Anda di halaman 1dari 45

JEPANG & CHINA SERVICE

Oleh Kelompok 11:

Nur Hilda Wulandari (2006104010016)

Dosen Pengampu:

Yuli Heirina Hamid, SP.d., MS.i

Dr. Izwani, M.A.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhaanahu wa taala. atas segala
limpahan rahmat dan petunjuk Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Segala usaha
dan upaya telah dilakukan oleh penulis dalam rangka menyelesaikan makalah ini. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak luput dari berbagai
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya konstruktif atau membangun demi perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.

Banda Aceh, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................6
C. Tujuan...................................................................................................................................7
BAB II..............................................................................................................................................8
PEMBAHASAN...............................................................................................................................8
A. China Service........................................................................................................................8
B. Jepang Service....................................................................................................................29
BAB III...........................................................................................................................................43
PENUTUP......................................................................................................................................43
A. Kesimpulan.........................................................................................................................43
B. Saran...................................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................45
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika makan sangat penting bagi orang China. Pemakaian alat makan hingga posisi
duduk juga punya aturan dalam budaya China.

Etika makan sudah menjadi bagian dari tradisi atau kebudayaan di suatu negara.
Terkadang etika makan di suatu negara belum tentu cocok di negara lain. Demikian
juga di China.
Kalian tahu tidak ternyata penempatan tempat duduk bagi penduduk negara
Tiongkok itu mempunyai arti masing-masing loh. Seperti misalnya kursi yang
menghadap pintu masuk adalah orang yang paling dihormati atau tinggi derajatnya,
seperti orang tua atau pak boss. Sedangkan kursi yang dekat dengan pintu atau
jalan keluar adalah orang yang biasanya akan membayar hidangan pada hari itu
karena kepraktisan untuk bisa dengan cepat bangkit dari kursi.
Sebaiknya mempersilahkan yang lebih tua untuk mengambil makanan terdahulu
dan saat mereka menyuruh kita semua makan, barulah kita akan makan karena
tradisi Tiongkok yang menjunjung tinggi kesopanan dan menghormati orang yang
lebih tua. Sewaktu makan mengangkat mangkuk makanan kita adalah hal yang
dianggap sopan. Terbalik dengan tradisi dari negara barat, menurut tradisi
Tiongkok tidak sopan dan terkesan malas jika saat makan tidak mengangkat
mangkuk. Pada saat menuangkan minuman, kita yang lebih muda biasa akan
membantu menuang teh, tetapi saat orang yang lebih tua yang menuangkan teh
kepada yang lebih muda, gerakan mengetuk meja dengan jari telunjuk dan tengah
mengartikan tanda terima kasih.
Di negara Tiongkok dan orang keturunan Tiongkok yang berada disegala penjuru
dunia, sumpit adalah alat utama untuk mengambil makanan dan menyuap makan.
Tetapi ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan di meja makan saat
menggunakan sumpit tersebut. Menancapkan sumpit secara vertikal ke mangkuk
nasi itu adalah hal yang tabu karena biasa makanan yang tertancap sumpit itu
seperti persembahkan kepada orang yang sudah tiada. Mengambil makanan dengan
menusukkan sumpit juga dianggap tidak sopan.

Lalu bagaimana dengan budaya makan orang jepang?


Di Jepang, etika dan tata cara makan yang akan dibahas adalah restoran tradisional
yang menggunakan tatami. Tatami adalah sebuah material penutup lantai
tradisional berupa tikar yang berasal dari Jepang. Tatami dibuat dari tenunan alang-
alang dan kain sebagai penutup di bagian ujung. Cukup banyak restoran-restoran
khas Jepang yang ada di Indonesia menggunakan konsep tatami ini. Ruangan
tatami ini memiliki ukuran yang berbeda, ruangan kecil muat untuk 5 atau 6 orang,
ada yang ruangannya bisa digabung dengan cara membuka sekat pintu dan ada juga
yang ruangannya memanjang untuk bisa masuk 16 sampai 20 orang. Orang Jepang
mulai makan nasi sejak Zaman Jomon. Pada Zaman Nara pengaruh kuat
kebudayaan Cina memengaruhi masakan atau makanan Jepang sehingga teknik
memasak dari Cina mulai dipakai untuk mengolah bahan makanan lokal. Masakan
Jepang terus berkembang dengan pengaruh dari daratan Cina pada Zaman Heian.
Aliran memasak dan etiket makan berkembang dikalangan bangsawan. Di Zaman
Kamakura selain makanan, mulai populernya tradisi minum teh dan ajaran Zen.
Pada Zaman ini, masakan dan makanan mulai dibentuk dalam porsi kecil dan
menjadi makanan resepsi yang disebut juga dengan kaiseki. Memasuki Zaman
Muromachi, kalangan samurai ikut dalam urusan masak-memasak di istana kaisar.
Tata krama sewaktu makan juga semakin berkembang. Aliran etiket Ogasawara
yang masih dikenal sekarang bermula dari etiket kalangan samurai dan bangsawan
Zaman Muromachi. Di Zaman Edo, kebudayaan orang kota berkembang sangat
pesat. Pada Zaman Edo makanan dinikmati secara santai sambil meminum sake,
dan tidak mengikuti tata cara makan formal seperti masakan Kaiseki atau masakan
Honzen. Alat makan dari keramik atau porselen mulai banyak digunakan dan diberi
hiasan berupa gambargambar artistik. Masakan Jepang modern adalah
penyempurnaan dari masakan Zaman Edo. Daimyo dari seluruh Jepang mengenal
kewajiban Sankin Koutai. Pada awal zaman Meiji, masakan Eropa mulai dikenal
orang Jepang yang melakukan kontak sehari-hari dengan orang asing. Akibat dari
gempa bumi Kanto yang memakan korban jiwa besar-besaran, juru masak pewaris
tradisi masakan Edo ikut menjadi berkurang, dan tradisi masakan Honzen mulai
memudar. Etiket makan mulai longgar, dan orang-orang Jepang semakin menyukai
suasana makan dengan santai sewaktu makan. Itulah sejarah makanan masyarakat
di Jepang. Pada umumnya, bahan-bahan masakan Jepang berupa: beras, hasil
pertanian (sayuran dan kacang-kacangan), dan makanan laut. Bumbu berupa dashi
yang dibuat dari konbu, ikan dan shiitake, ditambah miso dan shōyu. Berbeda
dengan masakan negara-negara lain, makanan Jepang sama sekali tidak
menggunakan bumbu berupa rempah-rempah dan penyedap dari biji-bijian. Dalam
hal penyajian hidangan, dalam masakan Jepang tidak dikenal perbedaan antara tata
cara penyajian di rumah dengan tata cara penyajian di restoran. Jamuan makan dan
kaiseki merupakan pengecualian karena makanan disajikan secara bertahap. Dalam
menyantap makanan di Jepang, etika dan tata cara makan ada 2. Jika diundang
makan dengan orang penting seperti atasan atau mertua, kita menggunakan etika
dan tata cara yang formal. Melakukan semua hal secara perlahan, sopan dan selalu
mendahulukan orang yang lebih tua atau dihormati. Aturan-aturan makan pun
sangat diutamakan dalam situasi seperti ini. Cara duduk, memegang sumpit, dan
menuangkan sake pun sangat perlu diperhatikan agar tidak menyinggung tamu atau
orang yang dihormati. Berbeda dengan situasi tidak formal ketika diajak makan
oleh teman atau keluarga. Semua hal tetap dilakukan secara perlahan dan sopan.
Etika makan sendiri memiliki manfaat guna meningkatkan rasa percaya diri.
Dengan mengetahui jabaran umum tentang etika makan di meja makan, maka tidak
perlu lagi merasa canggung saat makan bersama orang asing. Dengan adanya
standar aturan yang umum pada etika makan bisa menjadi acuan untuk
mengajarkan sopan santun. Dimanapun sopan santun tetap harus dijalankan karena
banyak orang yang sangat terpikat dengan sopan santun dan budi bahasa.

