Anda di halaman 1dari 6

Pemeriksaan laboratorium forensik

Pengambilan sampel dan pengawetan


Lokasi pengambilan sampel dan macam pengawet bahan kimia tergantung
dari jenis bahan kimia yang dicurigai. Selanjutnya sampel tersebut dikirim ke
laboratorium dengan menyertakan surat yang berisikan laporan singkat otopsi dan
permintaan pemeriksaan jenis bahan kimia tertentu yang dicurigai. Jenis-jenis sampel
untuk pemeriksaan lanjutan di laboratorium adalah sebagai berikut:

Darah
Lokasi terbaik yang dimaksudkan adalah vena femoralis dan vena iliaka.
Namun jika tidak menemukan darah dari kedua lokasi tersebut, sampel darah dapat
diambil dari vena aksilaris. Sangat tidak dianjurkan untuk mengambil darah vena
jugularis karena sudah terkontaminasi oleh refluk cairan dari rongga dada.

Darah juga tidak boleh diambil dari rongga badan mengingat daerah tersebut
telah terkontaminasi oleh isi perut, efusi, urin, feses dll. Dalam sirkulasi darah, organ
tubuh akan mengambil zat kimia dari sirkulasi sehingga kadar zat kimia dalam vena
lebih rendah dibandingkan arteri. Pada korban mati, juga terdapat variasi kadar zat
kimia karena destruksi zat tersebut oleh aktivitas enzimatik dan mikroorganisme serta
difusi zat kimia berukuran kecil melewati membran sel yang telah kehilangan
permeabilitasnya. Para ahli menganjurkan untuk lebih baik mengambil akan dapat
diidentifikasi pemilik cairan tubuh tersebut. Beberapa metode pemerikaan darah
dikerjakan sesuai dengan racun yang ingin dibuktikan berdasarkan dugaan ahli
forensik.

Bahan yang paling banyak ditemukan melalui pemeriksaan darah:


1. Alkohol
Bau alkohol bukan merupakan diagnosis pasti keracunan. Diagnosis pasti
hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan kuantitatif kadar alkohol darah. Pada
mayat, alkohol dapat berdifusi dari lambung ke jaringan sekitar termasuk ke
dalam jantung, sehingga untuk pemeriksaan toksikologik, darah sebaiknya diambil
daripembuluh darah vena perifer seperti vena femoralis dan vena aksilaris. Tubuh
jenazah sendiri menghasilkan alkohol dengan jumlah yang signifikan melalui
dekomposisi seperti fermentasi oleh jamur dan flora lain. Dalam 24 jam pada suhu
hangat fermentasi menghasilkan 150 mg alkohol per 100 ml sampel.

Cara pengambilan sampel darah :


Sebanyak 15cc darah yang telah diambil dari vena femoralis atau vena iliaka
kemudian dimasukkan ke dalam tabung/botol. Tanpa pengawet sehingga terjadi
pembekuan. Selain itu 5 – 100 cc darah dimasukkan tabung yang telah diisi
larutan pengawet seperti EDTA, potassium oxalate, heparin. Jika dicurigai
mengandung alkohol, darah sebanyak minimal 5cc dimasukkan dalam tabung
yang telah diisi sodium floride dengan tujuan untuk mencegah kerusakan alkohol
oleh mikroorganisme.

2. Karbon Monoksida
Karbon monooksida bersifat stabildan tidak dapat berdifusi. Oleh sebab itu zat
karbon mono oksida dapat diambil dari pembuluh darah dan darah di rongga
tubuh. Cara lain untuk mengambil darah adalah dengan melakukan pengirisan
pembuluh vena iliaka dan femoralis setelah mengeluarkan organ perut terlebih
dahulu. Demikian pula, vena jugularis interna dapat memberikan banyak sampel
darah setelah dilakukan insisi pada pembuluh vena tersebut.

