Anda di halaman 1dari 19

ANALISA DAMPAK VIRUS KORIOMENINGITIS LIMFOSITIK SERTA INFEKSI

YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KELENJAR GETAH BENING

( Contoh kasus : Masyarakat didaerah Majalengka tahun 2020 )

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komputer

Dosen Pengampu : Muhamad Agus Fitriadi.,S.T,.M.Kom

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Anggun Aulia Agisty

(20142011057)

Sofi Solihah

(20142011103)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL MAJALENGKA

PROGRAM STUDI PRODI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2021/2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................4
D. Manfaat......................................................................................................................................4
E. Keterbatasan Penilitian..............................................................................................................4
F. Asumsi.......................................................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................................................5
A. Kajian Teori ..............................................................................................................................5
B. Pengertian Kelenjar Getah Bening.............................................................................................6
C. Tahap penyakit kelenjar Getah Bening......................................................................................6
D. Dampak virus koriomeningitis limfostik serta infeksi yang menyebabkan terjadinya kelenjar
Getah Bening ....................................................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………...………10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………………………12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari pandang Kesehatan Kota Majalengka juga diharapkan dapat digunakan
sebagai sarana pemantauan, pembinaan dan pengawasan upaya program dan
pelayanan kesehatan, karena sebagian besar masyarakat Kota Majalengka baik di
kota terutama pedalaman masih sulit mendapatkan pelayanan kesehatan walaupun
dalam skala minimal. Derajat Kesehatan dipengaruhi banyak hal diantara-Nya faktor
geografis, demografis, sosial serta budaya serta faktor perilaku. Mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat Kota memerlukan kesadaran yang adekuat
perlu proaktif masyarakat, bergandeng tangan dengan instansi terkait pemerintah kota
Majalengka untuk melaksanakan pembangunan di Kota Majalengka khususnya
dibidang kesehatan. Faktor perilaku sangat berperan dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, untuk itu upaya meningkatkan pengetahuan, kepedulian dan
menumbuhkan kesadaran dan kemauan yang pada akhirnya masyarakat menimbulkan
sikap untuk berperilaku hidup sehat.
Limfositik choriomeningitis adalah virus yang menyebabkan nonbacterial
meningitis pada tikus dan kadang-kadang pada manusia. Itu digunakan secara luas
dalam studi percobaan.
Lymphocytic chorio-meningitis (LCM) disebut juga penyakit dari tikus yang
disebabkan oleh virus choriomeningitis Limfositik (LCMV), turunan virus
Arenaviridae. LCM bisa dibawa oleh hewan pengerat yang biasanya ada di rumah-
rumah.
Selain itu, virus ini juga bisa disebarkan oleh hewan pengerat peliharaan seperti
hamster. Jika Anda tergigit atau terkena air liur dan air kencing hewan tersebut, Anda
berisiko tinggi mengalami penyakit infeksi ini, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya kelenjar getah bening.
Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem imun dalam tubuh yang
terdapat di bagian bawah rahang, ketiak, dan pangkal paha. Kelenjar getah bening
juga mempunyai peran untuk menangkal dan melawan bakteri, infeksi, dan virus yang
menyerang tubuh. Namun jika getah bening dalam tubuh seseorang mengalami
pembesaran atau pembengkakan, justru inilah yang bisa menyebabkan kondisi
kesehatan seseorang menurun dan bisa berisiko terhadap munculnya penyakit, seperti
penyakit kelenjar getah bening. Selain infeksi ringan, infeksi dari virus juga bisa
menimbulkan terjadinya pembengkakan kelenjar. Seperti infeksi virus rubella atau
infeksi dari demam kelenjar. Pembengkakan kelenjar juga bisa ditimbulkan oleh
penyakit lupus, campak, dan rematoidarthritis. Namun penyebab pembengkakan
seperti ini kasusnya sangat jarang. Pembengkakan kelenjar getah bening selain jenis
yang bisa pulih dengan sendirinya, ternyata ada juga jenis pembengkakan yang
tergolong kategori mematikan.
Pembengkakan yang tergolong mematikan ini bisa saja disebabkan karena
adanya infeksi darah atau adanya penyebaran kanker pada jaringan kelenjar getah
bening. Logika adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis kaidah-kaidah
penalaran yang absah (valid).
Pada dasarnya, kelenjar getah bening terdapat di seluruh tubuh kita, namun
kondisi pembengkakan biasanya hanya terjadi di area ketiak, leher, di bawah dagu,
dan di pangkal paha. Pembengkakan kelenjar getah bening (lymphadenopathy)
adalah kondisi ketika kelenjar getah bening atau gumpalan jaringan sebesar kacang
yang berisi sel darah putih mengalami pembesaran. 
Kelenjar getah bening juga termasuk bagian dari sistem kekebalan tubuh
manusia yang bisa membantu melawan infeksi, baik disebabkan oleh bakteri, virus,
atau lainnya. Jika terjadi infeksi, kelenjar getah bening akan membengkak untuk
memberikan tanda. Setelah infeksi mereda, kelenjar getah bening akan mengempis
dengan sendirinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka perlu
dilakukan perumusan masalah untuk memperoleh sasaran sesuai dengan tujuan
penelitian. Adapun rumusan masalahnya yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana Dampak Virus Korio Meningitis Limfositik serta Infeksi yang
menyebabkan terjadinya kelenjar Getah Bening di Majalengka tahun 2020 s/d
2022.
2. Faktor yang menyebabkan Virus Korio Meningitis Limfositik menginfeksi
tubuh sehingga terjadinya kelenjar Getah Bening
3. Dampak Virus Korio Meningitis Limfositik serta Infeksi yang menyebabkan
terjadinya kelenjar Getah Bening di daerah Majalengka.

