Anda di halaman 1dari 2

27 Oktober 2021 06:01 WIB

TAJUK RENCANA

Tes PCR dan Mobilitas Masyarakat

B
ertumpu pada pelandaian kasus
Covid-19, pemerintah
melonggarkan pemberlakuan
pembatasan kegiatan masyarakat di
sejumlah daerah

Hal ini diikuti oleh meningkatnya kunjungan


wisatawan. Lalu muncul kekhawatiran lagi, dan
ketentuan seperti vaksinasi dan tes PCR pun
diterapkan bagi pelaku perjalanan.

Di satu sisi, penegakan sikap hati-hati dan saksama


adalah wajar. Namun, kesan improvisasi sedikit
atau banyak membuat masyarakat tak nyaman.
Logika yang masuk akal hidup di masyarakat ialah
dengan diterapkan aplikasi Peduli Lindungi, yang
juga memperlihatkan rekam vaksin, menjadi syarat
cukup untuk mendukung berlakunya berbagai
aktivitas masyarakat, seperti masuk kantor, mal,
dan area publik lainnya.

Masyarakat pun menyambut dengan antusias


pelonggaran yang ditetapkan pemerintah dengan
beraktivitas, berwisata, menyambangi keluarga,
dan lainnya. Namun, di harian ini, Sabtu
(23/10/2021), kita membaca, vaksinasi dan tes PCR
menjadi syarat penerbangan. Peraturan yang mulai
diberlakukan Minggu (24/10) ini muncul di tengah
kenaikan jumlah penumpang pesawat beberapa
waktu terakhir.

Terkesan ada kegamangan baru di lingkungan


pemerintah, seperti ada peningkatan kasus positif
Covid-19 di 105 kabupaten/kota meski dalam tahap
yang, menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi
Sadikin, tidak mengkhawatirkan, dan di bawah
batas aman yang ditetapkan Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO). (Kompas, 26/10/2021)
Kita memahami kehati-hatian yang ditegakkan Di Bali, pelaku usaha juga mengkhawatirkan
pemerintah. Namun, kewajiban tes PCR bagi siapa kewajiban tes PCR bagi pelaku perjalanan
pun yang masuk atau meninggalkan wilayah Jawa berdampak buruk pada rencana kunjungan
dan Bali lewat penerbangan menambah kerepotan wisatawan, terutama yang pergi dengan keluarga.
pelaku perjalanan. Lebih dari soal biaya, aturan ini
membuat calon penumpang tidak nyaman. Hidung Di satu sisi kita menyadari, pandemi Covid-19
dan tenggorokan dicolok berulang kali tidak belum berakhir. Sikap ekstra hati-hati tetap perlu
menyenangkan. kita jalankan. Namun, di sisi lain, secara impulsif
menerapkan kebijakan yang berimplikasi pada
Dari sisi biaya, kita pun membaca Presiden Joko finansial, dan lebih luas lagi pada momentum
Widodo meminta agar harga tes PCR diturunkan pemulihan, patut dipertimbangkan juga.
menjadi Rp 300.000. Tebersit di benak, kalau tarif
tes ini bisa Rp 300.000, berarti tarif yang Kekhawatiran yang bisa terjadi di pesawat sudah
diterapkan sebelumnya terlalu mahal. diikuti oleh maskapai, dengan tidak mengizinkan
penumpang makan minum (buka masker) untuk
Kebijakan mewajibkan tes PCR bagi pelaku penerbangan di bawah dua jam. Sudah banyak
perjalanan udara, laut, dan darat juga ditolak kalangan pula bisa menunjukkan paspor peduli
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tes lindungi. Kita wajib mengikuti protokol kesehatan,
PCR di provinsi ini, yang tarifnya berkisar Rp tetapi dengan cara tidak mahal dan mendadak
500.000-Rp 1,5 juta, dinilai membebani berubah-ubah.
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai