Wajib Belajar. Pp
Ri, 11(75), 23–26.
http://www.desarrollosocialyfamilia.gob.cl/storage/docs/Informe_
de_Desarrollo_Social_2020.pdf%0Ahttp://revistas.ucm.es/index.p
hp/CUTS/article/view/44540/44554
Psikologi, F., & Diponegoro, U. (2007). Skala psikologi. November,
1–12.
Redaksi. (2022). 10 Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli dan
Kesimpulannya. Sosiologi Info.
https://www.sosiologi.info/2022/02/10-pengertian-globalisasi-
menurut-para-ahli-dan-kesimpulannya.html
Sa’diyah, R. (2017). Pentingnya Melatih Kemandirian Anak.
Kordinat: Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama

44
Islam, 16(1), 31–46. https://doi.org/10.15408/kordinat.v16i1.6453
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Tindakan.
Syarif, T. (2016). Cinderella Complex dalam Perspektif Psikologi
Perkembangan Sosial Emosi. Indigenous: Jurnal Ilmiah
Psikologi, 1(1), 92. https://doi.org/10.23917/indigenous.v1i1.2222
Vinet, L., & Zhedanov, A. (2011a). A “missing” family of classical
orthogonal polynomials. Journal of Physics A: Mathematical and
Theoretical, 44(8), 1689–1699. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201
Vinet, L., & Zhedanov, A. (2011b). A “missing” family of classical
orthogonal polynomials. Journal of Physics A: Mathematical and
Theoretical, 44(8), 316–327. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201
You, Y. (2019). Relasi Gender Patriarki Dan Dampaknya Terhadap
Perempuan Hubula Suku Dani, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Sosiohumaniora, 21(1), 65.
https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v21i1.19335

45

Anda mungkin juga menyukai