Pada bab ini peneliti akan memaparkan data hasil dari wawancara dan observasi yang
telah dilakukan di Desa Tawangsari RT 02 RW 01 kec Trowulan kabupaten Mojokerto. Waktu
penelitian dilakukan pada tanggal 1 – 3 September 2021 dengan tema wawancara yaitu “
Gambaran Pengalaman Activity Daily living Pasien dengan Suspek COVID-19”. Kasus ini
diambil 10 hari sebelum Partisipan dinyatakan positive COVID-19 dan dilakukan perawatan di
rumah.
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara terkait penelitian studi kasus,
dengan tiga orang partisipan yang dilakukan pada tanggal 1 – 3 September 2021,
merupakan Tn. J yang terdiagnosa positif COVID-19 dan orang yang ikut andil dalam
proses perawatannya, adalah sebagai berikut :
1. Memakai Masker
“iya, selalu mengikuti prokes. Menggunakan masker dan juga jaga jarak
serta sering mencuci tangan”
2. Mencuci Tangan
“Iya, selalu cuci tangan setelah maupun sebelum beraktifitas terutama saat
akan makan selama pandemi ini”
3. Makan Bersama
Hasil yang didapatkan, partisipan sering makan bersama / makan diluar saat
istirahat kerja, dapat dibuktikan dengan pernyataan berikut:
“Iya, sering makan diluar terutama siang hari saat istirahat kerja.”
1. Memakai Masker
Dari hasil wawancara, partisipan, selalu memakai masker saat m,elakukan
aktifitas diluar rumah.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease
Control/CDC) Amerika Serikat dan WHO (World Health Organization) telah
merekomendasikan pemakaian masker kain utuk masyarakat umum, hal ini diikuti
oleh berbagai negara termasuk Indonesia. Penggunaan masker di depan umum jauh
lebih lazim di banyak negara Asia, yang memilikinya pengalaman lebih lama dengan
epidemi virus corona baru, penggunaan masker dilaporkan akan efektif dalam
membatasi penyebaran Covid19 yang relatif berhasil di Taiwan (Eikenberry, 2020;
Wang, 2020). Masker disarankan sebagai metode untuk membatasi penularan
komunitas oleh pembawa asimtomatik atau setidaknya orang terinfeksi yang secara
klinis tidak terdeteksi (Chan, 2020), yang mungkin menjadi pendorong utama
cepatnya penularan Covid-19 (Li, 2020).
2. Mencuci Tangan
Dari hasil wawancara dengan partisipan, didapatkan partisipan rajin mencuci
tangannya sebelum maupun setelah beraktifitas.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit Amerika Serika atau CDC pun mengeluarkan imbauan mengenai hal yang
harus dilakukan dalam mencegah corona jenis baru ini. Upaya yang bisa dilakukan
adalah melakukan berbagai upaya pencegahan, salah satunya adalah mencuci tangan
menggunakan sabun atau yang sering kita dengar dengan istilah CTPS (Cuci Tangan
Pakai Sabun).
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun
(CTPS) dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan
karena tangan sering kali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan
patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung
ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti
handuk, gelas).
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang,
ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus, dan makanan/minuman yang terkontaminasi
saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada
orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan. Tangan tersebut
selanjutnya menjadi perantara dalam penularan penyakit. Pandemi COVID19 yang
saat ini terjadi merupakan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
dan telah menyebabkan gangguan besar dalam kehidupan sosial dan ekonomi bangsa
3. Makan Bersama
Dari hasil wawancara dengan partisipan, didapatkan pertisipan sering makan
diluar tau makan bersama saat istirahat kerja.
Menurut Agus Dwi Susanto (2020) yang merupakan Spesialis Paru dan Ketua
Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), makan bersama harus dihindari,
karena pada saat makan harus membuka masker dan tidak mengetahui apakah rekan
yang di ajak makan bersama sehat atau tanpa gejala, sehingga resiko penularannya
dapat lebih besar.