C. Tujuan Penelitian
 Tujuan Umum
Pada rumusan masalah yang telah dicantumkan diatas maka tujuan dari
penelitian ini agar tercapainya tujuan penelitian pencegahan mengenai virus
Korio meningitis serta dapat meminimalisir tahap penyakit kelenjar Getah
Bening.
 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui Bagaimana dampak Virus Korio Meningitis
Limfositik bisa menginfeksi tubuh sehingga menyebabkan terjadinya
kelenjar Getah Bening.
2) Untuk mengetahui Faktor penyebab dari Virus Korio Meningitis
Limfositik serta Infeksi yang mengakibatkan terjadinya kelenjar Getah
Bening.
3) Untuk mengetahui Dampak Virus Korio Meningitis Limfositik serta
Infeksi yang menyebabkan terjadinya kelenjar Getah Bening di
Majalengka.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi dan edukasi kepada
khalayak ramai sebagai sample ataupun contoh kepada penulis generasi peneliti medis
mengenai virus koriomeningitis Limfositik serta infeksi yang menyebabkan kelenjar
getah bening di Majalengka berikutnya.

E. Keterbatasan Penelitian
Banyak Masyarakat Awam kurangnya pengetahuan dan informasi ataupun
pengetahuan sekilas tentang virus koriomeningitis Limfositik dan infeksi kelenjar
Getah Bening dalam kesehatan sehari – hari.

F. Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Dampak Virus Korio Meningitis Limfositik serta Infeksi yang menyebabkan
terjadinya kelenjar Getah Bening dalam masyarakat di daerah Majalengka.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
Koriomeningitis Limfositik merupakan penyakit infeksi virus yang disebarkan
melalui binatang pengerat (rodent) dan menyebabkan peradangan pada selaput otak,
otak, atau keduanya.
Penyebabnya adalah virus koriomeningitis limfositik (LCMV-Lymphocytic
Choriomeningitis Virus), yang merupakan golongan Arenavirus.
Virus ini biasa ditemukan pada binatang pengerat, seperti tupai, hamster, dan
terutama tikus rumah. Binatang ini biasanya terinfeksi virus selama hidupnya dan
akan mengeluarkan virus dalam air kemih, tinja, dan air liurnya. Infeksi pada manusia
biasanya terjadi karena paparan debu atau makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini
biasanya timbul pada musim dingin dimana tikus liar bersembunyi di dalam rumah.
Dalam waktu 1-3 minggu setelah terinfeksi, penderita bisa mengalami demam,
mungkin disertai menggigil. Selain itu, timbul rasa tidak enak badan, mual, lemah,
nyeri otot, sakit kepala di belakang mata yang bertambah bila melihat cahaya terang
dan penurunan nafsu makan. Penderita juga bisa mengalami nyeri tenggorokan, nyeri
sendi, dan muntah-muntah. Penyakit ini juga dapat menyebabkan pembengkakan pada
sendi-sendi jari tangan, peradangan pada buah zakar, dan kerontokan rambut kepala.
Penyakit ini sering terjadi dalam dua fase yaitu Peradangan selaput otak, yang
terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah gejala-gejala yang menyerupai flu. Penderita
meningitis mengalami sakit kepala dan kaku leher (kaku kuduk). Dan Peradangan
otak, dimana timbul sakit kepala dan rasa mengantuk. Bisa juga terjadi kerusakan
saraf yang menetap, walaupun jarang.
Selama minggu pertama, gejala-gejala yang timbul mirip dengan gejala flu
atau infeksi virus lainnya, sehingga biasanya belum dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya peradangan paru-paru.
Bila gejalanya mengarah ke meningitis, maka dilakukan pemeriksaan terhadap
cairan serebrospinal. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya virus dalam cairan
serebrospinal atau kenaikan kadar antibodi di dalam darah.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Infeksi virus
penyebabnya dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan tikus rumah dan
melakukan tindakan pencegahan saat menangani hewan pengerat (misalnya tikus,
hamster, atau marmut).
Meskipun jarang, hewan pengerat peliharaan dapat terinfeksi virus dari hewan
pengerat liar. Orang-orang yang memelihara hewan pengerat atau bekerja di tempat
peternakan hewan dan toko hewan perlu melakukan tindakan pencegahan terhadap
adanya hewan pengerat liar, sehingga tidak kontak dengan hewan pengerat peliharaan.
B. Pengertian Kelenjar Getah Bening

