Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PELAKSANAAN PKL

DI PUSKESMAS KOTA PESANTREN 1


KECAMATAN KOTA KOTA KEDIRI
TANGGAL 11 JANUARI – 30 JANUARI 2021

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU


IBU MENGENAI INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA
PESANTREN 1 PERIODE JANUARI 2021

Disusun Oleh :

INTAN NUR AMIRA (10317037)

BIDANG MINAT GIZI MASYARAKAT


PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2021

i
LAPORAN PELAKSANAAN PKL
DI PUSKESMAS KOTA PESANTREN 1
KECAMATAN KOTA KOTA KEDIRI
TANGGAL 11 JANUARI – 30 JANUARI 2021

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU


IBU MENGENAI INISIASI MENYUSUI DINI (IMD)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA
PESANTREN 1 PERIODE JANUARI 2021

Disusun Oleh :

INTAN NUR AMIRA (10317037)

Telah disahkan dan diterima dengan baik oleh :

Kediri , 18 Januari 2021

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

Mega Umbara H, S.KM Nining Tyas Triatmaja, S.Gz., M.Si


NIP :

Mengetahui,

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata


Fakultas Teknologi dan Manajemen Kesehatan
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat

Endah Retnaning Wismaningsih, S.KM., M.Kes


Ketua Program Studi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

hidayah-Nya sehingga laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul

“Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Ibu mengenai Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pesantren 1” dapat terselesaikan

dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun guna memenuhi mata kuliah

Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan pada tanggal 11 Januari – 30

Januari di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri.

Keberhasilan penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Dengan terselesaikannya laporan ini tidak lupa penulis mengucapkan

terimakasih kepada pihak – pihak berikut :

1. Prof. Dr. Muhamad Zainuddin, Apt. selaku Rektor IIK Bhakti Wiyata Kediri

2. Ika Rahmawati, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

3. Endah Retnaning Wismaningsih, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program Studi

S1 Kesehatan Masyarakat

4. Nining Tyas Triatmaja, S.Gz., M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membantu proses penyusunan laporan PKL

5. Mega Umbara Hermawati, S.KM selalu dosen pembimbing lapangan yang

telah mengarahkan kami dalam melakukan kegiatan dan telah membantu

dalam proses penyusunan laporan PKL

6. Ibu Eny selaku dosen pembimbing lapangan dalam bidang gizi yang telah

mengarahkan kami dalam melakukan kegiatan dan membantu dalam proses

penyusunan laporan PKL


7. Teman-teman dan pihak-pihak yang telah membantu dalam melaksanakan

PKL di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri

Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu kami megharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga

laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Atas perhatian kami

ucapkan terimakasih.

Kediri, 18 Januari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah kontak antara kulit ibu dengan kulit

bayi sesegera mungkin dalam jangka waktu 1 (satu) jam setelah bayi tersebut

dilahirkan. Bayi yang baru lahir tersebut diletakkan pada dada atau perut ibu

dengan kulit ibu melekat pada kulit bayi tanpa adanya penghalang apapun.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) di Indonesia ialah sebesar 58,2% jumlah ini lebih tinggi dibanding

dengan tahun 2013 yaitu sebesar 34,5%. Prevalensi Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) di provinsi Jawa Timur, pada tahun 2018 mengalami peningkatan

yaitu sebesar 63,7% dibanding dengan tahun 2013 yang hanya sebesar 33,3%.

Meski mengalami peningkatan dalam 5 (lima) tahun terakhir, namun capaian

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Indonesia ini belum memenuhi target yang

telah ditetapkan yakni sebesar 80% (Riskesdas, 2018).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses meletakkan bayi baru lahir

pada dada atau perut ibu agar bayi secara alami dapat mencari sendiri sumber

air susu ibu atau ASI dan mulai menyusu. Bayi akan mendapatkan kekebalan

tubuh. IMD bermanfaat bagi ibu karena dapat membantu mempercepat proses

pemulihan pasca persalinan. Dalam 1 jam kehidupan pertama bayi dilahirkan

ke dunia, bayi dipastikan untuk mendapatkan kesempatan melakukan IMD

(Kemenkes RI, 2017). Berdasarkan penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia


tahun 2011, ditemukan sebagian besar ibu sudah meletakkan bayi di dadanya

segera setelah kelahiran. Namun 87% bayi hanya diletakkan dengan durasi

kurang dari 30 menit, padahal IMD yang tepat harus dilakukan minimal 1 jam

atau sampai bayi mulai menyusu (IDAI, 2016).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) ini sangat penting untuk dilakukan terhadap

bayi yang baru lahir. Dengan melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

segera setelah bayi lahir maka akan dapat mencegah terjadinya hipotermia

pada bayi hal ini disebabkan karena adanya suatu kontak antara kulit ibu

dengan kulit bayi tersebut mampu menstabilkan suhu badan bayi sehingga

bayi akan tetap hangat serta meningkatkan kemampuan bayi baru lahir untuk

tetap bertahan hidup (mencegah bayi mengalami kedinginan), selain hal

tersebut bayi juga dapat memperoleh kolostrum yang kaya akan antibodi dan

ASI sebagai makanan pertamanya, serta dapat merangsang pengeluaran

hormon oksitosin yang mampu membantu mengurangi perdarahan dan

mempercepat pengecilan/pemulihan rahim ibu pasca melahirkan. Jika Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) tersebut tidak dilakukan maka akan dapat

meningkatkan Angka Kematian Bayi (AKB) yang disebabkan oleh

hipotermia, berdasarkan data yang diperoleh dari Human Development

Report 2010 menyatakan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

mencapai 31 per 1.000 kelahiran dan ini termasuk angka yang tinggi (F.B.

Monika, 2014).
Berdasarkan data sekunder tahun 2020 yang diperoleh dari

Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri prevalensi Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

di wilayah kerja Puskesmas Pesantren 1 adalah sebesar 37%, hal ini dapat

diartikan bahwa hasil capaian tersebut belum memenuhi target yang telah

ditentukan, target yang di tentukan sebesar 47%. Puskesmas Pesantren 1 Kota

Kediri ini menaungi 5 (Lima) Kelurahan yaitu Kelurahan Pesantren,

Kelurahan Bangsal, Kelurahan Banaran, Kelurahan Blabak, Kelurahan Betet.

Dari data yang ada di Puskesmas Pesantren 1 presentase Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) pada tahun 2020 yaitu Kelurahan Bangsal dengan prevalensi

sebesar 39,1% dimana terdapat Jumlah Bayi lahir sebanyak 46 dan 18 ibu

melahirkan yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah

melahirkan, Kelurahan Pesantren dengan prevalensi sebesar 21,4% dimana

terdapat Jumlah Bayi lahir sebanyak 56 dan 12 ibu melahirkan yang

melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah melahirkan,

Kelurahan Betet dengan prevalensi sebesar 20,7% dimana terdapat Jumlah

Bayi lahir sebanyak 58 dan 12 ibu melahirkan yang melakukan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) segera setelah melahirkan, Kelurahan Blabak dengan

prevalensi sebesar 20,9% dimana terdapat Jumlah Bayi lahir sebanyak 67 dan

14 ibu melahirkan yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera

setelah melahirkan, Kelurahan Banaran dengan prevalensi sebesar 21,7%

dimana terdapat Jumlah Bayi lahir sebanyak 48 dan 13 ibu melahirkan yang

melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah melahirkan. Dari ke-

5 (Lima) Kelurahan tersebut, terdapat 1 (Satu) kelurahan dengan capaian


IMD masih rendah yaitu kelurahan pesantren dengan prevalensi sebesar

21,4%, dimana hanya terdapat 12 ibu melahirkan yang melakukan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) segera setelah melahirkan sedangkan ibu melahirkan

lainnya tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah bayi

dilahirkan. Adapun faktor yang menyebabkan target Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) belum tercapai adalah kurangnya pengetahuan tentang inisiasi

menyusui dini serta masih adanya beberapa tempat persalinan yang belum

melaksanakan Inisiasi menyusui dini (IMD) (Data Laporan Bulanan Gizi

IMD dan BBLR Puskesmas Pesantren 1, 2020).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) memberikan banyak manfaat bagi ibu dan

bayi yang dilahirkannya. Adapun manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) bagi

bayi adalah antara lain adalah dapat meningkatkan kekebalan tubuh bagi bayi,

meningkatkan refleks menyusu secara optimal, menurunkan kejadian asfiksia,

menurunkan kejadian hipotermia serta hipoglikemia. Sedangkan manfaat

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) bagi ibu antara lain adalah dapat mencegah

perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya involusio uteri,

meningkatkan hubungan khusus pada ibu dan bayi, serta mengurangi stress

pada ibu setelah melahirkan (Nur Hidayah, 2011).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku ibu

mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di wilayah kerja Puskesmas

Pesantren 1 Kota Kediri


2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran faktor penyebab rendahnya cakupan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di wilayah kerja Puskesmas Pesantren 1

Kota Kediri

b. Untuk mengetahui alasan ibu tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) segera setelah bayi lahir

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta mampu

menentukan program penyelesaian masalah kesehatan khususnya dalam

bidang gizi masyarakat

2. Bagi Instansi Tempat PKL

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi instansi tempat

Praktik Kerja Lapangan (PKL) dalam menangani permasalahan kesehatan

yang ada khususnya dalam bidang gizi masyarakat

3. Bagi Instansi Pendidikan

a. Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat menjadi salah satu

bahan evaluasi internal kualitas pembelajaran

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengembangan

penelitian gizi masyarakat selanjutnya


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

1. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah permulaan kegiatan

menyusui dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bias

diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir

dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi

melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan The Breast Crawl atau

merangkak mencari payudara ibu (Maryunani, 2012).

Inisiasi Menyuaui Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi

dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama

setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit anatara bayi dengan kulit

ibunya, bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai

bayi menyusu sendiri (Depkes, 2008)

2. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Menurut (Roesli, 2008) ada beberapa manfaat yang bisa didapat

dengan melakukan IMD adalah :

a. Menurunkan resiko kedinginan ( hypothermia).

Bayi yang diletakkan segera di dada ibunya setelah

melahirkan akan mendapatkan kehangatan sehingga dapat


menurunkan resiko hypothermia sehingga angka kematian karena

hypothermia dapat ditekan.

b. Membuat pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil.

Ketika berada di dada ibunya bayi merasa dilindungi dan

kuat secara psikis sehingga akan lebih tenang dan mengurangi

stres sehingga pernafasan dan detak jantungnya akan lebih stabil.

c. Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri.

IMD memungkinkan bayi akan kontak lebih dahulu dengan

bakteri ibu yang tidak berbahaya atau ada antinya di ASI ibu,

sehingga bakteri tersebut membuat koloni di usus dan kulit bayi

yang akan dapat menyaingi bakteri yang lebih ganas di lingkungan

luar.

d. Bayi mendapat kolostrum dengan konsentrasi protein dan

immunoglobulin paling tinggi.

IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga

pengeluaran ASI dapat terjadi pada hari pertama kelahiran. ASI

yang keluar pada hari pertama kelahiran mengandung kolostrum

yang memiliki protein dan immunoglobulin dengan konsentrasi

paling tinggi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena kaya

akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus dan

ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi

kelangsungan hidupnya.

e. Mendukung keberhasilan ASI Eksklusif


Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan

mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusu Eksklusif dan

mempertahankan menyusu dari pada yang menunda menyusu dini.

f. Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah pendarahan

Sentuhan, kuluman dan jilatan bayi pada puting susu ibu

akan merangsang sekresi hormon oksitosin yang penting untuk

menyebabkan rahim kontraksi yang membantu pengeluaran

plasenta dan mengurangi pendarahan sehingga mencegah anemia,

merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks

dan mencintai bayinya serta merangsang pengaliran ASI dari

payudara.

g. Membantu bayi agar memiliki keahlian makan di waktu

selanjutnya.

h. Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya

pertama kali di dada ibunya.

3. Alasan Pentingnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Pentingnya kontak kulit dan menyusu sendiri dalam satu jam

pertama kehidupan bayi adalah, bahwa IMD dapat mencegah 22%

kematian bayi dalam 1 jam pertama pada usia dibawah 28 hari. Namun

jika bayi menyusu pertama diatas dua jam dan dibawah 24 jam, maka

dapat mencegah 16% kematian bayi dibawah 28 hari.