B. Rumusan Masalah
a. Apa aturan dan etiket tata cara makan orang China dan Jepang?
b. Mengapa harus mematuhi aturan dan etiket tata cara makan orang China dan
Jepang?
c. Bagaimana cara menyatukan diri dengan budaya orang China dan Jepang?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui etika dan tata cara makan orang China dan Jepang
b. Tidak hanya tahu namun juga di terapkan dalam kehidupan sehari-hari bahwa
etika makan dimana dan kapan saja patut untuk di contoh
c. Supaya menyatukan diri dengan budaya orang China dan Jepang
BAB II

PEMBAHASAN

A. China Service

a. Jamuan Tradisional China


Jamuan tradisional Cina berbeda dengan jamuan makan gaya Barat dimana
hidangan disajikan satu per satu sesuai urutannya. Secara tradisional, tata
cara makan Cina justru menghidangkan makanan sekaligus.

Semua hidangan disajikan di atas meja dan disantap bersama-sama. Itu


sebabnya, jika Anda diundang menghadiri jamuan makan Cina di resto
Cina, meja makannya pasti berbentuk bundar dengan alas/meja kecil yang
bisa diputar pada bagian tengahnya. Dengan begitu, para tamu tinggal
memutar meja untuk mengambil semua hidangan yang disajikan di tengah
meja.

Jamuan seperti ini biasanya berlaku khusus untuk keluarga atau kerabat
dekat. Semua tamu bebas menikmati semua hidangan sambil
bercengkerama. Tidak banyak ‘aturan main’ yang mengikat karena hal yang
paling penting adalah kebersamaan. Jadi, tak perlu bingung jika melihat
hidangan di tengah meja disajikan tanpa sendok saji (serving spoon), karena
masing-masing tamu boleh mengambil hidangan dari tengah dengan
menggunakan sumpit yang telah dipakainya untuk menyantap hidangan
sebelumnya.
b. Jamuan China Masa Kini

Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi Cina sedikit demi sedikit


mulai melebur dengan aturan internasional, terutama untuk acara makan
yang sifatnya lebih formal, misalnya untuk jamuan makan bisnis. Hal ini
akan dijumpai di resto-resto Cina masa kini. Makanan disajikan secara
berurutan, satu demi satu, dimulai dari hidangan pembuka dingin, sup, baru
kemudian hidangan utama. Selanjutnya jamuan diakhiri dengan menyantap
mi atau nasi goreng sebelum hidangan penutup. Nasi atau mi merupakan
hidangan ‘berat’ yang mengenyangkan. Jika disajikan di awal, para tamu
tidak lagi bisa menikmati serentetan hidangan selanjutnya karena sudah
terlalu kenyang.

Dalam jamuan cina seperti ini, sebelum mulai makan, biasanya disiapkan
satu camilan ringan seperti kacang-kacangan atau buah-buahan kecil yang
telah dikeringkan, sebagai pengantar menuju acara santap yang sebenarnya.
Setelah selesai dengan satu hidangan, Anda tetap duduk, menunggu
hidangan selanjutnya yang akan disajikan oleh para pelayan. Kecuali
dengan alasan tertentu (seperti jika Anda vegetarian atau alergi terhadap
salah satu jenis makanan yang dihidangkan). Agar tidak bersisa sebaiknya
Anda memang mengambil sedikit dulu untuk setiap hidangan yang
disajikan sedikit setiap hidangannya.
c. Peralatan Makan China

Sangat sederhana yaitu hanya sepasang sumpit, dan sendok bebek untuk sup
atau hidangan lainnya

1. Sumpit

Bentuk sumpit Cina sedikit berbeda dengan sumpit yang digunakan di


Jepang. Sumpit Cina ujungnya agak tebal dan persegi, tidak seruncing
sumpit Jepang. Sumpit harus ditaruh di atas sandaran sumpit yang
diletakkan di samping piring makan, dengan posisi ujung yang lebih
runcing di atas. Setelah digunakan untuk menyantap satu hidangan,
sumpit yang sama dapat digunakan untuk menyantap hidangan yang
lain.

Di Cina, semua kegiatan saat makan, termasuk menyantap nasi,


menggunakan sumpit sebagai alat bantu. Hal yang perlu diketahui. Saat
menyantap hidangan dari ikan. Jika ikan sudah selesai disantap pada
salah satu sisinya, jangan pernah membalikkan ikan dengan sumpit.
Menurut kepercayaan, jika ikan tersebut patah, maka hidup Anda akan
mengalami banyak masalah.

Cara memegang sumpit memang susah-susah gampang. Tapi yang


penting, pada saat makan, jangan sampai terdengar suara berisik dari
sumpit yang beradu dengan mangkuk atau piring. Karena, hal ini
menunjukkan bahwa mangkuk Anda sudah kosong.

Berikut ini tata cara memegang sumpit yang benar:

Sumpit orang China berbeda dengan sumpit orang Korea dan Jepang.
Sumpit China cenderung lebih panjang dan tebal juga terbuat dari kayu-
kayuan. Hal ini tidak lepas dari budaya makan bersama orang China,
banyaknya piring di meja membuat mereka harus mengambil
makanannya sendiri. Dengan begitu, sumpit yang panjang memudahkan
mereka mengambil makanan yang terjauh.

2. Sendok Bebek

Untuk menyantap sup atau hidangan berkuah lain, orang China


biasanya menggunakan sendok bebek yang biasanya terbuat dari
porselen. Sendok bebek biasanya diletakkan diatas piring alas mangkuk
sup. Selain itu, ada sebuah sendok bebek lagi yang diletakkan di atas
meja. Sendok ini biasa digunakan untuk meletakkan sisa-sisa duri dan
tulang saat menyantap hidangan ikan. Sendok ini bisa langsung
didekatkan ke mulut saat Anda akan membuang duri ikan

Selain itu sendok ini juga sering di gunakan sebagai alat pengaduk saos
dan yang lainnya

3. Mangkuk Sup

Tidak seperti hidangan lain, sup biasanya disajikan secara individual


dalam mangkuk sup kecil. Mangkuk biasanya diletakkan di atas sebuah
piring bundar. Untuk menyantapnya, menggunakan sendok bebek.

4. Mangkuk Nasi

Dalam jamuan makan ala Cina yang semua hidangannya disajikan di


tengah meja, biasanya setiap tamu akan disajikan semangkuk nasi putih
yang diletakkan di sebelah kiri atas piring makan. Mangkuk nasi
bentuknya mirip mangkuk sup, tapi ukurannya lebih kecil.
Sama dengan di Indonesia, di Cina, nasi ternyata sama pentingnya.
Bahkan ada istilah yang mengatakan “A meal without rice is like a
beautiful girl with only one eye.”
Bagi bangsa Cina, nasi merupakan simbol kehidupan dan kesuburan.

Saat menyantap nasi, tangan kanan memegang sumpit dan tangan kiri
memegang mangkuk nasi yang dibawa mendekati mulut. Sebaiknya,
jangan menyisakan sebutir nasi pun dalam mangkuk, karena konon jika
Anda melakukannya, Anda akan mendapatkan pasangan istri/suami
yang jelek.

Bentuk dan ukuran mangkuk nasi tradisional Tiongkok tidak berubah


selama berabad-abad.Untuk memegang mangkuk,letakkan ibu jari anda
ditepi atas dan empat jari ditepi bawah.Seandainya itu diadakan dekat
gunung,dan beras dengan hati-hati didorong dengan sumpit

5. Cawan Teh

Teh tak kalah penting dalam jamuan makan Cina. Fungsinya sama
dengan segelas air putih yang biasa disajikan pada jamuan makan Barat.
Sambil menyantap hidangan, masing-masing tamu disajikan secawan
teh hangat yang diletakkan di sebelah kanan atas dari piring makan.

Ada beberapa jenis teh yang biasa digunakan, seperti oolong tea,
jasmine tea, atau crysntium tea. Umumnya teh disajikan tawar tanpa
penambahan pemanis. Teh disajikan untuk melunturkan cita rasa yang
tertinggal di mulut, seperti lemak, sehingga Anda siap menyantap dan
menikmati hidangan selanjutnya.

Saat hendak menyeruput secangkir teh, pegang piring alas cangkir


dengan tangan kiri sementara tangan kanan memegang cangkir. Bawa
keduanya beriringan mendekati mulut.

6. Tempat Saus

Tempat saus berisi kecap asin akan selalu tersedia di atas meja.
Fungsinya sebagai pelengkap atau saus pencelup. Tak perlu ragu untuk
langsung mencelupkan potongan makanan Anda, karena saus tersebut
disajikan untuk masing-masing tamu.

Tempat saus ini dibuat dalam berbagai ukuran dan bentuk,beberapa


terkotak sehingga mereka dapat berisi beberapa item seperti kecap,jahe
parut,saus cabai,irisan cabai,mustard atau cuka.

7. Dinner Plate
Orang Cina tidak menghidangkan nasi diatas piring kecuali dihidangkan
untuk orang barat yang tidak terbiasa makan nasi dari mangkuk.Piring
seperti inidigunakan hanya ketika satu hidangan disajikan misalnya,mie
goreng.Namun piring tersebut biasanya digunakan di Asia Tenggara dan
India.

8. Chopsticks Rest

Istirahat sumpit porselen membantu menjaga ujung sumpit makanan


dari taplak meja. Versi yang didekorasi dengan indah adalah salah satu
sentuhan formal pada jamuan makan.

9. Teapot atau Poci

Teh adalah iringan favorit untuk makanan di restoran Cina,meskipun


bertentangan dengan kepercayaan popular,teh jarang disajikan dengan
makanan di rumah-rumah Cina.Teh diletakkan di dalam panci dan air
panas ditambahkan berulang kali sesuai kebutuhan. Bentuk teko
tradisoinal cina adalah bulat dan jongkok,meskipun mereka mengambil
bentuk lain ketika fashion berubah.
10. Serbet dan Lap Tangan

Pada jamuan makan Cina yang diadakan di resto Cina, biasanya


disediakan serbet dan lap basah yang digunakan untuk membersihkan
tangan dari kotoran yang melekat sebelum Anda bersantap.

China merupakan sebuah Negara yang kaya dengan sejarah ritual dan tata
cara.Sebagai Negara dengan penduduk yang gemar makan,tata cara makan menjadi
ciri khas budaya yang dijunjung tinggi di china,bahkan tata cara makan di china
diyakini sudah mulai sejak Dinasti Zhou (1045-256 SM).

Ada bermacam-macam tata cara makan di china tergantung jenis


jamuannya,namun ada beberapa aturan umum yang berlaku sama untuk semua
jenis jamuan.Meja makan berbentuk lingkaran lebih umum digunakan di china dari
pada meja makan berbentuk segi empat agar para anggota jamuan dapat duduk
saling berhadapan sehingga tambah keakraban.Meja makan yang digunakan
umumnya memiliki lapisan kaca atau kayu berbentuk lingkaran yang bisa diputar
diatasnya untuk meletakkan hidangan yang disajikan dalam jamuan.

Urutan duduk sangat diperhatikan dalam tata cara makan di china.The seat of honor
atau tempat duduk kehormatan diperuntukkan bagi tuan rumah atau undangan
dengan status tertinggi,tempatnya dibagian tengah menghadap ketimur atau pintu
masuk.Semakin tinggi status seorang tamu,duduknya semakin dekat dengan tuan
rumah.

Dalam perjamuan keluarga,misalnya,posisi tuan rumah ditempati oleh ayah dari


suami.Jika ayah dari suami tidak ada maka yang boleh duduk dikursi tuan rumah
adalah ayah dari istri.Selanjutnya,suami menempati posisi tamu kehormatan dan
istri menempati tempat disebelah kanan suami.Jika ayah dari suami atau istri tidak
ada,posisi tuan rumah bisa digantikan oleh suami dan posisi tamu kehormatan
ditempati oleh ibu dari suami.Anggota kelaurga yang lain menempati tempat duduk
yang tersisa.

Aturan yang sama berlaku untuk jamuan bisnis atau jamuan lain yang sifatnya
profesional. Pejabat tertinggi dari perusahaan yang mengundang menempati kursi
tuan rumah sedangkan kursi tamu kehormatan, ditempati oleh pejabat tertinggi dari
perusahaan yang diundang. Kursi-kursi lain ditempati oleh karyawan atau
undangan yang jabatannya di bawah kedua orang yang duduk di kursi tuan rumah
atau kursi tamu kehormatan. Pihak tuan rumah umumnya duduk di sebelah kanan
tamu karena mereka harus melayani tamu seperti ketika tamu membutuhkan
bantuan menuang teh atau memanggil pelayan. Tamu baru boleh duduk setelah
dipersilakan oleh tuan rumah. Begitu pula untuk memulai makan. Tamu undangan
baru boleh makan setelah semua undangan duduk dan dipersilakan menikmati
hidangan oleh tuan rumah.

Dalam tata cara makan di China, selalu disediakan satu set alat makan yang terdiri
dari sebuah gelas kecil, sebuah mangkuk untuk sup atau nasi, dan tentu saja sumpit
dan sendok. Selain sup, semua makanan yang disajikan harus dimakan
menggunakan sumpit. Menggunakan sumpit saat makan ini juga ada tata caranya
tersendiri. Memutar-mutar sumpit, menjilati sumpit, membalik makanan dengan
sumpit, memberi isyarat atau mengarahkan sumpit pada orang lain adalah beberapa
hal yang pantang dilakukan saat jamuan. Menempelkan sumpit di tengah nasi juga
sangat dilarang karena diyakini dapat mengundang kesialan.