Kelenjar getah bening adalah salah satu bagian tubuh yang memegang peranan besar
dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Sayangnya, kelenjar ini juga sangat rentan terhadap
gangguan dan penyakit. Anda mungkin sudah sering dengar soal pembesaran kelenjar getah
bening atau bahkan kanker kelenjar getah bening.

Kelenjar getah bening adalah struktur jaringan kecil yang bentuknya menyerupai
kacang merah. Kelenjar getah bening dapat berukuran sekecil kepala peniti atau sebesar buah
zaitun.Ada ratusan kelenjar getah bening pada tubuh dan kelenjar ini bisa ditemukan sendiri
atau dalam kumpulan. Kumpulan kelenjar getah bening banyak terdapat pada leher, paha
bagian dalam, ketiak, di sekitar usus, dan di antara paru-paru.Kelenjar getah bening memiliki
sel-sel darah putih yang merupakan sel imun yang membantu tubuh melawan infeksi.

Fungsi utama dari kelenjar getah bening adalah menyaring cairan getah bening (yang
terdiri dari cairan dan zat sisa dari jaringan tubuh) dari organ terdekat atau area pada tubuh.
Bersamaan dengan pembuluh limpa, kelenjar getah bening membangun sistem getah bening.

Sistem getah bening adalah bagian penting dari sistem imun, alias sistem pertahanan
tubuh terhadap penyakit. Sistem getah bening merupakan jaringan di dalam tubuh yang
dibentuk dari pembuluh limpa dan kelenjar getah bening.

Sistem kelenjar getah bening mengumpulkan cairan, zat sisa, dan hal-hal lain (seperti
virus dan bakteri) pada jaringan tubuh, di luar aliran darah. Pembuluh getah bening
membawa cairan getah bening ke kelenjar getah bening. Begitu cairan mengalir, kelenjar
getah bening menyaringnya, menjebak bakteri, virus dan zat asing lainnya. Kemudian, agen-
agen berbahaya dihancurkan oleh limfosit, yang merupakan sel darah putih khusus.
Kemudian, cairan yang telah disaring, garam, dan protein dikembalikan ke dalam peredaran
darah.

Saat ada masalah seperti infeksi, cedera, atau kanker, kelenjar getah bening atau
kelompok kelenjar getah bening bisa membesar atau membengkak karena mereka bekerja
untuk melawan agen-agen yang jahat. Leher, paha bagian dalam, dan ketiak adalah area di
mana kelenjar getah bening sering membengkak.
C. Tahap Penyakit Kelenjar Getah Bening
Kelenjarr getah bening yang terjadi akibatterjadinya infeksi dari suatu bagian
tubuh maka terjadi pula peradangan pada kelenjar getah bening regioner dari lesi
primer. Limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada kelenjar limfe
atau getah bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis.Apabila peradangan terjadi
pada kelenjar limfe di leher disebut dengan scrofula Limfadenitis pada kelenjar limfe
di leher inilah yang biasanya paling sering terjadi (Kumar, 2014).

