Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

“KULINER”

NAMA: DANIAL SPARINGGANIM:


Si17200014

Dosen pengampu :
Mardi S.KOM,M.AK

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTERSTMIK
LOMBOK
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan karunia-
Nya lah kami dapat menyesaikan penulisan Makalah “USAHA KULINER” yang kami susun untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Kewirausahaan. Tak lupa shalawat dan salam semoga
tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan
seluruh umatnya.
Kami mengakui dalam makalah ini mungkin masih banyak terjadi kekurangan
sehingga hasilnya jauh dari kesempurnaan. Kami sangat berharap kepada semua pihak kiranya
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Besar harapan penulis dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi bahan
tambahan bagi penilaian guru bidang studi Kewirausahaan dan mudah-mudahan isi dari makalah
kami ini dapat di ambil manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini sehingga makalah ini terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya Kewirausahaan.
Terima Kasih
praya, 2 januari 2023

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................I


DAFTAR ISI .................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang sejarah ................................................................ 4
B. Tujuan .......................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ........................................................................ 7
D. Batasan Masalah .......................................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN

1. Membuka Usaha Kuliner ........................................................... 8

2. Macam-macam Laba.................................................................. 9

3. Menghitung Modal .................................................................. 10

4. Resiko Selama Berbisnis Kuliner ............................................ 10

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Usaha ................................ 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................ 13
B. Saran .......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan. Masakan tersebut berupa lauk
pauk, makanan (penganan), dan minuman. Karena setiap daerah memiliki cita rasa tersendiri,
“SEJARAH”
Masakan Indonesia merupakan pencerminan beragam budaya dan tradisi berasal
dari Kepulauan Nusantara yang terdiri dari sekitar 6.000 pulau dan memegang tempat penting
dalam budaya nasional Indonesia secara umum dan hampir seluruh masakan Indonesia kaya
dengan bumbu rempah-rempah seperti kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit,
kelapa, dan gula aren dengan diikuti penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan dan
tradisi-adat yang terdapat pula pengaruh melalui perdagangan yang berasal dari India, Tiongkok,
Timur Tengah, dan Eropa.
Pada dasarnya tidak ada satu bentuk tunggal “Masakan Indonesia”, tetapi lebih
kepada keanekaragaman masakan regional yang dipengaruhi secara lokal oleh Kebudayaan
Indonesia serta pengaruh asing. Sebagai contoh, beras yang diolah menjadi nasi putih, ketupat,
atau lontong (beras yang dikukus) sebagai makanan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia
namun untuk bagian timur lebih umum dipergunakan juga jagung, sagu, singkong dan ubi jalar.
Bentuk lengkap penyajiannya disebagian makanan Indonesia umumnya berupa makanan pokok
dengan lauk-pauk berupa daging, ikan atau sayur disisi piring.
Sepanjang sejarahnya, Indonesia telah terlibat dalam perdagangan dunia berkat
lokasi daan sumber daya alamnya. Teknik memasak dan bahan makanan asli Indonesia
berkembang dan kemudian dipengaruhi oleh seni kuliner India, Timur Tengah, China dan akhirnya
Eropa. Para pedagang Spanyol dan Portugis membawa berbagai bahan makanan dari Benua
Amerika jauh sebelum Belanda berhasil menguasai Indonesia. Pulau Maluku yang termahsyur
sebagai “Kepulauan Rempah-rempah”, juga menyumbangkan tanaman rempah asli Indonesia
kepada seni kulinerdunia. Seni kuliner kawasan bagian timur ndonesia mirip dengan sen memasak
Polinesia dan Melanesia.
Masakan Sumatera, sebagai contoh, seringkali menampilkan pengaruh Timur
Tengah dan India, seperti penggunaan bumbu kari pada hidangan daging dan sayurannya,
sementara masakan Jawa berkembang dari teknik memasak asli nusantara. Unsur budaya masakan
China dapat dicermati pada beberapa masakan Indonesia. Masakan seperti bakmi, bakso, dan
lumpia telah terserap dalam seni masakan Indonesia.
Beberapa jenis hidangan asli Indonesia juga kini dapat ditemukan di beberapa
negara Asia. Masakan Indonesia populer seperti sate, rendang, dan sambal juga digemari di
Malaysia dan Singapura. Bahan makanan berbahan dasar dari kedelai seperti variasi tahu dan
tempe, juga sangat populer. Tempe dianggap sebagai penemuan asli Jawa, adaptasi lokal dari
fermentasi kedelai. Jenis lainnya dari makanan fermentasi kedelai adalah oncom, mirip dengan
tempe tapi menggunakan jenis jamur yang berbeda, oncom sangat populer di Jawa Barat.
Indonesia umumnya dimakan dengan menggunakan kombinasi alat makan
sendok pada tangan kanan dan garpu pada tangan kiri, meskipun demikian di berbagai tempat
(seperti Jawa Barat dan Sumatra Barat) juga lazim didapati makan langsung dengan tangan
telanjang. Di restoran atau rumah tangga tertentu lazim menggunakan tangan untuk makan, seperti
restoran seafood, restoran tradisional Sunda dan Padang, atau warung tenda Pecel Lele dan Ayam
Goreng khas Jawa Timur. Tempat seperti ini biasanya juga menyajikan kobokan, semangkuk air
kran dengan irisan jeruk nipis agar memberikan aroma segar. Semangkuk air ini janganlah
diminum; hanya digunakan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan
menggunakan tangan telanjang. Menggunakan sumpit untuk makan lazim ditemui di restoran yang
menyajikan masakan China yang telah teradaptasi kedalam masakan Indonesia seperti bakmie atau
mie ayam dengan pangsit, mie goreng, dan kwetiau goreng (mi pipih goreng, mirip char kway
teow).

