Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RESUME

MATA KULIAH DASAR-DASAR JURNALISTIK

OLEH :

ALMIRA FELIA RAFIQ

19043010103

Kelas C

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2020

A. Elemen-Elemen Jurnalistik
Terdapat 10 (sepuluh) elemen yang perlu dijadikan pedoman oleh seorang Jurnalis
dalam menjalankan tugasnya berdasarkan buku yang dibuat oleh Bill Kovach dan
Tom Rosenstiel (2001):
1. Menyampaikan Fakta
Kebenaran adalah poin terpenting. Seorang jurnalis wajib menyampaikan
informasi sesuai kenyataan dan tidak menyimpang. Jika seorang jurnalis tidak
menyampaikan kebenaran/hanya mengada-ngada atau menyebar informasi hoax,
maka kredibilitas seorang jurnalis dan media akan hilang. Publik tidak akan lagi
mempercayai suatu media yang telah menyampaikan sebuah informasi yang tidak
sesuai fakta.
2. Memegang Kepercayaan Publik
Seorang Jurnalis harus memegang kepercayaan dari 3 (tiga) pihak, diantaranya
adalah pemegang saham/stockholder, pengiklan, dan masyarakat. Kesetiaan atau
loyalitas kepada pihak tersebut dapat didasari atas kemampuan bersikap
independen dalam melaksanakan kebijakan editorial peliputan. Kepercayaan
publik terhadap suatu media sangat penting, sebab dengan memegang
kepercayaan tersebut akan membantu jurnalis dalam menyebarkan informasi yang
memenuhi kepentingan banyak orang. Jika seseorang sudah loyal dengan suatu
media, maka orang tersebut akan meng-influence orang disekitarnya dan
menyarankan suatu media yang memiliki kredibilitas tinggi.
3. Disiplin Verifikasi
Verifikasi atau konfirmasi mengenai suatu informasi perlu dilakukan sebelum
nantinya disebarkan baik melalui media cetak, media elektronik, maupun media
online yang nantinya menjadi konsumsi publik. Seorang jurnalis wajib disiplin
verifikasi sehingga dapat membedakan informasi faktual dengan gosip/desas-
desus, kabar burung, atau mitos. Verifikasi dilakukan terhadap sumber yang
dimintai informasi (narasumber), observasi langsung, dan menentukan sumber
informasi tidak hanya dari satu orang contohnya verifikasi tidak hanya kepada
kepolisian yang menyelidiki dan memegang sebuah kasus, namun verifikasi juga
dilakukan kepada saksi mata di lokasi kejadian. Seorang jurnalis tidak
menambahkan informasi-informasi lain yang tidak sesuai fakta. Informasi
disajikan apa adanya tanpa ada tambahan maupun pengurangan.

4. Independen
Tuntutan untuk bersifat objektif sering kali membuat wartawan pemula
bingung. Tetapi menjadi netral bukanlah prinsip dasar jurnalisme. Prinsipnya,
wartawan haruslah bersikap independen dari hal-hal yang mereka liput. Jurnalis
tetap memilah berita mana yang sekiranya akan disebarluaskan melalui
transparasi, akurasi, dan verifikasi. Intinya, dengan bersifat independen, semua
berita mendapat perlakuan yang sama oleh jurnalis.
5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Rakyat
Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.
Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di
masyarakat. Lembaga-lembaga yang menamakan dirinyas sebagai lembaga publik
atau bekerja untuk kepentingan publik.
6. Penyedia Forum Kritik bagi Publik
Sebuah media harus menjadi ajang saling kritik dan menemukan kompromi.
Forum yang disediakan harus untuk komunitas seutuhnya, bukan hanya untuk
kelompok yang berpengaruh atau yang secara demografi menarik.
7. Memikat dan Relevan
Tugas seorang jurnalis adalah menemukan informasi yang menjadi kebutuhan
publik untuk menjalani hidup mereka. Namun tidak hanya itu, seorang jurnalis
juga perlu membuat informasi tersebut menjadi bermakna, relevan, memikat, dan
enak disimak.
8. Proporsional dan Komprehensif
Seorang jurnalis harus menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan
komprehensif. Tidak ada cara lain untuk menyajikan berita yang proporsional dan
komperehensif sesuai esensi jurnalisme, selain memenuhi semua kaidah dalam
etika jurnalistik.
9. Berhati Nurani
Jurnalis adalah manusia. Setiap manusia tentunya memiliki hati nurani. Dalam
mencari hingga menyunting berita, perlu diimbangi dengan visi dan nurani. Setiap
wartawan dari redaksi hingga dewan direksi harus punya etika dan tanggungjawab
personal.

10. Hak dan Kewajiban Terhadap Berita


Kita sedang berada dalam Revolusi Komunikasi. Jurnalisme bukan sekedar
informasi. Demokrasi dan jurnalisme lahir bersama-sama dan mereka juga akan jatuh
bersama-sama.

B. Definisi Berita Feature


Secara bahasa, feature diterjemahkan dengan “karangan khas”, yaitu karangan
tentang sesuatu yang tidak hanya memberikan berita faktual tetapi ditulis dengan gaya
menarik dan terperinci. Feature adalah karya jurnalistik yang penulisannya
menggunakan gaya bahasa sastra, bercerita atau bertutur layaknya menulis cerpen
atau novel. Feature juga merujuk pada informasi radio atau televisi yang disampaikan
layaknya drama atau sandiwara radio, namun kisahnya nyata atau benar-benar terjadi
(faktual). Opini yang disisipkannya pun berdasarkan fakta.

Berita feature merupakan berita soft news yang dibuat oleh seorang jurnalis
dengan struktur piramida, yaitu dari yang kurang penting sampai yang bagian terakhir
adalah bagian yang paling banyak mengandung point penting. Biasanya berita feature
banyak mengulas seperti berita kuliner, liputan suatu komunitas, atau merupakan
pengalaman unik seseorang terhadap sesuatu. Berita feature memiliki ciri yaitu
faktual, bersifat timeless, bahasanya seperti cerpen/mengandung unsur sastra, dan
mengandung human interest alias menarik dimata publik.

Biasanya berita feature merupakan penjabaran dari berita hardnews. Pada


feature, penulis akan mengulas informasi lebih detail dengan disajikan sedemikian
menarik dan menggunakan lead yang atraktif. Berita feature tentunya menggunakan
bahasa yang mudah dipahami sehingga dapat dibaca segala usia, mulai dari anak-anak
hingga dewasa. Sebuah feature tidak diwajibkan menggunakan unsur 5W+1H
sehingga berbeda dengan hardnews, artikel, kolom, dan analisis berita. Tujuan berita
feature tidak lain adalah menghibur sekaligus mengedukasi publik melalui tulisan
yang tidak baku atau menggunakan bahasa yang cukup santai.

C. Sifat-Sifat Berita Feature


Ada beberapa sifat berita feature menurut Tempo (1979:6-8) yaitu sebagai berikut:
1. Kreatif
Feature membutuhkan kreativitas penulisnya dalam mencari objek tulisan
yang khas, yang kadang-kadang merupakan peristiwa biasa, namun belum pernah
atau jarang terungkap. Kreativitas penulis sangat dituntut untuk menuturkan
informasi yang diperolehnya. Penyajian isi feature tentunya dikembangkan
dengan kreativitas penulisnya.
2. Variatif
Sebuah feature ditulis dengan gaya penulisan yang variatif sehingga mampu
membangkitkan imajinasi pembacanya. Diksi atau pilihan kata, komposisi atau
rangkaian kata, kalimat dan paragrafnya, dari fakta-fakta yang diperoleh ditulis
tidak monoton, hidup, dan variatif. Karena disajikan dengan gaya santai, feature
diharapkan dapat menghibur pembaca.
3. Subyektif
Feature bersifat subyektif, yaitu sangat tergantung sudut pandang, wawasan,
intelektual, ketrampilan, dan karakter penulisnya. Dalam menyusun feature,
penulis dibolehkan memasukkan unsur subyektivitas. Ini dimaksudkan agar
feature bisa lebih menarik dan tersaji dengan lancar.
4. Informatif
Feature membantu pembaca dengan memperjelas suatu keadaan untuk
merasakan gambaran dari suatu kejadian, atau memengaruhinya bertindak atau
percaya. Nilai informatif feature berbeda dengan berita langsung yang benar-benar
menyajikan informasi. Informasi dalam feature lebih mendalam dan lengkap.