a dasar pengertian
Limfadenitis tb, suatu peradangan pada satu atau lebih kelenjar getah
bening.Penyakit ini masuk dalam kategori tuberkolosis luar.Tuberkolosis sendiri
dikenal sejak 1000 tahun sebelum Masehi seperti yang tertulis dalam kepustakaan
Sanskrit kuno.Nama “tuberculosis” berasal dari kata tuberculum yang berarti benjolan
kecil yang merupakan gambaran patologik khas pada penyakit ini.
b. Anatomi Limpa
Limpa sering digambarkan sebagai seukuran kepalan tangan kecil. Limpa
diposisikan di bawah tulang rusuk, di bawah diafragma, dan di atas ginjal kiri. Limpa
kaya akan darah yang diberikan melalui arteri limpa. Keluar darah organ ini melalui
vena limpa.(Mansjoer, 2013).
Limpa juga berisi pembuluh limfatik eferen, yang mengangkut getah bening
jauh dari limpa.Getah adalah cairan bening yang berasal dari plasma darah yang
keluar pembuluh darah pada bad kapiler.Cairan ini menjadi cairan interstitial yang
mengelilingi sel. Pembuluh limfa mengumpulkan dan mengarahkan getah bening
langsung terhadap pembuluh darah atau kelenjar getah bening lainnya.Limpa adalah,
organ memanjang lembut yang memiliki penutup jaringan ikat luar yang disebut
kapsul.Kapsul dibagi secara internal ke dalam banyak bagian yang lebih kecil yang
disebut lobulus.(Gayton & Hall, 2015).
Limpa terdiri dari dua jenis jaringan: pulpa merah dan pulpa putih. Pulpa
putih adalah jaringan limfatik yang terutama terdiri dari limfosit yang disebut limfosit
B dan limfosit T yang mengelilingi arteri. Pulpa merah terdiri dari sinus vena dan tali
limpa. Sinus vena pada dasarnya rongga penuh dengan darah, sementara tali limpa
adalah jaringan ikat yang mengandung sel-sel darah merah.(Gayton & Hall, 2015).
c. Limpa
Peran utama dari limpa adalah untuk menyaring darah. Limpa mengembang
dan memproduksi sel-sel kekebalan yang matang yang mampu mengidentifikasi dan
menghancurkan patogen. Terkandung dalam pulpa putih limpa adalah sel-sel
kekebalan yang disebut limfosit B dan T. limfosit T bertanggung jawab untuk
kekebalan yang diperantarai sel, yang merupakan John Gibson (2015) respon imun
yang melibatkan aktivasi sel kekebalan tertentu untuk melawan infeksi. Sel T
mengandung protein yang disebut reseptor sel T yang mengisi membran sel-T.
Mereka mampu mengenali berbagai jenis antigen (zat yang menimbulkan reaksi
kebal). Limfosit T yang berasal dari timus dan melakukan perjalanan ke limpa melalui
pembuluh darah. Limfosit B atau sel-B berasal dari sumsum tulang sel-sel induk. Sel
B membuat antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu. Antibodi mengikat antigen
dan menandai untuk penghancuran oleh selsel imun lainnya. Kedua pulpa putih dan
merah mengandung limfosit dan sel-sel kekebalan yang disebut makrofag. Sel-sel ini
membuang antigen, sel-sel mati, dan puing-puing dengan menelan dan mencerna
mereka.Sementara fungsi limpa terutama untuk menyaring darah, juga menyimpan
sel-sel darah merah dan trombosit. Dalam kasus di mana pendarahan ekstrim terjadi,
sel darah merah, trombosit, dan makrofag dilepaskan dari limpa. Makrofag membantu
mengurangi peradangan dan menghancurkan
Patogen atau sel yang rusak di daerah luka. Trombosit adalah komponen darah
yang membantu pembekuan darah untuk menghentikan kehilangan darah. Sel darah
merah dilepaskan dari limpa ke dalam sirkulasi darah untuk membantu
mengkompensasi kehilangan darah.
d. Etiologi
Limfadenitis TB disebabkan oleh M.tuberculosis complex, yaitu
M.tuberculosis (padamanusia), M.bovis (pada sapi), M.africanum, M.canetti dan
M.caprae.Secara mikrobiologi,M.tuberculosis merupakan basil tahan asam yang dapat
dilihat dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen atau KinyounGabbett.M. tuberculosis dapat
tumbuh dengan energi yang diperoleh dari oksidasi senyawakarbon yang sederhana.
CO2 dapat merangsang pertumbuhan.M.tuberculosis merupakanmikroba kecil seperti
batang yang tahan terhadap desinfektan lemah dan bertahan hidup padakondisi yang
kering hingga berminggu-minggu, tetapi hanya dapat tumbuh di dalamorganisme
hospes. Kuman akan mati pada suhu 600C selama 15-20 menit, Pada suhu
300atau400-450C sukar tumbuh atau bahkan tidak dapat tumbuh. Pengurangan
oksigen dapatmenurunkan metabolisme kuman.Daya tahan kuman
M.tuberculosis lebih besar dibandingkan dengan kuman lainnyakarena sifat
hidrofobik pada permukaan selnya.Kuman ini tahan terhadap asam, alkali danzat
warna malakit.Pada sputum yang melekat pada debu dapat tahan hidup selama 8-10
hari.M.tuberculosis dapat dibunuh dengan pasteurisasi(Raviglione, 2014).
e. Patofisiologi
Secara umum penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi TB
pulmoner dan TB ekstrapulmoner.TB pulmoner dapat diklasifikasikan menjadi TB