“Perkembangan”
Dalam perkembangan kuliner di Nusantara, terdapat empat kekuatan besar yang
mempengaruhi keragaman kuliner di nusantara India, Tiongkok, Arab dan Eropa. Berawal dari
kerajaan-kerajaan di kepulauan nusantara yang kosmopolit, menjalin hubungan dagang dengan
para pedagang dari berbagai penjuru dunia. Bersamaan dengan perkembangan transportasi dan
jalur perdagangan laut, simpul-simpul perdagangan di nusantara mulai berkembang, misalnya
saja Sriwijaya, Samudra Pasai, Melayu, Singasari, Majapahit, Mataram, Gowa-Tallo hingga
Demak Bintoro. Hubungan erat kerajaan di nusantara dengan para pedagang dari India, Tiongkok,
dan Arab memberikan pengaruh besar pada teknik memasak dan makanan di Nusantara.
Teknik memasak dan keragaman kuliner nusantara terus berkembang seiring
datangnya para penjelajah dari Spanyol dan Portugis ke kepulauan Maluku dalam misi mencari
rempah-rempah. Cengkeh dan pala menjadi primadona bangsa eropa pada saat itu, menjadi alasan
utama mereka mengarungi samudra hingga ke Indonesia. Belanda pun tergiur untuk mendapatkan
rempah-rempah dari kepulauan Indonesia, dan akhirnya menguasai Indonesia selama ratusan
tahun. Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia memberikan teknik memasak baru baru bagi
penduduk pribumi, antara lain memasak dengan menggunakan oven. Saat ini makanan yang
terpengaruh oleh empat kekuatan besar diatas (India, Tiongkok, Arab, dan Eropa) mudah kita
temukan di seluruh penjuru Indonesia, misalnya Mie, Bakso, Lumpia semarang, tahu gimbal, tahu
gejrot, bakso, tauco, mochi, siomay, Roti ganjel rel, Semur, Bistik, pandekuk, Martabak, roti cane,
kari, dan masih banyak lagi.
B. TUJUAN
Makalah ini bertujuan :
▪ Memahami dan mengetahui dunia usaha kuliner
▪ Mempersiapkan bekal sebelum menjalani usaha kuliner