Hal ini sesuai dengan tujuan SDGs yang ketiga yaitu kesehatan

yang baik dengan mengurangi angka kematian bayi. 3 Selain itu IMD

direkomendasikan oleh WHO,UNICEF dan WABA bahwa setiap bayi

sebaiknya dilakukan IMD.20,21 Pelaksanaan IMD juga tercantum dalam

10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) dan Asuhan

Persalinan Normal (APN).

Adanya hubungan antara kontak ibu dan bayi saat IMD dapat

memperlama waktu menyusui. Hal ini diungkapkan oleh Sose dkk dalam

CIBA Foundation, yang menyatakan bahwa bayi yang diberi kesempatan

menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit

setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Bayi yang

diberikan kesempatan menyusu dini dapat menyusui 59% sampai usia

enam bulan dan 38% sampai usia setahun. Bayi yang tidak diberi

kesempatan menyusu dini tinggal 29 % dan 8 % yang masih disusui

diusia yang sama

4. Inisiasi Menyusui Dini yang Dianjurkan

Adapun langkah-langkah dalam melakukan Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) yang dianjurkan adalah sebagai berikut (Utami Roesli, 2008) :

a. Setelah bayi lahir, bayi akan diletakkan pada perut ibu yang telah

dialasi kain kering

b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali

kedua telapak tanganna

c. Tali pusat dipotong lalu diikat


d. Vermix (zat lemak putih) yang melekat pada tubuh bayi sebaiknya

tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi

e. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan pada dada atau perut

ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit. Ibu dan bayi diselimuti secara

bersamaan.

5. Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Tatalaksana IMD dibagi menjadi dua yaitu tata laksana umum dan tata

laksana khusus seperti pada operasi sesar. Pertama, tata laksana IMD secara

umum terdiri dari beberapa tahap:

1) Dianjurkan kepada suami atau keluarga untuk mendampingi ibu saat

persalinan.

2) Dalam menolong persalinan, disarankan untuk tidak atau mengurangi

penggunaan obat kimiawi dan mengganti dengan cara non kimiawi,

misalnya pijat, aroma terapi dan gerakan

3) Beri kebebasan pada ibu untuk memilih cara melahirkan yang

diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan

jongkok.

4) Keringkan secepatnya seluruh badan dan kepala bayi kecuali kedua

tangannya karena adanya lemak (vernik caseosa) yang dapat memberi

rasa nyaman bayi tersebut.

5) Segera tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu. Jika perlu selimuti ibu

dan bayi tersebut.

6) Biarkan bayi mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan

sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting ibu.


7) Ayah dapat memberi dukungan untuk membantu ibu mengenali tanda

dan perilaku bayi sebelum menyusu. Dukungan ayah dapat meningkatkan

rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi sentuhan kulit dengan

kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil

menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting

payudara ibunya dalam satu jam, biarkan kulit ibu tetap bersentuhan

dengan kulit bayinya sampai berhasil menyusu pertama.

8) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah satu jam

atau menyusui awal selesai. Setelah itu, lakukan prosedur pemberian

vitamin K dan tetes mata yang tertunda.

9) Pelaksanaan rawat gabung, selama 24 jam sebaiknya bayi dan ibu tidak

dipisahkan agar bayi selalu dalam jangkauan ibu.

Kedua, tatalaksana secara khusus. Pada operasi sesar, pelaksanaan IMD

secara umum biasanya tidak dapat dilakukan. Hal ini disebabkan karena pada

operasi sesar biasanya ibu diberi anestesi umum sehingga ibu berada dalam

keadaan tidak sadar dan tidak memungkinkan dilakukan IMD. Oleh karena itu,

sebaiknya diberikan anestesi spinal atau epidural. Untuk perihal tersebut, maka

tata laksana IMD secara khusus adalah sebagai berikut.

1) Jika IMD belum terjadi di kamar bersalin atau kamar operasi maka bayi harus

dipindahkan sebelum satu jam dan

2) Bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar rawat dan

kemudian IMD dapat dilanjutkan kembali.


B. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi

persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif

dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2013).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi

pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai

adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (Sondakh, 2015).

Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya

kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari

serviks, kelahiran bayi hingga kelahiran plasenta dalam proses tersebut

merupakan proses alamiah (Rohan, 2011 dalam Mika Oktarina, 2016).

2. Jenis Persalinan

Terdapat beberapa jenis persalinan yang dapat terjadi, yaitu sebagai

berikut (Prawirohardjo, 2010 dalam Mika Oktarina, 2016) :

a. Persalinan Spontan

15
Persalinan spontan adalah persalinan yang terjadi jika persalinan

tersebut berlangsung dengan kekuatan ibunya sendiri dan melalui

jalan lahir.

b. Persalinan Buatan

Persalinan buatan merupakan persalinan yang berlangsung dengan

bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau

dilakukan sectio caesarea.

c. Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi apabila kekuatan

yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan

rangsangan misalnya pemberian pitocin dan prostaglandin.

3. Tanda Persalinan

Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan

fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas paggul

(PAP). Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan

normal antara power (his) ; passage (jalan lahir ) ; passanger (penumpang).

Pada multipara gambarannya menjadi tidak jelas seperti primigravida,

karena masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan

proses persalinan (Sulistyawati, 2013).

Berikut adalah tanda-tanda dimulainya persalinan menurut Jenny

J.S Sondakh (2013) :

1. Terjadinya his persalinan. Saat terjadi his ini pinggang terasa sakit

dan menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval lebih pedek, dan

16
kekuatan makin besar, serta semakin beraktivitas (jalan) kekuatan

akan makin bertambah.

2. Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his persalinan

mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan

menimbulkan pendataran dan pembukaan. Hal tersebut

menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas

dan pembuluh darah pecah sehingga terjadi perdarahan.

3. Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban.

Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap.

Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan

berlangsung kurang dari 24 jam.

4. Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yakni

pelunakan serviks, pendataran seviks, dan pembukaan serviks.

C. ASI Eksklusif

1. Pengertian ASI Eksklusif

Menurut WHO dan UNICEF (2001), ASI Eksklusif merupakan

ASI yang diberikan kepada bayi mulai dari bai baru lahir sampai bayi

berumur 6 bulan tanpa adanya pemberian tambahan makanan atau

minuman lain seperti air putih, susu formula, air teh, air jeruk, madu,

bubur susu, bubur nasi tim, biskuit, pepaya dan pisang. Tambahan

makanan atau minuman lain tersebut dapat diberikan setelah bayi berusia

diatas enam bulan (Yefi dan Nyna, 2015).