pulmoner primer dan TB pulmoner post-primer (sekunder).TB primer sering terjadi
pada anak-anak sehingga sering disebut child-type tuberculosis, sedangkan TB post-
primer (sekunder) disebut juga adult-type tuberculosis karena sering terjadi pada
orang dewasa, walaupun faktanya TB primer dapat juga terjadi pada orang dewasa
Basil tuberkulosis juga dapat menginfeksi organ lain selain paru, yang disebut sebagai
TB ekstrapulmoner. Menurut Raviglione (2014), organ ekstrapulmoner yang sering
diinfeksi oleh basil tuberkulosis adalah kelenjar getah bening, pleura, saluran kemih,
tulang, meningens, peritoneum, dan perikardium. (Raviglione, 2014).
TB primer terjadi pada saat seseorang pertama kali terpapar terhadap basil
tuberkulosis .Basil TB ini masuk ke paru dengan cara inhalasi droplet. Sampai di
paru, basil TB ini akan difagosit oleh makrofag dan akan mengalami dua
kemungkinan. Pertama, basil TB akan mati difagosit oleh makrofag. Kedua, basil TB
akan dapat bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag sehingga basil TB
akan dapat menyebar secara limfogen, perkontinuitatum, bronkogen, bahkan
hematogen. Penyebaran basil TB ini pertama sekali secara limfogen menuju kelenjar
limfe regional di hilus, dimana penyebaran basil TB tersebut akan menimbulkan
reaksi inflamasi di sepanjang saluran limfe (limfangitis) dan kelenjar limfe regional
(limfadenitis). Pada Orang yang mempunyai imunitas baik, 3 – 4 minggu setelah
infeksi akan terbentukimunitas seluler. Imunitas seluler ini akan membatasi
penyebaran basil TB dengan cara menginaktivasi basil TB dalam makrofag
membentuk suatu fokus primer yang disebut fokus Ghon. Fokus Ghon bersamasama
dengan limfangitis dan limfadenitis regional disebut dengan kompleks
Ghon.Terbentuknya fokus Ghon mengimplikasikan dua hal penting.Pertama, fokus
Ghon berarti dalam tubuh seseorang sudah terdapat imunitas seluler yang spesifik
terhadap basil TB. Kedua, fokus Ghon merupakan suatu lesi penyembuhan yang
didalamnya berisi basil TB dalam keadaan laten yang dapat bertahan hidup dalam
beberapa tahun dan bisa tereaktivasi kembali menimbulkan penyakit (Datta, 2015).
Jika terjadi reaktivasi atau reinfeksi basil TB pada orang yang sudah memiliki
imunitas seluler, hal ini disebut dengan TB post-primer. Adanya imunitas seluler akan
membatasi penyebaran basil TB lebih cepat daripada TB primer disertai dengan
pembentukan jaringan keju (kaseosa). Sama seperti pada TB primer, basil TB pada
TB post-primer dapat menyebar terutama melalui aliran limfe menuju kelenjar limfe
lalu ke semua organ.Kelenjar limfe hilus, mediastinal, dan paratrakeal merupakan
tempat penyebaran pertama dari infeksi TB pada parenkim paru.(Raviglione, 2014).
Basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar limfe tanpa terlebih dahulu
menginfeksi paru. Basil TB ini akan berdiam di mukosa orofaring setelah basil TB
masuk melalui inhalasi droplet. Di mukosa orofaring basil TB akan difagosit oleh
makrofag dan dibawa ke tonsil, selanjutnya akan dibawa ke kelenjar limfe di
leher(Raviglione, 2014).
f. Manifestasi Klinis
Limfadenitis tb adalah presentasi klinis paling sering dari tb
ekstrapulmoner.Limfadenitis tb juga dapat merupakan manifestasi lokal dari penyakit
sistemik.Pasien biasanya datang dengan keluhan pembesaran kelenjar getah bening
yang lambat.Pada pasien limfadenitis tb dengan HIV-negatif, limfadenopati leher
terisolasi adalah manifestasi yang paling sering dijumpai yaitu sekitar dua pertiga
pasien.Oleh karena itu, infeksi mikobakterium harus menjadi salah satu diagnosis
banding dari pembengkakan kelenjar getah bening, terutama pada daerah yang
endemis.Durasi gejala sebelum diagnosis berkisar dari beberapa minggu sampai
beberapa bulan.
Limfadenitis tb paling sering melibatkan kelenjar getah bening servikalis,
kemudian diikuti berdasarkan frekuensinya oleh kelenjar mediastinal,
aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik dan kelenjar inguinalis
(Mohapatra, 2014)..pada pasien dengan HIV-negatif maupun HIV-positif, kelenjar
limfe servikalis adalah yang paling sering terkena, diikuti oleh kelenjar limfe aksilaris
dan inguinalis. Menurut Sharma (2014) Pembengkakan kelenjar limfe dapat terjadi
secara unilateral atau bilateral, tunggal maupun multipel, dimana benjolan ini
biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat dalam hitungan minggu sampai
bulan, dan paling sering berlokasi di regio servikalis posterior dan yang lebih jarang
di regio supraklavikular (Mohapatra, 2014). Keterlibatan multifokal ditemukan pada
39% pasien HIV-negatif dan pada 90% pasien HIV-positif.Pada pasien HIV-positif,
keterlibatan multifokal, limfadenopati intratorakalis dan intraabdominal serta TB paru
adalah sering ditemukan