C. RUMUSAN MASALAH
▪ Bagai sebenarnya Usaha Kuliner
▪ Bagai mana konsep-konsep dalam usaha kuliner

D. BATASAN MASALAH
Makalah ini hanya membahas tentang usaha kuliner.
BAB II PEMBAHASAN

1. MEMBUKA USAHA KULINER


Usaha kuliner memang akhir-akhir ini sedang banyak digandrungi para pebisnis.
Terlebih lagi di Tembilahan, Riau. Mengingat rutinitas masyarakatnya lumayan padat. Maka dari
itu, banyak ide-ide yang bermunculan untuk membuka kedai makan seperti masakan khas padang
atau istilahnya nasi padang. Maka dari itu kita dapat menjumpai makanan padang dengan mudah
di sini.
Ada baiknya kita mengenalkan makanan khas daerah/ kota lainnya agar
masyarakat bisa memilih menu yang bervariasi mengingat negara kita merupakan negara yang
memiliki budaya dan kuliner khasnya masing-masing.
Tidak ada salahnya jika kami ingin mencoba membuka usaha makanan seperti
masakan bugis kepada masyarakat luas. Seperti berobok.
Apa itu berobbok? “Berobhok merupakan jenis masakan berkuah yang berbahan
dasar Jagung dengan campuran lainnya seperti daging ayam, daun pucuk katu, yang dihidangkan
dengan mi / bihun / atau pun nasi. Makanan ini sangat cocok untuk menu sarapan, makan siang /
sore / malam.”
Tujuan kami ingin mencoba memasarkan makanan ini adalah agar orang-orang
dapat merasakan makanan yang baru dan tidak harus itu-itu aja. Seperti berobbok, makanan ini
cukup mengenyangkan dapat menambah nafsu makan karena rempah dan bumbu yang digunakan.
Selain itu, harga yang dikeluarkan pun tidak membuat kantong bolong, jadi
makanan ini sangat cocok untuk masyarakat Tembilahan. Masyarakat juga harus tau, bahwa kita
memiliki banyak kota / pulau / suku yang beraneka ragam, yang tentunya memiliki aneka kuliner
yang berlimpah ruah. Kita juga harus bisa melestarikannya.
Dalam membuka usaha, ada beberapa hal yang harus dilakukan.
1. Persiapan modal yang cukup,
2. Mempersiapkan tenaga kerja,
3. Pengadaan bahan baku,
4. Hal teknik dalam menjalankan usaha,
5. Pemasaran usaha secara optimal,
6. Fasilitas dan lingkungan,
7. Memperhatikan persaingan bisnis,
8. Keuntungan sebuah bisnis, dan
9. Yang paling penting adalah lokasi yang strategis seperti di pusat kota. Di daerah taman,
ataupun tempat-tempat yang ramai dikunjungi
10. Pilih struktur bisnis, unsur izin usaha, dan daftarkan usaha pada instansi terkait yang tepat

2. MACAM-MACAM LABA
Untuk memulai suatu usaha, kita tidak terlepas dari yang namanya “modal”. Ada
yang membutuhkan modal kecil sampai modal besar. Untuk itu, ada beberapa orang yang
meminjam modal dari Bank, ada pula yang patungan dengan anggota jika usaha itu yang dirintis
bersama. Berhubung usaha yang ingin kami buka memiliki beberapa anggota, modal yang kami
dapatkan dari hasil patungan, agar tidak membebani nantinya. Setelah usaha yang dibuka telah
lancar. Saatnya untuk menghitung untung dan rugi. Apa itu untung dan rugi? Untung adalah
pendapatan dari hasil penjualan yang melebihi modal awal dari produk tersebut. Sebaliknya, rugi
ialah keadaan dimana hasil dari penjualan yang tidak mendapat keuntungan bahkan tidak mencapai
modal awal dari produk tersebut.
Untung sering disebut juga sebagai laba. Laba dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Laba bersih ialah keuntungan yang sudah tidak ada potongan-potongan lain. Keuntungan
ini adaah real.
2. Laba kotor ialah keuntungn yang masih perlu potongan-potongan seperti pembayaran gigi
karyawan, belanja bahan, dsb.