Saat mengambil makanan dari meja sebaiknya ambil makanan yang paling dekat
atau yang ada di depan kalian daripada makanan yang jauh atau berada di depan
orang lain. Usahakan makan dengan tenang dan tidak tergesa-gesa, serta hindari
kegiatan-kegiatan lain yang mungkin dilakukan ketika makan seperti menonton
televisi atau menggunakan telephone genggam.
Makan malam formal di China selalu disertai teh atau bir.Orang yang duduk paling
dekat dengan teko atau botol anggur harus menuangkannya untuk para tamu dari
tamu dengan status tertinggi ke tamu dengan status lebih rendah. Ketika semua
gelas sudah terisi, tuan rumah akan mengajak para tamunya bersulang. Jika kalian
tidak minum bir atau anggur, lakukan gesture menempelkan gelas dengan bibir
untuk menghormati orang yang mengajak bersulang.

Jika kalian menghadiri jamuan makan ala China, sebaiknya sisakan sedikit
hidangan yang disajikan, karena menghabiskan hidangan sampai bersih akan
memebri kesan bahwa tuan rumah tidak menyediakan jamuan makan yang baik dan
makanan yang tidak mencukupi bagi tamunya. Jamuan makan berakhir ketika tuan
rumah meninggalkan meja makan diikuti oleh tamu yang lain.
Ada tiga hal yang harus kita ingat dalam kulinari china,yaitu:
1. Alat makan
seperti halnya dijepang dan korea,sumpit di china juga terbuat dari berbagai
macam material.Yang paling umum terbuat dari bambu,batang
kayumplastik atau metal (stainless stell,perak,dan emas)Panjang sumpit di
Korea 20cm,Jepang 22cm,sementara di China bisa mencapai 26cm. Ukuran
ini berbeda-beda karena jenis makanan dan kegunaannya juga berbeda.
Selain sumpit, biasanya disediakan juga sendok untuk makanan berkuah,
gelas kecil untuk minum teh, mangkok kecil untuk sup atau nasi, dan piring
untuk lauk pauk, yang kebanyakan alat-alat ini terbuat dari bahan keramik.
Biasanya dalam meja makan, disediakan teko yang berisi air teh
panas.Tidak seperti di Indonesia, teh standar di China-Jepang-Korea selalu
disajikan tanpa gula alias tawar.
Sebelum kita menggunakan alat makan, tuang teh ke dalam alat
makan.Kemudian kita basuh seluruh alat makan dengan air teh ini.Tuang
air teh yang telah digunakan untuk membasuh alat makan, ke dalam
baskom yang disediakan.Setelah itu baru kita bisa menggunakan alat
makan.
2. Penggunaan sumpit
 Sumpit harus selalu dipegang dengan benar, yaitu antara ibu jari dan dua
jari pertama pada tangan kanan.

 Bila tidak digunakan, sumpit harus selalu diletakkan rapi di atas meja
dengan dua tongkat berbaring rapi bersebelahan di kedua ujungnya.
(Kesalahan dalam melakukannya akan di ibaratkan seperti kesalahan
penempatan orang kedalam peti mati sebelum pemakaman dan merupakan
kecerobohan besar).
 Sumpit secara tradisional dipegang dengan tangan kanan saja, bahkan untuk
orang kidal sekalipun. Meskipun sumpit sekarang dapat digunakan di
tangan kanan dan kiri, beberapa orang masih menganggap menggunakan
sumpit secara kidal adalah etiket yang tidak baik. Satu penjelasan rasional
untuk hal ini “tidak tepat” (Sumpit Kidal) adalah ketika diadakan
perjamuan dalam batas meja bundar yang mungkin akan merepotkan /
mengganggu prosesi makan.                                                      
 Jangan arahkan sumpit pada orang lain. Hal ini dianggap menghina orang
dan merupakan kecerobohan besar.
 Janganlah menggoyang-goyangkan sumpit anda karena hal itu dianggap
seolah-olah mereka (sumpit) adalah perpanjangan dari gerakan tangan Anda
(berkepribadian buruk).
 Janganlah memukul-mukulkan sumpit seperti stik drum. Hal ini dapat
dianalogikan seperti mengatakan kepada orang lain di meja, bilamana  anda
adalah seorang pengemis.
 Jangan menggunakan sumpit untuk memindahkan mangkuk atau piring.
 Jangan pernah mengisap/menjilati sumpit.
 Putuskan makanan apa yang hendak diambil sebelum mencapainya dengan
sumpit, jangan melayang-layangkan sumpit diatas makanan atau
mengaduk-aduk piring
 Untuk menaruh sumpit di meja, mereka dapat diletakan horizontal di piring
atau mangkuk ; ataupun tempat sumpit (umum ditemukan di restoran) juga
bisa digunakan.

 yang digunakan di kuil untuk memberikan penghormatan kepada


Almarhum / Dewa. Ini dianggap kecerobohan yang fatal di meja makan.
Ketika mengambil sepotong makanan, jangan pernah menggunakan ujung
sumpit Anda untuk menembus/menusuk makanan seperti garpu;
pengecualian termasuk merobek item besar seperti sayuran. Dalam hal yang
lebih informal, item kecil atau yang lebih sulit untuk diambil seperti tomat
ceri atau mungkin baso boleh ditusuk, tapi hal ini lebih sering dilakukan
oleh orang yang tradisional.
 Jangan menusuk sumpit secara vertikal ke dalam mangkuk nasi, karena hal
ini di analogikan menyerupai dupa

3. Sumpit untuk hidangan lauk(porsi non personal)


 Bila ada / disediakan sumpit untuk Lauk, akan dianggap tidak sopan jika
anda menggunakan sumpit anda sendiri untuk mengambil makanan dari
piring bersama, atau makan dengan menggunakan sumpit untuk Lauk
tersebut.        

Cara yang benar Cara yang salah


 Suatu hal yang tidak sopan jika menggunakan ujung yang tumpul dari
sumpit sendiri untuk mentransfer makanan dari piring bersama ke piring
sendiri atau mangkuk, gunakanlah sumpit untuk Lauk sebagai gantinya.
 Ketika sumpit untuk Lauk tidak tersedia, akan dianggap sopan (dan juga
untuk kebersihan) jika menggunakan ujung tumpul sumpit milik sendiri
untuk melayani tamu / orang lain dengan mentransfer makanan dari piring
lauk untuk kepiring atau mangkuk nasi / saji tamu
4. Peralatan lainnya.
 Jika sup mie disajikan, terdapat banyak cara yang lebih elegan untuk
memakannya dengan memenjuput mie dengan sendok saat pengambilan
pertama, dan makan dari sendok, daripada menghirup langsung dari
mangkuk ke dalam mulut dengan menggunakan
sumpit.                                                                                             
 Orang China tradisional makan nasi dari sebuah mangkuk kecil yang
dipegang di tangan kiri, namun tidak berarti ini etiket baik. Hal ini diyakini
ini adalah cara kebanyakan orang makan tetapi tidak sama sekali indikasi
tentang bagaimana hal itu harus dilakukan (Kebiasaan semata, bukan berarti
baik). Mangkuk nasi diangkat ke mulut dan nasi disuap dengan didorong ke
dalam mulut dengan menggunakan sumpit. Beberapa orang China merasa
tersinggung / kurang tepat bila memakan nasi dari mangkuk dengan
menggunakan sendok. Jika nasi disajikan di piring, seperti yang lebih
umum di Barat, hal ini lebih diterima / disukai dan lebih praktis untuk
makan dengan garpu atau sendok. Posisi tangan harus selalu berada di atas
tepi mangkuk.
5. Makan dari piring untuk Hidangan Lauk (Porsi Non Personal)
 Pilih makanan di hidangan yang ada di bagian atas dan terdekat dari pirinng
/  mangkuk nasi anda dalam jarak jauh. Jangan menelesuri piring atau
memilih makanan dari sisi yang jauh untuk makanan favorit anda, Keculi
meminta di tuangkan oleh yang terdekat.
 Secara umum, Gaya orang China lebih konservatif untuk kebiasaaan
memilih lebih dari satu atau dua gigitan makanan (mengunyah) dalam
mangkuk atau piring saji, seolah-olah anda sedang makan dengan cara
Barat. Mayoritas orang China telah mengetahui cara terbaik untuk makan
untuk mengindari penularan penyakit, sebelum kebudayaan makan Barat di
perkenalkan.
 Jika penyajian dengan 2 buah mangkuk - terpisah dari mangkuk nasi dan
pelat makan disediakan, jangan pernah untuk menempatkan setiap lauk
yang akan dimakan ke atas piring saji (Masukan lauk ke nasi). Aturan ini
mungkin terasa lebih santai untuk orang asing.
 Jika piring yang tebal, tariklah mangkuk lauk dekat piring saji untuk
mengurangi jarak sumpit ketika menjuput makanan. Catatan Mencurahkan
banyak saus di atas meja adalah kecerobohan besar.
 Setelah Anda telah memilih sebuah item makanan / mengambil lauk)
jangan pernah untuk dimasukkan kembali ke dalam piring. Langsung
dimakan saja karena lebih beretiket.