Beberapa pasien dengan limfadenitis TB dapat menunjukkan gejala sistemik yaitu


seperti :

 Penurunan berat badan, fatigue dan keringat malam. Lebih dari 57% pasien tidak
menunjukkan gejala sistemik (Mohapatra, 2014). Terdapat riwayat kontak
terhadap penderita TB pada 21,8% pasien, dan terdapat TB paru pada 16,1%
pasien (Mohapatra, 2014).
 Menurut Mohapatra (2014) limfadenopati tuberkulosis perifer dapat
diklasifikasikan ke dalam lima stadium
 Stadium 1, pembesaran kelenjar yang berbatas tegas,Mobile dan diskret.
 Stadium 2, pembesaran kelenjar yang kenyal serta terfiksasi ke jaringan sekitar
oleh karena adanya periadenitis.
 Stadium 3, perlunakan di bagian tengah kelenjar (central softening) akibat
pembentukan abses.
 Stadium 4, pembentukan collar-stud abscess.
 Stadium 5, pembentukan traktus sinus.
 Gambaran klinis limfadenitis TBbergantung pada stadium penyakit. Kelenjar
limfe yang terkena biasanya tidak nyeri kecuali terjadi infeksi sekunder bakteri,
pembesaran kelenjar yang cepat atau koinsidensi dengan infeksi HIV. Abses
kelenjar limfe dapat pecah, dan kemudian kadang-kadang dapat terjadi sinus yang
tidak menyembuh secara kronis dan pembentukan ulkus. Pembentukan fistula
terjadi pada 10% dari limfadenitis TB servikalis (Mohapatra, 2014).
Pembengkakan kelenjar getah bening yang berukuran = 2 cm biasanya disebabkan
oleh M.tuberculosis. Pembengkakan yang berukuran < 2 cm biasanya disebabkan oleh
mikobakterium atipik, tetapi tidak menutup kemungkinan pembengkakan tersebut disebabkan
oleh M.tuberculosis (Narang, 2015).
g. Klasifikasi
1) Limfadenitis lokal. Ini merupakan jenis limfadenitis yang paling umum
terjadi. Limfadenitis lokal hanya terjadi pada beberapa kelenjar getah bening yang
berdekatan.
2) Limfadenitis umum. Kondisi ini terjadi ketika banyak kelenjar getah
bening yang mengalami radang akibat penyebaran infeksi melalui aliran darah, atau
akibat penyakit lain yang menyebar ke seluruh tubuh.
h. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pasien Limfadenitis Tb menggunakan paduan OAT yang terdiri dari
OAT lini pertama dan lini kedua, yang dibagi dalam 5 kelompok berdasar potensi dan
efikasinya. Levofloxacin adalah golongan fluoroquinolon, mempunyai efek bakterisidal
kuat terhadap M.tb. Dosis 500–1000 mg per hari pada pasien dewasa.Dosis ratarata 750
mg bentuk sediaan oral dan intravena.Efek samping Levoflokxacin adalah mual, pusing,
insomnia, tremor. Efek yang jarang terjadi adalah rupture tendon, arthralgia, dan prolong
QT.Ethambutol mempunyai efek bakteriostatik terhadap kuman M.tubeculosis, Dosis
dewasa 15–25 mg/kg BB/hari. Bentuk sediaan oral, tidak tersedia bentuk parenteral.Efek
samping obat yang bisa terjadi adalah neuritis retrobulbar.5 Pirazinamid adalah derivate
nikotinamid.Dosis dewasa 25 mg/kg BB/hari, dosis maksimal 2 gram/hari.Efek samping
obat adalah gout (hiperurisemia) dan artralgia, hepatotoksik, rash pada kulit,
fotosensitivitas, dan gangguan gastrointestinal.Kanamycin adalah golongan
aminoglikosida.Mempunyai efek bakterisidal terhadap kuman MTB.Dosis dewasa 15
mg/kg BB/hari.Efek samping ototoksisitas dan toksisitas vestibular.Penggunaan
kanamycin harus dengan monitoring fungsi ginjal. Ethionamid adalah derivate asam
isonikotinat.Bersifat bakterisidal lemah.Dosis 15–20 mg/kg BB/ hari.Bentuk sediaan
tablet salut 250 mg. (Mohapatra, 2014).
D. Dampak Virus Koriomeningitis Limfostik serta infeksi terjadinya kelenjar getah bening
Salah satu jenis kanker yang paling banyak diidap masyarakat Indonesia adalah
kanker kelenjar getah bening atau kanker limfoma. Dalam gejala yang ditunjukkannya,
pasien kanker jenis ini tampak seperti mengalami meningitis.