2. Manfaat Pemberian ASI

17
Air Susu Ibu (ASI) memberikan banyak manfaat baik bagi bayi,

ibu, keluarga, serta bagi bangsa dan negara. Berikut merupakan manfaat

yang didapatkan apabila ibu memberikan ASI kepada bayinya (Yefi dan

Nyna, 2015) :

a. Manfaat ASI bagi Bayi

1) Memberikan kuantitas dan kualitas gizi yang optimal, namun tidak

meningkatkan risiko kegemukan

2) ASI mengandung antibodi yang tinggi sehingga anak lebih sehat

3) Tidak menimbulkan alergi

4) Mengurangi risiko karies gigi

5) Mengurangi risiko infeksi saluran pencernaan (muntah, diare)

6) Mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan dan asma

7) Meningkatkan kecerdasan

b. Manfaat ASI bagi Ibu

1) Isapan bai merangsang terbentuknya oksitosin sehingga

meningkatkan kontraksi rahim

2) Mengurangi jumlah perdarahan nifas

3) Mengurangi karsinoma mamae

4) Mempercepat pemulihan kondisi ibu nifas

5) Berat badan lebih cepat kembali normal

6) Metode KB paling aman, kadar prolaktin meningkat sehingga

akan menekan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan

ovulasi

18
c. Manfaat bagi Keluarga

1) Aspek Ekonomi dan Psikologi

Manfaat ASI yang dapat diperoleh dari segi ekonomi dan

psikologi yaitu tidak adanya pengeluaran biaya tambahan untuk

membeli susu formula, bayi yang sehat karena diberi ASI dapat

menghemat biaya kesehatan serta mengurangi kekhawatiran

keluarga.

2) Aspek Kemudahan

Jika ditinjau dari segi kemudahan, ASI jauh lebih praktis

dibanding dengan susu formula. Ketika berpergian orangtua tidak

perlu repot untuk membawa botol, susu formula, air panas dan

segala macam perlengkapannya.

d. Manfaat bagi Negara

1) Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Anak

Kandungan ASI yang berupa zat protektif dan nutrient di

dalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi, menjamin status

gizi bayi menjadi baik serta angka kesakitan dan kematian anak

akan menurun.

2) Mengurangi Subsidi untuk Rumah Sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung

akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta dapat

mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial.

19
3) Mengurangi Devisa dalam Pembelian Susu Formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua

ibu memberikan ASI, maka akan dapat menghemat devisa yang

seharusnya digunakan untuk membeli susu formula.

4) Meningkatkan Kualitas Generasi Penerus Bangsa

Anak yang mendapatkan ASI akan mengalami tumbuh

kembang secara optimal sehingga akan menjamin kualitas

generasi penerus bangsa.

3. Jenis Air Susu Ibu (ASI)

Berdasarkan jenisnya ASI dapat dibedakan kedalam tiga (3) jenis,

yaitu sebagai berikut :

a. Kolostrum

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar, berwarna

kuning keemasan, kental dan lengket. Kolostrum ini disekresi oleh

kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari keempat

pascapersalinan. Kolostrum mengandung protein, mineral, garam,

vitamin A, nitrogen, sel darah putih, dan antibodi yang lebih tinggi

daripada ASI matur, namun kandungan lemak serta laktosa pada

kolostrum masih rendah. Protein utama yang terdapat dalam

kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM) yang dapat

digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisasi

bakteri, virus, jamur serta parasit (Yefi dan Nyna, 2015).

b. ASI Transisi/Peralihan

20
ASI peralihan/transisi adalah ASI yang diproduksi pada hari

keempat atau ketujuh sampai pada hari ke-10 atau ke-14 setelah

kolostrum sampai sebelum ASI matang (Roesli, 2012 dalam Yefi dan

Nyna, 2015). Pada ASI transisi/peralihan ini mengandung lemak,

laktosa, dan vitamin larut air yang lebih tinggi, serta memiliki

kandungan kalori yang lebih banyak. Namun, ASI transisi ini

memiliki kadar protein dan mineral yang lebih rendah.

c. ASI Matur

ASI matur adalah ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan

seterusnya. ASI matur akan terlihat lebih encer daripada susu sapi,

namun pada tahap ini ASI memiliki banyak kandungan nutrisi yang

sangat dibutuhkan oleh bayi.

ASI matur memiliki dua tipe yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk

merupakan ASI yang keluar lebih dulu saat ibu menyusui, sifat

foremilk ini lebih encer serta memiliki kandungan laktosa dan protein

yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan otak serta dapat

berfungsi sebagai penghilang rasa haus pada bayi. Sedangkan

hindmilk adalah ASI yang keluar beberapa saat setelah foremilk,

dimana sifat hindmilk ini lebih kental serta memiliki kandungan lemak

yang jauh lebih tinggi sehingga dapat memberikan efek kenyang pada

bayi dan bermanfaat bagi pertumbuhan fisik anak (Yefi dan Nyna,

2015).

21
4. Komposisi Gizi dalam ASI

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi,

komposisi ASI dapat berubah sesuai dengan stadium penyusuan.

Komposisi ASI tidak dapat ditiru dengan pemberian susu formula.

Adapun komposisi ASI antara lain adalah sebagai berikut (Yefi dan Nyna,

2015) :

a. Laktosa

Laktosa 7 g/100 ml, merupakan suatu jenis karbohidrat utama

dalam ASI yang berperan penting sebagai sumber energi. Selain hal

tersebut, laktosa juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang

berperan dalam pengembangan sistem saraf. Zat gizi ini membantu

proses penyerapan kalsium dan magnesium di masa pertumbuhan

bayi.

b. Lemak

Lemak 3,7 – 4,8 g/100 ml, merupakan zat gizi terbesar kedua di

ASI dan menjadi sumber energi utama bagi bayi serta berperan dalam

pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di ASI mengandung komponen

asam lemak esensial yaitu asam linoleat dan asam alfa linoleat yang

akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA yang sangat

penting untuk perkembangan otak bayi.

c. Vitamin

Kandungan vitamin dalam ASI antara lain vitamin E yang banyak

terkandung dalam kolostrum, vitamin K yang berfungsi sebagai

22
katalisator pada proses pembekuan darah, serta vitamin D yang

berfungsi untuk pembentukan tulang dan gigi.