3. Narkotika
Darah merupakan port de entre dari zat-zat narkotika. Cara pengambilan darah
untuk pemeriksaan adalah dengan mengambil darah dari vena perifer secara
terpisah ataupun secara langsung dari jantung. Dengan meneliti kadar obat-obatan
dari berbagai tempat akan dapat diperkirakan seberapa jauh tingkat keracunannya.

Pengambilan sampel darah dalam bentuk cair atau kering yang dilakukan
terhadap tiap noda darah yang ada ditempat kejadian perkara. Untuk menghindarkan
terjadinya cross contamination, para ahli harus mengikuti panduan umum:
1. Menggunakan sarung tangan baru dan mengganti sarung tangan tiap pengambilan
pola darah. Tidak dianjurkan menggunakan peralatan standart, namun sebaiknya
menggunakan scalpel disposibble atau single edge razor blades untuk
pengambilan kerokan sampel darah kering, swab steril atau pipet disposable dan
semprotan untuk pengambilan sampel darah cair. Penting diingat untuk mengganti
mata scalpel atau pipet tiap pengambilan darah dari pola darah yang berbeda.

2. Setelah sampel diambil, maka harus dikemas sebaik-baiknya, sesuai dengan


bentuk sediaan sampel. Sediaan darah kering sebaiknya ditempatkan pada plastik
obat kemudian dimasukkan ke amplop. Jangan menggunakan amplop berperekat
kecuali benar-benar perlu, dan hanya diizinkan untuk membasahi bagian
berperekat dengan air steril. Sediaan darah cair sebaiknya diambil dengan pipet,
ditempatkan pada tabung dan dimasukkan ke dalam tas tertutup dengan
penghangat, dan dibawa dengan hati-hati untuk menghindari pecahnya tabung.
Untuk noda darah yang menempel pada benda-benda tertentu seperti pakaian
ataupun senjata maka benda tersebut harus dikemas dalam kantung kertas bersih
dalam keadaan kering. Perlu diingat, bukan hanya tentang darah siapa pada
pakaian tersebut penting, namun letak noda darahpun penting untuk
didokumentasikan. Jangan melipat pakaian tersebut tetapi gunakan kertas untuk
membatasi tiap lipatan.

Urin
Urin dapat diambil sebelum otopsi, melalui pungsi suprapubik. Jika urin ingin
diambil setelah otopsi maka terlebih dahulu organ di dalam perut dikeluarkan.
Kemudian kandung kemih diangkat dan di aspirasi menggunakan spuit. Atau juga
dengan melakukan insisi pada permukaan ventral kandung kemih lalu aspirasi urin
dilakukan dengan spuit. Contoh zat racun yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan
urin adalah racun golongan barbiturate dan dapat pula menemukan alkohol.

Cara pengambilan sampel:


Sejumlah 20 – 30 cc urin dimasukkan dalam tabung/toples. Tidak diperlukan
pengawet kecuali jika sampel tidak segera dikirim ke laboratorium. Pengawet yang
diperlukan adalah sedikit sodium azide.

Lambung beserta isi dan bahan muntahan


Bahan muntahan yang diperoleh dari korban hidup atau muntahan yang
ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dimasukkan dalam toples lalu ditutup
rapat. Lambung dan isinya yang diperoleh dari otopsi dimasukkan dalam toples.
Curvatura mayor lambung boleh dibuka kemudian isi lambung dibiarkan tetap dalam
wadahnya. Kadangkala pihak laboratorium membutuhkan dinding lambung untuk
memeriksa adakah bahan kimia yang melekat di dinding lambung.

Feses
Feses tidak selalu diperlukan untuk analisa toksikologik kecuali jika dicurigai
adanya intoksikasi logam berat, misalnya arsen, merkuri, timah. Sebanyak 20 – 30
gram feses dimasukkan dalam wadah tertutup.