Menurut Masmiar Mangiang (2004), berita feature memiliki sifat sebagai berikut:
1. Faktual
2. Menerangkan masalah, bukan melaporkan dengan segera
3. Tidak memaksakan opini
4. Ngunan feature tidak terikat piramida terbalik
5. Tidak harus sealu menjawab unsur 5w+1h
6. Bersifat timeless
7. Lead feature atraktif
8. Bahasa feature seperti bahasa cerpen
9. Angle feature tunggal
10. Ruang persoalannya sempit

D. Macam-Macam Berita Feature


Berdasarkan buku Jurnalisme Dasar oleh Luwi Ishwara (2005), jenis atau macam
berita feature adalah sebagai berikut:
1. Bright, yaitu sebuah tulisan kecil yang menyangkut kemanusiaan atau human
interest, biasanya ditulis dengan gaya anekdot dengan klimaks pada akhir cerita.
2. Sidebar, cerita feature ini mendampingi atau melengkapi suatu berita utama.
3. Sketsa Kepribadian atau Profil, suatu sketsa biasanya pendek dan hanya mengenai
satu aspek dari kepribadian. Profil lebih panjang dari sketsa, lebih detail, dan
secara psikologis lebih dalam. Profil mencoba menggambarkan dasar yang dalam
seperti apa sebenarnya individu itu.
4. Profil Organisasi atau Proyek, sama dengan sketsa kepribadian atau profil hanya
saja artikel organisasi/proyek ini mengenai grup atau perusahaan, bukan mengenai
individu.
5. Berita Feature, yaitu sebuah berita yang ditulis dengan gaya feature. Daripada
ditulis secara langsung dan lugas, cerita ini disampaikan dengan menggunakan
teknik feature, seperti pembukaan cerita dengan suatu ilustrasi anekdot, walaupun
sebenarnya tujuan utama dari cerita itu adalah menyampaikan berita.
6. Berita Feature yang Komprehensif, menggambarkan arah dan perkembangan
suatu isu berita. Jenis tulisan ini mendasarkan riset yang lebih baik daripada
berita-berita lainnya, sebab berasal dari berbagai sumber yang luas.
7. Artikel Pengalaman Pribadi, ditulis oleh seorang wartawan atau wartawan yang
menulis untuk orang lain yang mengalami peristia yang unik. Kadang, wartawan
sendiri mengatur suatu pengalaman unik untuk ditulis.
8. Feature Layanan, tulisan ini menggambarkan bagaimana caranya menjawab
kebutuhan hidup sehari-hari. Feature seperti ini makin populer sejak surat kabar
berusaha untuk lebih dekat dengan kebutuhan dan minat pembaca.
9. Wawancara, feature wawancara khusus melukiskan suatu dialog antara seorang
wartawan dengan orang lain, sering seorang tokoh masyarakat atau selebriti.
Terkadang ditulis dalam format tanya-jawab.
10. Untaian Mutiara, adalah suatu feature kolektif, seperti pada seri anekdot mengenai
topik umum. Wawancara dengan orang-orang di jalan termasuk dalam kategori
ini.
11. Narasi, bagaikan cerita pendek namun narasi berhubungan dengan materi yang
faktual. Narasi memaparkan adegan demi adegan dengan memanfaatkan deskripsi,
karakterisasi, dan plot. Dan sebagai teknik penulisan, narasi bisa diterapkan untuk
penulisan jenis feature lainnya.