d. Garam dan Mineral

Kandungan garam dan mineral yang terdapat dalam ASI yaitu zat

besi dan seng. Jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI cukup

sedikit namun mudah untuk diserap. Sedangkan seng diperlukan

untuk membantu dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan

imunitas, serta diperlukan untuk mencegah penyakit akrodermatitis

enteropatika (penyakit kulit dan sistem pencernaan).

e. Oligosakarida

Oligosakarida 10 – 12 g/L, merupakan suatu komponen bioaktif

pada ASI yang berfungsi sebagai prebiotik karena telah terbukti

meningkatkan jumlah bakteri baik yang secara alami hidup dalam

sistem pencernaan bayi.

f. Protein

Protein yang terkandung dalam susu yaitu kasein dan whey dengan

kadar sebanyak 0,9%. Komponen dasar dari suatu protein adalah asam

amino yang berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Beberapa

jenis asam amino tertentu adalah taurina, triptofan, dan fenilalanin

merupakan suatu senyawa yang berperan dalam proses ingatan

(memori).

5. Zat Protektif dalam ASI

23
Berikut merupakan beberapa zat protektif yang terdapat dalam

ASI:

a. Lactobacillus bifidus

Lactobacillus bifidus ini berfungsi untuk mengubah laktosa

menjadi asam laktat dan asam asetat yang akan membantu dalam

memberikan keasaman pada pencernaan, sehingga dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme (Yefi dan Nyna, 2015).

b. Lactoferin

Lactoferin ini berfungsi untuk mengikat zat besi sehingga dapat

membantu menghambat pertumbuhan bakteri (Yefi dan Nyna, 2015).

c. Lisozim

Lisozim merupakan suatu enzim yang mampu memecah dinding

bakteri dan antiinflamatori yang bekerjasama dengan peroksida dan

askorbat untuk menyerang bakteri Escherichia coli dan Salmonella

(Yefi dan Nyna, 2015).

d. Komplemen C3 dan C4

Komplemen C3 dan C4 merupakan suatu faktor pertahanan yang

membantu menurunkan insidensi infeksi (Merryana & Bambang,

2014).

e. Faktor Antistreptococcus

Faktor Antistreptococcus berfungsi untuk melindungi bayi dari

bakteri Streptococcus (Yefi dan Nyna, 2015).

f. Imunitas seluler

24
ASI mengandung sel-sel yang berfungsi untuk membunuh dan

memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim,

serta laktoferin (Yefi dan Nyna, 2015).

25
BAB III

METODE KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

A. Metode Pelaksanaan PKL

1. Metode Observasi

Observasi adalah suatu prosedur berencana, antara lain meliputi

melihat dan mencatat jumlah serta aktivitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang ingin diteliti.

Adapun observasi yang dilakukan adalah dengan meminta data

jumlah ibu bersalin serta tempat dimana ibu tersebut melakukan

persalinan terhadap ibu yang mengunjungi posyandu di kelurahan

Pesantren Kota Kediri.

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu metode pengambilan data secara langsung

melalui lisan, baik secara tatap muka maupun melalui telepon, jawaban

yang diberikan oleh responden akan dicatat dan dirangkum oleh peneliti.

26
Wawancara ini dilakukan terhadap 21 responden yang melalui

metode daring menggunakan kuesioner dengan mengisi google formulir

dengan kategori responden adalah ibu yang memiliki bayi usia 0 – 6

bulan. Adapun pertanyaan yang di buat di google formulir kepada

responden tersebut adalah mengenai identitas umum responden yang

meliputi nama, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, jenis persalinan serta

tempat persalinan. Selain hal tersebut, pada metode wawancara ini juga

dilakukan pengukuran pengetahuan responden serta perilaku responden

mengenai pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

B. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL

1. Lokasi Kegiatan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini berada di Puskesmas

Pesantren 1 Kota Kediri yang bertempat di kelurahan Pesantren Kota

Kediri.

2. Waktu Kegiatan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama 3

minggu (21 hari) yang dimulai pada tanggal 11 Januari 2021 hingga 30

Januari 2021

27
C. Kerangka Operasional

Identifikasi Masalah Gizi

Perumusan Masalah Gizi

Pengumpulan Data

A. Data Primer : B. Data Sekunder :


Wawancara kepada Meminta data persen
responden dengan capaian masalah
kategori ibu yang Inisiasi Menyusui
meiliki bayi usia 0-6 Dini di Puskesmas
bulan Pesantren 1 Kota
Kediri

Pengolahan Data dan


Penyusunan Laporan
Hasil

Gambar III.1 Kerangka Operasional

28
D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer merupakan suatu data yang diperoleh secara langsung

dari sumber informasi melalui metode wawancara, observasi, tes, maupun

diskusi dengan responden atau informan.

Data primer mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) ini

didapatkan dengan cara melakukan observasi dan wawancara terhadap ibu

yang mempunyai bayi usia 0 – 6 bulan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang

telah tersedia di instansi berupa data masalah kesehatan atau penyakit

yang ada pada instansi tersebut.

Adapun data sekunder mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

yang diperoleh adalah berupa data persentasi ibu di wilayah kerja

Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri yang melakukan Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) tahun 2020, serta data monitoring dan evaluasi tribulanan

kegiatan program UKM gizi di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri Tahun

2020.

29
BAB IV

HASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

A. Gambaran Umum UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri

1. Sejarah UPTD Puskesmas Pesantren 1

UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri terletak di Jalan Brigjen

Pol. Imam Bakri HP No. 94 Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Luas

wilayah kerja Puskesmas Pesantren 1 tersebut adalah sebesar 8.404 km2.

Puskesmas Pesantren 1 ini menaungi lima (5) kelurahan yang

berada di Kota Kediri yaitu Kelurahan Pesantren, Kelurahan Bangsal,

Kelurahan Banaran, Kelurahan Blabak, dan Kelurahan Betet dengan total

penduduk sebanyak 23.293 jiwa.