Hati, Empedu dan Organ Dalam lainnya


Hati merupakan organ tubuh yang harus diambil ketika otopsi mengingat
bahwa hampir semua zat yang masuk ke dalam tubuh mengalami metobolisme di
dalam hati. Cairan empedu sangat berguna untuk menemukan morfin dan
klorpromazine. Keduanya terkonsentrasi dalam hati kemudian dibuang melalui
kandung empedu.

Cara pengambilan sampel :


Kandung empedu beserta isinya langsung dimasukkan botol tanpa diaspirasi dengan
spuit.

Rambut dan Kuku


Rambut dan kuku diperiksa terutama pada korban yang dicurigai keracunan
logam berat kronis seperti keracunan arsen, antimony, thalium, batang rambut beserta
akhirnya dan potongan kuku harus diikutsertakan untuk pemeriksaan. Disamping itu
bermanfaat pula untuk pemeriksaan DNA.
Barang Bukti Biologik
Semen / darah yang kering
Basahi cutton bud dengan setetes air dan usapkan pada area
terdapatnya semen. Cutton bud kemudian diberi label dan keringkan.
Selanjutnya kemas di dalam amplop.

Air liur dan bekas gigitan


Basahi cutton bud dengan setetes air steril, kemudian usapkan pada
area yang akan diidentifikasi. Tempatkan pada wadah berlabel. Kemudian
ambil cutton bud yang tidak dibasahi dan usapkan pada area yang sama.
Selanjutnya dilakukan prosedur yang sama seperti pada cutton bud pertama.
Tak perlu dibedakan swab mana yang dibasahi atau yang mana yang tidak
dibasahi. Usapan dilakukan dua kali dengan maksud unttuk menemukan sel
yang lebih banyak. Setelah dibasahi, air akan merehedrasi kembali sel-sel
yang sudah kering, sehingga akan labih banyak sel yang melekat pada swab.

Swab bukal atau darah dari korban untuk identifikasi DNA korban dan pelaku
Gunakan dua buah cutton bud dan usapkan dengan seksama pada
mukosa antara pipi dan gusi, antara bibir dan gusi, pertemuan antara gusi dan
langit-langit mulut dan di belakang gigi seri. Beri label pada cutton bud,
kemudian kemas hasil swab pada tempat berlabel setelah sebelumnya
dikeringkan terlebih dahulu, kemudian didokumentasikan.

Bahan biologis pada rambut


Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Potong area yang diperlukan dan ditempatkan pada lipatan kertas atau
penyisiran rambut pubik untuk mencari adanya rambut pubik.

Dental floss pada kasus kopulasi oral


Usapkan dental floss pada sela-sela gigi korban, keringkan dan
tempatkan pada amplop kecil atau dalam lipatan kertas.

Sepatu
Bahan biologis dapat ditemukan pula pada sepatu. Foto noda bahan
tersebut dengan posisi sepatu awal, kemudian pindahkan sepatu, foto kembali
dari sudut yang berbeda dan tempatkan sepatu ke dalam kantung kertas.

Rambut
Bila didapati rambut pada tempat kejadian perkara, maka haruslah
barang bukti ini difoto, dan diambil dengan menggunakan sarung tangan.
Gunakan Post It Notes untuk mengambil rambut atau gunakan cotton bud
kemudian tempatkan ke dalam jilidan kertas. Hindarkan menggunakan
penjepit atau memungut rambut dengan rambut, karena rambut tersebut dapat
jatuh dan hilang.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika suatu saat kita menemukan bercak
darah pada tempat kejadian perkara, karena selain dapat diambil dari tubuh jenazah
juga dapat diambil dari tempat kejadian perkara tanpa ada sumber perdarahan
tersebut, yaitu :
Bentuk dari bercak darah
Apakah bercak tersebut bercak darah
Apakah bercak tersebut darah manusia atau bukan
Darah berasal dari tubuh bagian mana
Berapa banyak darah terdapat pada suatu tempat dan sudah berapa lama

Anda mungkin juga menyukai