Konsultan hematologi onkologi medik, dokter Ronald A. Hukom menjelaskan


bahwa sel kanker bisa saja menyebar ke berbagai organ tubuh. Ketika penyebaran sel
tumor mencapai ke selaput otak, pasien tersebut memperlihatkan gejala seperti
mengalami peradangan selaput otak atau meningitis.“Sel tumor lainnya, bukan hanya
kanker kelenjar getah bening, bila menyebar ke selaput otak, bisa saja gejalanya seperti
meningitis,” kata dokter Ronald Hukom.

Gejala awal meningitis mirip infeksi virus biasa, seperti demam tinggi. Selain itu,
sering mengeluh adanya sakit kepala, adanya kekakuan pada leher, penurunan kesadaran,
muntah, dan kejang.Untuk menentukan pasien kanker tersebut mengalami meningitis atau
gejala meningitis akibat penyebaran sel kanker ke selaput otak, dokter perlu melakukan
pemeriksaan lanjutan.“Periksa biopsi/situlogi semua daerah dicurigai, apa ada sel tumor
di situ karena sel kanker bisa menyebar ke berbagai organ (termasuk selaput otak),” kata
Ronald.

a. Dampak Virus Koriomeningitis limfositik

Koriomeningitis limfositik merupakan penyakit virus yang dibawa oleh hewan seperti
tikus. Diperkirakan lima persen tikus rumahan di Amerika Serikat mengidap
choriomeningitis limfositik. Ini dapat ditularkan ke manusia melalui air liur, darah,
kotoran, atau urine.

Gejala biasanya timbul dalam 8 sampai 13 hari. Gejala awal sering kali meliputi:

- demam

- perasaan umum tidak sehat


- kehilangan selera makan

- sakit kepala

- muntah

Jika infeksi menyebar, itu dapat menyebabkan kondisi yang lebih serius seperti
meningitis. Meningitis adalah infeksi jaringan yang melapisi sumsum tulang belakang
dan otak Anda.

b. Infeksi terjadinya Kelenjar Getah Bening

Infeksi bakteri atau virus yang tergolong ringan merupakan faktor yang paling
sering menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening. Beberapa contoh infeksi
ringan tersebut adalah demam kelenjar, pilek, infeksi tenggorokan, radang amandel,
infeksi gigi, infeksi telinga, dan infeksi kulit (selulitis). Pada kasus yang jarang terjadi,
pembengkakan kelenjar getah bening juga bisa disebabkan oleh kondisi medis tertentu,
seperti artritis reumatoid, lupus, campak, sarkoidosis, tuberkulosis, rubella, sifilis, kanker,
HIV/AIDS, cytomegalovirus,  dan kanker (seperti leukimia limfositik kronis dan
limfoma non-Hodgkin).

Komplikasi pembengkakan kelenjar getah bening dapat terjadi jika infeksi


penyebab pembengkakan kelenjar tidak segera diobati. Komplikasi tersebut dapat berupa
pembentukan abses (kumpulan nanah akibat infeksi) dan bakteremia (infeksi dalam aliran
darah).