2. Visi, Misi, Motto, dan Progam Inovasi Pesantren 1 Kota Kediri

a. Visi Puskesmas Pesantren 1

Mewujudkan masyarakat sehat melalui pelayanan kesehatan dasar

yang optimal di wilayah kerja Puskesmas Pesantren 1.

b. Misi Puskesmas Pesantren 1

1) Menyelenggarakan Upaya Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu

2) Mengoptimalkan Sumber Daya Yang Dimiliki Untuk Mendorong

Kemandirian Masyarakat Hidup Sehat

c. Motto Puskesmas Pesantren 1

“Anda Sehat Kami Senang”

30
d. Progam Inovasi Puskesmas Pesantren 1

1. UKM MOBILE PACU (Mobile Pemeriksaan ANC Terpadu)

 Tujuan Mobil Pacu :

Memudahkan ibu hamil mendapatkan pelayanan

PPIA bagi ibu hamil mulai pemeriksaan lab sampai

pemeriksaan oleh dokter, dokter gigi, maupun bidan.

 Kegiatan Mobil Pacu :

a. Pemeriksaan ibu hamil

b. Pemeriksaan laborat PPIA meliputi Hb, Golongan Darah,

HbsAg, HIVn Sifilis, Urin Albumin, dan Reduksi

c. Pemeriksaan Gigi

d. Pemeriksaan dokter Umum

e. Konseling

2. UKM DETEKTOR PADAM (Deteksi Faktor Resiko Penyakit

Tidak Menular)

 Tujuan Detektor Padam

Mengetahui secara dini faktor resiko penyakit tidak

menular melalui skrining kesehatan PTM di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri

 Kegiatan Detektor Padam

a. Mobile PTM di tempat kerja

b. Skrining PTM pada anak SMA kelas II

c. Kegiatan posbindu 5 kelurahan

31
d. Skrining pada masyarakat di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Pesantren 1

3. GERAM (Gerakan Remaja Anti Anemia)

 Tujuan Geram :

Pencegahan anemia dan pemberian tablet Fe pada pelajar

perempuan.

 Kegiatan Geram :

a. Penyuluhan tentang anemia

b. Konsultasi dengan petugas gizi

c. Pemberian tablet Fe

4. RAMAH 1 PEKAN (Gerakan Masyarakat Hipertensi 1 Bulan

Sekali Periksa Kesehatan)

 Tujuan Ramah 1 Pekan :

Meningkatkan kesadaran pasien Hipertensi untuk rutin

control setiap bulannya

 Kegiatan Ramah 1 Pekan :

a. Membuka pelayanan POSBINDU :

- Pemeriksaan tekanan darah, BB, TB, Lingkar Perut

- Pemeriksaan gula darah

- Penyuluhan

b. Membuat posyandu lansia lebih menarik kegiatan :

- Pemeriksaan tekanan darah, BB, TB, Lingkar Perut

- Pemeriksaan gula darah

32
- Penyuluhan

- Senam lansia

- Bernyanyi mars lansia

- Ketrampilan

- Arisan

c. Penyebaran leaflet diperluas ke kelurahan RT, RW,

Ponkesdes, Posyandu, Posbindu

d. Penempelan sticker jadwal kegiatan ponkesdes

posyandu posbindu yang ada di wilayah di tiap rumah

e. Kunjungan rumah pasien Hipertensi .

B. Identifikasi Masalah

Puskesmas Pesantren 1 memiliki beberapa program UKM dalam bidang

gizi masyarakat, salah satunya adalah program mengenai Inisiasi Menyusui

Dini (IMD). Program mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) ini berupa

penyuluhan yang diadakan pada kelas ibu hamil, namun setelah adanya

program kelas ibu hamil tersebut persen capaian Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) ini belum memenuhi target yang telah ditentukan yaitu hanya sebesar

37% dengan target sebesar 47%. Hal ini dapat disebabkan karena masih

rendahnya pengetahuan tentang pentingnya pelaksanaan Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) segera setelah lahir, serta masih adanya beberapa tempat

persalinan yang belum melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) terhadap

ibu melahirkan. Selain hal tersebut jenis persalinan bayi juga turut

33
menentukan dilakukan atau tidaknya Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tersebut.

Dewasa ini terdapat banyak ibu yang lebih memilih melakukan persalinan

dengan metode Sectio Caesar pada sejumlah rumah sakit, ibu yang

melakukan persalinan dengan metode Sectio Caesar tidak akan dilakukan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) hal ini disebabkan karena ibu tersebut masih

dalam pengaruh obat bius (anestesi) yang diberikan sebelum dilakukannya

tindakan operasi serta adanya rasa sakit yang dirasakan oleh ibu pada sekitar

abdomen (perut) ibu akibat suatu sayatan.

C. Pemecahan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

tersebut, terdapat beberapa upaya pemecahan masalah yang dapat dilakukan

yaitu sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan penyuluhan mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

pada kelas ibu hamil

2. Mengoptimalkan penyuluhan mengenai Inisiasi Menyusui Dini pada kelas

balita

3. Mengoptimalkan penyuluhan mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

pada Posyandu

34
D. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Umur Responden

Tabel IV.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Umur (dalam Tahun) n %

20 – 25 7 33
26 – 30 9 43
31 – 35 3 15
36 – 40 2 9
Jumlah 21 100
Sumber : Data primer terolah, 2021

Berdasarkan tabel IV.1 diatas dapat diketahui bahwa

distribusi umur responden yang paling banyak adalah berada pada

rentang umur 26 – 30 tahun yaitu sejumlah 9 responden dengan

presentase sebesar 43%, sedangkan jumlah yang paling rendah

berada pada rentang umur 36 – 40 tahun yaitu sebanyak 2

responden dengan presentase sebesar 9%.

35
b. Pendidikan Responden

Tabel IV.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Terakhir n %
SMP 3 14,3
SMA/SMK 13 61,9
Sarjana/Diploma 5 23,8
Jumlah 21 100
Sumber : Data primer terolah, 2021

Berdasarkan tabel IV.2 diatas dapat diketahui bahwa

distribusi tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah

pendidikan SMA/SMK yaitu sejumlah 13 responden dengan

presentase sebesar 61,9%, sedangkan jumlah yang paling rendah

adalah pendidikan SMP yaitu sebanyak 3 responden dengan

presentase sebesar 14,3%.