6. Senioritas dan tamu di meja


 Orang tua atau tamu kehormatan biasanya yang pertama untuk memulai
acara makan / perjamuan.
 Si bungsu atau paling senior mungkin melayani tertua atau paling senior
pertama, sebagai bagian dari nilai Konfusianisme menghormati senior.
 Orang yang paling muda dari semua orang di meja makan biasanya akan
memberikan isyarat sebelum acara makan dimulai. Dengan ekspesi yang
menyenangakan dia berkata “Mari Kita Makan Nasi” sebagai isyarat untuk
membantu diri mereka sendiri / tidak yang meminta bantuan penyajian
makanan kepada yang termuda.
 Makanan yang terbaik di piring harus diserahkan kepada, anak-anak tua,
atau tamu kehormatan, bahkan jika mereka adalah salah satu favorit.
(Bentuk penghargaan)
 Kehadiran orang tertua, atau tamu kehormatan, diberi tempat duduk
menghadap pintu.
 Ketika Nyoya rumah mengatakan bilamana makanan (hidangannnya) itu
tidak cukup enak rasanya, maka para tamu harus untuk tidak setuju (Protes).
Dan mengatakan kepadanya bila hidangan nya tersebut itu adalah salah satu
makanan terbaik / terenak mereka yang pernah mencicipi (Berbasa-basi
demi menjaga hubungan dan penghormatan).

7. Minuman
 Tuan rumah harus selalu memastikan bahwa cangkir setiap orang tidak
dalam keadaan kosong teralu lama. Seseorang tidak harus menuangkan
untuk diri sendiri, tetapi jika orang yang haus pertama kali haruslah
menawarkan untuk menuangkannya bagi orang disebelah kanan dan kiri
kita.

 Dan ketika minuman anda sedang dituangkan, anda harus mengucapkan


"terima kasih", dan / atau tekan telunjuk dan jari tengah di atas meja untuk
menunjukkan apresiasi, terutama ketika Anda berada di Selatan China,
misalnya Provinsi Guangdong. Tindakan ini dilakuakan sembari
menundukkan kepala Anda. (Biasanya menggugah orang yang di hormati
tersebut).
 Ketika orang-orang ingin men-dentingkan / bersulang (ber-toast) minuman
bersama-sama dalam bentuk bersorak, penting untuk mengamati bahwa
para anggota yang lebih muda harus ikut bersulang dengan mendetingkan
tepi atas gelas mereka dengan tepi tepi bawah gelas yang lebih tua / senior
untuk menunjukkan rasa hormat mereka.

Saling memberi salut


 Minuman Beralkohol, biasa disebut Baijiu, sering dihidangkan sepanjang
makan, dan itu merupakan kebiasaan penyajian bagi para tamu oleh Nyonya
/ Tuan rumah dengan bersikeras (secara halus)kepada tamu untuk minum
bersama yang di berarti "menunjukkan / ajakan persahabatan." Jika para
tamu memilih untuk tidak minum, mereka mungkin mengatakan, "Saya
tidak dapat minum, tapi terima kasih." [Dalam bahasa Mandarin: "Wo bu
neng ia Jiu, xie xie"]
 Tuan rumah mungkin terus bersikeras menyuguhkan minuman kepada
tamunya, dan para tamu juga senantiasa menolak ajakan tuan rumah
tersebut untuk "tidak" meminumnya. Desakan tuan rumah tersebut
dimaksudkan untuk menunjukkan kemurahan hatinya (Indikasi untuk lebih
mengakrabkan hubungan). Oleh karena itu, penolakan oleh para tamu harus
dibuat dengan kesopanan sepenuhnya. Perlu diperhatikan : Jika Minuman
alkohol yang disajikan sudah tersedia di atas meja, para tamu diharapkan
[jika tidak dipaksa] untuk turut minum wlau hanya segelas bersama-sama
dengan para tamu /  orang lainnya dalam perjamuan di meja tersebut, dan
mungkin juga di meja lainnya ketika para tamu masih ada / belum
meninggalkan lokasi.

8. Merokok
 Merokok di China sangat lazim, terutama di kalangan laki-laki. Selama
makan, tuan rumah kadang-kadang akan membagikan rokok kepada semua
orang di sekitar meja. Jika tamu memilih untuk tidak merokok, maka ia /
dia (Tamu) harus dengan sopan dapat menolaknya. Dalam bahasa
Mandarin, dengan mengatakan, “Wo bu chou yan, xie xie”.

9. Perjamuan berbisnis
 Selama Perjamuan Bisnis, perihal terbaik adalah untuk tidak makan sampai
pada titik kejenuhan (Kekenyangan), karena tujuan sebenarnya dari
pertemuan tersebut adalah interaksi bisnis dan bukan menikamati
perjamuan makanan (euporia).

10. Lain-lain
 Di masa lalu, beberapa orang cenderung untuk duduk dengan jarak minimal
1 meter (3 chi), dengan orang di sebelahnya dalam 1 meja makan. Sehingga
mereka tidak akan beradu siku / bergesekan dengan tamu lainnya pada saat
menikamati hidangan (Harfiah). Saat ini, praktik ini jarang diamati.
Posisi / jarak saling renggang
 Ketika memakan makanan yang mengandung tulang-tulangan, biasanya
sisa tulangnya akan dibuang (di lolohkan) ke meja di samping kiri piring
orang yang memakannya. Meludah (lolohkan) tulang ke lantai ini hampir
tidak pernah diterima.
 Bersendawa, memukul-mukul / bercengkrama, dan mambaui hidangan
(menghirup aroma) adalah hal yang dianggap wajar.
 Bersendawa, memukul-mukul / bercengkrama, dan mambaui hidangan
(menghirup aroma) adalah hal yang dianggap wajar.