E. Jurnalisme dan Pemberitaan Bencana Alam


Jurnalisme/media massa memiliki peran yang sangat besar dalam pemberitaan
bencana alam. Intensitas pemberitaan bencana alam yang tinggi dapat menggugah
kesadaran dalam diri masyarakat dan membangun rasa solidaritas antar sesama,
seperti dengan memberikan donasi baik material/non-material. Seperti yang kita tahu
bahwa salah satu kriteria nilai berita yaitu berupa tragedi/musibah. Suatu berita akan
dinilai sangat tinggi apabila mengandung nilai yang menyangkut kepentingan banyak
orang. Media massa dapat membuat masyarakat mengetahui perkembangan terkini
kondisi di lokasi bencana. Khalayak informasi tidak sekadar menempatkan
pemberitaan sebagai sumber informasi tentang peristiwa, namun juga sebagai
pedoman penyusunan agenda. Hal ini sesuai dengan fungsi utama jurnalisme bencana,
yaitu membantu masyarakat dan pihak lain dalam penanggulangan bencana.
Jurnalis tentu memiliki peran yang besar dalam pemberitaan bencana, karena
jurnalis merupakan aktor utama dimana jurnalisme bencana terbentuk. Tugas seorang
jurnalis dalam jurnalisme bencana tidak hanya melaporkan fakta sesuai keadaan,
melainkan juga mendefinisikan peristiwa tersebut dengan pemahaman mereka.
Tentunya pemahaman tersebut terbentuk dari pengalaman dan informasi-informasi
yang telah dipilah mengenai jurnalisme bencana. Namun rupanya pemahaman jurnalis
mengenai jurnalisme bencana itu sendiri masih minim, dikarenakan tidak adanya
standar operasional peliputan khusus bencana alam oleh lembaga pers di Indonesia.
Jurnalisme sensitif bencana merupakan praktik jurnalisme yang mengandung
banyak informasi dan pesan moral, serta tidak menimbulkan kepanikan atau
dramatisasi keadaan mengenai bencana yang terjadi. Seorang jurnalis menggali sisi
penyebab bencana mulai dari tren peliputannya dengan mengejar sisi sensasi dan
berspekulasi dari bencana.
Prajarto (2008) mengemukakan bahwa jurnalis mempunyai tanggung jawab
menghimpun hingga menyajikan masalah mitigasi, kesiapan, tanggapan, dan
perbaikan seputar bencana. Namun, menurut Prajarto (2008, h. 10), banyak jurnalis
yang terjebak pada keasyikan membesarkan peristiwa melalui informasi mengenai
banyaknya korban. Bencana semakin dibesar-besarkan seiring semakin banyaknya
korban. Korban bencana hanya dilihat sebagai magnitude sebuah berita. Peliputan
bencana semacam itu dapat meniadakan fakta-fakta potensial.
Media massa dalam menyampaikan sumber informasi dituntut untuk lebih
bijak menyebarluaskan dan menggiring opini masyarakat dalam melihat berita-berita
bencana yang ada di Indonesia. Tuntutan ini cukup bijak mengingat peran jurnalis
secara kelembagaan senantiasa memprioritaskan masalah objektivitas, skeptivitas, dan
rasionalitas menuju penghormatan atas pluralisme keyakinan yang ada di Indonesia.

F. Jurnalisme Warga, Self Regulation, dan Konsekuensinya


Jurnalisme warga atau kerap disebut citizen journalism merupakan sebuah
liputan berita yang dilakukan oleh warga yang profesinya bukan seorang jurnalis.
Dalam hal ini, warga berperan aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisis,
penyuntingan, dan penyebaran berita serta informasi yang dimiliki. Tipe jurnalisme
ini akan menjadi tren baru dimana warga membentuk berita dan informasi di masa
mendatang.
Melalui citizen journalism, warga dapat mengembangkan skill atau
kemampuannya dalam meliput suatu berita meskipun dirinya tidak berprofesi sebagai
jurnalis. Tidak hanya mengembangkan skill atau kemampuan, warga juga bisa
melakukan hobinya dalam mengumpulkan informasi disamping pekerjaan utama
mereka. Dengan menjadi citizen jurnalis, warga juga bisa mendapat keuntungan.
Contohnya ketika sebuah stasiun televisi di Indonesia yaitu NET TV yang
menawarkan beberapa rewards untuk warga yang mengirimkan informasi/berita
terkait arus mudik lebaran ke acara berita stasiun televisi tersebut. Ini dapat
menguntungkan warga, sebaliknya juga akan menguntungkan pihak televisi yang
mendapat banyak informasi dari berbagai daerah. Tentunya akan menguntungkan
kedua belah pihak.
Semua orang bisa menjadi jurnalis warga, yang dibutuhkan hanyalah hasrat
atau keinginan yang kuat, latihan, dan keinginan untuk menyampaikan cerita yang
bagus. Kita bisa bergabung dengan situs berita atau menyebarkan berita kita secara
independen baik melalui media sosial maupun blog, atau situs berita pribadi. Saat ini
adalah waktu yang terbaik bagi seritap warga untuk keluar dan melaporkan semua
kejadian yang ada di sekitarnya.
Untuk mengekspresikan kebebasan dan kemerdekaan dalam negara
demokrasi, media sosial dan jurnalisme warga menjadi satu caranya. Hal ini
merupakan sebuah peringatan bagi perusahaan media untuk terus kreatif, berinovasi,
dan meningkatkan kualitas pemberitaannya. Jika tidak, maka media tersebut
berpeluang untuk ditinggalkan. Pemanfaatan teknologi harus dimaksimalkan dan terus
dikembangkan.