36
c. Pekerjaan Responden

Tabel IV.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan n %
Ibu Rumah Tangga 15 71,4
Karyawan Swasta 1 4,8
Guru/PNS 1 4,8
Wiraswasta 4 19
Jumlah 21 100
Sumber : Data primer terolah, 2021

Berdasarkan tabel IV.3 diatas dapat diketahui bahwa

distribusi pekerjaan responden yang paling banyak adalah ibu

rumah tangga (IRT) yaitu sejumlah 15 responden dengan

presentase sebesar 71,4%, sedangkan jumlah yang paling rendah

adalah pekerjaan Karyawan Swasta dan Guru/PNS yaitu masing –

masing sebanyak 1 responden dengan presentase sebesar 4,8%.

d. Jenis Persalinan

Tabel IV.4 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Persalinan

Jenis Persalinan n %
Normal 9 42,1
Caesar 12 57,1
Jumlah 21 100
Sumber : Data primer terolah, 2021

Berdasarkan tabel IV.4 diatas dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden melakukan persalinan dengan jenis

37
persalinan caesar yaitu sejumlah 12 responden dengan presentase

sebesar 57,1%, sedangkan 9 responden lainnya dengan presentase

42,1% lebih memilih melakukan persalinan dengan metode

normal.

e. Tempat Persalinan

Tabel IV.5 Karakteristik Responden berdasarkan Tempat

Persalinan

Tempat Persalinan n %
Bidan 3 14,3
Rumah Sakit 18 85,7
Jumlah 21 100
Sumber : Data primer terolah, 2021

Berdasarkan tabel IV.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 18

orang ibu dengan presentase sebesar 85,7% lebih memilih untuk

melakukan persalinan di rumah sakit, sedangkan sebanyak 3 orang

ibu lainnya dengan presentase sebesar 14,3% lebih memilih untuk

melakukan persalinan di bidan praktek.

2. Pengetahuan Responden terhadap Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Tabel IV.6 Pengetahuan Responden terhadap Inisiasi Menyusui Dini

(IMD)

Pengetahuan n %
Baik 21 100
Kurang 0 0
Jumlah 21 100

38
Sumber : Data primer terolah, 2021

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebanyak

21 responden (100%) dengan kriteria responden adalah ibu yang

memiliki anak usia 0 – 6 bulan yang bertempat tinggal di

Kelurahan Pesantren Kota Kediri telah memiliki pengetahuan

mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang baik.

3. Perilaku Responden terhadap Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Tabel IV.7 Perilaku Responden terhadap Inisiasi Menyusui Dini

(IMD)

Perilaku n %
Baik 14 66,7
Kurang 7 33,3
Jumlah 21 100
Sumber : Data primer terolah, 2021

Berdasarkan tabel IV.7 dapat diketahui bahwa dari 21

responden, yang memiliki perilaku baik tentang Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) yaitu sebanyak 14 responden (66,7%), serta yang

memiliki perilaku kurang baik tentang Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) yaitu sebanyak 7 responden (33,3%).

4. Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Tabel IV.8 Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Pelaksanaan IMD N %
Ya 14 66,7
Tidak 7 33,3

39
Jumlah 21 100
Sumber : Data primer terolah, 2021

Berdasarkan tabel IV.8 dapat diketahui bahwa dari 21

responden, yang yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

segera setelah melahirkan sudah lumayan tinggi yaitu sebanyak 14

responden (66,7%), serta yang tidak melakukan Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) segera setelah melahirkan lebih rendah yaitu sebanyak

7 responden (33,3%).

40
BAB V

PEMBAHASAN

A. Gambaran Karakteristik Responden

1. Umur Responden

Umur responden rata-rata berada dalam kategori produktif yaitu

umur 20 – 25 tahun (33%), 26 – 30 tahun (43%), 31 – 35 tahun (15%),

serta umur 36 – 40 tahun (9%). Hal tersebut sesuai dengan penelitian

terdahulu yang pernah dilakukan yaitu bahwa umur dapat memberikan

kemungkinan untuk ibu masih mampu menangkap informasi yang

diberikan secara baik. Selain itu, umur ibu juga sangat menentukan

kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan

dan nifas, serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang berumur

kurang dari 20 tahun masih belum matang dan siap dalam hal jasmani dan

sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina

bayi yang dilahirkan (Sarinah & Lydia, 2013).

2. Pendidikan Responden

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar pendidikan

responden adalah SMA/SMK (61,9%) sedangkan responden dengan

tingkat pendidikan tinggi (diploma/sarjana) adalah sebesar 23,8%.

Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi pelaksanaan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) pada ibu bersalin.

41
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanny (2012)

bahwa Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

ibu, dengan pendidikan yang tinggi akan mencerminkan kedewasaan

seseorang dalam bertindak atau berifikir. Hal tersebut juga sesuai dengan

penelitian Nursalam (2008) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka akan semakin mudah dalam menerima informasi

sehingga akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

3. Pekerjaan Responden

Mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga yaitu

sebanyak 15 responden (71,4%), 4 responden (19%) sedangkan 2

responden lainnya bekerja sebagai karyawan swasta dan guru/pns.

Berdasarkan penelitian yang tela dilakukan oleh Alia, dkk. (2010)

didapatkan hasil bahwa pekerjaan seorang ibu memiliki hubungan yang

erat dengan keberhasilan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) saat

persalinan, hal ini disebabkan karena seorang ibu yang tidak bekerja (ibu

rumah tangga) akan mempunyai lebih banyak waktu untuk bersosialisasi

dengan ibu balita yang mengikuti posyandu, kegiatan RT dan RW, serta

arisan ibu-ibu PKK untuk dapat menambah informasi atau saling bertukar

pengetahuan serta pengalaman tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

42
4. Jenis Persalinan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil

bahwa sebagian besar ibu melakukan persalinan dengan metode caesar

Proses persalinan yang dilakukan akan berpengaruh terhadap kondisi ibu

dan bayi pasca persalinan. pada persalinan caesar ibu akan merasa

mengantuk sebagai efek dari obat bius, sedangkan pada persalinan dengan

metode normal ibu akan merasa lebih lelah karena harus melalui proses

kontraksi yang panjang dan melelahkan (Roesli Utami, 2012 dalam

Novianti dan Mujiati, 2015).

5. Tempat Persalinan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui

bahwa sebanyak 18 responden (85,7%) ibu melakukan persalinan di

rumah sakit, hal ini dapat mempengaruhi pelaksanaan Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) pada ibu pasca bersalin.

Menurut Fikawati dan Ahmad (2010) penolong persalinan

merupakan kunci utama atas keberhasilan pelaksanaan Inisiasi Menyusui

Dini (IMD), karena dalam 30 menit pertama setelah bayi lahir umumnya

peran penolong persalinan masih sangat dominan. Apabila ibu difasilitasi

oleh penolong persalinan untuk segera memeluk bayinya maka

diharapkan interaksi ibu dan bayi akan segera terjadi (Asyifa, dkk., 2016).

43
B. Gambaran Pengetahuan Responden terhadap Inisiasi Menyusui Dini

(IMD)

Berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan terhadap responden

melalui pengisian google formulir dapat diperoleh hasil bahwa tingkat

pengetahuan responden secara keseluruhan telah menunjukkan hasil yang

baik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anita (2010) menyatakan

bahwa dengan banyaknya sumber informasi yang ada maka akan dapat

menambah pengetahuan seseorang menjadi lebih luas, pada era globalisasi ini

pengetahuan dapat dengan mudah untuk diperoleh melalui berbagai media

yang ada, baik media cetak maupun media elektronik.

Seperti yang dikatakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan

peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan tersebut merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Anita, 2010).

C. Gambaran Perilaku Responden terhadap Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 21 responden mengenai

perilaku responden terhadap Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dapat

menunjukkan bahwa sebagian besar responden (66,7%) memiliki perilaku

sudah baik.

44
D. Gambaran Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi mulai menyusu sendiri

kepada ibunya segera setelah lahir dimana terdapat suatu kontak kulit antara

ibu dengan bayi (Utami Roesli, 2008).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) ini sangat penting untuk dilakukan terhadap

bayi yang baru lahir. Dengan melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

segera setelah bayi lahir maka akan dapat mencegah terjadinya hipotermia

pada bayi hal ini disebabkan karena adanya suatu kontak antara kulit ibu

dengan kulit bayi tersebut mampu menstabilkan suhu badan bayi sehingga

bayi akan tetap hangat serta meningkatkan kemampuan bayi baru lahir untuk

tetap bertahan hidup (mencegah bayi mengalami kedinginan), selain hal

tersebut bayi juga dapat memperoleh kolostrum yang kaya akan antibodi dan

ASI sebagai makanan pertamanya, serta dapat merangsang pengeluaran

hormon oksitosin yang mampu membantu mengurangi perdarahan dan

mempercepat pengecilan/pemulihan rahim ibu pasca melahirkan. Jika Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) tersebut tidak dilakukan maka akan dapat

meningkatkan Angka Kematian Bayi (AKB) yang disebabkan oleh

hipotermia, berdasarkan data yang diperoleh dari Human Development

Report 2010 menyatakan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia

mencapai 31 per 1.000 kelahiran dan ini termasuk angka yang tinggi (F.B.

Monika, 2014).

45
Berdasarkan pada data penelitian yang telah dilakukan, sebesar 66,7% atau

14 ibu melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada saat bersalin, dan

33,3% atau 7 ibu lainnya tidak melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

pada saat bersalin.

Menurut Aprillia (2009) keberhasilan program Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) ini sangat dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan dan motivasi bidan

ataupun dokter yang membantu menangani proses persalinan ibu. Selain itu,

keberhasilan ibu menyusui juga harus didukung oleh suami, keluarga, petugas

kesehatan, serta masyarakat (Dara, 2011).

46
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 21 responden

dengan kriteria responden adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 6 bulan,

didapatkan hasil sebesar 100% responden telah memiliki pengetahuan yang

baik mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD), sedangkan pada perilaku

responden terkait Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tersebut didapatkan hasil

sebanyak 33,3% (7 orang responden) memiliki perilaku yang kurang baik

dalam melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) segera setelah bayi lahir.

Faktor yang menyebabkan rendahnya perilaku ibu tersebut adalah karena

sebagian besar ibu melakukan persalinan di rumah sakit baik dengan metode

persalinan normal maupun dengan metode sesar, selain hal tersebut adanya

peran tenaga kesehatan yang membantu dalam proses persalinan ibu untuk

melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini ini masih cukup rendah.

47
B. Saran

1. Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya pelaksanaan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) secara rutin kepada ibu hamil baik melalui kelas ibu

hamil maupun secara pendekatan personal terhadap ibu hamil yang ada.

2. Menghimbau kepada seluruh bidan, dokter, maupun petugas kesehatan

lain yang membantu dalam proses kelahiran bayi untuk melakukan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) dengan cara menegakkan kebijakan yang telah

tercantum pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33 Tahun

2012 Pasal 9 Ayat 1 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

48
DAFTAR PUSTAKA

Riskesdas. 2018. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta : Kementerian

Kesehatan RI

Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Pustaka

Bunda

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata. Panduan Pelaksanaan Praktik Belajar

Lapangan (PBL). Kediri : Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata

Puskesmas Pesantren 1. 2019. Data Laporan Bulanan Gizi IMD dan BBLR.

Kediri: Puskesmas Pesantren 1

Puskesmas Pesantren 1. 2019. Monitoring dan Evaluasi Tribulanan

Kegiatan Program Gizi Tribulan 3 Tahun 2019. Kediri : Puskesmas

Pesantren 1

Monika, F.B. 2014. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta : Mizan Media Utama

Marliandiani, Yefi dan Nyna Puspita Ningrum. 2015. Buku Ajar Asuhan

Kebidanan pada Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Salemba Medika

Sarinah dan Lydia Fanny. 2013. Determinan Perilaku Inisasi Menyusui Dini

(IMD) pada Ibu Hamil (7 – 9 Bulan) yang Bersalin di RSKD Ibu dan Anak

Siti Fatimah Makassar. Jurnal MKMI Juni 2013, Hal. 95 – 102. Makassar

Yusuf, Nur Hidayah. 2011. “Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi

Menyusu Dini di RSIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2011”. Fakultas Ilmu

Kesehatan. Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar

49
Novianti dan Mujiati. 2015. Faktor Pendukung Keberhasilan Praktik Inisiasi

Menyusui Dini di RS Swasta dan Rumah Sakit Pemerintah DKI Jakarta.

Jakarta

Norhana, Asyifa., dkk. 2016. Hubungan Tempat Persalinan dan Jenis Penolong

Persalinan dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di Puskesmas

Martapura. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 3 No. 2

Agustus 2016. Banjarbaru

50

Anda mungkin juga menyukai