Suasana ramai dinperjamuan makan adalah biasa bagi masyarakat China


 Panggilan dalam memanggil pelayan di restoran cenderung agak "kasar,"
(Teriakan) dimana pelayan / pramusaji seringkali di sarankan / di minta
oleh pengunjung untuk  yang berarti "cepat." / (Kuai Dian).
 Berbicara dengan mulut penuh sambil makan dengan posisi tangan masih
mencari makanan di atas meja, walaupun hanya berdua saja (makan biasa /
bukan perjamuan) adalah hal yang sangat sangat umum. Dan mencicipi
makanan camilan dari piring / wadah saji yang sama dengan tamu adalah
juga lumrah adanya.

d. Hidangan Khusus
1. Kepiting
Khusus untuk menyantap kepiting, diperlukan satu alat bantu khusus.
Bentuknya mirip tang, hanya lebih kecil dan runcing ujungnya.
Gunanya untuk memecahkan kulit/cangkang kepiting. Cara
menggunakannya, jepitkan kebagian yang hendak diambil dagingnya,
jepit hingga kulit/cangkangnya pecah. Setelah itu, jangan ragu untuk
menggunakan kedua tangan Anda untuk membantu mengambil daging
kepiting yang tersembunyi di balik kulit. Untuk sajian yang satu ini,
biasanya juga disediakan satu wadah khusus untuk mencuci tangan.

2. Mie
Hidangan mi juga merupakan hidangan yang tak kalah populer dalam
dunia kuliner Cina. Seperti hidangan yang lain, mi disantap dengan
menggunakan sumpit.

3. Dim Sum
Dulu, dim sum biasa dihidangkan sambil minum teh pada hari libur saat
semua keluarga berkumpul. Disajikan dalam berbagai variasi bentuk
dan rasa di dalam keranjang bambu. Cara makannya? Tetap dengan
bantuan sumpit.
4. Steak
Jangan kaget jika di meja Anda tiba-tiba disediakan garpu dan pisau.
Seperti telah dijelaskan, pengaruh internasional mulai menyusup ke
dalam tradisi Cina, termasuk dalam hidangan yang disajikan. Hidangan
steak misalnya, tidak perlu ragu untuk menggunakan pisau dan garpu
sebagai alat bantu. Aturannya? Sama dengan aturan internasional.
B. Jepang Service

Telah diwariskan dari para leluhur di tempat masing- masing. Secara global tata
cata menyantap hidangan terbagi menjadi 2 kebudayaan besar yaitu timur dan
barat. Namun pada kenyataannya tata cara tersebut berbeda- beda di setiap
daerah timur dan barat, dan ada tata cara yang masih primitif dan masih banyak
tata cara menghidangkan / menyantap makanan yang tidak lazim.
Masyarakat Jepang mempunyai Budaya makan atau pola makan yang masih
sangat dijaga oleh masyarakat Jepang sampai dengan sekarang ini. Disetiap
daerah, memiliki ciri khas masing-masing. Mulai dari bumbu-bumbu, bahan-
bahan masakan, peralatan hingga tata cara dan kebiasaan makan yang sangat
dipertahankan oleh masyarakat Jepang. Di Jepang, pada musim-musim tertentu
juga memiliki budaya atau tradisi yang sering dilakukan saat makan. Misalnya,
pada musim semi biasanya orang-orang Jepang akan pergi bersama keluarga
dan teman untuk menikmati makanan atau minum sake sambil melihat bunga
sakura yang mekar pada musim semi.

a. Jenis-jenis Peralatan Makan dan Cara Makan


Dalam kegiatan makan juga ada etika yang harus diikuti, termasuk etika dalam
menggunakan peralatan makan. Peralatan makan jepang yang menjadi ciri khasnya
adalah sumpit. Meskipun rata-rata negera di Asia Timur menggunakan sumpit
sebagai peralatan makannya, di Jepang penggunaan sumpit memiliki tata cara
tersendiri. Selain sumpit, ada beberapa peralatan lain yang menjadi peralatan dasar
ketika menyantap makanan khas Jepang.
Berikut beberapa peralatan makan yang digunakan oleh masyarakat Jepang, yaitu

1. Sumpit (Hashi)

Dalam jamuan makan Cina, sumpit atau dalam bahasa Jepang disebut “Hashi”,
merupakan alat makan utama seperti sendok, garpu, dan pisau dalam hidangan
Barat. Perbedaan sumpit Cina dengan Sumpit Jepang adalah sumpit Jepang
ujungnya cenderung lebih tajam dan mengecil, sedangkan sumpit Cina
ujungnya lebih tebal dan persegi. Di rumah keluarga Jepang setiap anggota
rumah memiliki peralatan makannya sendiri-sendiri. Sumpit yang digunakan
bisa terbuat dari kayu, bambu atau sumpit yang sekali pakai. Sumpit terdiri dari
berbagai macam dan kegunaanya, yaitu :
 Nuribashi : Sumpit yang digunakan untuk makan sehari-hari.
 Toribashi : Sumpit yang digunakan untuk megambil makanan di piring
yang sudah disajikan.
 Waribashi : Sumpit yang mudah dibuang dan biasanya digunakan oleh
tamu atau yang digunakan di restoran.
 Saibashi : Sumpit panjang untuk memasak
 Iwaibashi : Sumpit yang digunakan ketika ada perayaan.
Bentuk sumpit ini berbeda dengan kebanyakan karena pada kedua ujungnya
sumpit ini samasama runcing.
Berikut adalah cara menggunakan sumpit yang baik dan benar:
1. Pertama-tama, peganglah 1 batang sumpit seperti Anda memegang
pensil atau pena. Pegang di bagian pangkal sehingga ujung sumpit
berada memanjang ke bagian luar.
2. Selanjutnya, sumpit ke-2 diselipkan melalui celah antara sumpit
pertama dan bagian pangkal ibu jari.
3. Bagian atas sumpit berada di antara jari telunjuk dan jari tengah, bagian
bawahnya ditahan dengan pangkal ibu jari dan jari manis.
Bagian bawah ditahan agar tidak bergeser, sedangkan bagian atasnya
diselipkan saja agar mudah bergerak

2. Alas Sumpit (Hashioki)


Alas sumpit atau biasa disebut hashioki adalah alas yang diletakkan di ujung
sumpit bagian yang meruncing. Meletakkan sumpit melintang di atas peralatan
makan seperti misalnya mangkuk nasi dianggap tidak sopan dalam etiket makan
Jepang. Untuk itu biasanya disediakan juga hashioki sebagai alas untuk meletakkan
sumpit ketika sedang makan. Hashioki umumnya terbuat dari kayu atau keramik
dan hadir dalam berbagai bentuk.
3. Mangkuk (chawan)
Selain untuk hidangan yang disajikan perorangan seperti miso sup, mangkuk
juga digunakan untuk nasi hangat yang selalu tersaji dan diletakkan disebelah
kanan. Tata cara penggunaan mangkuk dan sikap tubuh seseorang saat
menyantap hidangan yang disajikan dalam mangkuk atau cawan dapat
dibedakan menurut jenis makanan dan minumannya.
Ada tiga jenis cawan menurut penggunaannya, yaitu:
 Meshiawan: Mangkuk untuk nasi ini disebut meshiwan dan memiliki
diameter sekitar 12 cm untuk orang dewasa. Meshiwan yang digunakan
perempuan biasanya lebih kecil dibandingkan meshiwan untuk laki-laki.
Ukurannya yang kecil membuat mangkuk nasi cukup ringan untuk
diangkat dengan satu tangan dan meshiwan umumnya terbuat dari
keramik.
 Shiruwan: Di restoran-restoran Jepang, jika Anda memesan menu set
masakan Jepang biasanya Anda akan mendapatkan semangkuk kecil
sup miso juga. Mangkuk untuk wadah sup ini disebut dengan shiruwan.
Shiruwan terbuat dari bahan keramik atau kayu.
 Kobachi: Kobachi terdiri dari dua kata “ko” yang artinya “kecil” dan
“hachi” yang artinya “mangkuk”. Kobachi biasa digunakan sebagai
wadah sayursayuran, seperti sayur tumis, acar, salada, dan lain-lain.
Kobachi biasanya berbentuk dalam aneka bentuk dan corak yang indah.
Universita
4. Piring (osara)

