B ertumpu pada pelandaian kasus Covid-19, pemerintah melonggarkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di sejumlah daerah
Hal ini diikuti oleh meningkatnya kunjungan
wisatawan. Lalu muncul kekhawatiran lagi, dan ketentuan seperti vaksinasi dan tes PCR pun diterapkan bagi pelaku perjalanan.
Di satu sisi, penegakan sikap hati-hati dan saksama
adalah wajar. Namun, kesan improvisasi sedikit atau banyak membuat masyarakat tak nyaman. Logika yang masuk akal hidup di masyarakat ialah dengan diterapkan aplikasi Peduli Lindungi, yang juga memperlihatkan rekam vaksin, menjadi syarat cukup untuk mendukung berlakunya berbagai aktivitas masyarakat, seperti masuk kantor, mal, dan area publik lainnya.
Masyarakat pun menyambut dengan antusias
pelonggaran yang ditetapkan pemerintah dengan beraktivitas, berwisata, menyambangi keluarga, dan lainnya. Namun, di harian ini, Sabtu (23/10/2021), kita membaca, vaksinasi dan tes PCR menjadi syarat penerbangan. Peraturan yang mulai diberlakukan Minggu (24/10) ini muncul di tengah kenaikan jumlah penumpang pesawat beberapa waktu terakhir.
Terkesan ada kegamangan baru di lingkungan
pemerintah, seperti ada peningkatan kasus positif Covid-19 di 105 kabupaten/kota meski dalam tahap yang, menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, tidak mengkhawatirkan, dan di bawah batas aman yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (Kompas, 26/10/2021) Kita memahami kehati-hatian yang ditegakkan Di Bali, pelaku usaha juga mengkhawatirkan pemerintah. Namun, kewajiban tes PCR bagi siapa kewajiban tes PCR bagi pelaku perjalanan pun yang masuk atau meninggalkan wilayah Jawa berdampak buruk pada rencana kunjungan dan Bali lewat penerbangan menambah kerepotan wisatawan, terutama yang pergi dengan keluarga. pelaku perjalanan. Lebih dari soal biaya, aturan ini membuat calon penumpang tidak nyaman. Hidung Di satu sisi kita menyadari, pandemi Covid-19 dan tenggorokan dicolok berulang kali tidak belum berakhir. Sikap ekstra hati-hati tetap perlu menyenangkan. kita jalankan. Namun, di sisi lain, secara impulsif menerapkan kebijakan yang berimplikasi pada Dari sisi biaya, kita pun membaca Presiden Joko finansial, dan lebih luas lagi pada momentum Widodo meminta agar harga tes PCR diturunkan pemulihan, patut dipertimbangkan juga. menjadi Rp 300.000. Tebersit di benak, kalau tarif tes ini bisa Rp 300.000, berarti tarif yang Kekhawatiran yang bisa terjadi di pesawat sudah diterapkan sebelumnya terlalu mahal. diikuti oleh maskapai, dengan tidak mengizinkan penumpang makan minum (buka masker) untuk Kebijakan mewajibkan tes PCR bagi pelaku penerbangan di bawah dua jam. Sudah banyak perjalanan udara, laut, dan darat juga ditolak kalangan pula bisa menunjukkan paspor peduli Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tes lindungi. Kita wajib mengikuti protokol kesehatan, PCR di provinsi ini, yang tarifnya berkisar Rp tetapi dengan cara tidak mahal dan mendadak 500.000-Rp 1,5 juta, dinilai membebani berubah-ubah. masyarakat.