Pembengkakan kelenjar getah bening (lymphadenopathy) adalah kondisi ketika kelenjar


getah bening atau gumpalan jaringan sebesar kacang yang berisi sel darah putih
mengalami pembesaran. Kondisi ini ditandai dengan:

 Kelenjar getah bening terasa keras saat ditekan.


 Kelenjar getah bening membengkak tanpa sebab yang jelas disertai badan yang
terasa lemah.
 Kelenjar getah bening telah membengkak lebih dari dua minggu dan/atau disertai
dengan ukuran yang membesar.
 Demam yang tidak kunjung mereda.
 Selalu berkeringat di malam hari.
 Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
 Sakit tenggorokan yang menyebabkan sulit menelan atau bernapas.

Jika terjadi infeksi, kelenjar getah bening akan membengkak untuk memberikan tanda.
Setelah infeksi mereda, kelenjar getah bening akan mengempis dengan sendirinya.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

penelitian ini adalah studi kuantitatif. Diartikan sebagai bagian dari serangkaian
investigasi sistematika terhadap fenomena dengan mengumpulkan data untuk kemudian
diukur dengan teknik statistik matematika atau komputasi. Riset ini sebagian besar dilakukan
dengan menggunakan metode statistik dalam pengumpulan data kuantitatif lewat studi
penelitian.

Pendapat lain, menurut Punch arti penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
berdasarkan pengalaman empiris dengan mengumpulkan data berbentuk angka yang bisa
dihitung dan berbentuk numeric. Penelitian kuantitatif juga diartikan sebagai penelitian yang
didasari pada asumsi, selain menentukan variabel dan melakukan analisis menggunakan
metode penelitian valid.

kanker yang menyerang sistem limfatik, yaitu bagian dari sistem kekebalan tubuh yang
berfungsi untuk melawan infeksi. Kanker getah bening muncul ketika jumlah sel-sel limfosit
di kelenjar getah bening bertambah dengan cepat dan menjadi ganas. Hal ini membuat jumlah
sel getah bening menjadi terlalu banyak hingga menyebabkan kelenjar getah bening
membengkak. Penyebab kanker getah bening masih belum diketahui dengan pasti, namun
ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang lebih berisiko terkena
penyakit ini.

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif, tipe penelitian ini menyelidiki
keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, dengan menyajikan, menganalisis dan
menginterpretasikannya dalam bentuk laporan penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

C.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ..

C.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilakukan pada bulan ...

D. Data & Sumber Data

D.1 Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif, riset ini sebagian besar dilakukan dengan
menggunakan metode statistik dalam pengumpulan data kuantitatif lewat studi penelitian.
Dalam penelitian ini mengumpulkan data pasien 9 yang menggunakan ...

D.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Dalam penelitian ini
menggunakan 2 sumber data yaitu :

D.2.1 Sumber Data Primer, adalah data yang didapat atau dikumpulkan langsung di lapangan
oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan, data diperoleh dari sumber
informan yaitu individu atau perseorangan. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah

D.2.2 Sumber Data Sekunder, adalah data didapat dari pihak atau sumber lain yang telah ada,
digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh. Maksudnya dari data
yang telah ada seperti grafik, tabel, diagram, dan tulisan dari peneliti sebelumnya. Adapun
yang menjadi sumber data sekunder adalah artikel, buku, dan literatur.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh .....,......................................... Pengertian


Populasi Menurut Margono (2004) populasi adalah keseluruhan data yang menjadi pusat
perhatian seorang peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan. Populasi
berkaitan dengan data-data, jika seorang manusia memberikan suatu data, maka ukuran atau
banyaknya populasi akan sama banyaknya manusia.

Tabel A.1

B. Sample Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2014. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta: EGC.

Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem imunologi. Jakarta: Salemba Medika .

"Koriomeningitis limfositik | patologi" https://delphipages.live/id/kesehatan-pengobatan/kondisi-


penyakit/penyakit-menular/lymphocytic-choriomeningitis

"Apa Itu Kelenjar Getah Bening dan Apa Fungsinya Bagi Tubuh?"
https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/kelenjar-getah-bening-adalah/?amp=1

"Benarkah Kanker Kelenjar Getah Bening Bisa Sebabkan Meningitis? | merdeka.com"


https://m.merdeka.com/sehat/benarkah-kanker-kelenjar-getah-bening-bisa-sebabkan-
meningitis.html

“Pembengkakan Kelenjar Getah Bening – Gejala, penyebab dan mengobati – Alodokter”


https://www.alodokter.com/pembengkakan-kelenjar-getah-bening

“Koriomeningitis Limfositik-Medicastore”
https://medicastore.com/penyakit/224/koriomeningitis-limfositik

Anda mungkin juga menyukai