Piring atau osara yang digunakan di Jepang sama seperti piring-piring yang
digunakan di Indonesia. Orang Jepang menggunakan piring ntuk
menghidangkan makanan-makanan seperti nasi kari, chahan, dan makanan lain
yang tidak berkuah. Umumnya berbentuk bulat, tapi ada pula yang berbentuk
lonjong, atau bahkan kotak. Selain osara, ada juga piring kecil yang biasa
disebut Mamezara. Mamezara adalah piring mini yang berukuran sebesar
telapak tangan dengan ukuran di bawah 10 cm. Mamezara bisa digunakan
untuk menaruh lauk-pauk, saus, kecap asin, atau bumbu-bumbu lainnya.
Bentuk dan motif mamezara bermacam-macam, membuatnya menjadi unsur
yang menambah keindahan penyajian makanan Jepang
5. Yakimono-zara

Alat makan ini adalah piring datar yang digunakan untuk menyajikan makanan
panggang. Ada beragam ukuran Yakimono-zara, dan biasanya berbentuk
persegi panjang.

6. Chuzara dan Kozara

Satu set alat makan ini digunakan untuk menyantap makanan seperti Sashimi.
Chuzara memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan Kozara.
7. Kobachi

Alat makan ini berupa mangkuk kecil yang digunakan untuk meletakkan
Sunomono, cuka atau Chimmi, hidangan khusus.

8. Donburi-bachi

Alat makan ini berupa mangkuk besar, yang digunakan untuk menyajikan Soba
atau Udon. Namun, terkadang mangkuk ini juga digunakan untuk hidangan
seperti Donburimono, olahan nasi.

9. Nimono-wan

Alat makan berupa mangkuk dengan bermulut lebar ini, biasanya digunakan
untuk menyantap hidangan yang direbus.

10. Yunomi-jawan
Kurang lengkap rasanya menyantap hidangan Jepang tanpa minum segelas teh
hijau. Untuk menikmati teh hijau, digunakan Yunomi-jawan, cangkir untuk teh
hijau. Cangkir ini memiliki beragam ukuran, tergantung kesempatan
penggunaan cangkir, dalam acara formal atau non formal.

b. Etika Makan di Jepang


Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara restoran-restoran yang
ada di Jepang dengan restoran-restoran Jepang yang ada di Indonesia. Restoran-
restoran tersebut menyediakan aneka menu yang disukai oleh masyarakat setempat
dan juga kalangan turis asing yang datang berkunjung. Sebagian besar restoran di
Jepang sudah banyak menggunakan gaya barat yaitu dengan kursi dan meja, namun
meja rendah dimana pelanggan duduk di atas bantal di atas tatami sudah umum
ditemukan di restoran-restoran tradisional Jepang. Untuk tema restoran yang
menggunakan tatami di restoran tersebut, memiliki peraturan yang harus dilakukan
yaitu melepas alas kaki di depan pintu atau sebelum duduk di bantal. Etika makan
sendiri memiliki manfaat guna meningkatkan rasa percaya diri. Dengan
mengetahui jabaran umum tentang etika makan di meja makan, maka tidak perlu
lagi merasa canggung saat makan bersama orang asing. Hal ini sangat penting
karena rasa canggung dapat timbul karena tidak terbiasa dengan etika makan
seperti itu. Sehingga, memperlajari etika makan ini memiliki manfaatnya yang
banyak dalam kehidupan sehari-hari. Etika orang Jepang menekankan pada sikap
sopan santun di antara para anggota suatu kelompok tertentu. Memperlihatkan rasa
terima kasih pada hal-hal yang kecil adalah suatu hal yang sangat umum di Jepang.
Oleh sebab itu, sangatlah penting bila kita mengutamakan etika dalam
bermasyarakat terutama dalam masyarakat Jepang.
Ketika berada di restoran bertemakan tradisional seperti restoran yang
menggunakan tatami, ada beberapa peraturan tersendiri ketika mengunjunginya.
Berikut etika dalam jamuan makan di restoran tradisional khas Jepang, yaitu:
1. Etika ketika duduk di restoran yang menggunakan tatami adalah duduk di atas
zabuton. Zabuton adalah alas duduk khusus ketika duduk di atas tatami.
2. Sebelum duduk di zabuton, sebaiknya mendahulukan orang yang diundang atau
orang yang lebih dihormati.
3. Dalam jamuan makan, ketika kita di undangan oleh siapapun sebaiknya kita tidak
memesan makanan atau minuman karena akan menyinggung pihak yang
mengundang. Hal itu dianggap tidak menghargai pemberian dari pihak pengundang
karena semua hal telah diatur oleh pihak pengundang.
4. Ketika akan memakan makanan yang telah disediakan, sebaiknya mengucapkan
“itadakimasu” yang bisa diartikan secara harfiah adalah “selamat makan”
5. Sebelum minum dari gelas sendiri, sebaiknya melakukan Kanpai guna menghormati
rekan yang lain.

6. Memberikan makanan dengan sumpit kepada orang lain kemudian orang tersebut
menerimanya dengan mengambil lagi dengan sumpit

7. Ketika ingin mengambil makanan dari mangkuk utama, harus membalik sumpit.
Karena ujung sumpit yang digunakan untuk memasukkan makanan ke mulut, harus
berbeda dengan ujung sumpit yang digunakan untuk mengambil makanan.
8. Tidak boleh mengaduk-aduk makanan di dalam mangkuk. Hal ini dianggap jika kita
memainkan makanan
9. Tidak boleh memegang mangkuk nasi dan sumpit di tangan yang sama secara
bersamaan.
10. Tidak boleh meletakkan sumpit di atas mangkuk nasi ketika masi berisi makanan
walaupun sedikit.
11. Sebaiknya tidak memegang apalagi memainkan sumpit ketika berbicara saat makan.
12. Jika kita atau rekan lain menuangkan sake dengan dua tangan, maka kita juga harus
menyambut dengan memegang gelas menggunakan dua tangan pula.

13. Sumpit tidak boleh ditancapkan di atas nasi, karena posisi seperti itu merupakan
sesaji orang Jepang untuk leluhur mereka atau dewa mereka.