3. MENGHITUNG MODAL
Berikut cara untuk menghitung nilai jual suatu produk. Misalnya modal awal
sebesar Rp. 54.000
Perhitungan Harga Jual
Raw material = Rp.54.000
Direct Labour 30% = Rp. 16.200
Factory Over Head (10%) = Rp. 1.620 +
COGM (Cost Of Good Materials) = Rp. 71.820

Harga barang pokok yang diproduksi


COGM per-paket (100%) = = Rp. 23.940
Asumsi Profit 30%
Harga jual per-paket sebelum tax (100% + 30%)= x Rp. 23.940
= Rp. 31.122
COGM per-paket = Rp. 23.940 +
= Rp. 55.062

Harga jual setelah ditambah tax


Tax 10% 10% x Rp. 31.122 = Rp. 3.112
Harga jual sebelum tax = Rp.31.122 +
Harga jual ke 3 paket menu = Rp. 34.234

4. RESIKO SELAMA BERBISNIS KULINER


Resiko-resiko yang kemungkinan terjadi di dunia usaha adalah:
1. Munculnya pesaing-pesaing baru
2. Banyaknya pesaing yang menjual dagangan yang sejenis
3. Membuka toko/kedai/rumah makan yang lebih menarik
4. Ruginya usaha karena berkurangnya pembeli

Untuk mencegah hal itu, hal yang harus kita lakukan ialah:
1. Membuat menu yang bervariasi
2. Mengembangkan ide, kreatifitas, dan kinerja yang baik
3. Membuat hal-hal baru untuk menarik kembali pelanggan
4. Harga jual tidak goyang (turun - naik), terlalu murah, ataupun terlalu mahal.

5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA


Faktor internal untuk memunculkan ide usaha
1. Pengetahuan yang dimiliki
2. Pengalaman dari individu itu sendiri
3. Pengalaman saat melihat orang lain menyelesikan masalah

Faktor eksternal untuk mendapat inspirasi usaha


1. Masalah yang dihadapi dan belum terpecahkan
2. Kesulitan yang dihadap ehari-hari
3. Kebutuhan yang belum terpenuhi baik untuk dirinya maupun orang lain.
4. Pemikiran yang besar untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Faktor-faktor yang dapat mengurangi resiko usaha:


1. Adanya kesadaran dalam kemampuan mengolah usaha, peluang dan kekuatan perusahaan
2. Adanya kerja prestatif, dorongan berinisiatif dan antusiasme untuk melaksanakan strategi
usaha.
3. Adanya kemampuan merencanakan taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan di
dalam lingkungan usahanya.
4. Adanya kreatifitas dan inovatif dalam menerapkan cara mengolah keadaan usaha demi
keuntungan.
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan. Masakan tersebut berupa lauk
pauk, makanan (penganan), dan minuman. Karena setiap daerah memiliki cita rasa tersendiri.
Sebelumnya, masakan kuliner telah melewati sejarah dan mengalami perkembangan sehingga
menyebar ke Indonesia dari berbagai suku. Masing-masing suku memiliki kuliner yang berbeda-
beda sesuai dengan ciri khas daerah asal sukunya masing-masing.

B. SARAN
Kuliner ini cukup banyak diminati dari berbagai kalangan, khususnya di
Tembilahan. Oleh karena itu, kita perlu melestarikannya agar budaya kuliner di Indonesia tidak
punah. Di samping untuk memajukan perekonomian negara Indonesia, maka kami akan
melestarikannya dengan cara mengolah, dan memasarkan dengan membuka usaha Rumah makan,
katering, dan sebagainya. Usaha kuliner yang kami bangun membutuhkan berbagai tahapan,
syarat, dan harus melalui berbagai faktor dan resiko.

Anda mungkin juga menyukai