Menurut Ishwara (2005), terdapat tiga syarat seseorang dapat dikatakan


sebagai jurnalis dalam jurnalisme warga. Diantaranya:
1. Tahu yang Menarik
Seorang warga wajib tahu informasi apa yang sedang happening
ditengah masyarakat dan sekiranya menarik untuk diketahui dan dibaca
oleh publik. Namun, tidak hanya menarik, tetapi juga memuat isi yang
penting dan faktual, tidak mengada-mengada informasi alias
menambahkan atau mengurangi informasi yang ada. Sama halnya dengan
karakteristik jurnalisme.

2. Selalu Ingin Tahu


Tentunya jika terjun dalam jurnalisme warga, seorang warga itu sendiri
harus memiliki sifat selalu ingin tahu alias skeptis. Tidak pantas jika
seorang jurnalis pada jurnalisme warga tidak tertarik mengumpulkan
informasi aktual. Warga harus bersifat skeptis atau dalam bahasa gaulnya
adalah kepo. Rasa ingin tahu ini tentunya didasari oleh struktur berita
jurnalistik yaitu 5W+1H.

3. Mampu Observasi
Hal ini juga wajib dilakukan oleh seorang jurnalis, yaitu melakukan
observasi atau pengamatan langsung ke lokasi kejadian. Seorang citizen
jurnalis tentunya tidak hanya berdiam diri dirumah. Jika hanya diam, maka
ia tidak akan mendapat satupun informasi. Sehingga seorang citizen
jurnalis perlu terjun ke lapangan untuk mendapat informasi sebanyak-
banyak dari sumber berita dan memotret keadaan yang sebenarnya di
lokasi.
Dalam artikel Review Jurnalisme Online, J. D. Lasica (2003)
mengklarifikasikan media jurnalisme warga ke dalam beberapa tipe, yaitu:
1. Partisipasi pemirsa, seperti komentar dalam berita online, blog pribadi,
foto atau video
2. Berita dan informasi situs-situs independen
3. Situs berita dengan partisipasi penuh atau murni
4. Kolaborasi situs-situs media
5. Thin Media, seperti newsletter e-mail
6. Situs penyiaran pribadi

Seiring dengan perkembangan zaman dan pertumbuhan media makin banyak


atau meningkatnya situs yang memudahkan khalayak untuk berinteraksi dengan
khalayak lain. Contohnya seperti, wordpress dan blogspot, kombinasi web 2.0 dan
teknologi digital dapat mempublikasikan informasi ke dalam situs web milik sendiri
serta mengumpulkan dan menangkap video atau foto yang diposting secara online.
Fenomena ini tampaknya akan selalu tumbuh, dengan adanya hal tersebut khalayak
dapat bekerja layaknya wartawan dengan cara yang disengaja. Dengan adanya
internet yang dimiliki oleh khalayak, khalayak mampu menyebarkan informasi dalam
bentuk teks, audio, komentar, dan analisis.

Setiap media massa di Indonesia harus berlandaskan pada Regulasi Media di


Indonesia seperti Undang-undang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Menurut Dewan
Pers, untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral
dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik
dan menegakkan integritas serta profesionalisme (Dewan Pers, 2011).