14. Tidak boleh menjilati sumpit


15. Tidak boleh menusuk makanan seperti kentang dan sebagainya dengan sumpit

16. Tidak boleh memutar-mutar sumpit di atas piring untuk memilih makanan dengan
sumpit.
17. Tidak boleh memasukkan makanan sampai penuh ke mulut dengan sumpit.
18. Tidak boleh mencicipi sesuatu di piring dengan sumpit.
19. Tidak boleh menghisap sup dari sumpit.
20. Tidak boleh menggerakkan piring ke dekat anda dengan sumpit.

c. Tata Cara Makan Masyarakat Jepang


Masyarakat Jepang mempunyai Budaya makan atau pola makan yang masih sangat
dijaga oleh masyarakat Jepang sampai dengan sekarang ini. Disetiap daerah,
memiliki ciri khas masing-masing. Mulai dari bumbu-bumbu, bahan-bahan
masakan, peralatan hingga tata cara dan kebiasaan makan yang sangat
dipertahankan oleh masyarakat Jepang. Di Jepang, pada musim-musim tertentu
juga memiliki budaya atau tradisi yang sering dilakukan saat makan.
Banyak restoran di Jepang menampilkan replika hidangan restoran yang terbuat
dari plastik ataupun lilin (wax) di jendela dekat pintu masuk. Replika ini berfungi
utuk menarik konsumen serta memberikan informasi kepada konsumen menu apa
saya yang ada di restoran tersebut.. Replika ini juga sangat membantu wisatawan
asing yang sama sekali tidak bias berbahasa Jepang.

Replika dari hidangan restoran menjadi informasi yang cukup untuk memesan
makanan, tetapi tidak dengan tata cara makan yang baik dan benar dilakukan ketika
berada di restoran. Berikut tata cara makan dalam jamuan makan di restoran
tradisional khas Jepang, yaitu:
1. Ketika memasuki restauran, harap berjalan mengikuti pelayan dengan
perlahan dan tidak tergesa-gesa.
2. Ketika akan memasuki ruangan yang menggunakan tatami, pengunjung
wajib melepaskan alas kaki tetapi masih boleh menggunakan kaos kaki dan
letakkan alas kaki di tempat yang telah disediakan. Begitu juga dengan
mantel ataupun payung.
3. Tata cara duduk ketika di atas zabuton adalah duduk di atas dua telapak
kaki yang di tekuk dengan punggung tegak lurus. Untuk wanita, kedua
tangan dipertemukan dan ditangkupkan di pangkuan. Lain halnya dengan
pria yang meletakkan telapak tangannya pada lutut.

4. Sebelum makan, biasanya disediakan handuk kecil yang digunakan untuk


mengelap tangan yang biasa dikenal dengan oshibori.
5. Pada saat makan mangkuk nasi harus diangkat, merupakan hal yang tidak
baik apabila makan nasi tidak mengangkat mangkuk tersebut dari atas meja
hanya dengan mendekatkan muka ke mangkuk nasi.
6. Ketika ingin menambah makanan sebaiknya menanyakan orang lain dengan
cara halus. Caranya adalah dengan menyuruh orang lain untuk mengambil
makanan yang kita ambil. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi tabrakan
tangan ketika akan mengambil makanan. Tabrakan tangan di atas wadah
makanan di anggap tidak sopan.
7. Sama hal seperti makanan, untuk minum sake pun sebaiknya menyuruh
atau menuangkan sake ke dalam gelas rekan kita kemudian di lanjutkan
menuangkan ke gelas sendiri.
8. Setelah selesai makan, sebaiknya mengucapkan “gochisousama deshita”
yang diartikan secara harfiah “terima kasih atas makanannya”.
9. Untuk system pembayaran, pihak pengundanglah yang akan membayar
semua biaya jamuan makan tersebut. Berbeda hal jika tidak dalam jamuan
makan. Biasanya bila pergi dengan teman, akan melakukan pembayaran
masing-masing sesuai makanan dan minuman yang telah dipesan.
Umumnya orang Jepang akan membayar harga makanannya sendiri-sendiri,
jadi total harga makanan akan dibagi rata sampai jumlah sen terkecil untuk
tiap orang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika makan atau table manners adalah aturan yang harus di terapkan saat
bersantap di meja makan. Etika makan ini pertama kali di kenalkan oleh bangsa
eropa yang merupakan aturan standar terutama saat bersantap bersama sama di
sebuah acara resmi atau acara makan bersama di keluarga besar
Jika mampu menunjukkan sopan santun di meja makan, sebenarnya secara tidak
langsungmenunjukkan kualitas pergaulan, intelektualitas dan etika pergaulan seseorang.
Etikamakan tidak dibentuk secara tiba-tiba. Kualitas etika makan harus dilakukan sejak usiaanak
dan remaja. Dengan kebiasaan sehari-hari dengan melakukan etika makan yang baikmaka
merupakan proses pembelajaran yang sangat baik. Bila etika makan dibentuksecara instan maka
akan menghasilkan kualitas etika makan yang canggung dan tidakluwes. Bila seseorang diundang
di sebuah restoran terkenal atau jamuan makan malamresmi dengan meja makan yang sudah di
setting sedemikian rupa harus mengikuti aturanetika makan yang baik.
Table manners negara Jepang dan China tentu memiliki perbedaan dan cirri khas
mereka masing masing walaupun mereka sama sama memakai sumpit dan sama-
sama berkulit putih dan bermata sipit
Sangat banyak aturan yang bias kita terapkan jika mungkin jedepannya bias
bergaul dengan orang jepang ataupun orang china atau bahkan mengunjungi kedua
negara tersebut kit sudah bisa mengaplikasikan materi aturan aturan di atas

B. Saran
“Di mana langit di junjung di situ bumi di pijak” pepatah yang berarti di mana kita
berada di sanalah kita menyatukan diri dengan budaya setempat demi menghargai
orang-orang setempat dan menambah wawasan tentang etiket pada budaya
Apa pun peraturannya sebaiknya tetap mematauhi di mana pun kita berada, agar
memiliki kehidupan yang harmonis.
Seperti table manners ala china sangat banya di sana aturan etiket makan yang
harus di perhatikan dan di taati seperti posisi duduk, penggunaan alat makan dan
sebagaimana juga dengan negara Jepang yang juga perlu di perhatikan etiket saat
makan yaitu dengan posisi duduk yang tetap dan berbagai macam aturan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/8478/140708094.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
http://ncc-indonesia.com/category/artikel/
http://ncc-indonesia.com/category/artikel/
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fid.wikipedia.org
%2Fwiki
%2FReplika_makanan&psig=AOvVaw0YQQPcqXFgeDfbssWNu2xO&ust=1631
237404838000&source=images&cd=vfe&ved=0CAsQjRxqFwoTCOjFpoPf8PICF
QAAAAAdAAAAABAD
https://travelingyuk.com/larangan-menggunakan-sumpit/264644
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fgoikuzo.com
%2Fmakna-itadakimasu%2F&psig=AOvVaw0B9xS-
pui1Xvwh7AfsFqD0&ust=1631239533721000&source=images&cd=vfe&ved=0C
AsQjRxqFwoTCPC2i_rm8PICFQAAAAAdAAAAABAD

https://www.masrafa.com/table-manner-ala-china/

Wiwoho,Ardjuno.2008.Pengetahuan Tata Hidang.Ciracas,Jakarta.

https://www.facebook.com/notes/merica/table-manner-masyarakat-china/
140068872706975/

Soekresno,2000.Manajemen Food & Beverage Service Hotel.PT Gramedia Pustaka


Utama,anggota IKAPI.Jakarta.

Japan National Tourism Organization (JNTO). 2011. Panduan Anda Ke Jepang.


Japan Endless Discovery.

Anda mungkin juga menyukai