Self Regulation merupakan aturan khusus yang diterapkan oleh masing-


masing Perusahaan. Self-regulation dapat diartikan sebagai tanggung jawab yang
diberikan kepada pelaku media untuk menerapkan sendiri regulasi yang mereka pilih.
Pelaku media ini kemudian akan diawasi dari dalam maupun oleh organisasi media itu
sendiri atau oleh badan publik. Peranan self regulation dalam media lebih kepada
kode praktik jurnalistik untuk kepentingan akurasi dan keadilan serta prosedur
pelaksanaan (Harmonis, 2018).
Peran Self Regulation itu sendiri tidak jauh berbeda dengan regulasi media
pada umumnya yaitu sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan
publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Tantangan di negara
berkembang seperti Indonesia, sejarah telah membuktikan betapa ketimpangan arus
informasi berkaitan dengan persoalan demokrasi, terutama soal kontrol terhadap
jalannya kekuasaan serta partisipasi masyarakat dalam proses politik (Birowo, 2004)
Konstelasi industri media di Indonesia tak terelakkan oleh adanya konflik kepentingan
antara pribadi media dan kepentingan publik, konflik antara keharusan mencari
keuntungan sebagai sebuah perusahaan dan tanggung jawab sosial, serta keraguan
media mampu menyampaikan kebenaran dan kejujuran secara utuh mengingat media
melakukan framing terhadap isu tertentu.

Tentunya terdapat dampak atau konsekuensi dari citizen jurnalisme itu sendiri.
kemunculannya dapat menjadi ancaman serius bagi jurnalis professional, karena
setiap orang dianggap mampu dan bisa menyampaikan informasi sejajar dengan
jurnalis. Hal tersebut juga mendorong munculnya sikap skeptis terhadap keberadaan
media baru dan profesinalisme warga dalam menyampaikan berita.

Kurniawan (2006) mengatakan bahwa salah satu pemimpin redaksi portal


online terbaik di Indonesia mengakui kekhawatirannya akan turunnya kredibilitas
portalnya, hal ini didasari oleh keraguan atas masalah hukum atau kurangnya
pemahaman warga atas kode etik jurnalistik dari warga yang melaporkan berita.
Kondisi tersebut menjadi salah satu tantangan bagi para jurnalis professional untuk
terus mampu beradaptasi dengan berkembangnya channel informasi yang mengarah
ke new media namun juga harus tetap menjaga koridor etika jurnalistik. Hal ini
dilakukan agar media konvensional tidak ditinggalkan oleh audiencenya dan control
atas berita yang disampaikan oleh warga (produk citizen journalism) tetap terjaga
kredibilitasnya. Selain itu untuk menjaga nama baik dan profesionalitas seorang
jurnalis sendiri.

Terdapat pula konsekuensi lain yang perlu diperhatikan ketika seorang warga
memutuskan untuk terjun ke dunia citizen journalism. Selain bertugas untuk
mengumpulkan informasi, penyuntingan berita, dan penyebarannya, seorang jurnalis
perlu memerhatikan kembali hal-hal yang mungkin terjadi setelah penyebaran berita
yang diproduksi tersebut. Bisa saja salah satu dari publik merasa tersindir terkait
informasi yang disajikan, kurang baiknya penataan bahasa dan penyampaian
informasi kepada publik, atau kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa saja terjadi
seperti duplikasi informasi, kurangnya kepercayaan publik terhadap citizen journalism
dan mereka lebih memilih untuk membaca atau menerima informasi dari media yang
lebih terpercaya. Tentunya hal tersebut perlu dipertimbangkan secara matang.

Untuk menghindari publikasi jurnalisme warga yang kurang akurat,


pemalsuan penyampaian informasi, dan yang lainnya, perlu adanya kebijakan yang
tepat sehingga jurnalisme warga dapat memberi manfaat sebagai perwujudan
kebebasan berkomunikasi dan sarana informasi publik yang bermanfaat bagi
masyarakat tanpa mencederai hukum yang nantinya akan menimbulkan kekacauan
informasi, kegaduhan kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia.

Daftar Pustaka

Materi Power Point oleh Fikry Zahria Emeraldyn, S.I.Kom, M.A


Ishwara, Luwi . (2005), Jurnalisme Dasar

Jurnal Komunikasi oleh Rizki Tania1, Dian Alfiah2, Lia Septiarini3, Irwansyah4, Program
Studi Komunikasi Bisnis Universitas Muhammadiyah Jakarta

https://media.neliti.com/media/publications/238234-menggagas-jurnalisme-optimis-dalam-
pembe-2b306d34.pdf

https://www.gurupendidikan.co.id/feature/

https://www.kompasiana.com/santhabriancha/58ca972e729373722f0e2a8c/mengenal-citizen-
journalism-jurnalisme-warga

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jurnalisa/article/download/6895/5575

https://binus.ac.id/malang/2017/09/tantangan-jurnalis-di-era-citizen-journalism/

Anda mungkin juga menyukai